Vidio Targetkan Peningkatan Jumlah Pelanggan Sampai 8 Juta Menjelang IPO

Menurut laporan dari Bloomberg, Vidio sedang dalam tahap persiapan untuk menggandakan jumlah pelanggan berbayarnya menjadi 8 juta dalam kurun waktu 2-3 tahun mendatang. Upaya ini adalah bagian dari strategi mereka untuk go public atau IPO di pasar yang masih memiliki banyak ruang untuk pertumbuhan.

Vidio, yang dimiliki oleh konglomerat media Indonesia PT Elang Mahkota Teknologi Tbk., juga berencana untuk menggalang dana baru tahun ini yang akan digunakan untuk memperluas layanan streaming-nya. CEO Vidio Sutanto Hartono menyatakan bahwa perusahaan akan melanjutkan rencana IPO setelah kondisi pasar menunjukkan sinyal yang lebih positif.

Sebelumnya pada 2022 lalu Vidio sempat mengumumkan pendanaan $45 juta dari Grup Sinarmas, yakni PT Dian Swastika Sentosa (DSSA) melalui entitas anaknya PT DSST Mas Gemilang (DSST). Investor lain yang turut berpartisipasi, antara lain Grab LA Pte Ltd (Grab), PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi (EBIT), entitas anak klub sepak bola Bali United.

Dengan populasi muda lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Asia. Namun, sektor media digital di negara ini masih dalam tahap awal pengembangan. Dominasi televisi terestrial dan penetrasi 5G yang masih rendah menjadi hambatan utama.

Di sisi lain, total pendapatan video online di Indonesia diprediksi akan tumbuh menjadi $2,25 miliar pada tahun 2028 dari $1,3 miliar pada tahun sebelumnya, menurut Media Partners Asia. Sementara itu, dampak ekonomi keseluruhan dari industri film dan televisi di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar $10 miliar pada tahun 2027.

Vidio juga telah mengambil langkah strategis untuk memperluas jangkauan dan pengaruhnya di pasar lokal dengan berfokus pada konten olahraga dan produksi serial orisinal yang menarik, seperti drama berjudul “Ratu Adil”. Perusahaan juga memiliki rencana untuk menarik audiens dari TikTok dengan menawarkan seri yang berdurasi dua hingga tiga menit.

Kesuksesan Vidio dalam menggandakan jumlah pelanggan berbayarnya tidak hanya akan menguntungkan mereka dalam rencana IPO, tetapi juga menandai kemajuan signifikan dalam adaptasi dan pertumbuhan layanan streaming di Indonesia, terutama saat penetrasi 5G mulai meluas di seluruh negeri.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Vidio Bags Follow on Funding Worth of 663 Billion Rupiah from Sinarmas Group, Grab, and Others

Vidio recently announced a $45 million (over 663 billion Rupiah) funding from several strategic investors. The largest amount was provided by Sinarmas Group, PT Dian Swastika Sentosa (DSSA) through its subsidiary PT DSST Mas Gemilang (DSST). Other investors also participated, including Grab LA Pte Ltd (Grab), and PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi (EBIT), a subsidiary of the Bali United football club.

For the record, DSSA is one of the shareholders in DANA (PT Elang Andalan Nusantara). Previously, DANA was operating under the Emtek Group.

This is Vidio’s follow on funding after securing fresh funding of $150 million from Affinity Equity Partners in October 2021. Previously, Vidio was entirely owned by Emtek Group under Surya Citra Media (SCM).

The entrance of Sinarmas Group marks an open door for Vidio to collaborate strategically with its portfolios, such as Smartfren and MyRepublic. Along with its new investors, Vidio aims to drive growth and strengthen its position as a leading local OTT.

Vidio’s CEO, Sutanto Hartono said, the company is to increase its commitment to users by continuously adding the best premium content with this new fund, as well as improving the features and quality of the platform.

“Aside from an exclusive Premier League airing in August and the World Cup in November, we will also be more aggressive in releasing local original series and quality soap operas to entertain streaming audiences in Indonesia,” he said, Tuesday (14/6).

Investors also delivered their statements. DSSA’s Director Daniel Cahya said this investment is the starting point for sustainable collaboration between the Sinarmas Group and the Emtek Group. It is also a positive act for the group, including Smartfren, MyRepublic, and other DSST digital investments, with Vidio as the content provider.

“Being the most preferred partner of Vidio is an honor for us. This collaboration is expected to bring added value, and the Sinarmas Group is fully committed to building an integrated digital ecosystem. Therefore, we are very welcome to the strategic partnership with Vidio,” Daniel said.

Meanwhile, Grab Indonesia’s Country Managing Director, Neneng Goenadi said, Grab and Emtek Group have an aligned vision that Indonesia’s bright digital era should be enjoyed by the entire society. OTT is a sector that has experienced rapid development in the country, especially since the pandemic and the shifting focus of the entertainment industry from linear channels to OTT and streaming will continue in the next few years.

“We are pleased to be able to strengthen the strategic partnership that has been established with the Emtek Group through investment in Vidio. As the largest OTT platform in Indonesia, Vidio has a very broad reach, and we see the potential for solid synergies between the Grab and Vidio ecosystems. Together with Emtek Group, Grab will present more digital solutions with positive impacts for society and the environment in Indonesia,” Neneng said.

The Milestones

According to a report from Media Partner Asia, in the first quarter of 2022, Vidio rules on top of the table for the OTT platform based on monthly active users (MAU) and total minutes streamed. The company continues to add to its content catalog in the field of sports and claims to be the most complete in Indonesia.

The list starts from the 2022 FIFA World Cup Qatar, English Premier League, Indonesian Football League (Liga 1, Liga 2, and Liga 3), UEFA Champions League and UEL, NBA, European Football League (Serie A, La Liga, Ligue 1) , FA Cup, Formula One, Indonesian professional volleyball league (ProLiga), Indonesian Basketball League (IBL), Women’s Tennis Association (WTA), and a wide selection of other premium sports content. Not only that, Vidio continues to actively release original content of up to three titles every month.

On a separate occasion, in an interview with DailySocial.id, Vidio’s Managing Director, Monika Rudijono said that until the closing of Q4 2021, Vidio had experienced an increase in the number of MAU reaching 62 million subscribers. Among its user base, 2.3 million of them are paid users. “Vidio closed Q1 2022 with 1.9x growth in paid subscribers compared to Q1 2021,” she added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Vidio Peroleh Investasi Tambahan 663 Miliar Rupiah dari Grup Sinarmas, Grab, dan Lainnya

Vidio mengumumkan pendanaan sebesar $45 juta (lebih dari 663 miliar Rupiah) dari beberapa investor strategis. Investasi terbesar diberikan oleh Grup Sinarmas, yakni PT Dian Swastika Sentosa (DSSA) melalui entitas anaknya PT DSST Mas Gemilang (DSST). Investor lain yang turut berpartisipasi, antara lain Grab LA Pte Ltd (Grab), PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi (EBIT), entitas anak klub sepak bola Bali United.

Sebagai catatan, DSSA merupakan salah satu pemegang saham di DANA (PT Elang Andalan Nusantara). Sebelumnya, DANA berada di bawah naungan Emtek Group.

Pengumuman ini merupakan tambahan pendanaan yang diterima Vidio, setelah memperoleh dana segar sebesar $150 juta dari Affinity Equity Partners pada Oktober 2021. Sebelumnya, Vidio dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM).

Masuknya Grup Sinarmas, menandai terbukanya kesempatan bagi Vidio untuk berkolaborasi strategis dengan portofolio di bawahnya, misalnya Smartfren dan MyRepublic. Bersama investor-investor barunya, Vidio berambisi dapat mendorong pertumbuhan dan memperkuat posisinya sebagai OTT lokal terkemuka.

CEO Vidio Sutanto Hartono mengatakan, dengan dana baru ini perusahaan akan meningkatkan komitmen kepada pengguna dengan terus menambah konten-konten premium terbaik, serta meningkatkan fitur dan kualitas platform.

“Selain penayangan Liga Inggris di bulan Agustus dan Piala Dunia di bulan November secara eksklusif, kami juga akan lebih agresif lagi merilis local original series dan Vidio Sinetron berkualitas untuk menghibur penonton streaming di Indonesia,” katanya, Selasa (14/6).

Para investor turut menyampaikan pernyataannya. Direktur DSSA Daniel Cahya mengatakan, investasi ini menjadi gerbang awal dari kolaborasi yang berkesinambungan, antara Grup Sinarmas dan Grup Emtek. Sekaligus menjadi langkah positif bagi grup, termasuk Smartfren, MyRepublic, dan investasi digital DSST lainnya, dengan Vidio sebagai content provider.

“Menjadi most preferred partner dari Vidio merupakan kebanggaan bagi kami. Kolaborasi ini diharapkan akan membawa nilai tambah, dan Grup Sinarmas berkomitmen penuh untuk membangun ekosistem digital yang terintegrasi. Oleh karena itu, kami menyambut baik strategic partnership dengan Vidio,” kata Daniel.

Sementara itu, Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyampaikan, Grab dan Emtek Group punya visi selaras bahwa era digital Indonesia yang cerah harus dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. OTT sebagai kategori yang telah mengalami perkembangan pesat di tanah air, terutama sejak pandemi, dan tren pergeseran fokus industri hiburan dari linear channel ke OTT dan streaming akan terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan.

“Kami senang dapat mempererat kerja sama strategis yang telah terjalin dengan Emtek Group melalui investasi di Vidio. Sebagai platform OTT terbesar di Indonesia, Vidio memiliki jangkauan yang sangat luas, dan kami melihat potensi sinergi yang solid untuk ekosistem Grab dan Vidio. Bersama Emtek Group, Grab akan menghadirkan lebih banyak solusi digital dengan dampak positif untuk masyarakat dan lingkungan di Indonesia,” tutur Neneng.

Pencapaian Vidio

Menurut laporan dari Media Partner Asia, pada kuartal I 2022, Vidio menjadi platform OTT posisi teratas berdasarkan pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) dan total durasi menit streaming (minute streamed). Perusahaan terus menambah katalog kontennya di bidang olahraga dan diklaim sebagai terlengkap di Indonesia.

Daftarnya mulai dari Piala Dunia FIFA 2022 Qatar, English Premier League, Liga sepak bola Indonesia (Liga 1, Liga 2, dan Liga 3), Liga Champions UEFA dan UEL, NBA, Liga sepakbola Eropa (Serie A, La Liga, Ligue 1), FA Cup, Formula One, Liga bola voli profesional Indonesia (ProLiga), Liga Bola Basket Indonesia (IBL), Women’s Tennis Association (WTA), dan ragam pilihan konten olahraga premium lainnya. Tak hanya itu, Vidio terus aktif merilis konten original hingga tiga judul setiap bulannya.

Secara terpisah, dalam wawancara bersama DailySocial.id, Managing Director Vidio Monika Rudijono mengatakan hingga penutupan Q4 2021 Vidio telah mengalami peningkatan jumlah MAU mencapai 62 juta pelanggan. Di antara basis penggunanya, 2,3 juta di antaranya adalah pengguna berbayar. “Vidio menutup Q1 2022 dengan pertumbuhan pelanggan berbayar 1,9x dibandingkan Q1 2021,” imbuhnya.

 

Catatan Menarik dari Petinggi EMTEK dan IDN Terkait Masa Depan Media

Masih dalam sesi lanjutan Fortune Indonesia Summit 2022, dua pemimpin media besar, Managing Director EMTEK Susanto Hartono dan Founder dan CEO IDN Media Winston Utomo memaparkan beberapa catatan menarik terkait “The Future of Media”.

Perkembangan internet mengubah cara masyarakat mengonsumsi konten. Jika dulu kita terbiasa menggunakan media televisi untuk menikmati tayangan, kini kita dapat menonton melalui perangkat dengan layar kecil. Apa artinya bagi industri media?

Konsumsi konten

Saat membuka sesi, Sutanto menyebut bahwa TV punya peran penting terhadap konsumsi konten. TV memiliki jangkauan siaran yang luas dan sumber pendapatannya jelas, yakni iklan. Namun, perkembangan digital mulai menggeser peran TV terkait konsumsi konten.

Masyarakat mulai menikmati tayangan video melalui perangkat pintar. Kehadiran platform digital juga memudahkan kreator untuk mencari sumber pendapatan. Ia menyadari tren pergeseran ini, bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

“Konsumsi konten pada platform digital membuat terjadi demokratisasi. Orang bisa pilih konten yang ingin ditonton dan content provider menjadi tidak bergantung pada perusahaan besar terkait konten apa yang akan disiarkan,” ujar Sutanto.

Bagi konglomerasi media EMTEK, ujar Sutanto, akselerasi digital ini mendorong perusahaan untuk berinvestasi di platform OTT Vidio. Meski konsumsi konten tumbuh cepat, platform juga harus memikirkan kelangsungan bisnis dengan strategi monetisasi.

Format konten

Sementara itu, Winston Utomo menyoroti tentang evolusi pada format konten, mulai dari koran, TV, hingga internet. Dengan evolusi ini, ia menekankan pentingnya beradaptasi terhadap perubahan format. Kebutuhan konten akan tetap ada, tetapi format konten akan berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika tidak beradaptasi, tentu akan ditinggalkan audiens.

Saat ini, format konten yang banyak kita konsumsi di era digital beragam, mulai dari konten video dengan durasi pendek, medium, hingga panjang. Ada pula konten berformat livestreaming.

“Penting pula untuk maintain loyalitas audiens. Bukan berarti, audiens yang pindah [platform] tidak baik. Ini justru memacu kami untuk membuat konten yang lebih baik,” ujarnya.

Di sisi lain, Sutanto justru menyoroti fenomena seleksi alam yang akan terjadi, baik pada platform maupun kreator. Meningkatnya variasi konten dinilai akan memunculkan beragam kebutuhan audiens. “Pada akhirnya audiens tidak mungkin memakai semua platform. Audiens akan memilih platform yang sering dipakai,” tuturnya.

Maka itu, ia menilai perlu ada strategi multiplatform dan variasi konten untuk memberikan keseimbangan bisnis. Di EMTEK, platform Vidio akan menjadi fokus utama, sedangkan media televisi menjadi pelengkap. Pihaknya juga mendorong kolaborasi untuk mengakomodasi berbagai variasi konten. Salah satunya konten olahraga sebagai sumber monetisasi bagi audiens yang mau membayar (willing-to-pay).

Industri menjanjikan

Menurut Winston, tak hanya publisher dan platform yang punya peran penting di media digital, tetapi juga content creator. Menariknya, mengutip sebuah riset, ia menyebut bahwa potential revenue yang dapat diperoleh oleh kreator di 2025 dapat menyamai potential revenue perusahaan teknologi raksasa, seperti Facebook dan Google.

Dengan pertumbuhan digital sebesar 20% setiap tahunnya, ini membuat content creator menjadi salah satu profesi menjanjikan di masa depan karena siapapun dapat membuat konten.

Sementara Sutanto menilai bahwa konsumsi konten digital justru membuka peluang bagi media untuk memanfaatkan data analitik. Ini dapat memungkinkan media untuk melihat stickineess audiens. Berbeda dengan televisi yang mengandalkan data rating Nielsen dan kurang akurat untuk mengetahui stickiness audiens.

“Kita bisa tahu berapa banyak audiens yang menonton lebih dari lima menit. Ini menunjukkan kualitas penonton dan membantu memprediksi konten yang dapat diproduksi sesuai targeted market. Ada formulasi,” tutupnya.

Vidio Umumkan Pendanaan Eksternal Pertama Senilai 2,1 Triliun Rupiah dari Affinity

Vidio, salah satu platform OTT lokal terbesar, mengumumkan pendanaan senilai $150 juta (Rp2,1 triliun) dari Affinity Equity Partners (Affinity), ekuitas swasta terbesar di Asia. Sebelumnya, Vidio dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM), ini merupakan pendanaan eksternal pertama mereka. Platform ini memiliki valuasi pre-money $750 juta, pendanaan telah meningkatkan valuasinya hingga mendekati status unicorn/soonicorn.

Menurut laporan keuangan terbaru Emtek (Q3 2021), Vidio memiliki total aset sebesar Rp362 miliar.

Dengan investasi ini, Affinity akan bergabung dengan dewan direksi Vidio dan akan bermitra untuk mempercepat pertumbuhannya dan memperluas kepemimpinan pasarnya di Indonesia. Perusahaan juga berencana untuk memperluas konten serial orisinil, memperkaya program dengan menambahkan lisensi konten olahraga, dan berinvestasi dalam meningkatkan pengalaman pengguna.

“Hal ini menandai tonggak baru bagi Vidio sebagai platform OTT terbesar di Indonesia. Kami berusaha untuk terus fokus pada pengguna dengan menawarkan pengalaman streaming terbaik dan konten premium eksklusif terlengkap untuk pengguna. Kami sangat bangga dapat bermitra dengan Affinity, dan dengan kemitraan ini serta didukung oleh talenta terbaik yang kami miliki, kami akan mengambil lompatan besar selanjutnya dalam memberikan kualitas dan value yang luar biasa kepada pelanggan Vidio,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono.

Hingga September 2021, Vidio telah memiliki 62 juta pelanggan. Beberapa firma riset juga menempatkan mereka sebagai platform OTT #1 di Indonesia. Pada Agustus 2021, Comscore menempatkan Vidio sebagai aplikasi peringkat #1 dengan pengguna unik terbesar. Selain itu, MPA menempatkan mereka sebagai OTT dengan pengguna aktif harian tertinggi di Asia Tenggara pada Q2 2021.

Vidio menawarkan program langsung dan video sesuai permintaan. Ini termasuk serial orisinil, film lokal/internasional, dan pertunjukan langsung. Salah satu proposisi nilai perusahaan ada pada program olahraga, seperti UEFA Champions, La Liga, NBA, F1, dan banyak lagi.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Emtek Group dan Vidio untuk terus membangun OTT terbaik yang mewakili masa depan sektor media di Indonesia. Ekosistem digital dan media Emtek, ditambah posisi Vidio di garis depan, dan tim manajemen yang kuat, merupakan faktor penting dalam perjalanan sukses Vidio di industri OTT Indonesia yang sangat dinamis. Affinity akan memanfaatkan jaringannya yang luas di seluruh Asia untuk mendukung inisiatif pertumbuhan Vidio, khususnya di bidang konten dan gamifikasi untuk memperkaya konten streaming langsung,” sebut Benny Lim, Managing Director dan Head of Affinity South East Asia.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Vidio Announced Its First External Injection, $150 Million from Affinity

Vidio, one of the largest local OTT platforms, announced it has received $150 million (Rp2.1 trillion) funding from Affinity Equity Partners (Affinity), the largest private equity in Asia. Previously fully owned by Emtek Group under Surya Citra Media (SCM), it’s Vidio’s first external injection. The platform has a $750 million pre-money valuation and the funding has inflated its valuation to near unicorn/soonicorn status.

According to Emtek’s latest (Q3 2021) financial report, Vidio has Rp362 billion of total assets.

With this investment, Affinity will join Vidio’s board of directors and will partner to accelerate its growth and expand its Indonesian market leadership. The company also plans to expand the original series contents, enrich the program by adding sports content licenses, and invest in advancing user experience.

“This marks a new milestone for Vidio as the largest OTT platform in Indonesia. We strive to continue to focus on users by offering the best streaming experience and the most complete exclusive premium content for users. We are very proud to partner with Affinity, and with this partnership and supported by the best talent at our disposal, we will take a huge leap forward in delivering outstanding quality and value to Vidio customers,” Sutanto Hartono, Vidio’s CEO, said.

As of September 2021, Vidio has 62 million subscribers. Several research firms also rank them as the #1 OTT platform in Indonesia. In August 2021, Comscore ranked Vidio as the #1 ranked app with the largest unique viewers. And MPA ranks them as the OTT with the highest daily active users in Southeast Asia in Q2 2021.

Vidio offers live programs and video on-demands. It includes original series, local/international movies, and live shows. One of the value propositions is on sports programs, such as UEFA Champions, La Liga, NBA, F1, and many more.

“We are very pleased to partner with Emtek Group and Vidio in continuing to build the best OTT, which represents the future of the media sector in Indonesia. Emtek’s digital and media ecosystem, plus Vidio’s position at the forefront, and a strong management team, are important factors in Vidio’s success journey in Indonesia’s highly dynamic OTT industry. Affinity will leverage its extensive network across Asia to support Vidio’s growth initiatives, particularly in the areas of content and gamification to enrich live streaming content,” said Benny Lim, Affinity’s Managing Director and Head of South East Asia.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Ekspansi di Tiga Negara, JavaMifi akan Fokus pada Inovasi Produk

Setelah 2019 disibukkan dengan ekspansi ke Jepang, Thailand, dan Vietnam, JavaMifi tahun depan bakal fokus pada inovasi dan produk baru. Salah satu yang dihadirkan adalah modem terbaru dengan tampilan yang lebih ringkas dengan daya tahan baterai lebih lama. Produk baru yang diluncurkan diharapkan dapat mengakomodasi masukan dari penggunanya. Meskipun telah meluncurkan modem tipe baru, modem versi lama masih terus disediakan oleh JavaMifi.

Rencana lainnya perusahaan ingin menghadirkan layanan berlangganan. Program ini menghadirkan mekanisme baru dalam proses pembayaran, yakni secara bulanan. Dinilai akan lebih efisien untuk kalangan pebisnis yang sering bepergian ke luar negeri. Pengguna juga bisa melakukan top-up untuk paket-paket yang ingin ditambahkan.

“Targetnya bukan hanya kalangan B2C saja, namun jug B2B yang kerap melakukan perjalanan bisnis ke berbagai negara memanfaatkan layanan berlangganan JavaMifi,” kata Founder JavaMifi Andintya Maris.

Modem baru JavaMifi
Modem baru JavaMifi

Meskipun sebanyak 70% market share masih didominasi oleh penyewaan mifi untuk perjalanan ke mancanegara, namun JavaMifi terus menghadirkan layanan yang relevan untuk pengguna di Indonesia. Salah satunya dengan menjalin kemitraan dengan berbagai operator telekomunikasi.

“Kami ingin membantu lebih banyak pengguna domestik untuk menggunakan layanan kami, sehingga memperlancar komunikasi saat melakukan perjalanan wisata atau bisnis di berbagai kota,” kata General Manager JavaMifi Arindro Nugroho.

Bermitra dengan Softbank

Pertengahan November lalu perusahaan telah meresmikan kerja sama strategis dengan salah satu operator seluler terbesar di Jepang, yakni SoftBank. Kerja sama ini tidak hanya memperluas jangkauan JavaMifi di Jepang, namun juga memungkinkan warga Jepang yang berkunjung ke Indonesia untuk dapat memanfaatkan layanan tersebut.

“Sebelumnya kami telah melakukan kemitraan serupa dengan Sakura. Namun dengan Softbank, mereka bersedia untuk membantu kami mempromosikan JavaMifi kepada wisatawan asal Jepang yang memiliki rencana untuk berkunjung ke Indonesia,” kata Arindro.

Saat ini JavaMifi telah memiliki sekitar satu juta pengguna. Target tahun 2020, mereka ingin mengakuisisi sekitar dua juta pengguna baru.

Disinggung apakah JavaMifi akan melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat, disebutkan perusahaan telah mengalami pertumbuhan dan profit yang positif. Sehingga untuk penggalangan dana tidak menjadi rencana perusahaan dalam beberapa tahun ke depan. JavaMifi juga enggan untuk menyebutkan siapa perusahaan atau entitas yang mendukung jalannya bisnis perusahaan.

“Fokus kami tahun depan adalah meluncurkan produk baru, menambah tim, dan mengembangkan teknologi. Tidak ada rencana untuk penggalangan dana atau IPO dalam waktu dekat,” tutup Founder JavaMifi Suhartanto Raharjo.

Vidio Aims for 30 Million Monthly Active Users to Intensify Additional Content

A video streaming app, Vidio, aims for 30 million monthly active users / MAU during this year. The premium based additional content and partnership with telco become the current priorities to acquire new users.

“We’re sure to exceed 30 million this year, because we’ve reached the milestones when Asian Games at 25 million (MAU). The download rate is unstable, but we’re sure to achieve it when we expand to the new content,” Vidio’s CEO, Sutanto Hartono said, Friday (3/22).

Based on Sutanto’s data, Vidio content has been watched for over 2.1 billion with 12.5 billion minutes total duration during last year.

“Our users are organic, not subscribers. This year we’ll add more partnership with telco.”

Vidio’s Deputy CEO, Hermawan Sutanto added, Vidio’s sport content is considered complete than the other video streaming players. From 21 free to air channel, mostly are sports.

“We can get the first position for sports channel because of last year’s events which mostly exclusive. We can grow into 20 million MAU naturally without any partnership with other telco,” he added.

Vidio has three kinds of services for users. First, there are 21 free-to-air local tv channels accessible for users. They also create in-house TV program live to complete the category.

Second, video on demand (VOD) consists of sinetron, films and series, news, sports, entertainment, music, and others. During September 2018 – February 2019, the most played content is sinetron (26.7%), films and series (17.9%), news (10.9%), sports (10.5%), and entertainment (9.6%).

Last, the subscription content (Vidio Premier) consists of international channels, such as sports, live TV, series, and films. It was launched on November 3rd, 2018. Sutanto’s mouth still sealed regarding Vidio Premier’s achievement.

In order to start the monetizing, Vidio starts to invest much for original content production this year. It’s from the collaboration of two production houses, Sinemart and Screen Play Films.

In addition, he also said Vidio is on process to partner with telco for bundling with data plans. This strategy should acquire more subscriber at a time.

Currently, the subscription fees to enjoy all Vidio content costs Rp30 thousand to Rp50 thousand, or Rp10 thousand per day.

“The OTT challenge is to build the habit for subscribing a content, it doesn’t exist. In the developed countries, this habit is getting formed for the OTT players finally provide valuable content. The serial content is intended for those who want to watch in shorter duration.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Vidio Bidik 30 Juta Pengguna Aktif Bulanan, Gencarkan Penambahan Konten

Aplikasi video streaming Vidio menargetkan 30 juta pengguna aktif bulanan (monthly active user / MAU) sepanjang tahun ini. Penambahan konten berbasis premium dan kerja sama dengan operator telekomunikasi menjadi prioritas agar dapat menarik pengguna baru.

“Kami cukup yakin tahun ini bisa tembus di angka 30 juta karena kami sudah sentuh milestone saat Asian Games di angka 25 juta [MAU]. Unduhan aplikasi itu memang naik turun, tapi saat kami mulai ekspansi ke konten-konten baru yakin bisa tembus,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono, Jumat (22/3).

Berdasarkan data yang dipaparkan Sutanto, konten Vidio telah ditonton selama lebih dari 2,1 miliar kali dengan total durasi 12,5 miliar menit sepanjang tahun lalu.

Saat Asian Games 2018 lalu, aplikasi diunduh 60 ribu kali secara rerata tiap harinya.

User kita semua ini hasil dari organik, belum ada yang berbayar. Tahun ini kita mau mulai perbanyak kerja sama dengan telko [operator telekomunikasi -red].”

Deputy CEO Vidio Hermawan Sutanto menambahkan, konten olahraga di Vidio tergolong lengkap dibandingkan pemain video streaming lainnya. Dari 21 tayangan free to air channel, mayoritas adalah tayangan olahraga.

“Kita bisa mendapat posisi pertama untuk tayangan sport karena tahun lalu banyak event-nya dan biasanya ini eksklusif. Kita bisa tumbuh dengan 20 juta MAU itu organik tanpa ada kerja sama tanpa [operator] telko manapun,” kata Hermawan.

Vidio memiliki tiga jenis layanan yang bisa dipilih pengguna. Pertama, ada 21 channel tv lokal free-to-air yang bisa diakses secara gratis oleh pengguna. Vidio juga membuat program TV live secara in house untuk melengkapi kategori.

Kedua, video on demand (VOD) berisi konten sinetron, film dan series, berita, olahraga, entertainment, musik, dan lainnya. Sepanjang September 2018-Februari 2019, konten yang paling banyak ditonton adalah sinetron (26,7%), film dan serial (17,9%), berita (10,9%), olahraga (10,5%), dan hiburan (9,6%).

Terakhir adalah konten berlangganan (bernama Vidio Premier) yang berisi tayangan internasional, baik itu olahraga, live TV, serial, dan film. Layanan ini baru dirilis pada 3 November 2018. Hermawan masih belum mau membeberkan pencapaian Vidio Premier saat ini.

Dalam rangka memulai strategi monetisasi, tahun ini Vidio mulai berinvestasi cukup banyak untuk memproduksi konten serial original. Ini adalah hasil kerja sama dengan dua rumah produksi, yakni Sinemart dan Screen Play Films.

Selain produksi konten original, Hermawan menyebut Vidio tengah memproses kerja sama dengan seluruh operator telekomunikasi untuk bundling dengan paket data. Diharapkan lewat strategi ini dapat menjaring lebih banyak pengguna berbayar secara sekaligus.

Saat ini biaya berlangganan untuk menikmati semua konten di Vidio dibanderol mulai dari Rp30 ribu sampai Rp50 ribu per bulan, atau Rp10 ribu per harinya.

“Tantangan OTT itu adalah membentuk kebiasaan untuk berlangganan setiap menikmati suatu konten, itu yang belum ada. Di negara maju kebiasaan ini mulai terbentuk karena pemain OTT pada akhirnya menyajikan konten yang memberikan value. Konten serial ini kami sengaja sasar untuk menyasar orang yang ingin nonton tapi dengan durasi lebih pendek.”

Application Information Will Show Up Here

Girnar Software dan EMTEK Luncurkan Portal Otomotif Oto.com di Indonesia

Girnar Software, melalui anak perusahannya CarBay Pte Ltd, dan KMK Online, anak perusahaan grup EMTEK, meluncurkan portal otomotif Oto.com di Indonesia. CarBay mengintegrasikan portal berita dan situs penjualan mobil, yang lebih dulu hadir, dalam satu tempat. Dalam acara peluncuran Oto.com, CEO EMTEK Group Sutanto Hartono menyebutkan dipilihnya Girnar Software sebagai partner merupakan penantian panjang EMTEK untuk bisa melengkapi portofolio di bidang otomotif.

“Bagi kami di EMTEK, kerja sama ini merupakan proses pencarian yang cukup panjang untuk bisa bermain di bidang otomotif. Diharapkan ke depannya Oto.com bisa menjadi portal otomotif terdepan di Indonesia,” kata Sutanto.

Girnar Software sendiri telah berdiri sejak tahun 2007 dan telah memiliki sejumlah portofolio produk teknologi di bidang otomotif. Melalui kerja sama ini CarBay memiliki 70% saham perusahaan dan KMK Online akan memiliki 30%. Untuk investasi sendiri Emtek mengeluarkan investasi sekitar $25 juta (sekitar Rp 320 miliar) untuk teknologi, pemasaran, akuisisi pelanggan dan lainnya.

“Dengan investasi yang telah digelontorkan kami percaya Oto.com dapat menjadi besar dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia yang ingin mencari alternatif lain dalam hal mencari mobil atau motor baru dan bekas,” kata Presiden Direktur KMK Online Adi Satriaatmadja.

Kehadiran Oto.com di Indonesia nantinya akan bersaing langsung dengan Carmudi, Mobil123, dan iCarAsia.

Bukan sekedar platform otomotif biasa

Dalam acara peluncuran Oto.com tersebut, turut hadir CEO Oto.com Mohit Yadav yang menjelaskan perbedaan Oto.com dengan pemain lainnya secara detil. Dengn latar belakang pengalaman yang dimiliki dan teknologi yang diterapkan, Oto.com mengklaim sebagai aplikasi mobile paling lengkap dan komprehensif di Indonesia.

“Kami memiliki success story sekitar 80% penjualan mobil dan motor di dealer dari pengguna yang melihat rekomendasi serta informasi mobil dari CarBay di India, hal tersebut membuktikan potensi mobile untuk menarik lebih banyak pengguna secara online untuk membeli mobil di dealer,” kata Mohit.

Aplikasi mobile yang saat ini sudah bisa diunduh di platform Android dan iOS memiliki ragam feature yang bisa digunakan oleh pengguna untuk mendapatkan rekomendasi mobil dan motor baru atau bekas, mulai dari harga, spesifikasi, fitur, gambar, ulasan, hasil uji jalan, jenis dan merek mobil, dan panduan mobil secara online. Yang diklaim merupakan inovasi yang hanya dimiliki oleh Oto.com adalah virtual reality fitur yang bernama Exclusive Feel the Car.

“Kami dengan bangga menghadirkan teknologi VR dalam aplikasi untuk pengguna yang ingin melihat mobil dari luar hingga ke dalam dengan gambar HD dan jelas,” kata Mohit.

Sebagai aplikasi yang berperan sebagai perantara yang menghubungkan konsumen dengan perusahaan otomotif, Oto.com mengklaim telah menggandeng 1500 dealer di Indonesia, dengan jumlah dealer mobil terbanyak di Jakarta.

“Selain Jakarta, dealer terbanyak yang kami miliki saat ini ada di kota Medan dan Surabaya. Diharapkan hingga akhir tahun nanti kami bisa mendapatkan lebih banyak dealer yang menjual mobil atau motor baru dan bekas.” kata Mohit.

Mohit juga menambahkan saat ini pencarian rekomendasi mobil baru masih yang terbanyak sementara untuk mobil bekas masih sedikit jumlahnya. Untuk penggunaan platform yang terbanyak Oto.com mencatat masih melalui browser disusul dengan desktop dan aplikasi.

“Untuk pemasaran kami juga terus melancarkan kampanye digital ads dan platform lainnya yang diharapkan bisa mengakuisisi lebih banyak pengguna Oto.com,” kata Mohit.

Layanan lebih untuk dealer mobil

Layanan terpadu yang diberikan oleh Oto.com bukan hanya berguna bagi pengguna yang ingin merasakan pengalaman lebih dalam hal melakukan pencarian mobil secara online, namun juga kepada dealer mobil yang saat ini belum mengadopsi teknologi digital untuk mengembangkan usaha. Terkait dengan dealer, Oto.com tidak melakukan kurasi atau penyaringan secara khusus kepada dealer dan mengajak lebih banyak dealer untuk memanfaatkan teknologi yang dimiliki oleh Oto.com.

“Secara keseluruhan kami memberikan teknologi terkini kepada pihak dealer dengan fitur dashboard lengkap dan additional service yang bisa membantu meningkatkan penjualan mobil. Itulah monetisasi yang dilancarkan oleh Oto.com lebih kepada dealer, bukan kepada pengguna,” kata Mohit.

Untuk pengguna tidak dikenakan biaya dan harga khusus, semua proses pencarian bahkan mengunduh buku panduan mobil secara online bisa dilakukan langsung melalui aplikasi secara gratis. Oto.com juga memberikan keleluasan bagi penggunanya untuk membandingkan model kendaraan dan menyediakan informasi terkini tentang mobil dan motor yang baru diluncurkan, penyesuaian harga dan berbagai update dari industri otomotif.

“Dengan keahlian teknologi kami dan jaringan luas Emtek kami yakin Oto.com bisa memimpin pasar portal otomotif di Indonesia,” kata Mohit.