East Ventures Suntik Pendanaan Tahap Awal 15,8 Miliar Rupiah untuk Luwjistik

Startup e-logistics berbasis di Singapura “Luwjistik” memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $1,1 juta (sekitar 15,8 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari Arise — fund hasil kolaborasi MDI Ventures-Finch, dan Global Founders Capital. Perusahaan akan menggunakan dana untuk mengembangkan tim lokal dan regionalnya di Singapura, Indonesia, dan Malaysia; menyempurnakan platform sembari terus perluas jangkauan.

Luwjistik masih berumur sebatang jagung, didirikan pada Juli 2021 oleh veteran logistik dan e-commerce, Syed Ali Ridha Madihid, dan Wong Yingming. Visinya mengembangkan infrastruktur logistik dan jangkauan regional kliennya secara instan melalui akses langsung menuju mitra jaringan global. Sembari memungkinkan mereka mendapatkan manfaat dari alur kerja yang terstandardisasi demi transparansi dan kemudahan.

Menurut Co-founder & CEO Luwjistik Syed Ali Ridha Madihid, solusi ini hadir karena ledakan e-commerce yang didorong oleh pandemi mengakibatkan naiknya tekanan pada perusahaan logistik dalam memperluas operasi mereka. “Sebagian besar orang tidak dapat melakukan perjalanan untuk membangun jaringan dan hubungan di lapangan. Banyak orang juga mengandalkan proses lama, dan tidak mampu membangun kemampuan teknologi mereka dengan cukup cepat untuk memenuhi permintaan,” ucapnya, Kamis (30/9).

Melalui platform Luwjistik, para klien cukup melakukan integrasi API tunggal untuk menjembatani diri mereka menuju mitra pilihan, dan mengikuti transaksi hingga selesai. Sebanyak hampir 30 mitra jaringan di Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand telah terhubung dengan Luwjistik. Beberapa di antaranya adalah Ninja Van, J&T Express, dan JNE Express. Adapun klien yang telah memanfaatkan platform Luwjistik, di antaranya DHL eCommerce dan YCH Group Pte Ltd.

Madihid menuturkan, ada tiga nilai unggul yang ditawarkan. Pertama, dari sisi kelancaran, klien akan mendapat akses langsung menuju mitra jaringan di seluruh Asia Tenggara yang mencakup prosedur penerimaan barang impor dan pengiriman di titik terdekat, baik secara domestik maupun regional. Mereka dapat memilih penyedia jasa yang paling sesuai dengan kebutuhan.

Kedua, dari sisi standardisasi, yang mana dokumentasi, alur kerja, dan transparansi biaya dapat klien navigasi pergerakan lintas batasnya dengan mudah. Terakhir, dengan integrasi API tunggal, menjadi penggunaan platform yang cepat dan sederhana, sehingga memungkinkan pengelolaan data yang cepat, pemesanan langsung, penandatanganan kontrak, berbagi dokumen, hingga pemrosesan pembayaran, semuanya terjadi di dalam platform.

Menurut Madihid, apa yang mereka lakukan di sini adalah menggabungkan teknologi dan pengetahuan yang telah dibangun selama bertahun-tahun bekerja di sektor ini untuk menghubungkan titik-titik di seluruh supply chain. Pada akhirnya, akan membantu klien melakukan navigasi lintas batas dan menghadapi tantangan domestik, terutama di wilayah yang berkembang pesat, namun sangat terfragmentasi.

“Pada akhirnya, saat sektor logistik perlu segera ditingkatkan dan didigitalkan untuk memenuhi permintaan, Luwjistik menyediakan solusi teknologi yang cepat, efisien, dan aman, yang akan membantu mereka untuk tumbuh,” pungkasnya.

Ramaikan pendanaan sektor logistik

Sebelum East Ventures mengumumkan pendanaannya untuk Luwjistik, beberapa pekan sebelumnya juga telah berinvestasi untuk startup e-logistics lainnya, yakni McEasy. Segmen ini termasuk sangat bergairah di tengah pandemi karena perannya yang krusial dalam menyokong pertumbuhan industri e-commerce.

Sejak awal tahun 2019 hingga Juli 2021, tim riset DailySocial.id mencatat ada sekitar 16 transaksi pendanaan yang diumumkan melibatkan perusahaan logistik berbasis teknologi. Investasi ini berhasil membukukan total nilai dana $586 juta. Setidaknya ada 4 startup logistik yang memiliki valuasi di atas $100 juta, yaitu SiCepat, Waresix, Shipper, dan GudangAda.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020

Masuk ke Indonesia, Startup Logistik Janio Buka Peluang Pengiriman Produk E-commerce Lintas Negara

Digitalisasi logistik yang menyeluruh tidak hanya dari first atau last mile saja, tapi juga menyangkut bagaimana transaksi lintas batas negara bisa dipenuhi. Solusi ini belum menjadi perhatian para pemain startup karena banyak regulasi yang harus dipenuhi.

Ranah tersebut biasanya dimainkan oleh pemain incumbent seperti DHL dan FedEx. Kedua perusahaan ini lebih mengandalkan pada kekuatan aset berat dan sumber daya manusia yang berjumlah besar. Alhasil mengakibatkan harga pengiriman yang mahal, sementara konsumen tidak punya alternatif pilihan.

Peluang tersebut ingin digarap oleh startup logistik asal Singapura Janio. Startup ini mengadopsi pendekatan aset ringan dengan teknologi untuk mengintegrasikan ekosistem dengan para pemain logistik dalam berbagai rantai pasok, ketimbang menambah lebih banyak aset berat.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO Janio Syed Ali Ridha Madihid menjelaskan, bisnisnya mengoptimalkan kapasitas yang ada di pasar daripada bersaing secara langsung dengan pemain lama. Pihaknya bekerja sama dengan banyak perusahaan logistik yang ahli di berbagai proses pengiriman internasional, sehingga beroperasi sebagai jaringan lintas batas regional.

“Kami percaya bahwa kolaborasi teknologi sentris adalah kunci untuk menciptakan situasi dan nilai yang saling menguntungkan,” ujarnya.

Janio menggabungkan pelacakan real time, analisis terstruktur, dan komunikasi khusus pengiriman untuk membantu pengiriman paket lebih sederhana, namun akurat dalam sebuah platform terpusat.

Di dalam platform tersebut, berisi informasi saat barang masuk gudang, pengiriman first mile, proses bea cukai di bandara udara asal dan tujuan, distribusi, hingga pengiriman last mile. Layanan ini bisa dipakai untuk bisnis UKM maupun korporasi yang memulai ekspansi bisnis secara internasional.

Mitra perdana Janio untuk korporasi lokal adalah Bukalapak dalam layanan BukaGlobal. Janio menyediakan solusi pengiriman dan edukasi bagi para merchant Bukalapak yang ingin perdalam pemahaman mereka tentang pasar internasional.

“Saat ini kami mendukung BukaGlobal dengan pengiriman ekspor di lima jalur, yaitu dari Indonesia ke Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hong Kong, dan Taiwan.”

Adapun, Janio sendiri menyediakan pengiriman hingga 12 negara, dari Asia Tenggara, hingga Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Tiongkok.

Bermitra dengan idEA

Pada awal Desember 2019, Janio melakukan kemitraan dengan Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) untuk bantu pelaku lokal masuk ke pasar internasional. Ali menjelaskan, dalam kemitraan ini Janio menjadi expertise dalam bidangnya mengadakan berbagai lokakarya dan acara gabungan untuk memberikan wawasan agar mereka berhasil mengembangkan bisnisnya.

Pihaknya menyadari bahwa pengiriman e-commerce lintas negara lebih kompleks daripada di dalam negeri, oleh karenanya perlu bantuan dari kepentingan ekosistem utama seperti idEA dan keahlian dari pihak swasta untuk mengatasi isu tersebut.

“Kami berharap dapat lebih membantu pelaku usaha e-commerce Indonesia dengan mengatasi semua masalah yang mungkin mereka hadapi dalam ekspansi ke luar negeri.”

Di luar itu, komitmen Janio untuk pengembangan ekosistemnya adalah menyediakan volume impor internasional untuk pemain logistik Indonesia. Mitra dapat memanfaatkan jaringan regional Janio untuk memberikan jangkauan layanan yang lebih besar kepada klien mereka sendiri.

Dia mencontohkan, operator armada lokal Indonesia yang spesialisasi dalam pengiriman di Tangerang saja, sekarang tidak hanya dapat menerima lebih banyak bisnis melalui pengiriman yang datang dari luar Indonesia lewat jaringan Janio. Juga, memanfaatkan jaringan Janio dan menyediakan pengiriman internasional kepada pelanggan mereka di Tangerang.

“Ini memungkinkan mereka untuk memberi nilai tambah [kepada pengguna] dengan lebih banyak cara.”

Menurutnya, Indonesia punya peluang ekspor yang besar, tapi tantangannya dalam membangun ekosistem secara lokal juga tak kalah besar. Pasalnya, untuk menguatkan rantai pasok internasional, ekosistem di dalam negeri harus kuat dan dapat diandalkan.

“Fokus kami adalah memastikan aksesibilitas yang lebih baik dan kualitas solusi kami untuk memenuhi pertumbuhan ini,” pungkas Ali.

Di sini, Janio sudah memiliki tim lokal dan berkantor di Jakarta dibentuk pada pertengahan tahun 2019. Janio sendiri sudah membuka kantor di Hong Kong dan Malaysia.

Perusahaan masuk dalam salah satu portofolio Insignia Ventures, bersama startup logistik lainnya, seperti Shipper dan Logivan dari Vietnam.