Gandeng Telkom Indonesia, OONA Hadirkan Layanan “Streaming” Konten Televisi Lokal dan Mancanegara

Menggandeng Telkom Indonesia, layanan OTT (Over The Top) OONA meluncurkan layanan streaming acara televisi lokal dan mancanegara. Aplikasi yang diluncurkan akhir tahun 2017 ini dimiliki oleh OONA Mobile App, perusahaan patungan Omni Channels Asia (TV4 Entertainment dan Multi Channels Asia).

Kepada DailySocial, CEO dan Founder OONA Christophe Hochart mengungkapkan, OONA merupakan layanan OTT yang sarat dengan kanal televisi, permainan, dan rewards (dalam bentuk tcoin) untuk pengguna. Layanan gratis ini masih memberikan invitation kepada 600 ribu orang terpilih dan segera menghadirkan TV Lokal dan Global kepada setiap pengguna smartphone di Indonesia.

“Pengalaman pengguna yang ada di OONA berbeda dengan layanan serupa lainnya. OONA merupakan layanan yang sepenuhnya dilengkapi dengan iklan yang tersemat langsung. Berisikan tayangan televisi lokal hingga mancanegara yang bisa langsung dipilih pengguna saat mendaftarkan di awal.”

Dilengkapi chatbot “Siskabot” dan Programmatic Advertising

Fitur chatbot OONA "Siskabot"
Fitur chatbot OONA “Siskabot”

Tidak sekedar layanan TV streaming, OONA dilengkapi dengan fitur chatbot yang bernama Siskabot. Fitur ini langsung ditemui pengguna usai melakukan registrasi. Fungsinya adalah untuk menentukan jenis acara televisi yang disukai pengguna dan iklan yang relevan untuk advertiser dan pemilik konten.

“Dengan teknologi AI, Siskabot juga menciptakan relasi personal antara pengguna dengan OONA, memanfaatkan chatbot. Semakin sering dialog atau percakapan yang dilakukan dengan Siskabot, semakin besar peluang pengguna mendapatkan tcoin,” kata Christophe.

Fitur chatbot Siskabot diklaim bisa membantu advertiser untuk melakukan kegiatan pemasaran yang tepat memanfaatkan penerapan teknologi AI.

Hal ini diklaim menguntungkan semua pihak, termasuk pengguna OONA, operator telekomunikasi, studio, dan pemilik konten untuk melakukan monetisasi. OONA juga menerapkan Programmatic Advertising dalam kegiatan pemasaran, sehingga iklan yang dihadirkan lebih relevan dan langsung ke pengguna yang tepat.

Untuk mengajak lebih banyak pengguna melihat iklan dan mengumpulkan poin, OONA dan Telkom Indonesia telah menyiapkan hadiah atau rewards yang beragam yang bisa ditukar voucher makan gratis di restoran terpilih, pembelian barang, hingga beragam produk dari Telkom Indonesia.

tcoin yang bisa dikumpulkan dalam OONA wallet memungkinkan pengguna untuk mendapatkan level atau jenjang bagi pengguna. Mulai dari Rookie hingga Master, tergantung dari jumlah tcoin yang terkumpul,” kata Christophe.

Target OONA tahun ini

Platform streaming OONA diharapkan bisa menjadi media yang tepat memberikan hiburan kepada pengguna tanpa adanya paksaan atau gangguan iklan saat menikmati konten secara gratis. Masih fokus kepada pengenalan dan brand awareness, tahun ini OONA masih memiliki rencana yang ingin diwujudkan.

“Target OONA di Indonesia pada akhir 2018 adalah membawa 50 channel internasional tambahan di platform OONA di Indonesia dan fokus mendukung Indonesia Free To Air Channels ke OTT dan meningkatkan FTA revenue melalui iklan yang terprogram (programmatic advertising). Terakhir, kami bertujuan untuk membawa lebih banyak studio lokal untuk membuat channels Digital Free to Air mereka sendiri dan menjadi Channels sendiri,” tutup Christophe.

Application Information Will Show Up Here

GDP Venture and PTB Venture Lead Investment for AI Startup Element Inc

Artificial Intelligence (AI) Startup, Element Inc, announces Series A funding of $12 million (about Rp171 billion) led by GDP Ventures and PTB Ventures. Also participating are some of Indonesia’s top-tier corporates, such as BCA (through its investment company, Central Capital Ventura), BRI (through its investment unit), Telkom Indonesia (through MDI Ventures), and Maloekoe Ventures (partner of Ayala Corporation, the Philippines).

David Fields, PTB Ventures’ Managing Partner and GDP Venture’s CTO On Lee will join Element Inc’s board of Directors. Pandu Sjahrir also continues his investment in this round.

Element Inc was founded by Adam Perold (Stanford’s graduate in product design) and Yann LeCun (machine learning expert) in the US. LeCun is a professor in NYU and previously was Facebook’s AI Research Director.

This startup develops and distributes mobile-based software platform creating a biometric identity. The company produces a thorough biometric solution that mostly used to build global vaccination platform. It allows initiate diagnose, gives identity source to the health services, and creates access for financial services.

“Our mission in Element is to provide an identity for billions of people in need. We want to build an efficient and inclusive public. Currently, the opportunity for digital transformation in Asia and Africa is very engaging. We are honored to be able to partner with these world-class companies,” Adam Perold, Element Inc’s CEO and Co-Founder, said in the release.

In Indonesia, Element Inc has built the operational team by recruiting Rizki Suluh Adi as the Head of Indonesia.

Martin Hartono, CEO of GDP Venture, said on this funding, “GDP is always open for global investment that can give a big impact on Indonesia’s development, world’s fourth-largest population. By investing in Element Inc, we spot a chance to advance Artificial Intelligence technology, particularly for digital identity safety to be implemented in various sector.”

“After years of operation, we’ve observed the well-known companies using Artificial Intelligence in Asia, US, Canada, and Europe. The end-to-end AI produced by Element for mobile and cloud is very unique,” On Lee, CTO of GDP Venture, added.

David Bangun, Telkom Indonesia’s Director of Digital & Strategic Portfolio, said, “Currently, Telkom has 180 million customers and business unit that provides national-scale IT infrastructure includes cloud, security, and broadband solution. With Element, we notice a big opportunity for partnerships that can give numerous advantage to our customers on a big scale.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GDP Venture dan PTB Ventures Pimpin Pendanaan untuk Startup Artificial Intelligence Element Inc

Startup Artificial Intelligence (AI) Element Inc mengumumkan perolehan dana Seri A sebesar $12 juta (sekitar 171 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh GDP Venture dan PTB Ventures. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini sejumlah korporasi ternama Indonesia, yaitu BCA (melalui perusahaan investasi Central Capital Ventura), BRI (melalui unit investasinya), Telkom Indonesia (melalui MDI Ventures), dan Maloekoe Ventures yang bermitra dengan Ayala Corporation (Filipina).

Managing Member PTB Ventures David Fields dan CTO GDP Venture On Lee akan bergabung di dewan direksi Element Inc. Investor Pandu Sjahrir juga melanjutkan investasinya di putaran kali ini.

Element Inc didirikan oleh Adam Perold (desainer produk lulusan Stanford) dan Yann LeCun (peneliti machine learning kenamaan) di Amerika Serikat. LeCun adalah Profesor di NYU dan pernah menjabat sebagai Direktur Facebook AI Research.

Startup ini mengembangkan dan mendistribusikan platform software berbasis mobile yang menciptakan identitas biometrik. Perusahaan ini memproduksi solusi biometrik dari hulu ke hilir yang banyak digunakan untuk membangun platform imunisasi global. Hal ini memungkinkan diagnosis awal, memberikan sumber identitas untuk penyedia jasa kesehatan, dan mendorong akses terhadap layanan finansial.

Menggunakan teknologi Element Inc yang tersedia dalam bentuk aplikasi mobile, identitas seseorang (pengenalan wajah, sidik jari, dan lain-lain) akan lebih mudah disimpan dan digunakan. Hal ini dapat mengubah bagaimana berbagai layanan, termasuk perbankan dan kesehatan, mengelola data konsumennya.

“Misi kami di Element adalah untuk memberikan identitas pada miliaran orang yang membutuhkannya. Kami ingin membangun masyarakat yang lebih efisien dan inklusif. Saat ini, kesempatan untuk melakukan transformasi digital di Asia dan Afrika sangatlah menarik. Kami merasa terhormat bisa bergabung dengan perusahaan-perusahaan mitra kelas dunia ini,” kata Co-Founder dan CEO Element Inc Adam Perold dalam rilis yang kami terima.

Di Indonesia Element Inc telah membangun operasionalnya dengan merekrut Rizki Suluh Adi sebagai Head of Indonesia.

Menanggapi pendanaan ini, CEO GDP Venture Martin Hartono berujar, “GDP selalu terbuka untuk melakukan investment global yang dapat memberikan dampak besar terhadap pembangunan Indonesia, negara yang memiliki populasi keempat terbesar di dunia. Dengan berinvestasi di element inc, kami melihat adanya kesempatan untuk memajukan teknologi Artificial Intelligence khususnya keamanan identitas digital yang bisa diterapkan di berbagai bidang di Indonesia.”

“Setelah bertahun-tahun beroperasi, kami telah memantau perusahaan-perusahaan ternama yang menggunakan Artificial Intelligence di Asia, Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa. Teknologi end-to-end AI yang diproduksi oleh Element untuk penggunaan mobile dan cloud sangatlah unik,” CTO GDP Venture On Lee menambahkan.

Director of Digital & Strategic Portfolio Telkom Indonesia David Bangun mengatakan, “Saat ini, Telkom memiliki 180 juta pelanggan seluler serta unit bisnis yang menyediakan infrastruktur TI berskala nasional, termasuk layanan cloud, solusi broadband dan security. Bermitra dengan Element, kami melihat banyaknya peluang kolaborasi yang akan memberikan sejumlah manfaat bagi pelanggan kami dalam skala besar.”

Telkom Officially Commercialize WiFi Corner

Telkom authorized the commercialization of WiFi Corner by launching its two latest services, WiFi Corner (WiCo 2.0) and WiFi Station. The initiation is an attempt to increase internet broadband penetration throughout Indonesia.

Up to this point, WiFi Corner (WiCo) is known to be located in certain places for internet education and commonly in Telkom Plaza. WiCo is relatively affordable to access.

“WiCo 2.0 and WiFi Station is an attempt to develop Indonesia’s digital society, along with government vision to make Indonesia as the biggest digital economy power in Southeast Asia,” said Dian Rachmawan, Telkom’s Enterprise & Business Service Director on Thursday, (12/28).

He explained, WiCo 2.0 is inspired by internet cafe service (warnet) inviting third party as enterprise partner to help the internet penetration. WiCo 2.0 uses a 100% fiber optic backhaul with speed range starts from 100 mbps and signal range of 50 meters.

Partners only need to provide a location and download MyWiCo app to register as user and top up voucher balance. Furthermore, they can directly sell WiFi.id vouchers for internet user to use in particular places.

Through the voucher sale, Telkom implements a 50:50 profit sharing scheme with starting price of Rp3,500 per two hours. Partners can raise prices according to local conditions.

By these vouchers, partners can earn additional income, making it suitable for women to do a home-based business. For voucher payment, can be done using Finpay or scan QR Code.

For next year, Rachmawan targets WiCo 2.0 will be available in 50,000 new locations. So dar, the old version or WiCo 1.0 is available in around 15,000 points throughout Indonesia.

WiFi Station

Unlike WiCo 2.0, WiFi Station is dedicated service for corporate, providing free internet service for its employees or public customers. For instance, cafe, restaurant, school, campus or coworking space. WiFi Station is targeted to be available in 100,000 new locations by next year.

“The company will take care of the cost, so the end user will not be burdened.”

WiFi Station features are considered useful for business people. Login ID Customization allowing a secure internet connection, while Welcome Page Customization allowing business people to create a brand image of the business through internet WiFi features. In addition, Customer Profiling feature to improve customer engagement.

For Rachmawan, the presence of these two new products are not opposed to the segment of Indihome users which most likely stayed at home. All three are targeting different users.

Rachmawan’s opinion related to the competition with existing player is located in the after sales handling. Telkom has Telkom Akses specialized in providing construction services and network infrastructure management.

“We have subsidiary specialized in handling fiber optic. It is our extra value of other competitors,” Rachmawan concluded.

There are several other companies providing similar services to WiFi Station, such as Biznet Hotspot and Google Station. Google partners with CBN and FiberStar brings free internet access in public places. In Indonesia, Google Station is available in Jabodetabek and Bandung.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Telkom Resmi Komersialkan Layanan WiFi Corner

Telkom resmikan dimulainya komersialisasi layanan Wifi Corner dengan meluncurkan dua layanan terbaru WiFi Corner (WiCo 2.0) dan WiFi Station. Inisiasi ini menjadi upaya perusahaan untuk meningkatkan penetrasi internet broadband ke seluruh Indonesia.

Selama ini WiFi Corner (WiCo) dikenal hanya berlokasi di tempat tertentu untuk sarana edukasi internet dan umumnya ada di Plasa Telkom. WiCo bisa diakses dengan harga relatif terjangkau.

“WiCo 2.0 dan WiFi Station merupakan upaya pengembangan masyarakat digital Indonesia, sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara,” ucap Direktur Enterprise & Business Service Telkom Dian Rachmawan, Kamis (28/12).

Dian menjelaskan, WiCo 2.0 terinspirasi oleh layanan warung internet (warnet) dengan mengajak pihak ketiga sebagai mitra yang berasal dari kalangan UKM untuk membantu penyebaran penetrasi internet. WiCo 2.0 menggunakan backhaul 100% fiber optik dengan kecepatan mulai dari 100 mbps dan jangkauan sinyal maksimal 50 meter.

Mitra hanya perlu menyediakan lokasi, dan mengunduh aplikasi MyWiCo untuk mendaftar sebagai pengguna dan top up saldo voucher. Setelah itu, mitra dapat langsung berjualan voucher WiFi.id kepada pengguna internet untuk digunakan di tempat yang sudah disediakan.

Lewat penjualan voucher ini, Telkom menerapkan skema bagi hasil 50:50 dengan harga voucher dimulai dari Rp3.500 per dua jam. Hanya saja mitra dapat menaikkan harga disesuaikan dengan kondisi setempat.

Dengan voucher tersebut, mitra dapat memperoleh penghasilan tambahan, sehingga cocok untuk dilakukan oleh para perempuan sebagai usaha rumahan. Untuk pembayaran voucher, bisa dilakukan dengan Finpay atau scan QR Code.

Dian menargetkan sampai tahun depan, WiCo 2.0 dapat tersedia di 50 ribu lokasi baru. Sementara ini, WiCo versi lama atau 1.0 sudah tersedia sekitar 15 ribu titik di seluruh Indonesia.

WiFi Station

Berbeda dengan WiCo 2.0, WiFi Station lebih diperuntukkan ke segmen korporat yang ingin memberikan layanan internet gratis untuk karyawannya atau pelanggan di tempat publik. Misalnya kafe, restoran, sekolah, kampus, atau coworking space. Untuk WiFi Station, ditargetkan sampai akhir tahun depan dapat tersedia di 100 ribu lokasi baru.

“Jadi end user tidak dibebankan biaya karena sudah ditanggung oleh perusahaan.”

WiFi Station punya fitur yang dinilai bermanfaat untuk pelaku bisnis, di antaranya Login ID Customization memungkinkan penyediaan koneksi internet yang aman, Welcome Page Customization memudahkan pelaku bisnis menciptakan brand image dari bisnisnya melalui fitur layanan WiFi internet. Serta, fitur Customer Profiling untuk meningkatkan customer engagement.

Menurut Dian, kehadiran dua produk terbaru ini tidak berseberangan dengan segmen pengguna Indihome yang lebih diperuntukkan untuk rumahan. Ketiganya menyasar pengguna yang berbeda.

Terkait persaingannya dengan pemain yang sudah ada sebelumnya, menurut Dian, terletak di penanganan setelah purna jualnya. Telkom punya anak usaha Telkom Akses yang khusus bergerak di bidang penyediaan layanan konstruksi dan pengelolaan infrastruktur jaringan.

“Kami ada anak usaha yang khusus menangani fiber optic, jadi ini nilai lebih kami dibandingkan kompetitor,” tutup Dian.

Layanan serupa seperti WiFi Station yang sudah lebih dahulu hadir, di antaranya Biznet Hotspot dan Google Station. Google menggandeng CBN dan FiberStar menghadirkan akses internet gratis di tempat publik. Di Indonesia, Google Station telah hadir di
Jadetabek, Bandung, dan Bogor.

Alasan MDI Ventures Berinvestasi di Startup Layanan Kesehatan Singapura mClinica

Salah satu investor Indonesia yang turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan Seri A sebesar $6.3 juta kepada mClinica, startup layanan kesehatan asal Singapura, adalah MDI Ventures. Investasi tersebut selanjutnya bakal digunakan oleh mClinica untuk ekspansi secara global.

Kepada DailySocial, CEO MDI Nicko Widjaja mengungkapkan, pendekatan yang dilakukan kepada mClinica sudah terjadi jauh sebelum rencana penggalangan dana dilancarkan.

“Karena mClinica berada di bisnis kesehatan dan data, vertikal ini membutuhkan tingkat kepatuhan tertinggi terkait dengan hal-hal yang bisa menjadi sangat sensitif. Selama proses pengujian (diligence process), kami ingin memastikan bahwa semua aspek bisnis mereka sepenuhnya mematuhi peraturan, terutama karena peranan Unitus Impact yang berpartisipasi dalam putaran ini. Kita membahas banyak tentang bagaimana mClinica akan berdampak kepada masyarakat. Mengingat semua ini, saya percaya sekarang mClinica adalah salah satu startup layanan kesehatan yang paling sesuai di wilayah tersebut,” kata Nicko.

Investasi MDI Ventures kepada mClinica selanjutnya akan diselaraskan dengan layanan yang sudah ada di tanah air, terutama yang dihadirkan Telkom Indonesia. Layanan kesehatan di Indonesia yang berbasis digital saat ini juga telah menunjukkan pertumbuhan yang positif, sesuai dengan rencana MDI untuk mClinica.

“Selama ini Telkom Indonesia melalui Admedika dan Telkomedika telah menciptakan relasi yang baik dengan pemerintah demikian juga dengan industri kesehatan di seluruh Indonesia. Saya melihat layanan dan produk yang ditawarkan oleh mClinica bisa menjadi solusi yang tepat saat ini,” kata Nicko.

Model bisnis mClinica berupaya menciptakan skenario win-win solution bagi pihak-pihak yang terlibat dan mampu menciptakan efek jaringan yang kuat sehingga membuatnya mampu bertahan. Jumlah data dan informasi yang dihasilkan menjadi sangat berharga untuk ekosistem kesehatan (perusahaan farmasi, pemerintah, perusahaan asuransi, dan konsumen).

“Bersama kita bisa memperkenalkan model bisnis yang inovatif yang dapat memungkinkan untuk kesehatan dengan kualitas yang lebih baik sekaligus mengurangi beban ekosistem pendukung. Kami sangat antusias untuk mendukung perluasan pasar mClinica ke Indonesia dengan inovasi yang kami ciptakan untuk layanan kesehatan  di Indonesia,” kata Nicko.

Selain MDI Ventures, investor lain yang turut berpartisipasi dalam putaran kali ini adalah Unitus Impact, Global Innovation Fund, dan Endeavor Catalyst dari Amerika Serikat. Investor terdahulu, yaitu 500 Startups, IMJ Investment Partners, dan Kickstart Ventures, juga berpartisipasi dalam pendanaan kali ini.

Kepada DailySocial, Managing Partner Unitus Impact Beau Seil mengatakan, “Kami melihat mClinica sebagai perusahaan yang “mampu mengubah sistem” yang dapat mengubah wajah layanan kesehatan di negara berkembang. […] Menggunakan platform berbasis mobile yang simpel tapi canggih, mClinica menciptakan skenario “win-win” untuk perusahaan privat dan organisasi sektor publik yang mengantarkan obat-obatan yang dibutuhkan untuk ratusan juta — jika bukan miliaran — orang yang menjadi target pasar mClinica.”

Pasar Asia Tenggara mClinica

Saat ini mClinica telah beroperasi di pasar Asia Tenggara, seperti Indonesia, Vietnam dan Filipina. Melalui platform yang ada, mClinica memungkinkan perusahaan farmasi terkemuka, pemerintah, LSM, dan lembaga akademis multinasional untuk mendapatkan data yang sebelumnya tidak dapat diakses dan kemudian menjalankan program pasien yang langsung menyentuh populasi di tingkat farmasi setempat.

mClinica menawarkan solusi kepada Pemerintah untuk bisa dengan cepat menghasilkan dan memvisualisasikan data kesehatan secara real time untuk pengambilan keputusan dan merumuskan kebijakan. Tim ini akan terlibat dengan pemerintah yang ingin memanfaatkan data-driven tools untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di pasar negara berkembang.

“Di mClinica, kami menghubungkan farmasi terfragmentasi pada platform yang sama, menyediakan satu set terpadu data kesehatan global yang telah pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan kami adalah untuk secara cepat mengubah ketersediaan dan kualitas data kesehatan secara global dalam hitungan bulan bukanlah dekade,” kata Founder dan CEO mClinica Farouk Meralli.

ZTE and Telkom Will Build A Collective Innovation Center

ZTE Corporation and Telkom Indonesia have just announced their commitment upon the establishment of a Collective Innovation Center which will focus on IP-based video tech development. The MOU has been signed during the Mobile World Congress which was held in Barcelona on March 2, 2015. Continue reading ZTE and Telkom Will Build A Collective Innovation Center

Telin Singapore Acquired the Location for Its Telecommunication and Data Center

One of PT Telekomunikasi Indonesia’s (Telkom) subsidiaries, Telekomunikasi Indonesia International Pte Ltd (Telin Singapore), has just sealed an area plot at the Data Center Park (DCP) in Singapore. The plot is planned to be turned into the company’s telecommunication and data center. Continue reading Telin Singapore Acquired the Location for Its Telecommunication and Data Center

Official: Twitter Appoints Rick Mulia as the Business Head for Indonesia

Twitter has officially appointed Rick Mulia as the Business Head for Indonesia, at least that’s what stated on a release sent to us. Mulia, who is assigned to push Twitter’s sales based on his excellent track record in sales, would be Twitter’s first employee in Indonesia, as we have previously reported. Continue reading Official: Twitter Appoints Rick Mulia as the Business Head for Indonesia

Contact Centers Australia Is Now Aiming for a Leap, Thanks to Telkom Indonesia

Indonesia-based telecom giant PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) has just spent Rp 115 billion of its money to acquire the majority of shares of Australia-based Business Process Outsourcing (BPO) provider, the Contact Centers Australia (CCA). This acquisition itself was carried on through its subsidiary in Australia, Telkom Australia. Even though the actual amount of Telkom’s possession of CCA’s shares remains unknown, Syarif Syarial, the President Director of Telkom International (Telin), claimed that Telkom will soon acquire around 75 percent of shares of this Australia’s BPO provider. Continue reading Contact Centers Australia Is Now Aiming for a Leap, Thanks to Telkom Indonesia