Telkomsel is Getting Serious in SME Segment by Launching myBusiness Store

Telkomsel is getting serious to work on SME segment as the target market by launching a one-stop SME portal myBusiness Store. In this platform, there are digital solutions to solve any SME’s issues from various providers.

The SME segment is seen as the company’s next target to increase users. The IT consumption is predicted to keep rising, not less than any large corporation. The enterprise product contribution towards Telkomsel’s retail products is expected to slowly increase.

Previously, the company focused on the middle to the upper segment as myBusiness users that has been running since 2004. In total, there are more than 20 thousand companies engaged with 2.4 million users.

“We’re not yet targeting the lower middle segment in 2004, back then we thought they’re still adequate with Telkomsel retail products such as SIM cards. However, two years ago we have begun to focus on this segment and finally launched the MyBusiness Store portal today,” Arief Pradetya, Telkomsel’s VP Enterprise Mobile Product Marketing said on Monday (7/23)

myBusiness Store feature

Before the portal was launched, SMEs which already myBusiness members realize the importance of using various productivity apps to support the business. However, the number of apps used require different site logins, making it difficult for users to manage the emails and passwords.

They often have difficulty in controlling the communication budget and managing the solution subscription methods for all employees. Regarding this problem, Telkomsel presents all the SME solutions to be directly purchased on the portal.

Includes in the offering solutions are special mobile communication for SMEs; Internet; email, storage, and collaboration; professional shop creation; online cashier; online accounting; employee management, and specific solutions such as clinic management with partners, from Microsoft, Google, Jarvis, Moka, Gadjian, Kofera, and TrustMedis.

Pradetya said in the future, the company will continue to seek partnership and create more opportunity for solution providers to present the services for SMEs. Furthermore, the additional solutions to be launched include digital marketing, management, and security.

myBusiness store provides a feature that allows SMEs to log-in to multiple single sign-on apps, therefore, users will no longer have to memorize the username and passwords of each app. They also provided with various payment methods, such as Halo Corporate card bill, a prepaid balance (Simpati, Kartu As, and Loop), or credit card.

“They can also perform package setting with the upgrade, downgrade, and service updates independently. Single billing is available, customers can control the budget for its employees accordingly.”

In Pradetya’s opinion, myBusiness Store is designed as an SaaS-based solution with Telkomsel connectivity, available within minimal amount, monthly billing, and easily operated without any complicated integration. It’s accessible via myBusiness Store official site.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Advan Luncurkan Smartphone Android G2 Plus: Baterai Besar!

Perusahaan smartphone asal Indonesia, Advan, saat ini meneliti pasar pengguna perangkat komunikasi dengan sistem operasi Android. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa para pengguna yang ada di Indonesia mementingkan tiga faktor dalam membeli sebuah smartphone. Ketiganya adalah spesifikasi, harga, dan merek.

Oleh karena itu, Advan kembali meluncurkan sebuah smartphone untuk memenuhi tiga kriteria yang dipilih oleh masyarakat Indonesia tersebut. Acara peluncurannya diadakan pada restoran SIKU Dharmawangsa pada tanggal 26 Juli 2018. Smartphone yang dimaksud adalah Advan G2 Plus.

 

Advan G2+ Auf

Advan G2 Plus khusus diramu oleh vendor asal Indonesia ini dengan baterai besar, 4000 mAh. Selain itu, kerjasama eksklusif Advan bersama Samsung menelurkan smartphone dengan kamera dengan sensor ISOCELL. Dengan sensor 13 MP pada bagian belakang, kameranya menggunakan lensa Largan 5P.

Advan G2 Plus menggunakan IDOS terbaru dengan berbasis Android Oreo. Pada smartphone ini tidak ada tombol software sama sekali, yang digantikan dengan gesture swipe. Walaupun ini membuat smartphone ini menjadi lebih unik, namun jika belum terbiasa akan cukup menyulitkan dalam menggunakannya.

Advan G2 Plus memiliki spesifikasi sebagai berikut:

SoC Mediatek MT6737
CPU 4 x 1.3 GHz Cortex A53
GPU Mali-T720 MP2
RAM / Internal Storage 3 GB / 32 GB
Layar 5,7” 1440×720 18:9
Baterai 4000 mAh
Sistem Operasi Android Oreo 8.1
Kamera Depan: 8 MP, Belakang: 13 MP

Advan G2+

Advan membandingkan spesifikasi mereka dengan beberapa smartphone merek luar. Dengan harga yang lebih murah, Advan mengklaim bahwa mereka memiliki fitur yang lebih baik. Akan tetapi, melihat dari penggunaan SoC Mediatek MT6737, kinerja smartphone ini, di atas kertas bisa diprediksi, bakal lebih lambat dibandingkan para pesaingnya.

Dengan spesifikasi tersebut, Advan akan dijual dengan harga Rp. 1.899.000. Smartphone ini akan dijual di ecommerce Shopee pada tanggal 1 Agustus 2018. Selain itu, pengguna juga akan mendapatkan kartu bundling dari Telkomsel.

Tidak untuk gaming?

Dengan menggunakan SoC yang ada, Advan G2+ sepertinya tidak bakal mampu memainkan game-game populer yang ada sekarang seperti PUBG. Padahal saat ini banyak sekali para pengguna smartphone yang membeli perangkat dengan harga murah namun digunakan untuk bermain game.

Advan G2+ Duo

“Advan melihat pasar secara keseluruhan. Kita tidak mencoba pasar yang niche, namun melihat yang lebih besar. Kalau memang kebutuhan konsumen banyak yang gaming, kita akan mencoba membuat sesuatu yang bisa memuaskan para gamers“, ujar Tjandra Lianto, Marketing Director Advan.

“Saat ini kami mensurvei dan hasilnya kebanyakan keinginan konsumen adalah RAM yang besar, Kamera bagus, kamera resolusi tinggi. Dan dari sisi prosesor tidak terlalu aware, karena selama produknya bagus pasti akan terjual”.

Advan G2+ kamera

Advan juga nantinya akan berencana mengeluarkan smartphone untuk kelas yang lebih tinggi. Mereka juga akan mengeluarkannya secara bertahap agar konsumen nyaman saat melakukan upgrade. Selain itu Advan pun juga bersiap untuk mengeluarkan sebuah produk smartphone lagi dalam waktu dekat.

Menuju Revolusi Indonesia 4.0 Lewat Pusat Inovasi IoT

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto membuka sambutannya pada ajang Telkomsel Innovation Center (TINC) Conference & Exhibition di Balai Kartini Rabu (25/7), lewat paparan bertajuk “Making Indonesia 4.0”. Sebuah visi masa depan pemerintah untuk mewujudkan revolusi digital industri 4.0.

Dalam paparan tersebut, ia menyebutkan industri 4.0 dapat menjadi enabler untuk mendorong kemajuan bangsa dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. “Bangsa kita adalah negara terbesar di Asia dan demografi kita luas. Teknologi dapat jadi enabler agar negara kita lebih maju,” ungkapnya.

Maka itu, lanjut Airlangga, pemerintah mengajak setiap stakeholder terkait untuk berpartisipasi dalam mendorong pengembangan dan ekosistem Internet of Things (IoT) di Indonesia sebagai pilar industri 4.0.

Salah satunya melalui Telkomsel Innovation Center (TINC) yang menjadi upaya Telkomsel untuk fokus di industri IoT. TINC merupakan serangkaian program yang akan mempertemukan para startup, developer, hingga investor di industri IoT.

Program ini merangkum berbagai kegiatan untuk membentuk ekosistem IoT di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah fasilitas laboratorium IoT, kegiatan mentoring dan bootcamp, hingga akses networking bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan pelaku bisnis terkait.

Tak hanya itu, anak usaha Telkom ini juga memperkenalkan Narrowband Internet of Things (NB-IoT) Lab pertama di Indonesia yang dapat dimanfaatkan para inovator TINC untuk melakukan uji coba produk IoT yang dikembangkannya. Lab ini berlokasi di Bandung, Jawa Barat.

Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah menyebutkan dorongan untuk memperkuat komitmennya di ranah IoT muncul karena banyak sekali masalah unik yang terjadi di Indonesia dan tak dapat diselesaikan dengan mengandalkan bantuan pihak luar. Ia menilai Indonesia harus mengembangkan ekosistem IoT sendiri.

“Implementasi aplikasi IoT itu sangat luas. Untuk membatasi imajinasi, makanya kita harus (mewujudkannya) lewat kolaborasi. Kita bisa dorong pengembangan IoT lebih luas lagi, tak hanya untuk pelaku usaha tetapi juga untuk negara,” ungkap Ririek dalam sambutannya.

Ririek berharap dalam beberapa tahun mendatang bisa mengantongi 1 miliar pelanggan produk IoT. Untuk saat ini, Telkomsel lebih fokus terhadap penyediaan solusi untuk kegiatan sehari-hari.

Diharapkan pula, TINC dapat kembali melahirkan lebih banyak solusi IoT dan kolaborasi lainnya dengan para inovator. Beberapa layanan IoT yang sudah melewati masa inkubasi antara lain kolaborasi dengan Banopolis (bike sharing di Universitas Indonesia) dan kolaborasi dengan eFishery (pemberi makan otomatis ternak ikan).

5G optimalkan adopsi IoT

Selain merangkul multi stakeholder untuk membentuk ekosistem, Telkomsel juga akan membangun jaringan 5G di masa depan untuk memperkuat adopsi IoT lebih masif lagi. Saat ini teknologi seluler generasi ke-5 ini belum komersial di dunia, namun akan diuji coba di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Dalam presentasinya, Director Planning & Transformation Telkomsel, Edward Ying mengatakan pemanfaatan IoT akan lebih optimal dengan mengandalkan koneksi 5G karena jaringannya mampu menghadirkan kecepatan 100 kali lebih tinggi dari 4G dengan latensi rendah.

“5G bagus untuk major improvement karena punya kecepatan tinggi dan lebih efisien. Kami yakin ini dapat menciptakan tools paling powerful untuk industri telekomunikasi di masa depan. Ekosistem bisa support banyak hal, seperti smart city,” ujar Ying.

Pihaknya juga akan meningkatkan jangkauan jaringan LTE dengan NB-IoT di sejumlah area pada 2019. Saat ini, jaringan Telkomsel telah didukung sebanyak 167 ribu unit BTS dengan 80 persen merupakan BTS di jaringan 4G.

IoT Forum sebagai katalisator

Tahun 2020, menurut riset Cisco, diprediksi ada 7,6 miliar orang yang menggunakan sebanyak 50 miliar perangkat yang saling terhubung dengan jaringan internet.

Sementara, riset McKinsey mengestimasi potensi pasar IoT di Indonesia mencapai $3 miliar pada 2020. Dari nilai tersebut, ada empat kategori yang bakal mendominasi pasar IoT di Indonesia, yakni kendaraan, industri, smart city, dan ritel.

Di balik potensi pasar yang sedemikian besar, masih ada sejumlah hal yang menghambat pertumbuhan industri IoT di Indonesia. Padahal ekosistem IoT di Indonesia dinilai mulai berkembang dan cukup siap untuk menghadapi tren IoT di global.

“Ekonomi akan jalan kalau ada demand dan supply. Kita menjadi katalisator supaya kita bisa menggerakkan pihak supply. Tetapi, belum tentu pihak demand tahu produk ini ada. Makanya, kedua pihak harus dipertemukan dalam satu komunitas,” ungkap Founder Indonesia IoT Forum, Teguh Prasetya pada kesempatan sama.

Teguh menilai IoT Forum berperan penting dalam mempertemukan dan mengenali kebutuhan dengan end user. Dengan begitu, pengguna jaringan dan produsen perangkat dapat saling terhubung untuk menentukan siapa yang menciptakan layanannya.

Sementara itu, CEO eFishery, Gibran Huzaifah justru menilai salah satu penghambat industri IoT di Indonesia adalah kurangnya relevansi use case yang diterapkan dengan masalah yang dihadapi di Indonesia. Contohnya adalah produk smart home. Padahal, kebutuhan smart home di Indonesia belum terlalu besar.

“Relevansi pada use case itu penting karena tidak semua yang dikembangkan di barat berkaitan dengan masalah yang ada di Indonesia. Intinya, di barat belum tentu paham masalah yang ada di sini,” tutur Gibran yang juga menjadi pembicara di TINC Conference & Exhibition.

Di eFishery, Gibran menerapkan use case berdasarkan hal-hal yang terjadi pada budidaya peternak ikan, yakni pemberian makanan ikan. Ia kemudian menciptakan mesin pemberi makan ikan secara otomatis.

Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk kegiatan Telkomsel Innovation Center IoT Forum 2018 Convention & Exhibition.

Telkomsel dan Sisfo Indonesia Hadirkan Solusi Vessel Monitoring Solution untuk Industri Maritim

Telkomsel bekerja sama dengan Sisfo Indonesia menghadirkan solusi sistem pemantauan kapal perikanan (Vessel Monitoring Solution/VMS) berteknologi hybrid yang memanfaatkan infrastruktur GSM sebagai solusi dari Telkomsel MyBusiness untuk melengkapi fitur-fitur yang ada di alat pemantau kapal perikanan tersebut.

Sisfo Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengembangan dan implementasi teknologi informasi, termasuk dalam penyediaan layanan maritim.

Direktur Sales Telkomsel Sukardi Silalahi mengatakan infrastruktur GSM yang digunakan pada VMS tidak hanya akan membantu pemantauan penangkapan ikan oleh pemerintah. Tapi juga membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan nelayan.

“Kerja sama dengan Sisfo Indonesia sesuai dengan semangat Telkomsel untuk memberikan manfaat teknologi telekomunikasi ke seluruh lapisan masyarakat,” terang Sukardi dalam keterangan resmi.

Direktur Utama Sisfo Indonesia Nirwan Harahap menambahkan konektivitas di laut selama ini mengandalkan satelit yang memiliki keterbatasan bandwith. Dengan menggunakan tambahan infrastruktur GSM di jaringan Telkomsel, teknologi hybrid pada VMS akan lebih banyak memberikan keuntungan baik bagi nelayan, maupun bagi keperluan peningkatan kualitas penangkapan ikan oleh nelayan.

Bagi pemerintah, VMS merupakan bagian usaha memerangi illegal, unreported, dan unregulated fishing. Untuk pemilik kapal, VMS akan membantu efisiensi dan efektivitas pengelolaan informasi kapal, serta memperkirakan hasil tangkapan ikan. Sementara bagi nelayan, VMS akan membantu meningkatkan produktivitas serta mempermudah komunikasi dari kapal.

Selain teknologi konektivitas hybrid, solusi VMS juga memiliki banyak fitur seperti Tracking untuk memonitor posisi dan pergerakan kapal; Log Book yang memungkinkan nelayan melaporkan posisi penangkapan dan hasil ikan, sehingga hasil tangkapan diterima oleh pasar dengan harga layak.

Selanjutnya fitur Fish Forecast untuk membantu nelayan mengidentifikasi keberadaan ikan di laut; Distress Solution/Panic Button yang dapat digunakan nelayan untuk informasi darurat di kapal untuk mendapatkan bantuan; Weather Information untuk perkiraan informasi cuaca dari pihak otoritas seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Tersedia pula Messaging Service yang merupakan sistem pengiriman pesan buat para nelayan berkomunikasi dengan petugas pelabuhan yang berwenang di darat. Terakhir, Geofencing yang memanfaatkan GPS atau radio frequency identification untuk membantu nelayan mendapatkan informasi ketika memasuki daerah terlarang untuk menangkap ikan (marine protection area).

Solusi yang diberikan Telkomsel ini merupakan rangkaian untuk para klien enterprise kalangan menengah ke atas. Kemarin, Telkomsel meluncurkan portal MyBusiness Store untuk menyasar pengguna skala menengah ke bawah atau UKM.

Luncurkan myBusiness Store, Telkomsel Serius Garap Segmen UKM

Telkomsel serius menggarap segmen UKM sebagai sasaran pengguna dengan meluncurkan one-stop SME portal myBusiness Store. Dalam platform ini terdapat berbagai solusi digital untuk menjawab kebutuhan UKM dari beragam mitra penyedia solusi.

Segmen UKM dilihat sebagai sasaran perseroan berikutnya dalam meningkatkan jumlah penggunanya. Konsumsi belanja IT-nya yang diperkirakan akan terus meningkat, tidak kalah dengan korporasi besar. Diharapkan kontribusi produk enterprise terhadap produk ritel Telkomsel dapat perlahan meningkat.

Sebelumnya perseroan lebih memfokuskan segmen industri menengah ke atas sebagai pengguna myBusiness yang sudah berjalan sejak 2004 hingga kini. Total perusahaan yang telah digaet sudah lebih dari 20 ribu perusahaan dengan pengguna mencapai 2,4 juta.

“Segmen menengah ke bawah pada tahun 2004 belum kita sasar karena saat itu masih berpikir mereka bisa kita layani dengan produk ritel Telkomsel seperti kartu perdana. Namun sejak dua tahun lalu kami mulai seriusi segmen ini dan hari ini meluncurkan portal myBusiness Store,” terang VP Enterprise Mobile Product Marketing Telkomsel Arief Pradetya, Senin (23/7).

Fitur myBusiness Store

Sebelum portal ini diluncurkan, para pelaku UKM yang sudah menjadi pengguna myBusiness menyadari pentingnya menggunakan berbagai aplikasi produktivitas untuk dukung usahanya. Namun banyaknya aplikasi yang digunakan yang juga memerlukan login situs yang berbeda, menyebabkan pengguna sulit untuk mengelola berbagai email dan password.

Seringkali mereka mengalami kesulitan untuk mengontrol anggaran komunikasi dan mengelola metode berlangganan solusi untuk seluruh karyawan. Untuk mengatasi permasalahan ini, seluruh solusi UKM yang dihadirkan Telkomsel dapat langsung dibeli secara mandiri di portal tersebut.

Termasuk solusi yang ditawarkan adalah komunikasi selular khusus UKM; internet; email, penyimpanan dan kolaborasi; pembuatan toko profesional; kasir online; akuntansi online; pengelolaan karyawan, maupun solusi khusus seperti manajemen klinik dengan menggandeng mitra, mulai dari Microsoft, Google, Jarvis, Moka, Gadjian, Kofera, dan Trustmedis.

Arief menuturkan ke depannya perseroan akan terus mengembangkan kerja sama dan membuka kesempatan pada penyedia solusi untuk menghadirkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan UKM. Ke depannya, solusi tambahan yang akan tersedia dalam waktu dekat adalah digital marketing, manajemen, dan security.

myBusiness Store menyediakan fitur yang memudahkan pelaku UKM untuk log-in ke berbagai aplikasi yang telah dibeli dengan satu klik (single sign-on), sehingga pelanggan tidak perlu menghafal username dan password tiap aplikasi. Pelanggan juga dapat memilih berbagai metode pembayaran, entah itu menggunakan tagihan kartu Halo Corporate, pulsa nomor prabayar (Simpati, Kartu As, dan Loop), atau tagihan kartu kredit.

“Mereka juga dapat melakukan pengaturan paket dengan upgrade, downgrade, dan update layanan secara mandiri. Tersedia juga single billing, pelanggan dapat mengontrol budget tunjangan untuk karyawannya sesuai kebutuhan.”

Menurut Arief, myBusiness Store didesain sebagai solusi berbasis SaaS yang di-bundling dengan konektivitas Telkomsel, dapat dinikmati dengan jumlah minimal, dibayar bulanan, dan dioperasikan dengan mudah tanpa integrasi yang rumit. Aksesnya melalui situs resmi myBusiness Store.

TCASH Sementara Hentikan Rencana “Spin Off” dari Telkomsel

Mengusung tema #Semuabisa, TCASH berharap dibukanya kesempatan bagi pengguna operator telekomunikasi di luar Telkomsel (multioperator) untuk menggunakan layanannya bisa menambah jumlah pengguna minimal 20%. TCASH juga mengungkapkan pihaknya sementara menghentikan rencana spin off dari Telkomsel.

CEO TCASH Danu Wicaksana menegaskan, meskipun sudah bisa digunakan oleh pengguna operator lain sejak akhir Juni lalu, TCASH masih melakukan kegiatan sosialiasi dan melakukan perbaikan layanan sebelum peresmian hari ini. TCASH juga secara agresif menambah jumlah merchant untuk memberikan pilihan yang lebih beragam.

“Selama ini kami banyak mendapat pertanyaan dari merchant terkait dengan terbatasnya pengguna kepada pelanggan Telkomsel saja. Dengan dibukanya TCASH untuk semua operator, kami mendapatkan feedback yang cukup baik dari merchant-merchant baru kami,” kata Danu.

Sementara hentikan rencana spin off

Danu Wicaksana sebelumnya sempat menginformasikan rencana TCASH untuk keluar dari layanan operator induknya, yaitu Telkomsel. Rencana spin off tersebut diklaim bisa mempercepat pertumbuhan bisnis TCASH sebagai platform pembayaran multi operator. Namun, di kesempatan hari ini, Danu memastikan saat ini tidak akan keluar dari Telkomsel.

“TCASH tidak memiliki rencana untuk berdiri sendiri dan keluar dari otoritas dan legalitas Telkomsel. Demi memanfaatkan sumber daya, aset, dan data yang ada, TCASH akan terus menjadi bagian dari Telkomsel,” kata Danu.

Danu menambahkan, meskipun saat ini menghentikan rencana spin off, TCASH tetap menerapkan kultur perusahaan yang agile, seperti yang biasa diterapkan banyak startup.

Ragam fitur baru

Selain bisa digunakan untuk pembayaran transportasi Blue Bird, pembayaran di pasar tradisional, dan di Pertamina, saat ini TCASH juga sudah bisa digunakan sebagai platform pembayaran dan transaksi cash-in dan cash-out di gerai Indomaret dan Alfamart. Untuk gerai Family Mart dan Circle K, layanan yang tersedia adalah cash-in dan pembayaran.

“Ke depannya kami juga akan menambah layanan lain. Salah satu rencana yang dalam waktu dekat akan diimplementasikan adalah menyematkan aplikasi TCASH di feature phone yang saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia,” kata Danu.

Sementara itu, meskipun sudah menerapkan penggunaan QR Code untuk transaksi, belum semua merchant yang bergabung menerima pembayaran menggunakan QR Code. Penggunaan NFC dan mesin EDC yang merupakan ciri khas TCASH masih banyak diimplementasikan.

“Kalau untuk merchant nasional kebanyakan masih menggunakan EDC untuk pembayaran, namun untuk smartphone Android bisa mengaktifkan fitur NFC di smartphone mereka,” kata Danu.

Danu menambahkan tidak semua smartphone Android yang memiliki fitur tersebut. Untuk itu disarankan pengguna baru yang tidak memiliki stiker NFC, bisa melakukan pemesanan stiker tersebut melalui situs TCASH.

“Sesuai dengan misi TCASH yaitu tidak hanya ingin mengajak orang melakukan pembayaran secara non tunai, tapi TCASH juga ingin mendukung program pemerintah untuk penggunaan uang non tunai di kalangan masyarakat,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

5 Inovasi Startup Internet of Things di Indonesia yang Layak untuk Disimak

Tren Internet of Things di Indonesia bertumbuh sehat. Kendati pertumbuhan di sektor consumer masih belum begitu memuaskan, pemanfaatan di ranah industri tampak menunjukkan keseriusan. Efisiensi perputaran roda bisnis dalam tubuh perusahaan adalah satu alasan kuat yang mendasarinya.

Ditinjau secara umum, ekosistem IoT di Indonesia setidaknya telah unjuk gigi dengan beberapa jagoan inovasi yang berpotensi besar untuk menjadi lebih besar; inilah lima inisiasi di antaranya.

HARA

HARA adalah produk IoT yang dikembangkan untuk menangani permasalahan di sektor pertanian dan pangan. Produk dari Dattabot ini disiapkan untuk menanggulangi masalah potensi lahan, optimasi pertanian, dan mencegah pertumbuhan hama dan penyakit tanaman. Fitur utama dari produk berbasis blockchain ini antara lain ialah aplikasi smartphone untuk mengambil data, web-based analytic, dan prediksi hasil panen yang disertai rekomendasi untuk para petani (misalnya, pupuk seperti apa yang perlu digunakan). Blockchain yang terdesentralisasi dinilai dapat menciptakan dampak sosial. Dattabot memulai dari sektor pangan dan pertanian, berikutnya menjalar ke sektor lainnya yang paling berdampak bagi masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, transportasi dan hiburan.

Qlue

Salah satu cita-cita startup pengembang layanan yang menghubungkan antara pemerintah dengan masyarakat ini adalah ingin berinovasi mengembangkan produk smart city berbasis IoT, khususnya untuk diterapkan di wilayah perkotaan. Disampaikan oleh CEO Qlue Rama Raditya, bahwa saat ini sudah mulai terdesain beberapa inisiatif IoT untuk smart city, misalnya pengembangan traffic lamp yang terhubung ke sebuah command center, kotak sampah pintar, dan juga air pollution detector. Berbagai otomatisasi ini dinilai akan menjadi makin “viral” ketika smart city menjadi sebuah kebutuhan di perkotaan.

Spekun

Telkomsel bekerja sama dengan Banopolis mengembangkan bike sharing pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi NB-IoT lewat aplikasi Spekun. Bike sharing adalah sebuah konsep layanan peminjaman sepeda kepada publik dalam jangka waktu tertentu dari satu titik lokasi ke titik lokasi lainnya. Teknologi yang diterapkan pada ekosistem sepeda kuning (Spekun) di kampus UI Depok tersebut adalah peminjaman sepeda berbasis aplikasi smartphone, dengan didampingi penyediaan tiang atau dock parkir berbasis radio-frequency identification (RFID) sehingga sepeda hanya bisa diparkirkan pada dock parkir tersebut.

Upaya Telkomsel menciptakan dalam menciptakan gebrakan tidak sebatas di Spekun saja; Telkomsel juga menunjukkan keseriusannya dengan menyelenggarakan program Telkomsel Innovation Center (TINC) dengan Forum IoT sebagai bagian dari payung besarnya, dan semua developer, startup, maupun orang-orang yang punya ketertarikan lebih di bidang IoT dapat secara gratis mengikuti kegiatan convention dan exhibition pada hari Kamis, 26 Juli 2018.

eFishery

eFishery adalah alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini tidak hanya mengotomatisasi pemberian pakan secara terjadwal dengan dosis yang tepat, tetapi juga mencatat setiap pemberian pakan secara real-time. Pengguna dapat mengakses data pemberian pakan kapan pun dan di mana pun. Tidak ada lagi masalah over-feeding, pemberian pakan ikan yang tidak teratur atau pakan yang diselewengkan. Secara spesifik, eFishery berusaha membantu peternak ikan dan udang, karena biasanya pemberian makan ikan menguasai antara 50 hingga 80 persen biaya operasi peternakan ikan.

eFishery juga dikenal sebagai startup yang sering memenangkan berbagai kompetisi startup tingkat global. Bekerja sama dengan TINC, eFishery akan mengeksplorasi pemanfaatan modul NarrowBand IoT (NB-IoT) untuk konektivitas yang lebih efektif. Hal ini sejalan dengan ekspansi pasar dengan model bisnis yang lebih matang dan validasi pasar baru akan memanfaatkan kompetensi dan jaringan konsumen luas Telkomsel. Sedikit informasi, Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah juga akan mengisi kelas di TINC 2018 Forum IoT.

Nodeflux

Nodeflux adalah platform dengan kemampuan komputasi terdistribusi dan juga kemampuan menyebarkan “brain”, komputasi dan kecerdasan buatan secara scalable. Di sini “brain” yang dimaksud dapat digunakan untuk implementasi pada pengolahan seperti Big Data, IoT dan Machine Learning.

Memadukan antara teknologi Artificial Intelligence, Machine Learning dan Deep Learning di area Computer Vision, Nodeflux dianggap dapat diimplementasikan untuk beberapa sektor bisnis, seperti pemantauan persediaan barang di sektor retail dan pengelolaan sistem parkir pada bisnis properti.

Lima produk dan startup di atas adalah contoh karya unggulan kreator Indonesia di bidang IoT. Sejalan dengan ekosistem yang mulai terbentuk mendewasa dan masih banyak ruang yang bisa diisi dari aspek bisnis dan pemasaran, kreator IoT perlu lebih banyak menunjukkan tajinya dalam mengembangkan produk IoT.

Anda yang menyukai inovasi, teknologi, dan segala hal yang beririsan di antara keduanya, dapat mengikuti working class di TINC 2018 dengan insight dari pelaku industri teknologi dan IoT. Pemanfaatan platform IoT akan dipaparkan detail oleh dari pakar dari IBM dan Microsoft, dan implementasi bisnis IoT akan dijelaskan oleh Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah. Anda juga dapat mengikut kelas praktikal mengenai pengembangan produk di kelas Device Makers IoT.

TINC 2018 akan berlangsung di Balai Kartini, pada hari Kamis, 26 Juli 2018. Pendaftaran untuk setiap kelas gratis dan terbatas. Info mengenai kelas-kelas yang bisa diikuti dan cara mendaftar bisa diakses di dly.social/tinc2018.

Disclosure: DailySocial adalah media partner dari kegiatan Telkomsel Innovation Center IoT Forum 2018.

TCASH is Officially Available for All Operators

TCASH is now officially available as an agnostic platform for all operators. From DailySocial observation, TCASH is started to open since earlier this month.

Since its introduction three years ago, TCASH has been applied the closed loop system limited to Telkomsel users. The strategy is expected to be able to help TCASH’s ambition in becoming Indonesia’s biggest e-money player in terms of total users.

“Technically it’s done [available for all operators]. Only the soft launching, there’s no announcement yet. We’ll have the official announcement earlier next month,” Danu Wicaksana, CEO of TCASH said to DailySocial, Fri (7/22).

Previously, he said, the company is targeting 40 million total users until the end of this year. About 15%-25% or 6-10 million of non-Telkomsel users are expected. Currently, TCASH has more than 24 million registered users all over Indonesia.

In terms of UI/UX, it’s no different with the TCASH app for Telkomsel users. After successful registration, users will be directed for migration from basic service to full service by filling out personal data and uploading the required document.

TCASH can be used for balance top-up, bill payment, donation, and transfer/withdrawal. The payment options are QR Code of NFC Sticker. In addition, TCASH is now available for transportation payment, including Blue Bird in Jakarta, Railink in Medan, and Trans Semarang.

In need for independency

While has already become platform for all operators, for the timee being Indosat Ooredoo has no interest for a strategic partnership with TCASH. It is due to independence issue from Telkomsel. However, the company allows its customers to register as TCASH users.

“For now, we have no interest to partner with TCASH despite the declaration as an agnostic e-money platform. We’re still observing their independence from Telkomsel Let the time decide,” Joy Wahjudi, CEO & President Director of Indosat, said, quoted from Indotelko.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

TCASH Resmi Dibuka untuk Semua Operator

TCASH kini resmi terbuka sebagai platform agnostik (bisa digunakan semua operator), sehingga semua pelanggan operator di luar Telkomsel bisa menjadi pengguna. Dari pantauan DailySocial, TCASH mulai terbuka sekitar awal bulan ini.

Sejak pertama kali diperkenalkan pada tiga tahun lalu, TCASH menganut sistem kendali tertutup (close loop) khusus untuk pelanggan Telkomsel saja. Strategi tersebut diharapkan dapat merealisasikan ambisi TCASH yang ingin menjadi pemain e-money terbesar di Indonesia menyaingi posisi GO-PAY dari GO-JEK dalam hal jumlah pengguna.

“Secara teknis sudah [terbuka untuk semua operator]. Baru soft launch saja, belum ada pengumuman apa-apa. Nanti kita ada pengumuman resmi awal bulan depan,” terang CEO TCASH Danu Wicaksana kepada DailySocial, Jumat (22/7).

Sebelumnya Danu menuturkan pihaknya menargetkan total pengguna sampai akhir tahun ini mencapai 40 juta orang. Sekitar 15%-25% atau 6-10 juta orang diharapkan datang dari pengguna non Telkomsel. Saat ini total pengguna TCASH lebih dari 24 juta pelanggan terdaftar di seluruh Indonesia.

Dari segi tampilan UI/UX, tidak berbeda sama sekali dengan aplikasi TCASH yang digunakan oleh pengguna Telkomsel. Setelah berhasil melakukan registrasi, pengguna akan diarahkan untuk migrasi dari basic service jadi full service dengan mengisi identitas diri dan mengunggah data yang dibutuhkan.

TCASH dapat digunakan untuk membeli pulsa, membayar tagihan, donasi, dan transfer/tarik dana. Metode yang bisa dipilih fitur QR Code atau melalui Sticker Tap berteknologi NFC. Selain itu, kini TCASH bisa digunakan untuk pembayaran di moda transportasi seperti taksi Blue Bird, tiket Railink di Medan dan Jakarta, serta Trans Semarang.

Butuh independensi

Kendati sudah menjadi platform agnostik, Indosat Ooredoo belum menunjukkan ketertarikan untuk tertarik melakukan kerja sama khusus dengan TCASH. Hal tersebut disebabkan isu independensi TCASH dari Telkomsel yang dinilai cukup krusial apabila Indosat ingin melakukan kerja sama eksklusif. Meskipun demikian, perseroan tetap mempersilakan pelanggannya untuk terdaftar sebagai pengguna TCASH.

“Saat ini kita belum tertarik kerja sama dengan TCASH walau mereka declare sebagai agnostic e-money. Kita mau lihat dulu independensi mereka dari Telkomsel, biarkan saja waktu nanti membawa kami bertemu,” ungkap Presiden Direktur & CEO Indosat Joy Wahjudi dikutip dari Indotelko.