Tokopedia Dikabarkan Bakal PHK Massal, GOTO Beri Penjelasan

Di tengah perlambatan ekonomi global, Tokopedia dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Menurut pemberitaan yang beredar di media, perusahaan berencana memberhentikan sekitar 450 karyawan atau setara dengan 9% dari total stafnya.

GOTO, dalam kapasitasnya sebagai pemegang saham minoritas yang tidak mengendalikan Tokopedia, memberikan tanggapan resmi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam surat tersebut, Sekretaris Perusahaan R.A. Koesoemohadiani menjelaskan bahwa keputusan ini sepenuhnya berada di bawah manajemen PT Tokopedia. Ia menekankan bahwa keputusan tersebut dilakukan dengan prinsip kehati-hatian yang mempertimbangkan kepentingan seluruh pemangku kepentingan.

“Sebagai pemegang saham bukan pengendali minoritas, GOTO meyakini bahwa PT Tokopedia terus melakukan tinjauan atas efektivitas dari organisasi mereka. Keputusan apapun pasti telah melewati pertimbangan atau memerhatikan prinsip kehati-hatian dalam mengelola sebuah bisnis,” tulisnya dalam keterangannya.

Penggabungan antara Tokopedia dengan TikTok Shop melalui kemitraan dengan TikTok Nusantara (SG) Pte Ltd, milik ByteDance, merupakan bagian dari strategi besar untuk merampingkan operasi e-commerce di Indonesia. Kesepakatan ini bernilai $15 miliar dan mengakibatkan ByteDance memegang 75,01% saham Tokopedia, sementara GOTO mempertahankan 24,99% saham lainnya.

Langkah PHK ini merupakan bagian dari upaya ByteDance untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi setelah penggabungan tersebut. ByteDance mengikuti jejak perusahaan teknologi besar lainnya seperti Alibaba dan Tencent Holdings Ltd yang telah melakukan PHK besar-besaran dalam dua tahun terakhir akibat perlambatan ekonomi.

Meskipun ada kabar yang menyebutkan bahwa PHK ini bisa mencapai 70% dari total karyawan, GOTO menegaskan bahwa hingga saat ini, tidak ada rencana untuk penghentian hampir 80% layanan Tokopedia. Mereka menegaskan bahwa semua keputusan strategis sepenuhnya berada di tangan manajemen PT Tokopedia.

“Tidak ada informasi/kejadian penting lainnya yang belum atau tidak diungkapkan oleh Perseroan. Perseroan akan senantiasa mematuhi seluruh peraturan terkait yang berlaku dan akan menyampaikan keterbukaan informasi kepada publik selambat-lambatnya dua hari kerja setelah terjadinya peristiwa material tersebut,” tutup Koesoemohadiani dalam surat resminya.

PHK massal ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar di Indonesia dalam mengelola biaya dan tetap kompetitif di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Keputusan ini juga mencerminkan tren global di mana perusahaan teknologi besar berusaha merampingkan operasi mereka untuk menjaga keberlanjutan bisnis di masa depan.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Panduan Praktis Mengintegrasikan TikTok Shop ke Komplace

Dalam era digital ini, kemampuan untuk mengelola bisnis online dengan efisien merupakan faktor kunci untuk meraih kesuksesan. Omnichannel menjadi jawaban bagi para pelaku bisnis yang ingin mengintegrasikan dan mengelola berbagai kebutuhan bisnis mereka secara online melalui satu platform terpadu.

Salah satu pilihan omnichannel yang bisa digunakan adalah Komplace. Komplace adalah sebuah platform pengelolaan marketplace yang menyederhanakan pengelolaan toko online melalui integrasi kanal. Bagi Anda yang ingin menjelajahi peluang integrasi TikTok Shop di Komplace, artikel ini akan memberikan panduan langkah demi langkah yang memudahkan Anda. Namun, sebelum itu, mari kita cari tahu peran penting TikTok Shop dalam industri bisnis online terlebih dahulu.

Peran Penting TikTok Shop dalam Industri Bisnis Online

Seiring dengan perkembangan teknologi, TikTok Shop telah menjadi salah satu platform yang sangat relevan dalam dunia bisnis online. Dengan jangkauan global dan audiens yang besar, TikTok Shop memberikan peluang yang luar biasa bagi para pelaku bisnis untuk memasarkan produk mereka. Keberadaan TikTok tidak hanya sebagai platform hiburan, tetapi juga sebagai ajang yang efektif untuk mengenalkan dan menjual produk kepada audiens yang lebih luas.

TikTok Shop memperoleh keunggulan signifikan dibandingkan dengan marketplace lain, terutama dalam hal pemasaran produk. Fitur menarik yang dimilikinya memungkinkan para penjual untuk mempromosikan produk melalui konten kreatif, dengan potensi tampil di halaman FYP (For You Page) TikTok. Hal ini memberikan kesempatan besar bagi produk Anda untuk mendapatkan eksposur maksimal dan membangun kesadaran merek secara efektif.

Panduan Integrasi TikTok Shop ke Komplace

  • Mulailah dengan masuk atau mendaftar akun baru melalui halaman resmi Komplace.
  • Setelah login, akses halaman home Komplace dan pilih Integrasi Baru untuk menambahkan toko baru.
  • Pilih tab TikTok, klik Hubungkan pada opsi Untuk Kelola Produk.
  • Pastikan untuk memilih jenis akun dan negara tempat Anda terdaftar sebagai TikTok Shop Seller.
  • Anda akan diarahkan ke halaman login TikTok Shop. Masukkan Email/Phone dan Password akun TikTok Shop Anda, lalu klik Login untuk melanjutkan proses integrasi.
  • Input kode verifikasi yang dikirim melalui email atau nomor HP terdaftar di akun TikTok Shop Anda, lalu klik Confirm.
  • Pada halaman Authorization, centang bagian Agreement dan klik Authorize untuk memberikan izin akses.

Menggunakan TikTok Shop sebagai bagian dari strategi bisnis online Anda adalah langkah cerdas, namun, untuk mengoptimalkan pengelolaan dan efisiensi, integrasikan TikTok Shop ke dalam platform omnichannel seperti Komplace. Dengan panduan ini, Anda dapat merasakan kemudahan dalam mengelola produk, pesan, dan operasional bisnis secara menyeluruh.

Ketika Anda mencari solusi untuk menghadapi kompleksitas bisnis online, strategi omnichannel hadir sebagai pilihan yang tepat. Carilah omnnichannel yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi Anda. Menggunakan omnichannel yang tepat dapat membantu Anda fokus pada pertumbuhan bisnis tanpa harus khawatir tentang tata kelola platform yang rumit. Dengan demikian, Anda bisa lebih produktif dan sukses dalam menjalankan bisnis online Anda.

Skala Bisnis TikTok Jadi Kunci Tokopedia Pimpin E-commerce Indonesia

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) merilis Paparan Publik Insidental yang menjelaskan potensi bisnis e-commerce TikTok Shop dan Tokopedia pasca-bergabung. Disebutkan, progres integrasi keduanya tengah mendekati tahap penyelesaian.

Berdasarkan analisis pihak independen, sinergi TikTok dan Tokopedia memungkinkan keduanya untuk memimpin bisnis e-commerce di Indonesia dengan memanfaatkan skala bisnis dan jangkauan global TikTok sebagai kunci pertumbuhan. Tokopedia juga diuntungkan, karena dalam kesepakatan keduanya, e-commerce berlogo hijau ini tak perlu mengeluarkan pendanaan lagi.

Pertumbuhan ini akan dikerek ke dua segmen, Tokopedia lekat dengan pembelanjaan terencana untuk produk elektronik, FMCG, dan home living. Segmen selanjutnya didorong oleh layanan live shopping TikTok Shop yang pertumbuhannya datang dari pembelanjaan impulsif untuk produk fesyen dan kecantikan.

Sinergi keduanya menjadi strategi untuk bersaing ketat dengan pemain e-commerce lain, terutama dengan kemunculan TikTok Shop beberapa tahun lalu. Tokopedia disebutkan bersaing dengan “Kompetitor 1” yang punya 40% pangsa pasar, serta bagian dari grup dengan bisnis hiburan digital dan keuangan digital yang labanya dapat disubsidi ke bisnis e-commerce.

Sementara, “Kompetitor 2” punya 10% pangsa — induk usahanya juga tercatat memperoleh EBITDA yang disesuaikan (disetahunkan) sebesar $25 miliar dan kas $33 miliar, serta menginvestasikan lebih dari $3,4 miliar dalam 18 bulan terakhir.

Dengan ketatnya persaingan bisnis, Tokopedia mengalami penurunan pangsa dikarenakan fokus mengejar profitabilitas. Perusahaan juga tengah berhemat modal. “Tokopedia dapat menangkap peluang di live commerce, juga mendorong penetrasi pasar Tokopedia di e-commerce konvensional sembari memperkaya kanal akuisisi konsumen,” demikian dalam paparan tersebut.

Per 2023, Tokopedia punya 18 juta Monthly Active User (MAU). Namun, Monthly Transacting User (MTU) miliknya disebut mengalami penurunan, demikian pula GMV 2023 yang diproyeksi merosot 10% (YoY) ke $15,6 miliar. Sementara, TikTok Shop memiliki MAU 125 juta dengan MTU tumbuh tiga digit. GMV 2023 TikTok diestimasi sebesar $6 miliar alias tumbuh 3 kali lipat (YoY).

Kesepakatan transaksi Tokopedia dan TikTok telah rampung awal Februari ini. Dalam proses integrasinya, promosi produk dikelola oleh sistem elektronik TikTok. Sementara, tampilan produk, penyelesaian pesanan, sampai pembayaran terjadi di sistem backend Tokopedia.

Setelah lepas sebagai pemegang saham kendali, GoTo menyebut akan menghentikan pengakuan aset (termasuk goodwill yang diakui di tingkat konsolidasi grup) dan liabilitas Tokopedia dari laporan keuangan konsolidasi.

GoTo juga mengungkap kerugian dari hilangnya kendali atas Tokopedia mencapai Rp80,3 triliun. Kerugian tersebut disebabkan oleh penghentian pengakuan goodwill sebesar Rp76,6 triliun yang adalah beban non-kas dan non-operasional perusahaan.

Dalam laporan terpisah yang dirilis 2023, seperti diberitakan DailySocial.id, Momentum Works mencatat Shopee sebagai pemimpin pasar GMV di Indonesia dengan porsi 36%, diikuti Tokopedia (35%), Lazada (10%), Bukalapak (10%), TikTok Shop (5%), dan BliBli (4%).

Application Information Will Show Up Here

TikTok Shop Dinilai Masih Langgar Aturan, Apa Saja Isi Permendag Soal Social Commerce?

Transaksi penggabungan e-commerce Tokopedia dan TikTok telah diumumkan rampung pada akhir Januari 2024. Proses integerasinya telah berjalan sejak akhir 2023, yang mana saat itu CEO GoTo Patrick Walujo menyebut, “E-commerce [TikTok Shop] jadi Tokopedia dan transaksinya akan terjadi di Tokopedia.”

Sementara, uji cobanya akan memakan waktu 3-4 bulan dengan pengawasan dari kementerian dan berbagai lembaga terkait. Kampanye Beli Lokal adalah program uji coba pertama yang digelar pada 12 Desember 2023.

Namun, dalam proses integrasi itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki justru menyebut TikTok masih melanggar Permendag Nomor 31 Tahun 2023 karena masih menggabungkan media sosial dan e-commerce dalam satu aplikasi.

“Kami mempermasalahkan TikTok dalam praktiknya karena TikTok Shop masih terintegrasi dengan medsos,” tutur Teten ditemui usai audiensi dengan KPPU, Senin (19/2), seperti diberitakan oleh Tempo.co.

Larangan social commerce

Sebelumnya, DailySocial.id telah mengulas isi pokok regulasi yang merupakan revisi dari Permendag No. 50 Tahun 2020 tersebut. Lalu, poin apa yang dimaksudkan Menkop UKM Teten Masduki terkait pelanggaran tersebut?

Permendag Nomor 31 Tahun 2023 diteken menyusul polemik beroperasinya TikTok Shop di Indonesia. Adapun, TikTok Shop sempat dihentikan layanannya pada Oktober 2023.

Aturan baru tersebut menekankan bahwa media sosial hanya diperbolehkan untuk memfasilitasi promosi barang dan/atau jasa. Yang menjadi masalah, transaksi jual-beli yang difasilitasi layanan TikTok Shop, terjadi dalam satu aplikasi yang mana adalah TikTok.

Dalam Pasal 1, pemerintah telah memberikan definisi jelas pada model platform media sosial dan social commerce, untuk membedakan dengan Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) secara umum.

  • Ayat 17 menyatakan bahwa social commerce adalah penyelenggara media sosial yang menyediakan fitur, menu, dan/atau fasilitas tertentu yang memungkinkan pedagang (merchant) dapat memasang penawaran barang dan/atau Jasa.
  • Ayat 18 menyatakan bahwa media Sosial adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial.

Sementara, Pasal 21 memuat bahwa PPMSE dengan model social commerce hanya boleh beroperasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 17.

  • Ayat 2 menyatakan bahwa PPMSE dengan model bisnis marketplace dan/atau social-commerce dilarang bertindak sebagai produsen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang distribusi Barang.
  • Ayat 3 menyatakan bahwa PPMSE dengan model bisnis social commerce dilarang memfasilitasi transaksi pembayaran pada sistem elektroniknya.

Lewat aturan ini, pemerintah berharap model bisnis media sosial dan e-commerce harus dijalankan dalam platform/aplikasi yang terpisah, tidak terintegrasi sebagaimana yang dilakukan TikTok Shop.

Teten menyebut telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk menindaklanjuti pelanggaran TikTok Shop.

Lepas Kendali Tokopedia, GoTo Kini Balik Fokus ke Bisnis On-demand dan Fintech

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) kini tak lagi menjadi pengendali PT Tokopedia usai merampungkan transaksinya dengan TikTok. Bisnis e-commerce TikTok Shop Indonesia dan Tokopedia resmi tergabung di bawah entitas PT Tokopedia.

Dalam laporan yang dikirimkan ke BEI, Rabu (31/1), TikTok Nusantara (SG) Pte. Ltd. telah membayar saham Tokopedia sebesar $840 juta (sekitar Rp13,2 triliun). Alhasil, saham Tokopedia kini dikuasai TikTok dengan kepemilikan 75,01%, sedangkan kepemilikan GoTo yang sebelumnya 100% merosot jadi 24,99%.

Dengan pelepasan kendali ini, Grup GoTo selanjutnya akan memfokuskan modal dan sumber daya untuk mendorong bisnis on-demand dan layanan keuangan digital mereka, termasuk kolaborasi strateginya dengan Bank Jago.

Selain itu, PT Tokopedia menunjuk Vonny Susamto sebagai Direktur Utama yang baru, menggantikan Melissa Siska Juminto yang menjabat sebelumnya. Mengutip laman LinkedIn miliknya, Vonny tercatat menduduki posisi di Category Management ByteDance, induk usaha TikTok, sejak 2021.

Seperti diketahui, GoTo dan TikTok mengumumkan kemitraan strategis untuk menggabungkan bisnis e-commerce. Dalam kesepakatan tersebut, TikTok setuju untuk berinvestasi sebesar $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) untuk mendanai operasional PT Tokopedia dalam jangka panjang. GoTo tidak perlu menyuntik pendanaan lagi ke Tokopedia dengan komitmen investasi dari TikTok.

Dampak ke bisnis

Meski tak lagi mengendalikan Tokopedia, GoTo tetap menerima aliran pendapatan berkelanjutan dari biaya layanan e-commerce yang berbasis pada GMV setiap kuartalnya. Pendapatan ini juga akan berkontribusi langsung ke EBITDA Grup GoTo. GoTo juga mendapat keuntungan melalui layanan keuangan digital (GoPay) dan on-demand (Gojek) yang terintegrasi di ekosistem Tokopedia.

GoTo mengumumkan telah merealisasikan EBITDA disesuaikan positif pada kuartal IV 2023. Laporan resminya baru akan dirilis pada Maret 2024. Seluruh pihak terlibat juga menyepakati bahwa kepemilikan GoTo sebesar 24,99% di Tokopedia tidak akan terdilusi lebih lanjut oleh pendanaan dari
TikTok di masa depan kepada Tokopedia.

“Kami kini dapat mempercepat progres yang didukung oleh mitra ekosistem kami. Seiring dengan peningkatan profitabilitas dan arus kas, kami akan mengoptimalkan penggunaan modal sejalan dengan rencana alokasi modal yang baru, yang mungkin mencakup inisiatif buyback saham, tergantung pada peraturan dan persetujuan pemegang saham,” ujar CEO GoTo Group Patrick Walujo dalam keterangan resminya.

Adapun, laporan keuangan Tokopedia tidak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan GoTo terhitung per 1 Februari 2024. Disebutkan pula bahwa kerugian yang diasosiasikan dengan hilangnya pengendalian atas Tokopedia mencapai Rp80,2 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Cara Riset Produk Terlaris di TikTok Shop

Dalam era digital yang terus berkembang, TikTok Shop telah menjadi pusat perhatian bagi pelaku usaha yang ingin menghadirkan produk mereka ke dunia yang penuh dengan kreativitas dan tren yang dinamis.

Namun, untuk meraih kesuksesan di platform ini, lebih dari sekadar memasarkan produk secara asal-asalan. Riset produk menjadi pondasi yang krusial untuk memahami selera konsumen, mengidentifikasi tren terkini, dan menciptakan produk yang dapat bersaing dengan efektif.

Mengapa Riset Produk di TikTok Shop Penting?

Riset produk di TikTok Shop memiliki peran krusial dalam keberhasilan pelaku usaha. Pemahaman tentang pengguna membantu menyesuaikan produk dengan preferensi target pasar, sedangkan identifikasi tren memungkinkan penciptaan produk yang relevan dan diminati.

Selain itu, riset mendukung optimalisasi strategi pemasaran dengan memahami apa yang sedang populer guna meningkatkan potensi konversi. Lebih jauh, riset membantu pelaku usaha memahami kebutuhan pelanggan melalui ulasan produk. Hal itu memberikan wawasan berharga untuk penyesuaian produk dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Pada akhirnya, riset produk juga mengurangi risiko kegagalan dengan memastikan produk sesuai dengan tren dan preferensi pengguna TikTok Shop.

Cara Riset Produk Terlaris di TikTok Shop

Meneliti Tren dan Hashtag Populer

Langkah pertama dalam riset produk di TikTok Shop adalah meneliti tren dan hashtag yang sedang populer. Gunakan fitur pencarian untuk menemukan hashtag terkait dengan produk yang Anda jual.

Lihat apa yang sedang dibicarakan pengguna dengan hashtag tersebut. Identifikasi tren yang muncul dan perhatikan bagaimana produk serupa mendapatkan perhatian pengguna.

Mengamati Video dan Ulasan Pengguna

Pengguna TikTok seringkali membagikan pengalaman mereka dengan produk melalui video dan ulasan. Jelajahi konten video terkait produk serupa dan baca ulasan dari pengguna.

Perhatikan reaksi dan komentar pengguna untuk memahami bagaimana produk tersebut diterima oleh masyarakat. Ulasan pengguna dapat memberikan wawasan berharga tentang kelebihan dan kekurangan suatu produk.

Gunakan Fitur Pencarian

Fitur pencarian TikTok Shop adalah alat yang sangat berguna dalam riset produk. Gunakan kata kunci terkait produk Anda untuk menemukan video dan konten terkait.

Selain itu, Anda dapat menggunakan filter fitur pencarian untuk menyaring hasil berdasarkan relevansi, popularitas, atau tanggal unggah. Ini membantu Anda menemukan konten yang paling relevan dengan produk Anda.

Lihat Katalog Produk

Jelajahi katalog produk TikTok Shop untuk melihat produk-produk terbaru dan terlaris. Platform ini menyediakan kategori-kategori seperti “Terbaru,” “Terlaris,” dan lainnya.

Perhatikan tren produk dalam kategori yang relevan dengan bisnis Anda. Lihat apakah ada pola atau gaya tertentu yang mendominasi katalog, dan pertimbangkan bagaimana produk Anda dapat berintegrasi atau bersaing di dalamnya.

Lakukan Riset Online

Riset online melibatkan analisis kompetitor dan pencarian produk terlaris sejenis di platform lain. Amati video yang diunggah oleh pesaing Anda, dan lihat produk apa yang mereka promosikan.

Selain itu, manfaatkan platform e-commerce lainnya untuk menemukan produk terlaris serupa dan memahami apa yang membuat produk tersebut sukses.

Dalam dunia yang terus berubah ini, pelaku usaha yang dapat mengikuti perkembangan tren dan selera konsumen TikTok Shop akan memiliki peluang besar untuk meraih sukses. Riset produk bukan hanya mengenai produk itu sendiri, tetapi juga tentang memahami audiens dan dinamika pasar yang terus berkembang.

TikTok Shop Mulai Integrasi Bisnis E-commerce dengan Tokopedia

TikTok dan Tokopedia mengumumkan kolaborasi pertama dalam kampanye Beli Lokal bertepatan pada Hari Belanja Nasional (Harbolnas) 2023, setelah mengumumkan kemitraan strategis pada kemarin (11/12).

Per hari ini (12/12), tampilan TikTok Shop sudah berbeda. Ditelusuri lebih jauh oleh DailySocial.id, di menu Shop dalam halaman utama TikTok, kini bernuansa hijau ala Tokopedia berisi katalog produk-produk yang dapat dibeli konsumen. Akun-akun penjual dapat ditelusuri lebih jauh isi katalog mereka, serasa seperti belanja di platform e-commerce pada umumnya.

Sebelum TikTok Shop dilarang, menu Shop ini diisi dengan produk-produk yang sudah terpersonalisasi sesuai minat pengguna, baik yang sering dicari di mesin pencarian, maupun sering dibeli. Diselipkan juga para penjual-penjual yang sedang sedang live stream pada saat itu.

Sementara itu, “keranjang kuning” yang ada di menu utama TikTok juga sudah kembali berfungsi untuk transaksi. Pengalaman yang ditawarkan tidak jauh berbeda dari sebelum TikTok dilarang. Pengguna dapat langsung memilih katalog produk saat penjual live streaming dan menyelesaikan transaksi di dalamnya.

Di sela-sela konferensi pers kampanye Beli Lokal, CEO PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) Patrick Walujo menyampaikan tujuan utama dari kerja sama ini adalah menggairahkan bisnis e-commerce Tokopedia. Namun transisi ini butuh waktu dan yang sekarang terjadi adalah masa percobaan. “E-commerce [TikTok Shop] jadi Tokopedia dan transaksinya akan terjadi di Tokopedia,” ujarnya.

Dia melanjutkan, “Kalau bisnis Tokopedia dan TikTok makin besar, kita [GoTo] juga punya banyak keuntungan karena ada Gopay, GoTo Financial ikut besar juga. Kalau makin banyak order, kan bisa juga diantar dengan Gojek.”

Periode uji coba ini rencananya akan berlangsung selama tiga sampai empat bulan, yang dilaksanakan dengan konsultasi dan pengawasan dari kementerian serta lembaga terkait. Program yang akan diluncurkan di masa uji coba ini adalah kampanye Beli Lokal dimulai pada 12 Desember 2023 bertepatan dengan Harbolnas.

Patrick menjadi ketua komite untuk memfasilitasi transisi dan integrasi, dengan dukungan dari perwakilan PT Tokopedia dan TikTok.

Presiden Tokopedia Melissa Siska Juminto menuturkan, dalam masa uji coba ini pihaknya memfokuskan pada dukungannya pada UMKM lokal dengan membuat sejumlah program bersama dari hulu ke hilir, yakni:

  1. Pembinaan UMKM Produsen, yang bergerak pada usaha kain tradisional, kopi, dan buah kering,
  2. Program Terintegrasi: Pelatihan peningkatan produksi (dukungan teknologi, modernisasi, operasional toko); Dukungan promosi digital (promosi melalui livestream, video pendek, kampanye khusus di online platform); Dukungan kreator (program afiliator produk lokal),
  3. Pengembangan SDM teknologi untuk talenta, kurikulum IT di berbagai kampus,
  4. Promosi produk lokal di pasar internasional, yang bergerak di industri pakaian, makanan kemasan, aksesoris, dan batu akik.

“Ini jalannya panjang dan ini baru tahap uji coba jadi kami akan bekerja sama erat dengan Kemendag untuk mendapatkan compliance, audit, dan sebagainya,” katanya.

Dalam sambutannya, Direktur Eksekutif E-Commerce TikTok Indonesia Stephanie Susilo menyampaikan selama dua tahun terakhir, TikTok di Indonesia terus menghadirkan pengalaman belanja yang terus bertumbuh. Sebanyak 6 juta bisnis lokal dan hampir 7 juta kreator telah menggunakan platform-nya untuk menghidupi mereka.

“Sebanyak 90 ribu penjual dan kreator telah terlibat dalam berbagai seminar yang diadakan TikTok untuk membantu mereka mengembangkan bisnis. Di Indonesia, UMKM memainkan peran besar dalam ekonomi. Kami menggunakan kemampuan inovatif kami untuk membantu UMKM di Indonesia,” katanya.

Dia melanjutkan, “Sejatinya Harbolnas adalah inisiatif pemerintah untuk menumbuhkan ekonomi digital. Semangat Harbolnas sangat berarti bagi kami dan menandai tonggak sejarah yang terlupakan. [..] Tidak hanya diskon, komunitas bisa memanfaatkan ekosistem konten TikTok agar bisa memberikan perhatian lebih besar.”

Dalam kesempatan ini juga turut dihadiri oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Dia bilang, penopang ekonomi di Indonesia itu adalah UMKM. Jika Indonesia mau jadi negara maju di 2045, kata kuncinya adalah UMKM yang naik kelas. “Makanya perhatian, keberpihakan political will untuk melindungi bidang ini harus sungguh-sungguh dilakukan,” kata dia.

“Perkembangan teknologi ini mau tak mau mengharuskan kita berusaha dengan sistem yang baru. UMKM offline mau tidak mau harus menghidupi perkembangan. Peran pemerintah mengatur dan menata agar perkembangan teknologi yang dipakai bisa jadi solusi win-win,” tambahnya

Jadi pemegang saham pengendali

Seperti diketahui, Tokopedia dan TikTok Shop Indonesia akan bergabung dan beroperasi di bawah naungan PT Tokopedia. Transaksi ini ditargetkan rampung pada kuartal I 2024. Ada beberapa poin penting yang diungkap dalam keterbukaan informasi BEI, yakni:

  1. Tokopedia membeli aset berupa kontrak bisnis dan hak eksklusif unutk memiliki dan mengoperasikan TikTok Shop di Indonesia dari TikTok dengan nilai pembelian sejumlah $340 juta.
  2. Perjanjian pengambilalihan saham sehubungan dengan rencana investasi dari TikTok kepada Tokopedia sebesar $840 juta. Dana ini akan digunakan untuk mengambil bagian dan membayar secara penuh atas saham baru yang dikeluarkan Tokopedia.
  3. Sebagai bagian dari rencana investasi, Tokopedia juga akan menerima Promissory Note dari TikTok sebesar $1 miliar. Surat utang ini nantinya dapat digunakan untuk kebutuhan modal kerja Tokopedia di masa mendatang.

“Apabila Rencana Investasi ini dapat diselesaikan oleh para pihak, hal ini akan menyebabkan TikTok menjadi pemilik dari 75,01% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh di Tokopedia dan kepemilikan Perseroan menjadi 24,99% di Tokopedia,” tulis manajemen GoTo Group.

“Namun demikian, para pihak telah sepakat bahwa kepemilikan Perseroan di Tokopedia tersebut tidak akan terdilusi lebih lanjut dikarenakan pendanaan di masa depan dari TikTok.”

Promissory note dikenal dengan istilah surat sanggup bayar yang di dalamnya terdapat dua pihak yakni, pihak penerbit dan pihak investor. Isi dari surat ini biasanya berupa pernyataan kesanggupan tanpa adanya syarat apapun untuk membayar uang kepada pihak yang tercantum dalam surat.

Application Information Will Show Up Here

Sah, GoTo dan TikTok Resmi Gabungkan Bisnis E-commerce

Satu hari menjelang Harbolnas 12.12, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) dan TikTok akhirnya resmi mengumumkan kemitraan strategis mereka yang dipastikan akan memboyong kembali layanan TikTok Shop. Kemitraan ini disebut akan memperkuat pertumbuhan ekonomi digital, terutama UMKM di Indonesia.

Dalam kesepakatan tersebut, bisnis Tokopedia dan TikTok Shop Indonesia akan bergabung dan beroperasi di bawah naungan PT Tokopedia. Transaksi ini ditargetkan rampung pada kuartal I 2024. Adapun, dalam transaksi ini, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan untuk Grup GoTo.

Berikut rangkuman poin utama dari kemitraan strategi GoTo dan TikTok:

  • TikTok akan berinvestasi sebesar $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) sebagai komitmen jangka panjang untuk mendukung operasional PT Tokopedia, tanpa ada dilusi pada kepemilikan GoTo di Tokopedia.
  • Dalam keterbukaan informasi di BEI, disepakati perjanjian pengambilbagian saham pada 10 Desember 2023 terkait investasi TikTok di Tokopedia senilai $840 juta (sekitar Rp13,8 triliun). Investasi ini akan digunakan untuk mengambil bagian dan membayar penuh saham baru yang diterbitkan Tokopedia.
  • Apabila rencana investasi tersebut rampung, TikTok akan menguasai kepemilikan saham hingga 75,01% atas Tokopedia, sedangkan GoTo mempertahankan kepemilikan saham sebesar 24,99% di Tokopedia.
  • Fitur layanan belanja dalam aplikasi TikTok di Indonesia akan dioperasikan dan dikelola oleh PT Tokopedia.
  • Penggabungan bisnis Tokopedia dan TikTok Shop menjadi strategi untuk membawa keuntungan finansial bagi induk usaha, termasuk menjangkau pasar lebih luas bagi anak usaha lainnya, yakni GoTo Financial dan Gojek (on-demand).

 

“Kesepakatan ini sejalan dengan langkah Grup GoTo untuk memperkuat posisi keuangan dan memperluas cakupan pasar (total addressable market). GoTo juga akan menerima aliran pendapatan dari Tokopedia sejalan dengan skala dan pertumbuhan perusahaan tersebut,” demikian pernyataan resmi GoTo yang diterima pada Senin (11/12).

Uji coba kemitraan strategis

Sebagai tahap awal, kemitraan strategis ini dimulai lewat program uji coba Beli Lokal dimulai pada 12 Desember 2023 bertepatan dengan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Periode uji coba ini dilaksanakan dengan konsultasi dan pengawasan dari kementerian serta lembaga terkait.

Lewat penggabungan kedua bisnis tersebut, lebih dari 90% merchant yang merupakan UMKM ini dikatakan akan mendapat dukungan dari kombinasi berbagai program TikTok, Tokopedia, dan Grup GoTo antara lain:

  1. Promosi produk-produk Indonesia serta huluisasi UMKM yang dapat meningkatkan kapasitas dan kompetensi pelaku UMKM Indonesia melalui program komprehensif mulai dari hulu (tahap produksi) sampai ke hilir.
  2. Dukungan pemasaran, branding, dan praktik bisnis berkelanjutan bagi pedagang, serta mendukung pelaku usaha lokal untuk mempromosikan produknya di pasar internasional.
  3. Membuka pusat pengembangan talenta digital dan memastikan lokapasar yang memungkinkan persaingan bisnis yang sehat.

Untuk memastikan keberlanjutan langkah PT Tokopedia dalam mendorong perkembangan ekonomi digital nasional, akan dibentuk komite untuk memfasilitasi transisi dan integrasi yang diketuai oleh Patrick Walujo, dengan dukungan dari perwakilan PT Tokopedia dan TikTok.

“Ke depannya, TikTok, Tokopedia, dan Grup GoTo berkomitmen memberikan manfaat lebih luas bagi para pelaku UMKM di Indonesia dengan memanfaatkan platform e-commerce, dan mendorong penciptaan jutaan lapangan kerja baru dalam lima tahun mendatang.”

Application Information Will Show Up Here

ByteDance Dikabarkan akan Berinvestasi ke Tokopedia, Sinyal Kembalinya TikTok Shop

ByteDance, induk dari TikTok, dikabarkan telah mencapai kesepakatan untuk berinvestasi di salah satu unit GoTo Group di Indonesia dan bekerja sama untuk menghadirkan layanan e-commerce.

Menurut sumber Bloomberg, ByteDance telah setuju untuk bekerja sama dengan Tokopedia daripada bersaing langsung dengan platform lokal. Kesepakatan investasi ini disebutkan akan terjadi secepatnya pada pekan depan.

Meskipun kedua perusahaan telah mencapai kesepakatan informal, rincian akhir dari aliansi tersebut sedang diselesaikan dan dapat berubah sebelum diumumkan. Juga, masih harus menunggu persetujuan peraturan dan masih bisa kemungkinan gagal.

Bila investasi ini benar terjadi, maka akan menjadi investasi pertama bagi TikTok Shop, yang berkembang pesat dan membuat terobosan dalam belanja online di berbagai wilayah. Namun kemajuannya ini di Indonesia harus terhenti ketika muncul keluhan dari pedagang lokal – yang akhirnya memaksa TikTok Shop untuk tutup.

Jika kesepakatan dengan GoTo mulus, ini bisa menjadi model baru bagi TikTok dalam melakukan ekspansi di pasar lain, seperti Malaysia. Pemerintah Malaysia mulai mengisyaratkan kesediaannya untuk meninjau kembali pengaruh pemain luar, seperti TikTok Shop.

Sebelumnya, tersiar kabar bahwa TikTok dan GoTo sedang mendiskusikan potensi investasi tetapi opsi lainnya adalah usaha patungan. Hal ini mungkin memerlukan pembangunan platform e-commerce baru. Perwakilan TikTok dan GoTo menolak berkomentar.

Tujuan utama dari ByteDance turun gunung adalah menghidupkan kembali layanan belanja online ritel terbesar di Asia Tenggara. Indonesia merupakan pasar pertama dan terbesar bagi TikTok Shop. Layanan ini dimulai pada 2021 dan kesuksesan instannya di kalangan pembeli muda yang menyukai video mendorongnya untuk berekspansi ke pasar lain, termasuk Amerika Serikat.

Namun di negara ini, TikTok jadi satu-satunya platform yang langsung terkena dampak dari peraturan baru yang diterbitkan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pada Oktober 2023. TikTok mengumumkan layanan e-commerce mereka tutup secara efektif pada 4 Oktober 2023 pukul 17:00 WIB.

Bagi GoTo, kesepakatan dengan TikTok bisa berisiko karena akan membantu pesaing ritel online besarnya untuk beroperasi di Indonesia. Namun, kesepakatan ini juga akan memberikan GoTo mitra media sosial global yang kuat dalam sebuah perjanjian yang dapat meningkatkan volume belanja, logistik dan pembayaran untuk kedua perusahaan.

CEO GoTo Patrick Walujo tengah berupaya untuk membawa GoTo ke titik profitabilitas pada akhir tahun ini untuk menunjukkan bahwa perusahaan memiliki potensi jangka panjang. Salah satu strateginya dengan melanjutkan inisiatif direktur sebelumnya untuk mengurangi kerugian dengan memangkas lapangan kerja, memotong promosi, dan memperketat kontrol pengeluaran.

Sebelum sepakat dengan GoTo, pihak TikTok telah berupaya melibatkan pejabat pemerintah dan perusahaan media sosial lainnya untuk mencari cara memulai kembali operasi e-commerce. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan TikTok telah berbicara dengan lima perusahaan termasuk Tokopedia, PT Bukalapak.com dan Blibli tentang kemungkinan kemitraan.

Application Information Will Show Up Here

Peluang TikTok Shop Kembali Berlayar dengan Kemitraan Lokal

Rumor TikTok Shop kembali ke pasar e-commerce Indonesia mencuat pekan lalu, tepatnya sejak MenkopUKM Teten Masduki mengungkapkan bahwa raksasa teknologi asal Tiongkok tersebut tengah bernegosiasi dengan pemain e-commerce lokal untuk konsolidasi. Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Lazada, dan Shopee adalah lima pemain yang dimaksud.

Ketika dikonfirmasi, perwakilan Tiktok maupun perusahaan e-commerce terkait memilih tidak memberikan komentar.

Di Indonesia, TikTok sebagai platftorm media sosial memiliki sekitar 125 juta pengguna. Data Compas Market Insight menyebutkan, di periode 1 September 2023 – 1 Oktober 2023 (sebelum ditutup), TikTok Shop mampu membukukan penjualan produk FMCG hingga Rp1,33 triliun. Diperkirakan platform tersebut telah berdampak kepada 7.000+ seller, 3900+ brand FMCG dan 118.000+ product listing pada kategori perawatan kecantikan, makanan minuman, ibu bayi, kesehatan, serta perlengkapan rumah.

Firma riset MomentumWorks dalam publikasinya menyebutkan, sampai tahun Oktober 2023 layanan TikTok Shop mampu mengakuisisi 13,2% dari total GMV e-commerce di Asia Tenggara. Ini menjadi terbesar ketiga setelah Shopee (46,5%), Lazada (17,7%), dan Tokopedia (13,9%).

Persentase GMV e-commerce Indonesia didasarkan pada sebaran pemain / MomentumWorks
Persentase GMV e-commerce Indonesia didasarkan pada sebaran pemain / MomentumWorks

Data tersebut menjadi indikasi capaian mengesankan, apalagi di Indonesia sendiri TikTok Shop baru beroperasi sejak Q2 2021. Upaya untuk kembali ke pasar ini jelas diperjuangkan. CEO TikTok Shou Zi Chew terus mengupayakan komunikasi intens dengan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemendag dan KemenkopUKM.

Apa yang membuat TikTok Shop unggul?

Pertumbuhan eksponensial TikTok Shop bukan sebuah keberuntungan belaka. Ada strategi matang yang telah diracik dan berhasil menyuguhkan proposisi nilai yang diapresiasi pasar. Strategi bisnis ritel mereka disebut “Infinite Loop“. Pendekatan ini berfokus untuk mempertemukan konsumen dengan berbagai tahap perjalanan/proses dalam belanja (online). Melalui kekuatan konten yang dipersonalisasi, mereka mendorong hubungan yang lebih bermakna antara brand dan konsumen.

Strategi menjadi platform infinity loop menjadikan TikTok Shop unggul / TikTok
Strategi menjadi platform infinity loop menjadikan TikTok Shop unggul / TikTok

Konsep tersebut membawa konsumen pada tiga tahapan penting, sebagai berikut:

  1. TikTok mempengaruhi setiap tahap perjalanan ritel—penemuan, pertimbangan, dan pembelian—lebih efektif.
  2. Pasca-pembelian, TikTok mempertahankan pengaruhnya melalui konten yang dihasilkan pengguna seperti video unboxing dan tutorial, yang mendorong loyalitas merek dan keterlibatan komunitas.
  3. TikTok menonjol dengan menciptakan pengalaman positif yang bergema dengan pengguna, mendorong mereka untuk mengaitkan kegembiraan dan euforia dengan pembelian mereka.

Hal ini didasari sebuah survei internal pada 2021 yang mengatakan bahwa 49% pengguna TikTok menggunakan media tersebut untuk menemukan hal baru, 35% untuk belajar hal baru, dan 29% mencari inspirasi. Menurut studi yang sama, pengguna TikTok memiliki kemungkinan 1,5x lebih besar untuk segera membeli sesuatu yang mereka temukan di platform tersebut dibandingkan dengan pengguna platform lain.

Hal ini hanya bisa dilakukan saat platform penjualan tersebut terintegrasi dengan layanan konten yang dimiliki TikTok – atau disebut sebagai social commerce. Menurut beleid terbaru yang diterbitkan di Indonesia, saat ini penyelenggara media sosial seperti TikTok ataupun Meta dilarang berjualan langsung menggunakan aplikasi yang sama – harus ada pemisahan antara aplikasi media sosial dengan layanan jual beli.

Studi lain menyebutkan, sejak diluncurkan tahun 2021, TikTok Shop telah merangkul 6 juta penjual di Indonesia. Tahun 2022 mereka menguasai sekitar 5% dari GMV e-commerce nasional yang mencapai $52 miliar.

Live commerce di pemain lokal

Menurut hasil penelitian SEA Ahead Wave 5, sebagian besar konsumen di Asia Tenggara mengakses live stream melalui platform media sosial (83%) seperti Facebook Live, Instagram Live, dan YouTube Live, platform e-commerce (64%) termasuk Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya, serta platform live stream atau aplikasi khusus untuk live streaming (11%) seperti Twitch dan Periscope.

Di pasar Indonesia, 78% konsumen telah mendengar dan mengetahui tentang alternatif belanja melalui live streaming, 71% di antaranya telah mengaksesnya, dan 56% mengakui telah membeli produk melalui live streaming selama pandemi.

Tren ini mendorong sejumlah platform untuk memantapkan fitur live commerce, dengan menonjolkan fitur tersebut di aplikasi e-commerce masing-masing. Di Tokopedia misalnya, di tampilan utama mereka “Feed” menjadi salah satu menu utama. Bahkan secara rutin mereka menghadirkan promo khusus melalui siaran live yang dilakukan oleh seller – juga dengan menggandeng selebriti nasional untuk turut tampil saat sesi jualan live.

Hal serupa juga dilakukan pemain lain seperti Shopee. Shopee dikabarkan sempat bertarung sengit dengan TikTok Shop untuk memimpin pasar live shopping di Indonesia. Sejumlah rekor pernah dipecahkan, misalnya saat Raffi Ahmad live di Shopee selama 12 jam berhasil meraup omzet penjualan Rp7 miliar.

Menu Feed di Tokopedia menyajikan fitur live shopping / Tokopedia
Menu Feed di Tokopedia menyajikan fitur live shopping / Tokopedia

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa konsep yang dimiliki TikTok Shop sebenarnya sudah mulai diadopsi para pemain e-commerce lokal. Lantas pertanyaannya, jika TikTok berhasil konsolidasi dengan pemain tertentu, seperti apa integrasi yang akan dilakukan?

Peluang konsolidasi TikTok

Untuk bisa kembali hadir ke pasar e-commerce lokal, ada dua pilihan yang bisa diambil Tiktok: (1) membuat aplikasi TikTok Shop secara terpisah; (2) berkolaborasi dengan pemain lain.

Dengan rumor penjajakan di atas, opsi kedua sepertinya akan dipilih TikTok. Ini pilihan yang cukup masuk akal, mengingat ketika berbicara tentang bisnis e-commerce, dependensinya bukan hanya soal platform penjualan saja, melainkan juga terkait infrastruktur pendukung seperti fulfillment, logistic, payment, affiliate, hingga customer services.

Tentu tantangan selanjutnya adalah bagaimana integrasi TikTok dengan calon mitranya bisa dilakukan sehingga strategi infinity loop tersebut tetap bisa dilakukan.

Kami beranggapan ada beberapa skenario yang bisa dilakukan, yaitu:

  1. Embedded E-commerce; memungkinkan keranjang belanja di TikTok kembali aktif, memungkinkan pengguna secara langsung (tanpa pindah aplikasi) untuk melakukan transaksi pembelian. Namun yang berperan melakukan transaksi (di backend) adalah layanan e-commerce yang menjadi mitra. Sistem e-commerce terhubung secara mulus ke dalam layanan TikTok melalui sambungan API khusus antarsistem.
  2. Integrated Affiliation; memungkinkan TikTok menjadi medium promosi yang lebih terintegrasi. Setiap produk yang memungkinkan untuk dibeli akan memiliki tautan penjualan ke toko tertentu. Dan ketika toko tersebut dikunjungi, secara otomatis akan mengalihkan pengguna ke layanan e-commerce tertentu untuk menyelesaikan transaksi.
  3. Acquisition; TikTok mengakuisisi unit e-commerce tertentu untuk menyulapnya menjadi TikTok Shop generasi berikutnya.

Sebagai catatan, skenario tersebut adalah perkiraan dari kami – tidak didasari oleh pernyataan resmi pihak terkait. Tiga skenario di atas (jika dilakukan) setidaknya sudah mematuhi regulasi yang diatur pemerintah. Pada dasarnya ada dua unit bisnis yang dijalankan dalam dua entitas yang berbeda, kendati memiliki keterhubungan yang dekat satu dengan lainnya.

Dampak untuk pasar e-commerce lokal

Laporan terbaru e-Conomy SEA 2023 memproyeksikan sektor e-commerce di Indonesia akan mencapai $62 miliar di tahun ini dan bertumbuh hingga senilai $82 miliar di tahun 2025. Jelas ini bukan nilai industri yang kecil, sehingga semua pemain industri terus berusaha untuk menjadi yang terdepan.

Keberhasilan TikTok melakukan konsolidasi dengan salah satu pemain e-commerce lokal berpotensi mengubah lanskap persaingan. Dengan basis pengguna besar yang sudah dimiliki, TikTok dapat mendorong keputusan pembelian ke suatu produk dengan lebih baik. Kebiasaan baru yang disuguhkan lewat TikTok Shop juga berpotensi dihidupkan kembali untuk mengalirkan keran-keran yang sebelumnya terhenti akibat penghentian operasional TikTok Shop.

Gegap-gempita penutupan TikTok Shop bulan lalu juga menunjukkan seberapa signifikannya pengaruh TikTok Shop untuk pasar jual-beli online di Indonesia. Awalnya TikTok Shop (dan platform social commerce lainnya) “dituduh” menjadi salah satu penyebab utama sektor ritel tradisional tertentu sepi dan membukakan pintu untuk produk impor (yang mana berpotensi membunuh UMKM lokal). Nyatanya pasca-penutupan, Tanah Abang masih saja sepi peminat.

Isu tersebut memang sensitif, sehingga saat nanti TikTok Shop come back –dengan skenario apapun—diharapkan membuktikan bahwa mereka justru berpihak dengan UMKM Indonesia.

Teknologi telah mendemokratisasi sektor ritel Indonesia. Secara bersamaan ia juga berhasil membuka berbagai peluang baru untuk mengangkat harkat perekonomian banyak orang di penjuru nusantara. Hadirnya layanan inovatif diharapkan dapat mengakselerasi perputaran ekonomi, sembari menghadirkan layanan inklusif agar bisa turut memeratakan kesejahteraan di seluruh penjuru negeri.