Mengenal Triponyu, Marketplace Wisata Asal Solo yang Menawarkan Solusi Lokal

Sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, industri priwisata di Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar. Pemerintah saja tahun lalu menyiapkan dana yang tidak sedikit untuk mempromosikan sektor pariwisata di Indonesia. Sekarang sektor ini akan lebih ramai dengan kehadiran startup digital baru asal Solo yang menawarkan solusi lokal untuk para traveler, Triponyu.

Mengenal Triponyu dan bisnisnya

Meskipun memiliki nama yang sangat mirip dengan sebuah platform hiburan, Triponyu fokus tidak memiliki afiliasi dengan Cliponyu. Triponyu digawangi oleh empat orang anak muda asal solo, yaitu Agustinus Adhitya Pramono (CEO), Onny Sumantri (COO), Samuel Joshep (CTO), dan Alfonsus Aditya Prabowo (CFO & CBDO). Startup yang pada Jumat minggu lalu baru melakukan soft launch secara resmi ini juga masih berada dalam fase beta.

Alfonsus Aditya Prabowo (Adit) menjelaskan bahwa pada dasarnya Triponyu adalah platform bisnis yang memberikan akses bagi traveler dan local guides untuk saling terhubung. Local guides adalah masyarakat umum di sekitar tujuan wisata yang memiliki ide-ide kreatif untuk ditawarkan melalui Triponyu sebagai paket-paket wisata. Adit berharap melalui platform yang dibangunnya dapat tercipta perjalanan wisata yang unik dan menarik bagi setiap traveler dan local guides.

Adit mengatakan, “Local guides dapat menjadi traveler dan traveler dapat menjadi local guides [di Triponyu]. […] Local guides ini adalah Host yang berada di suatu daerah [wisata] yang mampu memberikan paket-paket wisata menarik dan jauh dari kesan konvensional. Mereka [local guides] akan menyusun paket wisata yang disertai price dari mereka sendiri, kemudian dicantumkan di Triponyu. […] Untuk menjadi host ini nantinya akan dilakukan proses verifikasi data dan pengecekan terhadap paket wisata ditawarkan sehingga memberikan kepastian, keamanan, dan kenyamanan bagi para traveler.”

Visi yang diusung Triponyu menurut Adit adalah connecting people and happiness. Artinya, dengan adanya triponyu diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menambah persahabatan dan menciptakan perjalanan wisata yang tidak terlupakan.

Sementara itu misi yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan potensi daerah, membantu meningkatkan usaha kecil masyarakat, mampu menciptakan lapangan pekerjaan mandiri, dan meningkatkan kesadaran akan beragamnya budaya dan keindahan alam Indonesia.

“Yang membuat kami berbeda adalah karena kami startup pertama yang mengusung konsep feel the experience with locals. Selama ini paket pariwisata yang ditawarkan sudah sangat umum, […] sehingga kami rasa tidak menemukan sisi menarik, seru, dan menyenangkan,” kata Adit.

Adit melanjutkan, “Nah, yang akan membuat berbeda [di Triponyu] adalah orang lokal yang lebih tahu daerah dan tempat menarik di wilayah masing-masing. Sehingga esensi eksplorasi wilayah atau berwisata yang lebih menarik bisa tercipta [dan] dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. […] Di Triponyu, setiap orang bisa menjadi local guides dan kembali lagi bahwa fakta kreativitas menjadi penentu untuk menciptakan program pariwisata yang unik.”

Rencana dan target Triponyu di tahun-tahun mendatang

Triponyu menawarkan solusi lokal untuk para traveler yang menginginkan pengalaman baru dalam berwisata / DailySocial
Triponyu menawarkan solusi lokal untuk para traveler yang menginginkan pengalaman baru dalam berwisata / DailySocial

Saat ini Triponyu berjalan dengan mengandalkan dana internal atau bootstrap. Pun begitu, rencana dan target dalam beberapa tahun ke depan sudah ada dalam pipeline mereka. Selain mencari investasi dari luar dan peluang kerja sama dengan pihak lain, Triponyu juga menargetkan untuk bisa tumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun.

Adit mengungkapkan, “Tidak dipungkiri kami membutuhkan investasi untuk membangun infrastruktur dan rencana kami berikutnya adalah menawarkan ide kami ini ke beberapa investor untuk melihat peluang yang dapat kami peroleh di kemudian hari. Capex sebagian besar akan kami titik beratkan di sisi pengembangan infrastruktur dan akan kami bagi […] sesuai dengan kebutuhan perkembangan Triponyu ke depannya. Selain itu kami juga akan melihat beberapa potensi untuk bekerja sama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan service kami.”

“Dari sisi finansial, kami menargetkan pertumbuhan bisnis yang signifikan dari tahun ke tahun dan menjaga kemampuan finansial kami dengan pertumbuhan bisnis di tahun pertama [2016-2017] sebesar 5% dari jumlah kunjungan wisatawan di tahun 2015 dan akan mencapai pertumbuhan sebesar 17% di tahun kelima [base assumption 2015]. Kami juga menargetkan pencapaian gross profit di level 27% hingga 30% setiap tahunnya,” tandas Alfonsus Aditya.

Peran Serta Big Data dalam Menumbuhkan Traksi Bisnis Perhotelan

Industri perhotelan sekarang sedang digoyang lahan bisnisnya oleh startup-startup yang menawarkan tempat menginap seperti AirBnB dan layanan sejenis. Industri hotel mulai berbenah dengan menerapkan teknologi di sistem mereka, salah satunya untuk pemasaran dan pemesanan. Bahkan tak jarang mereka menggandeng mitra-mitra startup untuk membantu memasarkan ruang-ruang kosong milik mereka. Untuk masalah perhotelan ini sebenarnya big data menawarkan sesuatu yang baru. Sebuah analisis big data sebenarnya mampu memberikan dampak positif untuk pemasukan bisnis perhotelan.

Skenario utamanya adalah mempelajari setiap detil pemesanan yang dilakukan oleh pelanggan. Mulai dari keperluan mereka menginap, siapa yang membayarnya, dan kapan dan berapa lama terakhir menginap di hotel tersebut. Ini memberikan gambaran sehingga pihak hotel bisa mengatur tinggi rendahnya tarif untuk memberikan kesan lebih murah atau lebih terjangkau meski dengan pelayanan yang sama.

Detil data-data pelanggan yang dimaksud bisa bercabang dan memuat banyak variabel. Seperti dari mana mereka tahu hotel tersebut, bagaimana tanggapan mereka terhadap pelayanan hotel sebelumnya dan setelah mereka tinggal di hotel, dan dengan siapa saja mereka menginap di hotel, apakah keluarga atau dengan rekan-rekan bisnis mereka.

Data-data lainnya juga bisa bernilai, sebut saja seperti transportasi apa yang mereka pakai, maskapai apa, apakah tiket ekonomi atau bisnis, dan berapa uang yang mereka habiskan selama liburan atau tinggal di hotel tersebut di periode lampau dan data-data sejenis lainnya.

Grafik analisis data pelanggan hotel
Grafik analisis data pelanggan hotel

Data-data tersebut nantinya bisa diolah dan akan menghasilkan sebuah keputusan, dan sekarang bisa juga digunakan untuk menetapkan harga kamar, atau mungkin jumlah potongan harga yang didapat.

Penetapan harga atau potongan harga dari hasil analisis tersebut akan membuat kesan bahwa harga kamar bisa lebih terjangkau, ini yang dimaksud dengan mengoptimalkan RevPAR (Revenue Per Available Room) dengan memanfaatkan analisis big data.

Tak hanya itu data-data tersebut seharusnya juga berguna untuk bagaimana hotel menjalin kerja sama dengan industri-industri terkait lainnya. Seperti transportasi, bank, perusahaan dan lainnya.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Peranan Big Data untuk Mengakselerasi Startup di Bidang Travel

Paket perjalanan wisata adalah satu dari sekian banyak sektor yang kini banyak dieksplorasi oleh startup digital. Dengan kecanggihan teknologi proses menghubungkan pengguna dengan maskapai penerbangan, tempat penginapan, dan juga pihak penyedia tur wisata di tempat tujuan bisa disajikan dengan mudah dan cepat. Salah satu teknologi yang berpotensi memegang peranan penting untuk mengakselerasi bisnis ini adalah big data. Data-data bisa diekstraksi sedemikian rupa untuk mengenali pola pelanggan berdasarkan kebiasaan dan variabel-variabel lainnya.

Beberapa waktu lalu perusahaan spesialis pemasaran Rocket Fuel sempat mengeluarkan infografis mengenai perbedaan traveler luxury dan non-luxury dalam kegiatannya “bepergian” mulai dari jarak pemesanan perjalanan hingga apa saja yang mereka lakukan selama di tempat tujuan mereka.

Rocket Fule infographic
Rocket Fule infographic

Kategori luxury dan non-luxury dibuat Rocket Fuel berdasarkan tipe hotel yang dipesan saat ingin melakukan perjalanan. Dari data tersebut beberapa data menarik disebutkan. Seperti traveler kategori luxury dan non-luxury memiliki persentase  yang sama untuk pilihan berbelanja oleh-oleh untuk rumah, dan juga beberapa hal lainnya. Termasuk juga prediksi apa yang akan mereka belanjakan dalam 30 hari sebelum mereka memutuskan untuk memesan kamar hotel.

Wawasan-wawasan seperti inilah yang seharusnya bisa didapatkan oleh startup-startup yang bergerak di bidang perjalanan dan wisata. Selain mem-push layanan mereka dengan menawarkan tujuan-tujuan yang eksotis dan juga perang harga dengan kompetitor mempelajari kebiasaan pelanggan bisa menjadi alternatif untuk menjadi salah satu yang terdepan.

Dengan data-data seperti ini seharusnya bisa menjadi alasan yang kuat untuk misalnya menjalin kerja sama dengan pihak penyedia transportasi, restoran, atau penyedia oleh-oleh khas. Semua tentu dikemas ala startup, dengan sentuhan digital di aplikasi masing-masing pengguna. Sehingga tanpa repot-repot mencari informasi di mana penjual oleh-oleh terbaik, hotel berkualitas, dan penyedia transportasi yang siap sedia. Pengguna bisa lebih mudah menikmati liburannya. Semua karena kolaborasi dan elaborasi terhadap data yang ada sehingga tercipta inovasi-inovasi yang bisa membantu bisnis.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Nida Rooms dan Mister Aladin Jalin Kerja Sama

Nida Rooms sebagai Virtual Hotel Operator (VHO) Asia Tenggara hari ini mengumumkan kerja samanya dengan penyedia situs pemesanan hotel Mister Aladin. Langkah ini diambil lantaran kedua perusahaan merasa saat ini persaingan di sektor travel dan pariwisata sudah sangat kompetitif, sehingga memaksa para pemainnya untuk menggalakkan strategi terbaiknya. Sebelumnya Traveloka dan Airyrooms menjalin kerja sama yang serupa.

Seperti diketahui, kecakapan Mister Aladin adalah menyediakan penawaran hotel sesuai dengan mood, dengan fitur andalannya yakni “Choose Your Mood”. Sedangkan basis hotel Nida Rooms, di Indonesia sendiri sudah mencapai 3.500 rekanan, dan 17.500 rekanan di wilayah Asia Tenggara. Kerja sama ini memungkinkan pemesanan hotel Nida Rooms dapat dilakukan melalui sistem yang dimiliki Mister Aladin, yakni via www.misteraladin.com.

“Melalui kerja sama dengan Mister Aladin, kami berharap dapat memudahkan travellers yang berlibur untuk mencari akomodasi dengan harga tepat, lokasi tepat dan kualitas yang tepat seperti yang  Nida Rooms tawarkan ” jelas Kaneswaran Avili selaku Chief Executive Officer & Co-Founder Nida Rooms.

Saat ini, tren liburan masyarakat kita masih lebih banyak berkisar di kawasan Indonesia dan Asia,” kata Nitha Sudewo, Direktur Online Services Mister Aladin. “Oleh karena itu, melalui kerja sama ini, kami berharap bisa menyediakan lebih banyak pilihan budget hotel untuk memenuhi kebutuhan travelers Indonesia yang semakin beragam.”

Sebelumnya Nida Rooms baru saja mendapatkan pendanaan sebesar Rp 52 miliar, tepatnya pada pertengahan April lalu. Komitmen Nida Rooms dengan pendanaan tersebut ialah mempercepat pengembangan produk. Selain itu ekspansi layanan juga menjadi prioritas, hingga saat ini di Indonesia Nida Rooms berhasil merangkul pangsa pasar hotel di Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bali, Bandung, Kalimantan dan Sulawesi. Nida Rooms sendiri sebenarnya juga belum lama hadir di Indonesia, baru sekitar bulan Desember tahun lalu.

Sedangkan Mister Aladin sejak awal peluncurannya sudah sangat berambisi untuk menjadi rujukan utama di sektor travel commerce di Indonesia. Dengan memadukan antara produk, teknologi dan advertising secara tepat, Mister Aladin percaya bahwa dirinya dapat berkembang di tengah makin maraknya layanan yang menawarkan jasa sejenis.

Application Information Will Show Up Here

Dengan CEO Baru, Situs Online Booking Travel Pegipegi Fokus Mempertahankan Konsumen Loyal

Di usianya yang telah menginjak empat tahun, situs online booking travel Pegipegi mencoba menunjukkan eksistensi dan kepercayaan diri yang tinggi. Makin ketatnya persaingan di industri travel dan perhotelan tidak membuat Pegipegi menjadi tergilas kompetitor lainnya. Mereka mencoba relevan dengan mempertahankan konsumen loyal.

Dalam kesempatan buka puasa bersama dengan jajaran staf dan manajemen Pegipegi, mereka memperkenalkan CEO baru Hideki Yamada, yang menggantikan pemimpin sebelumnya, Kohei Nakajima.

“Perubahan ini merupakan kebijakan dari Recruit Holdings, perusahaan yang menaungi Pegipegi. Saya sebagai CEO bertanggung jawab untuk memimpin Pegipegi sejak bulan Januari 2016,” kata Hideki.

Hideki yang memiliki pengalaman bekerja di Jalan Tour bertanggung jawab untuk menambah jumlah pelanggan, mempertahankan jumlah pelanggan tetap, dan meningkatkan penjualan.

“Saya melihat Indonesia merupakan pasar yang menarik untuk dijelajahi, sesuai dengan fokus dari Pegipegi yang hanya memberikan layanan hotel, tiket pesawat serta kereta api di Indonesia,” kata Hideki.

Kesulitan mempertahankan pelanggan

Tidak dapat dipungkiri, kehadiran Traveloka dengan segudang promo dan harga diskon cukup menyulitkan Pegipegi untuk menambah jumlah pelanggan hingga mempertahankan pelanggan. Tidak memberikan diskon atau potongan harga di setiap produk yang dijual, Pegipegi harus memikirkan strategi lainnya agar bisa mendongkrak jumlah penjualan.

“Sejak awal kami konsisten untuk tidak terlalu memanjakan pelanggan dengan pemberian diskon hingga potongan harga yang berlebihan, kami yakin dengan kemitraan yang dijalin dengan partner kami pelanggan sudah mendapatkan harga yang ideal,” kata Web Director Pegipegi Adi Rian.

Saat ini Pegipegi secara agresif masih menjalin kemitraan dengan bank-bank ternama di Indonesia. Kemitraan startegis tersebut memungkinkan pengguna untuk mendapatkan harga istimewa, promo serta mendapatkan poin jika melakukan transaksi dengan bank-bank terkait. Langkah tersebut dinilai cukup berhasil untuk menambah jumlah pelanggan dan meningkatkan penjualan.

“Fokus utama kami adalah mendapatkan repeat order, untuk itu kami juga kerap memberikan hadiah berupa gadget kepada pelanggan top spender yang sudah sering menggunakan layanan Pegipegi,” kata Adi.

Strategi pemasaran dan target

Saat ini Pegipegi mengklaim telah berhasil mendapatkan pengguna aktif di situs sebanyak 1,2 juta orang per bulannya. Meskipun Pegipegi telah memiliki aplikasi mobile di platform Android dan iOS, namun jumlah pengunjung yang mengakses melalui desktop masih setara dengan penggunaan aplikasi mobile.

Pegipegi juga mencatat meskipun saat ini pilihan pembayaran yang telah ditawarkan cukup beragam, namun pembayaran terbanyak yang dilakukan pelanggan masih dari bank transfer. Untuk pemesanan, yang paling banyak dipilih pelanggan Pegipegi adalah pemesanan hotel, diikuti tiket pesawat dan terakhir tiket kereta api.

“Layanan pembelian tiket kereta api masih terbilang baru di Pegipegi, namun ke depannya kami optimis layanan ini akan menjadi favorit,” kata Adi.

Mengantisipasi ledakan jumlah pembelian tiket pesawat, pemesanan hotel, dan tiket kereta api jelang hari raya Idul Fitri, Pegipegi menargetkan akan mendapatkan kenaikan jumlah transaksi sebanyak 300%, berkaca pada tren tahun-tahun sebelumnya.

“Kebiasaan dari masyarakat Indonesia adalah membeli tiket pesawat, memesan hotel hingga tiket kereta api saat last minute. Kami berharap tahun 2016 bisa lebih besar jumlahnya dari tahun sebelumnya,” tutup Adi.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Budget Hotel Zen Rooms Akomodasi Konsumen Korporasi dan Konsumen Jangka Panjang

Setelah resmi hadir tahun 2015 lalu, layanan budget hotel Zen Rooms yang telah hadir di 8 negara meluncurkan tiga fitur tambahan untuk meningkatkan pelayanan dan kemudahan kepada pengguna. Tiga fitur tersebut adalah Zen for Business, Zen Monthly dan layanan pelanggan (CS) selama 24 jam. Zen for Business adalah Layanan Zenrooms untuk klien korporasi, sedangkan Zen Monthly untuk mengakomodasi klien yang ingin menginap dalam jangka panjang, sehingga membayar bulanan layaknya kost.

Saat ini Zen Rooms telah tersebar di 5 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Bali, Bogor dan Yogyakarta dengan harga kamar mulai dari Rp 169 ribu.

Tiga fitur baru Zen Rooms

Sebagai pemain baru di industri hospitality, Zen Rooms masih berupaya untuk mendapatkan jumlah pengguna dan pilihan budget hotel yang berkualitas. Makin sengitnya kompetitor yang ada, membuat Zen Rooms harus lebih inovatif dan cerdas dalam hal pemberian layanan dan pilihan yang ada. Pemain lainnya yang mencoba menawarkan layanan serupa adalah Nida Rooms dan Tinggal.

Salah satu strategi yang dilancarkan oleh Zen Rooms untuk menjawab tantangan tersebut adalah menghadirkan tiga fitur terkini. Yang pertama adalah Zen Monthly yang memberikan kemudahan bagi tamu yang menginap lebih dari 30 hari atau satu bulan. Harga yang ditawarkan lebih murah hingga 60% dari harga kamar harian.

Sementara itu untuk membantu para wisatawan yang masih asing dengan lokasi yang disinggahi, Zen Rooms menawarkan fitur Customer Service 24 jam. Dengan fitur ini tim layanan pelanggan Zen Rooms siap membantu para wisatawan untuk mendapatkan informasi budget hotel yang direkomendasikan kepada wisatawan selama 24 jam.

Fitur lain yang dihadirkan Zen Rooms adalah Zen for Business, yaitu program yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan dengan memberikan penawaran dan harga spesial dilengkapi dengan program poin untuk setiap karyawan.

Application Information Will Show Up Here

AirBnB Mulai “Ganggu” Bisnis Perhotelan di Bali

Startup kebanyakan membawa model bisnis yang bisa mengganggu tatanan bisnis di beberapa sektor konvensional. Di Indonesia hal ini bisa dilihat bagaimana Go-Jek, Uber, Grab, dan startup-startup lainnya. Terutama bisnis yang mengandalkan kekuatan sharing seperti Go-Jek, Uber, Grab dan AirBnb. Tiga nama pertama bergerak di sektor transportasi mengandalkan mitra mereka sedangkan AirBnB menjalani bisnis di sektor penyewaan hunian atau tempat tinggal sementara. Semuanya terbukti mengganggu bisnis konvensional di Indonesia.

Mengenai mengganggu tatanan bisnis konvensional, Go-Jek, Uber dan layanan serupa bisa dilihat dari demo besar-besaran yang dilakukan pelaku bisnis taksi konvensional. Mereka dinilai menyalahi aturan dengan tidak melengkapi persyaratan seperti yang perusahaan taksi penuhi. Akhirnya pemerintah merespons demo tersebut dengan mengeluarkan regulasi yang ada.

Untuk AirBnB, disebutkan Bali menjadi salah satu daerah dengan dampak terbesar yang terganggu dengan bisnis persewaan kamar ini. AirBnB yang menjadi “musuh” besar industri perhotelan di Amerika Serikat tampaknya juga akan menjadi “musuh” untuk industri perhotelan Indonesia.

Di sampaikan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani permintaan sewa hotel menurun hingga 35 persen. Indikasi utamanya banyak vila yang dimiliki individual dan disewakan melalui AirBnB

“Demand turun hingga 35%. Mungkin banyak vila yang dimiliki individual dan disewakan melalui AirBnB. Sejak tahun 2010, terjadi penurunan yang signifikan di Bali. Angkanya belum jelas karena kamar hotel juga terus bertambah,” ujar Hariyadi.

Haryadi juga menjelaskan bahwa fenomena sharing economy juga akan mengganggu bisnis perhotelan dan diminta untuk bersiap menghadapi fenomena ini. Dengan harga yang lebih murah dan kemudahan menggunakan aplikasi AirBnB menjanjikan potensi mengganggu yang besar.

Salah satu langkah antisipatif yang dilakukan adalah dengan lebih gencar melakukan promosi baik di dalam dan di luar negeri. Dengan potensi sektor wisata yang diproyeksikan tumbuh 10% dibanding tahun lalu, sektor perhotelan berharap dapat meningkatkan permintaan.

Hariyadi dalam pemberitaan SWA juga mengungkapkan pihaknya akan mengusulkan untuk menertibkan pelaku sharing economy, dalam hal ini AirBnB. Soal pajak dan tanggung jawab kepada negara.

“Kami harus mengusulkan penertiban para pelaku sharing economy ini. Mereka menyewakan hotel atau vila namun tidak membayar pajak. Ini jelas tidak adil. Mereka juga punya tanggung jawab kepada negara. Kami yang punya usaha hotel, aturannya ketat sekali,” kata Hariyadi.

Selain mengusulkan penertiban Haryadi juga menjelaskan para pengusaha hotel juga tengah menyiapkan inovasi berbasis teknologi seperti Agoda, Booking dan juga bisnis boling yang dimiliki pihak lokal. Selain itu para pemilik usaha perhotelan juga akan membuat platform e-commerce yang bersifat B2B antara pengusaha hotel dengan vendor.

Nantinya para vendor akan dikonsolidasikan sehingga pembeli dan penjual bisa bertemu secara langsung. Dampaknya volume akan lebih besar dan harganya murah.

“Pariwisata itu kuncinya ada di atraksi. Kalau tidak ada itu, tidak ada nilainya. Sasaran inilah yang kami galakkan di seluruh Indonesia secara terintegrasi dengan calender of event,” katanya.

Regulasi tampaknya akan menjadi momok besar bagi startup yang mengusung sharing economy. Go-Jek, Uber, Grab, AirBnB dan layanan sharing economy lainnya. Setidaknya untuk sekarang pemerintah memiliki regulasi untuk sharing economy transportasi armada mobil. Untuk perhotelan mungkin tidak akan lama lagi akan diterbitkan regulasi serupa, menunggu seberapa terganggu para pengusaha hotel dan sebesar seberapa besar desakan mereka terhadap pemerintah.

Gandeng AiryRooms, Traveloka Sediakan Pencarian Budget Hotel

Ada yang baru dari aplikasi perusahaan teknologi penyedia layanan booking online hotel dan tiket pesawat Traveloka. Setelah melakukan pembaruan di aplikasi pada awal Juni 2016 lalu kini di Traveloka pengguna bisa memesan hotel dengan harga terjangkau (budget hotel) di 5 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bali, Bogor dan Bandung. Kerja sama dengan Airyrooms memungkinkan Traveloka untuk menyediakan lebih dari 300 lebih kamar hotel  untuk pengguna Traveloka.

Sebelumnya Traveloka telah menjalin kemitraan dengan 14 partner hotel secara resmi untuk hotel domestik dan internasional. Kemitraan Traveloka dengan AiryRooms merupakan salah satu strategi yang dilancarkan untuk menyediakan lebih banyak budget hotel yang saat ini semakin dicari oleh pengguna. AiryRooms sendiri sebagai jaringan pemesanan kamar untuk budget hotel belum resmi diluncurkan.

Communications Executive Traveloka Busyra Oryza menjawab pertanyaan DailySocial mengatakan, “Benar, opsi hotel budget kami tambahkan di aplikasi Traveloka versi terbaru (V. 2.4) karena kami menerima banyak feedback dari customer yang ingin mendapatkan hotel dengan harga terjangkau dengan fasilitas yang nyaman.”

Tentang alasan Traveloka memilih AiryRooms sebagai mitra dan apakah kemitraan ini bersifat eksklusif, pihak Traveloka enggan untuk memberikan jawaban.

“Untuk pertanyaan tambahan ini kami memilih untuk tidak berkomentar, tapi saya bisa memastikan bahwa penambahan opsi hotel budget di aplikasi Traveloka adalah untuk memudahkan pengguna dalam mencari kamar berkualitas yang terstandarisasi dengan harga terjangkau,” lanjut Busyra.

Pemesanan budget hotel adalah segmen baru yang mulai ramai di akhir tahun 2015. Setidaknya sudah ada 3 pesaing Traveloka-Airyrooms yang bermain di segmen ini, yaitu RedDoorz, Nida Rooms, dan Tinggal. Mengklaim sebagai perusahaan teknologi, sebelumnya Traveloka juga telah merambah segmen yang berbeda dengan memberikan fitur Last Minute Booking.

Application Information Will Show Up Here

Travella Permudah Pemesanan Transportasi Antar Kota di Kalimantan Barat

Resmi dilaunching di Hotel Golden Tulip Pontianak pada 3 Juni 2016 silam, Travella hadir sebagai alternatif layanan transportasi dalam dan luar kota pertama di Kalimantan Barat yang dapat diakses via situs dan aplikasi Android (saat ini baru berbentuk APK). DailySocial berbincang dengan Romio Silitonga, pemuda asal Kabupaten Sanggau, Kalbar, yang bersama timnya membidani lahirnya Travella.

Romio melihat sulitnya mencari taksi untuk ke luar kota Pontianak, seperti ke Sanggau, Sintang, Sambas, hingga ke Entikong, yang merupakan wilayah perbatasan Kalbar dengan Sarawak, Malaysia Timur. Bersama empat orang rekannya, ia lantas membuat aplikasi Travella. Romio memilih nama Travella agar akrab di telinga konsumen di Kalbar.

“Pengerjaannya dimulai sejak Febuari 2016 dan di-launching pada tanggal 3 Juni 2016,” jelas Romio. Saat ini, selain bekerja sama dengan empat perusahaan taksi antar kota (semacam travel antar kota jika di Pulau Jawa – Ed) di wilayah Kalbar, Travella juga bekerja sama dengan sebuah perusahaan angkutan dalam kota, berupa ojek dan taksi online dalam kota Pontianak. Travella juga bekerja sama dengan satu perusahaan rental mobil di Pontianak. Untuk kabupaten/ kota, Travella melayani tujuan dari Pontianak ke Sanggau, Sintang, Entikong, Singkawang, Sambas, Sekadau, dan Bandara Supadio.

Ke depan, Travella ingin bekerja sama dengan jaringan ritel dan rumah makan di Pontianak untuk layanan kurir belanja dan pengantaran makanan. Travella juga akan bekerjasama dengan JNE untuk layanan antar jemput oleh-oleh khas Pontianak bagi pembeli di luar Pontianak dan luar Kalbar.

Model bisnis yang diterapkan Travella adalah komisi setiap transaksi yang terjadi. Untuk layanan transportasi, Travella mendapat bagi hasil di kisaran 7%-20%.

Dibanding startup di Pulau Jawa, kendala yang dikeluhkan Travella yang berbasis di Pontianak adalah hal klasik. Tidak handalnya ketersediaan infrastruktur listrik (PLN), yang bisa terjadi selama 3 hari berturut-turut selama 10-12 jam per hari membuat operasional startup yang sangat mengandalkan internet menjadi terganggu.

Membidik Pasar di Sumatra dan Kalimantan

Pihak Travella berharap mereka bisa memperluas layanannya ke daerah-daerah lain di luar Pulau Jawa, khususnya di Sumatra dan Kalimantan. Memang selama ini layanan seperti ini kebanyakan masih fokus di Pulau Jawa dan hadirnya Travella membawa angin segar bagi masyarakat di pulau lain.

“Travella juga akan hadir di beberapa kota lain dan membuka kantor perwakilan di Palembang, Jambi, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan,” tutup Romio.

Melihat Penerapan Big Data dalam Bisnis Travel

Membicarakan big data dan data tidak bisa terlepas dari penerapannya di berbagai sektor. Salah satu yang paling sering dibahas adalah mengenai peran big data dan analisisnya dalam kaitannya dengan perbaikan dan improvisasi suatu produk atau layanan. Dan kali ini akan dibahas bagaimana big data bisa berperan untuk meningkatkan pengalaman pengguna, loyalitas pengguna dan mengoptimalkan manajemen dalam sektor layanan travel.

Teknologi telah membuat perubahan yang signifikan bagi industri layanan travel. Mulai dari situs, pencarian, data perbandingan, agregator harga, kurasi dan penawaran online telah menjadi bagian dari industri travel belakangan ini. Perkembangan-perkembangan tersebut bisa satu langkah lebih lanjut andai big data sudah mendapat porsi dan posisi yang pas.

Pemanfaatan data di sektor layanan travel bisa ditempatkan untuk lebih banyak menilai apa dan bagaimana yang pengguna inginkan. Apakah dari segi pembayaran dan chek-in yang mudah atau layanan yang dilengkapi dengan fasilitas penjemputan di bandara untuk layanan yang juga menyediakan fasilitas penginapan atau hotel. Analisis big data di sini berperan untuk mengetahui pola dan memberikan wawasan tentang bagaimana pengelola memberlakukan pelanggannya. Untuk selanjutnya bisa ditindaklanjuti demi peningkatan pengelolaan pengguna.

Masih berkaitan dengan pengalaman pengguna, jika dikelola dengan baik improvisasi dalam layanan sesuai dengan kebutuhan pengguna juga bisa menimbulkan kesan tersendiri bagi pengguna. Dampaknya akan mempengaruhi loyalitas pengguna. Pengguna akan kembali menggunakan layanan untuk pemesanan berikutnya. Gimmick seperti menghadirkan kupon untuk potongan sesuai dengan hasil analisis juga menjadi cara yang ampuh.

Misalnya dari data di dapat setiap orang yang bepergian di periode tertentu ke kawasan X selalu menghabiskan beberapa malam. Pengelola bisa menambahkan gimmick potongan harga tiket + kamar hotel pada periode tersebut untuk bisa menarik banyak pengguna. Banyak pengguna sama dengan profit bukan?

Dari segi manajemen, analisis big data juga bisa membawa dampak yang positif. Seperti kita ketahui bersama sektor tiket perjalanan dan hotel tergantung pada musim liburan atau lainnya, atau lebih dikenal sebagai musiman. Ketersediaan tiket dan kamar hotel lebih tinggi pada tanggal-tanggal biasa atau reguler. Dengan big data analisis bisa membantu manajemen untuk mengelola dan menawarkan penawaran yang menarik untuk tetap menjaga konsumsi yang sama baik musim liburan atau hari-hari biasa.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.