Garap Pasar Filipina, Passpod Buat “Joint Venture” Bareng Weepay

Passpod (mengumumkan pembentukan joint venture dengan perusahaan pembayaran Filipina Weepay. Kemitraan untuk menjadi langkah strategis Passpod memasuki pasar negara tersebut.

Tetap mengusung brand Passpod dan bakal beroperasi bulan Mei 2019, diharapkan layanan ini dapat menjangkau outbound traveler Filipina yang potensinya disebut mencapai 4,3 juta perjalanan di tahun 2021 menurut laporan Mastercard’s Future of Outbound Travel in Asia Pacific (2016-2021).

Ini adalah langkah ekspansi regional kedua penyedia perangkat mobile Wi-Fi ini pasca perolehan dana segar melalui IPO. Sebelumnya CEO Hiro Whardana mengonfirmasi bahwa mereka telah membuka kantor di Singapura. Passpod sendiri berencana ekspansi ke lima negara tahun ini.

“Kami sangat senang menyambut kerja sama dalam bentuk joint venture dengan Weepay yang namanya sudah sangat populer di Filipina dalam bidang jasa pembayaran. Hal ini akan memudahkan Passpod untuk menggarap potensi pasar outbound traveler di Filipina yang jumlahnya terus mengalami pertumbuhan signifikan dari tahun ke tahun,” ujar Hiro.

Filipina termasuk menjadi negara tujuan ekspansi banyak startup Indonesia karena kemiripan pasarnya. Sebelumnya Gojek juga telah mengakuisisi startup pembayaran Filipina Coins.ph, meskipun operasional layanan on-demand-nya masih terganjal otoritas transportasi setempat.

Tentang pemilihan Filipina sebagai negara tujuan ekspansi, Hiro menyebutkan, “Penggunaan internet untuk kebutuhan data juga tinggi, bahkan lebih tinggi dari Indonesia. Selain itu, awareness mereka untuk bepergian ke luar negeri juga cukup tinggi.”

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Expands to Australia

Along with the latest Android version, Traveloka announces the team is now providing Australian market. Related to this expansion, DailySocial has contacted Traveloka team. They confirmed the news, but they can’t reveal the detail, have they built the R&D center or create a special team.

Information about Traveloka's expansion on app updates
Information about Traveloka’s expansion on app updates

 

 

 

 

 

 

Traveloka’s arrival outside Southeast Asia has been rumored since 2018. In order to accelerate the mission, they reportedly to raise new funding worth of 6 trillion Rupiah. Aside from Indonesia, Traveloka is available in Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore, and Philippines.

Previously, Traveloka was rumored to make an acquisition to some OTA players, one is the business rival in Indonesia, Pegipegi. In addition, there’s also Mytour from Vietnam and Travelbook from Philippines. Another strategy to win the market is product development, the current project is PayLater feature.

Based on Google-Temasek report, Online Travel is one of the biggest sector in the current Southeast Asia digital economy. The value prediction equals $30 billion, exceeding e-commerce and ride-hailing. Growth potential is predicted to reach $78 billion in the next 2025.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Traveloka Ekspansi ke Australia

Bersama pembaruan aplikasi Android versi teranyar, Traveloka mengumumkan bahwa pihaknya kini mulai melayani pangsa pasar Australia. Terkait ekspansi ini, DailySocial telah menghubungi tim Traveloka. Mereka mengonfirmasi kabar tersebut, hanya saja belum bisa menginformasikan secara detail, apakah mereka sudah membangun kantor perwakilan di sana dan/atau membentuk tim khusus.

Ekpansi Traveloka di Australia
Informasi mengenai ekspansi Traveloka pada pembaruan aplikasi

Kehadiran Traveloka di luar Asia Tenggara sebenarnya sudah dimulai sejak Januari 2019 lalu di India. Hanya saja fokus mereka di sana bukan untuk memenangkan peluang OTA, melainkan mengembangkan pusat riset dan pengembangan produk teknologi.

Rencana ekspansi besar-besaran Traveloka sudah mulai tersiar sejak tahun 2018. Untuk mengakselerasi misi tersebut, mereka dikabarkan tengah mengumpulkan pendanaan baru senilai 6 triliun Rupiah. Saat ini selain di Indonesia, Traveloka sudah melayani pengguna di Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina.

Sebelumnya Traveloka juga dikabarkan telah melakukan akuisisi beberapa pemain OTA, salah satunya merupakan rival bisnisnya di Indonesia, yakni Pegipegi. Selain itu ada juga Mytour dari Vietnam dan Travelbook dari Filipina. Strategi lain yang terus didorong untuk memenangkan pasar ialah pengembangan produk, saat ini yang cukup digencarkan ialah fitur PayLater.

Menurut hasil penelitian Google-Temasek, sektor Online Travel adalah salah satu yang terbesar di ekonomi digital Asia Tenggara saat ini. Prakiraan nilainya di tahun 2018 sebesar $30 miliar, melebihi e-commerce dan ride hailing. Potensi pertumbuhannya ditakar mencapai $78 miliar pada tahun 2025 mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Tidak Lagi Sekadar “Travel Aggregator”, Koperansel Kini Layani Pembelian Tiket

Koperansel yang dulu memperkenalkan diri ke khalayak sebagai startup travel search, atau semacam situs aggregator, untuk membantu masyarakat mencarikan tiket perjalanan, kini bertransformasi menjadi travel meta-book. Transformasi ini dilakukan setelah layanan tersebut dapat digunakan untuk memesan tiket di lebih dari 200 online travel agent (OTA) yang menjadi partner.

“Tidak hanya sebatas pencarian antar OTA, situs airlines dan hotel; namun pengguna di Indonesia memerlukan sebuah travel search yang mampu beradaptasi dengan perferensi pengguna,” terang CEO Koperansel Dwi Pradito.

Dwi lebih jauh menjelaskan bahwa kerja sama dengan ratusan OTA diwujudkan dalam bentuk kontrak atau persetujuan yang menyatakan bahwa Koperansel memiliki kewenangan untuk mendistribusikan data inventory penerbangan dan hotel lengkap berserta harga yang tercantum. Setiap OTA disebut memiliki bentuk kerja sama yang berbeda-beda.

Berbeda dengan konsep Koperansel sebelumnya, saat ini seluruh proses termasuk pemesanan dan pembayaran, bisa dilakukan melalui situs Koperansel.

“Dapat disimpulkan bahwa kerja sama ini berbeda dengan kerja sama pada poin travel search, karena Koperansel menjadi platform yang dipercaya untuk memfasilitasi proses booking dan bayar produk OTA tersebut. Memang ada sebagian OTA lainnya, yang sedang dalam tahap integrasi dan finalisasi kerja sama, pembayarannya masih memakai payment gateway mereka, namun interface seluruhnya berada di Koepransel. Ke depannya, seluruh pembayaran yang akan diterima, akan ditujukan ke alamat pembayaran Koperansel,” terang Dwi.

Saat ini Koperansel telah mampu menampilkan data penerbangan dari setiap OTA dan membandingkan harga hingga mendapatkan yang termurah. Koperansel akan menampilkan 200 hingga 300 pilihan tiket termurah di tiap pencarian dalam hitungan detik.

Fitur pembelian di situs Koperansel bisa dilakukan melalui tab Instant Book yang ada di situs Koperansel. Dijelaskan Dwi saat ini sebagian besar OTA masih diakses dengan pencarian dan diarahkan ke situs OTA masing-masing. Namun ada beberapa yang sudah mendukung Instant Booking di Koperansel.

Selain Koperansel ada juga Trivago yang menyajikan layanan serupa. Keduanya sama-sama memposisikan diri sebagai travel aggregator yang memudahkan pengguna mencari tiket di satu tempat dari berbagai OTA.

Menanggapi head to head ini Dwi mengklaim bahwa Koperansel unggul di beberapa aspek, seperti lebih banyak didukung OTA lokal dan fitur instan booking yang belum ada di Trivago.

Untuk rencana selanjutnya Dwi menjelaskan, untuk saat ini Koperansel masih akan fokus pada pengembangan meningkatkan pengalaman pengguna dalam mencari dan memesan. Termasuk merencanakan meluncurkan aplikasi mobile pada pertengahan tahun 2019.

“Kami menargetkan untuk meningkatkan produktivitas tersebut hingga 30% lebih tinggi di 2019. Efisiensi dengan jaminan harga terbaik kapanpun dan kemanapun didukung oleh kenyamanan dan keamanan adalah hal yang kami prioritaskan bagi pengguna, karena preferensi masing-masing pengguna di travel sangat luas,” pungkas Dwi.

Kitaumroh Offers Secure Religious Trip with Insurance

A marketplace for umrah trip “Kitaumroh” is now officially launched in Indonesia with multiple protection to guarantee the umrah pilgrims. Security is a crucial issue after First Travel case resulting thousands of umrah pilgrims lost their money.

Speaking of business, Indonesia is a country with the second largest number of pilgrims worldwide per year, after Pakistan in 2017. Last year, there were around 1 million Indonesian pilgrims depart. It’s predicted, the number of pilgrims increased every year by 10% and to raise due to the online business penetration.

Eka Ananda Mumpuni, Kitaumroh‘s CMO said the company filters the organizers not only by Ministry of Religious Affairs list but also internal discussion. It’ll be crosschecked, the track record, the business span, and its reputation in the market.

The umrah package shouldn’t be less than the government’s limit, Rp20 million. All payments are using escrow account to gain consumer’s trust.

“Therefore, no price war among umrah trip partners. If the price set below the limit, it’s going to blacklist,” he explained (1/24).

The last stage of Kitaumroh’s multiple protection is insurance to replace all costs if the trip failed. The company is responsible to pay for all package purchased by the pilgrims.

Kitaumroh offers not only umrah package but also additional features, such as umrah prayer, Qibla, digital Al Quran, nearest mosque, and Ta’lim schedule. They’ll add more features in the future to facilitate alms and “infak” in supporting Muslims daily needs.

In his opinion, this differentiation should be able to boost the popularity of Kitaumroh. Previously, there are also Pergiumroh and Ihram Asia. Ihram Asia claims to be the biggest player with 209 umrah trip partners.

Kitaumroh business plan

Until the end of this year, they target 10 new partners in KItaumroh. Mumpuni said their team will add more, therefore, the company collaborates with Amphuri (Indonesian Muslim Association of Umrah and Hajj Organizers).

Currently, the company has been partnered with 5 umrah trip organizers include Tursina, Anamona, RH, Mozaik, and Marco.

“Amphuri members are 400 trip organizers, we’ll filter the ones fit to our criteria.”

He and team will also develop umrah service to be customized personally by the pilgrims, no need to follow any package scheduled by organizers. They can set the departure date, flight and hotel preference, and the route.

“The experience will be like visiting Traveloka website.”

The target is to raise around 200 pilgrims for umrah trip scheduled in March 2019. Also, the number of app download to 1000-5000 times by the end of 2019.

Kitaumroh has received funding from internal angel investors. The current team consists of 10 people.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Marketplace “Kitaumroh” Tawarkan Keamanan Perjalanan Religi dengan Asuransi

Marketplace jasa perjalanan umrah “Kitaumroh” meresmikan kehadirannya di Indonesia dengan jaminan berbagai lapisan keamanan untuk jamin ketenangan hati para jamaah umroh. Keamanan menjadi unsur penting yang kini dikhawatirkan konsumen pasca kasus First Travel berujung tidak kembalinya uang ribuan jamaah umrah.

Bicara potensi bisnis, Indonesia merupakan negara kedua dengan jumlah jamaah terbesar dari seluruh dunia tiap tahunnya, setelah Pakistan pada 2017. Pada tahun lalu, ada sekitar 1 juta jamaah umrah Indonesia. Diperkirakan tiap tahunnya jumlah peminat meningkat 10%, dan bakal lebih besar karena didukung faktor penetrasi belanja online.

CMO Kitaumroh Eka Ananda Mumpuni mengatakan perusahaan tidak hanya melakukan filter dari mitra perjalanan umroh saja berdasarkan terdaftar atau tidaknya di Kementerian Agama, tapi juga secara internal. Diperiksa kembali rekam jejaknya, sudah berapa lama beroperasi, dan reputasinya di pasar.

Harga paket umrah pun juga tidak boleh di bawah batas yang sudah ditetapkan pemerintah yakni Rp20 juta. Setiap pembayaran menggunakan sistem rekening bersama atau escrow account untuk menambah kepercayaan konsumen.

“Sehingga tidak ada perang harga antar mitra perjalanan umrah. Kalau ada yang harganya di bawah itu langsung kita blacklist,” terangnya, kemarin (24/1).

Lapis terakhir dari pengamanan Kitaumroh untuk para jamaah adalah perlindungan asuransi yang siap mengganti seluruh ongkos ketika gagal berangkat ke Tanah Suci. Perusahaan bertanggung jawab untuk membayar premi atas seluruh paket perjalanan yang sudah dibeli jamaah.

Kitaumroh tidak hanya menawarkan paket perjalanan umrah, namun juga fitur pendukung lainnya seperti doa ibadah umrah, kiblat, Al Quran digital, masjid terdekat, dan jadwal ta’lim. Ke depannya akan ada tambahan fitur, seperti kemudahan untuk berinfak dan sedekah yang akan menunjang kebutuhan sehari-hari orang Muslim.

Menurut Eka, dengan diferensiasi ini diharapkan membuat Kitaumroh dapat lebih menonjol dibandingkan pemain sejenis. Selain Kitaumroh, sebelumnya Pergiumroh dan Ihram Asia yang sudah lebih dahulu lahir. Bahkan Ihram Asia mengklaim dirinya sebagai pemain terbesar karena sudah menggandeng 209 mitra perjalanan umroh.

Rencana bisnis Kitaumroh

Sampai akhir tahun ini ditargetkan akan ada tambahan 10 mitra umrah yang bakal tersedia di Kitaumroh. Eka menuturkan pihaknya akan terus menambah angka tersebut, untuk itu perusahaan telah menggandeng Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah RI (Amphuri).

Saat ini perusahaan sudah bermitra dengan lima mitra perjalanan umroh, diantaranya Tursina, Anamona, RH, Mozaik, dan Marco.

“Anggota Amphuri ada 400 mitra perjalanan, nanti kita saring lagi mana yang cocok dengan kriteria kami.”

Dia dan tim juga akan mengembangkan layanan umrah yang dapat dikostumisasi secara pribadi oleh jamaah, tidak lagi harus mengikuti jadwal paket yang disediakan penyelenggara jasa. Mereka nantinya dapat mengatur tanggal keberangkatan, pesawat dan hotel yang diinginkan, sampai rute perjalanannya.

“Nanti pengalamannya akan serasa seperti mengunjungi situs Traveloka.”

Ditargetkan Kitaumroh dapat meraup sekitar 200 jamaah untuk perjalanan umrah yang diagendakan pada Maret 2019 mendatang. Sementara itu, jumlah pengunduh aplikasi antara 1000-5000 kali sampai akhir 2019.

Kitaumroh telah menerima pendanaan dari angel investor yang berasal dari kalangan sendiri. Timnya saat ini berjumlah 10 orang.

Platform Perjalanan Bisnis “Travelstop” Hadir di 7 Negara, Indonesia Jadi Pasar Prioritas

Setelah resmi beroperasi komersial pada Agustus 2018, Travelstop kini juga hadir di tujuh negara di Asia. Di antaranya adalah Indonesia, Thailand, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam. Layanannya juga otomatis tersedia dalam tujuh bahasa.

Asia menjadi pasar utama Travelstop untuk mengokohkan posisinya sebagai platform perjalanan bisnis dan manajemen pengeluaran. Co-founder dan CEO Travelstop Prashant Kirtane menegaskan bahwa Indonesia menjadi pasar prioritasnya.

Hal ini wajar mengingat Indonesia memiliki pasar yang besar secara geografis. Ia menilai perusahaan di Indonesia membutuhkan layanan semacam ini untuk mengatasi tantangan atas pengelolaan pengeluaran.

Tahun ini perusahaan, ungkap Kirtane, fokus menawarkan produknya sesuai kebutuhan untuk meningkatkan adopsi di Indonesia. Pihaknya menyebut telah berbicara dengan sejumlah perusahaan besar untuk kemungkinan kerja sama.

“Pasar consumer sudah sangat saturated. Kami fokus terhadap proses untuk menciptakan efisiensi bagi perusahaan yang ingin mengatur perjalanannya,” ujar Kirtane dalam peluncuran layanannya di Jakarta.

Asia memiliki kekuatannya sendiri jika bicara soal pasar perjalanan bisnis. Menurut data Asia-Pacific Economic Corporation (APEC), kawasan ini memiliki pangsa pasar terbesar  untuk perjalanan bisnis, atau 40 persen terhadap biaya perjalanan bisnis yang dihabiskan secara global.

Data Global Business Travel Association (GBTA) memperkirakan India dan Indonesia menjadi pasar perjalanan bisnis dengan pertumbuhan terbesar dalam lima tahun ke depan, dengan persentase kenaikan masing-masing 11,3 persen dan 8,7 persen.

“Kami lakukan riset, menanyakan ke perusahaan besar, seperti Yahoo. Mereka mengalami kesulitan dalam mengatur pengeluaran [perjalanan bisnis]. Ini yang mendorong kami untuk meluncurkan Travelstop. Memang tantangannya membuat pelanggan kami mengerti bahwa kami tidak seperti travel companies. Kami melihat dari perspektif proses dan efisiensi,” paparnya.

Travelstop merupakan startup asal Singapura yang menyediakan platform SaaS untuk perjalanan bisnis dan manajemen pengeluaran. Layanan ini menyederhanakan perjalanan bisnis dan otomatisasi laporan pengeluaran untuk bisnis di Indonesia.

Perusahaan mengklaim di Asia sudah ada ribuan perusahaan yang menggunakan layanan Travelstop. Pihaknya mengincar 10.000-30.000 perusahaan di Asia menggunakan layanannya dalam beberapa bulan ke depan.

Travelstop mendapat pendanaan awal (seed funding) sebesar $1,2 juta pada 2018 yang dipimpin SeedPlus dan perusahaan VC asal Amerika Serikat yang fokus terhadap bisnis travel. Sejumlah klien Travelstop antara lain RedDoorz, Funding Societies, Advance.ai, Dot Property, dan SP Jain.

Pengalaman mobile

Selain menghadirkan layanan di tujuh negara, Travelstop juga mengumumkan kehadiran aplikasinya untuk pengguna iPhone. Untuk pengguna Android, aplikasi ini ditargetkan meluncur dalam waktu dekat.

Co-founder dan Chief Product Officer Travelstop Altaf Dhamani menyebutkan, pihaknya juga fokus terhadap pengembangan layanan mobile. Apalagi, kawasan Asia memiliki trafik mobile terbesar, mencapai 61 persen pangsa.

Menurutnya, pengembangan layanan yang ramah bagi pengguna mobile bertujuan untuk membuat karyawan semakin produktif. Mereka tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengurus klaim pengeluaran.

“Kami tidak hanya menyediakan versi yang mobile friendly yang hanya menjadi replika dari platform desktop. Kami perlu merancang solusi yang lebih relevan sesuai dengan perkembangan,” ujar Dhamani.

Tiket Enters Travel Planning Industry for Corporate

Tiket is adding travel planing service for corporate customers. The new product makes the corporate market more attractive for business.

There is no official statement from Tiket until the news revealed.

Tiket provides special website for business customers to handle all their needs. All tickets from flight, hotel, train, car rental, and entertainment can be ordered through corporate account. The required documents to make corporate accounts include establishment license, company’s TIN, domicile certificate (SKDP), business trading license (SIUP), company registration (TDP), ID representative, and others.

In the explanation, the corporate account can be made into several sub accounts to make it easier for some divisions to make a booking. Each corporate account will be given online access to make a booking and purchasing via website and app.

In terms of payment system, sub account member don’t have to worry about the limit, they’re free to submit as needed. Reservation can be made in advance. Consumers only need to discuss with Tiket team regarding invoice date for company to be issued and paid.

This type of order is highly attractive for big corporate which holding routine events, such as business trip or outing. Each division should be flexible to plan their trip without having to use travel agent.

On the other side, travel agent business cake is predicted to be more challenging due to OTA’s players targeting corporate consumers. Aside from Tiket, participated also in this market other OTAs, such as Via and Bhinneka. Through partnership with Loket, Bhinneka provides ticketing service for entertainment, theme park, and MICE for B2B consumers in large numbers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tiket Rambah Pemesanan Perjalanan untuk Korporat

Tiket merambah layanan pemesanan perjalanan untuk nasabah dari korporat. Kehadiran produk baru ini menjadikan pasar korporat semakin menarik untuk diseriusi.

Belum ada keterangan resmi yang diberikan oleh pihak Tiket hingga berita ini diturunkan.

Tiket menyediakan situs khusus yang dapat digunakan konsumen bisnis untuk memesan semua kebutuhannya. Semua produk Tiket mulai dari tiket pesawat, hotel, kereta, sewa mobil, dan hiburan dapat dipesan, cukup membuat akun korporat.

Dokumen yang dibutuhkan dalam membuat akun korporat di antaranya akta pendirian, NPWP perusahaan, surat keterangan domisili perusahaan (SKDP), surat ijin usaha perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan (TDP), KTP penanggungjawab atau direksi, dan sebagainya.

Dalam penjelasannya, akun korporat ini dapat dibuat menjadi beberapa sub akun untuk memudahkan berbagai divisi di perusahaan dalam melakukan pemesanan. Setiap anggota akun korporat akan diberikan akses online untuk melakukan pemesanan dan pembelian via situs dan aplikasi.

Sistem pembayarannya, setiap anggota sub akun tidak perlu khawatir dengan batas penggunaan, bebas mengajukan plafon penggunaan sesuai kebutuhan. Pemesanan dapat dilakukan di muka. Konsumen tinggal mendiskusikan dengan pihak Tiket terkait tanggal invoice yang pas untuk diterbitkan dan dibayar perusahaan.

Model pemesanan seperti ini tentunya menarik untuk korporat besar yang rutin mengadakan perjalanan dinas atau outing rutin tiap tahunnya. Setiap divisi dapat merencanakan perjalanan secara fleksibel tanpa harus mengandalkan lagi jasa agen perjalanan.

Di sisi lain, kue bisnis dari agen perjalanan diprediksi akan semakin tertantang karena pemain OTA mulai melirik potensi dari konsumen korporat. Selain Tiket, pemain OTA lainnya yang turut meramaikan pasar ini adalah Via dan Bhinneka. Lewat kemitraan dengan Loket, Bhinneka menyediakan penjualan tiket hiburan, theme park, dan MICE untuk nasabah B2B dalam jumlah besar.

Application Information Will Show Up Here

Pengembangan Produk Akan Jadi Fokus Traveloka di Tahun 2019

Traveloka mengungkapkan bakal fokus ke pengembangan produk yang sudah diluncurkan pada tahun ini sebagai bagian dari rencana perusahaan tahun depan. Secara total ada tiga produk baru diperkenalkan yakni Bus, Kuliner, dan Sewa Mobil; ditambah fitur seperti PayLater, Status Penerbangan, dan Train Seat Alert.

VP of Marketing Traveloka Kurnia Rosyada menjelaskan, perusahaan belum memutuskan apakah akan mengeluarkan lini produk baru, melainkan lebih terfokus pada pengembangan fitur produk yang sudah diluncurkan. Langkah ini dilakukan demi meningkatkan penetrasi bisnis yang lebih mendalam di pasar.

“Tahun depan kami akan lebih meningkatkan fitur dari tiap produk yang sudah diluncurkan agar posisi di pasar semakin dalam. Masih ada banyak pekerjaan rumah kami di sini,” katanya, Selasa (18/12).

Kurnia mengklaim meski ada beberapa produk yang baru diluncurkan tahun ini, disebutkan mayoritas sudah memiliki top of mind yang cukup kuat di kalangan pengguna. Ia mencontohkan pada layanan PayLater, disebutkan memiliki ulasan positif karena mampu mengatasi keluhan pengguna yang tidak memiliki kartu kredit.

Proses pengajuan PayLater dinilai juga mudah, verifikasi selesai dalam 60 menit, minimal pengajuan cicilan bisa dimulai dari Rp50 ribu saja.

“Banyak sentimen positif yang kami dapat dari PayLater karena mudah dan pengguna jadi terbantu. Masih ada ruang pertumbuhan yang besar untuk kontribusinya [terhadap bisnis], kita akan terus berinovasi supaya makin mudah.”

Dari peluncuran produk baru, sambungnya, secara kontribusi bisnis kini lebih tersebar tidak hanya di penjualan tiket pesawat saja. Produk akomodasi dan atraksi diklaim memiliki traksi yang cukup baik, meski Kurnia enggan menyebut angka detail.

“Padahal awalnya tiket pesawat paling mendominasi di seluruh transaksi kami. Jadi sekarang kami sudah lebih dikenal aplikasi untuk travel dan lifestyle.”

Menanggapi kabar akuisisi Traveloka terhadap tiga perusahaan OTA, termasuk Pegipegi, Kurnia enggan berkomentar lebih lanjut.

Inovasi Traveloka sepanjang 2018

Produk Bus dirilis pertama kali pada Maret 2018, saat ini telah bekerja sama dengan 85 mitra bus dan shuttle yang melayani lebih dari 4.500 rute antar kota di Indonesia. Kurnia targetkan dapat menambah hingga 150 mitra sampai tahun depan.

Kemudian Kuliner (Traveloka Eats) yang dirilis pada Mei 2018 menghadirkan rekomendasi tempat makan terkurasi, saat ini sudah tersedia di 7 kota dan merangkum lebih dari 700 brand restoran ternama. Terdapat voucher makan dengan penawaran khusus untuk para pengguna.

Pada bulan yang sama juga dirilis produk Sewa Mobil untuk melengkapi pilihan transportasi. Layanan ini telah tersedia di 11 kota besar dan bekerja sama dengan lebih dari 100 penyedia terpercaya.

Selain PayLater, fitur pelengkap yang dihadirkan Traveloka sepanjang 2018 di antaranya adalah Status Penerbangan untuk menginformasikan pengguna status penerbangan secara real time. Selain itu, ada juga fitur Train Seat Alert untuk menginformasikan apabila ada penumpang yang membatalkan kereta sehingga dapat segera dipesan langsung oleh pengguna.

Namun fitur ini baru bisa dimanfaatkan untuk perjalanan yang terencana dari jauh-jauh hari. Mengingat ketentuan di Kereta Api Indonesia yang baru membolehkan pembatalan dilakukan H-1 sebelum keberangkatan.

Pada tahun ini, Traveloka juga merombak tampilan UI dan UX dalam aplikasi untuk menyesuaikan dengan kebiasaan orang Indonesia. Aplikasi kini lebih mengedepankan unsur visual dan cerita karena dari hasil studi internal ternyata orang-orang mencari inspirasi untuk destinasi wisata dari platform online atau media sosial.

Hasil lainnya, selama liburan jenis kegiatan yang paling populer adalah mengunjungi wisata kuliner, taman hiburan, tempat bersejarah, wisata alam, dan shopping. Mayoritas pengguna memesan akomodasi 2-3 minggu sebelum waktu keberangkatan, dengan mempertimbangkan lokasi serta hotel yang instagrammable.

“Kami melihat bahwa tahun depan kegiatan berlibur masih akan terus menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. [..] Oleh karena itu, kami akan terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan relevan kepada pengguna kami untuk meningkatkan pengalaman liburan yang lebih baik,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here