OnePlus 9RT dengan Snapdragon 888 dan TWS OnePlus Buds Z2 dengan ANC Resmi Diperkenalkan

OnePlus telah resmi memperkenalkan smartphone flagship OnePlus 9RT dengan fitur unggulan seperti layar AMOLED FHD+ 120Hz, triple camera dengan kamera utama 50MP, dan ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 888. Serta, TWS baru OnePlus Buds Z2 dengan teknologi active noise cancelation (ANC).

OnePlus 9RT merupakan pembaruan dari OnePlus 9R yang dirilis pada bulan April lalu dengan Snapdragon 870. Performanya meningkat signifikan berkat penggunaan chipset paling mutakhir dari Qualcomm yakni Snapdragon 888. Didukung opsi RAM LPDDR5 8GB atau 12GB dengan penyimpanan internal UFS 3.1 128GB atau 256GB. OnePlus juga telah meningkatkan sistem pendinginan Space Cooling pada OnePlus 9RT dengan heat sink yang 59% lebih besar dan meningkatkan kemampuan pembuangan panas sebesar 20%.

Dari segi layar, bagian muka mengemas layar 6,62 inci menggunakan panel Samsung E4 AMOLED beresolusi FHD+ dalam rasio 20:9, mendukung HDR10+ dan fitur mode warna sRGB dan P3. Layar ini memiliki refresh rate tinggi 120 Hz, ditambah touch sampling rate 600 Hz untuk respon yang  instan, dan dilengkapi fitur gaming  4D haptic feedback dengan tiga antena WiFi.

Beralih ke kamera, OnePlus 9RT tersemat triple camera belakang dengan kamera utama 50MP f/1.8 menggunakan sensor Sony IMX766. Sensor 1/1.56 inci tersebut memiliki piksel 1.0µm di bawah lensa wide 24mm dan dilengkapi Optical Image Stabilization (OIS).

Barpadu dengan kamera sekunder 16MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 14mm 123 derajat, dan 2MP f/2.4 untuk bidikan macro. Sedangkan kamera depannya 16MP f/2.4 menggunakan sensor Sony IMX471 yang dapat merekam video 1080p 30fps dengan stabilisasi elektronik.

Fitur lain termasuk pembaca sidik jari yang terpasang di layar, speaker stereo dengan Dolby Atmos, konektivitas 5G dan WiFi 6, serta NFC. Baterainya menggunakan dua cell 4.500 mAh dengan dukungan pengisian cepat 65W yakni Warp Charge 65T. Untuk harga, OnePlus 9RT dibanderol mulai dari CNY 3.300 atau sekitar Rp7,2 jutaan.

Beralih ke OnePlus Buds Z2, TWS baru ini mengunggulkan fitur active noise cancelation (ANC) dengan dukungan Dolby Atmos. Ia mengemas driver dinamis 11mm dengan konektivitas Bluetooth 5.2 dan mendukung codec Bluetooth AAC dan SBC dan protokol transmisi Bluetooth BLE, SPP, HFP, A2DP, dan AVRCP.

ANC pada OnePlus Buds Z2 diklaim mampu memblokir hingga 40db suara sekitar dengan bantuan tiga mikrofon di setiap earbud. Bodi earbud tahan percikan air dengan peringkat IP55 dan case charging-nya IPX4.

Setiap earbud dapat memberikan masa pakai baterai hingga 7 jam pengguaan dengan ANC nonaktif dan 5 jam dengan ANC aktif. Total dengan case charging-nya menawarkan 38 jam penggunaan tanpa ANC. Harga OnePlus Buds Z2 dijual CNY 499 atau Rp1 jutaan.

Sumber: GSMArena 1 dan 2

TWS 1More ColorBuds 2 Unggulkan ANC dan Personalisasi Profil Suara

Mencari TWS yang sempurna buat semua orang itu nyaris mustahil. Alasannya sederhana: tiap orang mempunyai kemampuan mendengar sekaligus selera yang berbeda-beda. Itulah mengapa personalisasi menjadi aspek yang esensial.

Belakangan ini di pasaran mulai banyak TWS yang menawarkan personalisasi profil suara, tidak terkecuali persembahan terbaru 1More yang bernama ColorBuds 2 ini. Berbeda dari pendahulunya, ColorBuds 2 hadir membawa teknologi SoundID rancangan SonarWorks.

SoundID bekerja dengan mengajak pengguna menjalani tes singkat (via aplikasi smartphone) untuk memahami kemampuan mendengar sekaligus preferensinya masing-masing. Setelahnya, karakter suara yang dihasilkan oleh perangkat akan di-tune sesuai dengan hasil analisis tersebut. Lebih intuitif dan komprehensif ketimbang harus mengutak-atik equalizer.

Pembaruan lainnya adalah dukungan terhadap codec aptX Adaptive yang memungkinkan perangkat untuk bekerja secara maksimal ketika memutar musik, atau menekan latensi serendah mungkin ketika dipakai untuk menonton video atau bermain game. Koneksinya pun sudah memakai versi yang terbaru, yakni Bluetooth 5.2.

Namun pembaruan yang paling signifikan mungkin adalah hadirnya active noise cancellation (ANC) di ColorBuds 2. Intensitas fitur pemblokir suara ini juga dapat diatur sesuai kebutuhan, dan 1More tentu tidak lupa menyematkan fitur kebalikannya, yakni transparency mode yang dapat diaktifkan agar suara di sekitar pengguna bisa didengar tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

ColorBuds 2 mengemas sepasang dynamic driver 7 mm dan empat buah mikrofon noise cancelling. Semua itu dimampatkan dalam bodi yang ringkas dengan bobot cuma 4,9 gram per earpiece, plus sisi luar yang mendukung kontrol sentuh. Fisiknya pun tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5.

Walaupun mungil, baterai ColorBuds 2 tergolong lumayan awet, setidaknya di atas kertas. Dalam sekali pengisian, ColorBuds 2 mampu bertahan hingga 6 jam pemakaian dengan ANC, atau 8 jam tanpa ANC, sementara charging case-nya dapat mengisi ulang sampai sebanyak dua kali.

Fast charging tentu masih didukung; mendiamkan ColorBuds 2 di case-nya selama 15 menit saja sudah cukup untuk pemakaian selama 2 jam. Case-nya sendiri mendukung pengisian menggunakan Qi wireless charger, satu fitur praktis yang absen pada pendahulunya.

1More ColorBuds 2 saat ini telah dipasarkan dengan harga S$159 di Singapura, atau kurang lebih setara 2,3 jutaan rupiah. Selisih harganya cukup jauh jika dibandingkan versi pertamanya yang dibanderol kurang dari sejuta, tapi memang pembaruan yang dibawa tergolong amat drastis.

V-MODA Ungkap TWS Perdananya, Hexamove Lite dan Hexamove Pro

V-MODA resmi ikut meramaikan pasar TWS dengan meluncurkan Hexamove. Bukan cuma satu, debut perdana V-MODA di ranah TWS ini hadir dalam dua varian sekaligus, yakni Hexamove Lite dan Hexamove Pro.

Dari namanya sudah tergambarkan bahwa kedua perangkat ini masih mempertahankan bentuk segi enam yang sudah menjadi ciri khas brand V-MODA itu sendiri. Tradisi lain yang juga tetap dipertahankan adalah opsi personalisasi via pelat ekstra yang bisa ditambahkan ke sisi luar masing-masing earpiece.

Awalnya saya mengira ada perbedaan dari segi kinerja audio atau spesifikasi pada kedua perangkat ini, tapi tebakan saya rupanya salah. Keduanya menawarkan kualitas suara yang identik, dengan sepasang driver berdiameter 6 mm dan dukungan codec AAC, SBC, serta aptX Adaptive, serta pengaturan equalizer via aplikasi pendamping.

Spesifikasi keduanya pun sama persis, dengan baterai yang bisa tahan hingga 6 jam dalam sekali charge, dan case yang bisa mengisi ulang perangkat sampai sebanyak tiga kali (total 24 jam). Kedua TWS sayangnya juga sama-sama tidak dilengkapi active noise cancellation (ANC). Padahal, V-MODA baru meluncurkan headphone ANC pertamanya Januari lalu.

Faktor yang membedakan Hexamove Lite dan Hexamove Pro adalah kustomisasi. Di Hexamove Lite, kustomisasinya cuma sebatas eartip dalam tiga ukuran yang berbeda. Di Hexamove Pro, ada tambahan beberapa aksesori modular yang bisa dipasangkan guna semakin menyempurnakan fitting-nya.

Aksesori yang pertama adalah sport fin, semacam sirip kecil untuk membantu menstabilkan posisi perangkat di dalam telinga. Kalau itu masih terasa longgar dan kurang mantap, pengguna bisa menambah aksesori yang kedua, yakni ear hook.

Aksesori yang terakhir mungkin terdengar agak mengherankan dan counterintuitive, yakni sebuah neck strap plus stabilizer yang akan menyulap Hexamove Pro menjadi earphone nirkabel dari zaman AirPods belum eksis, dengan earpiece kiri dan kanan yang tersambung oleh seutas kabel pendek. Buat apa? Supaya ia bisa dikalungkan dan tidak mudah hilang seperti kebanyakan TWS lain.

Di Amerika Serikat, V-MODA Hexamove Lite saat ini sudah dipasarkan seharga $130, dan tersedia dalam pilihan warna hitam, merah, dan sand white. Hexamove Pro di sisi lain dibanderol $170 dan tersedia dalam opsi warna hitam atau putih saja.

Sumber: Engadget.

vivo TWS 2 ANC Adalah Earphone Pertama vivo dengan Adaptive Noise-Cancellation

Untuk melengkapi pengalaman premium di smartphone, beberapa pabrikan smartphone rutin menghadirkan perangkat True Wireless Stereo atau berikutnya kita singkat saja TWS. Salah satunya vivo, masih ingat pada bulan April lalu mereka merilis X60 Pro dengan TWS Neo.

Pada peluncuran vivo X70 Pro belum lama ini, mereka juga mengumumkan TWS 2 series yang terdiri dari TWS 2 ANC dan TWS 2e. Masing-masing dijual seharga Rp1.099.000 dan Rp799.000, seperti apa fitur-fiturnya?

Fitur vivo TWS 2 Series

Dari namanya saja, kita sudah bisa menebak fitur unggulan vivo TWS 2 ANC. Ya, ia merupakan earphone pertama dari vivo yang dilengkapi dengan teknologi adaptive noise-cancellation yang dapat secara dinamis mengeliminasi kebisingan sekitar hanya dalam satu sentuhan.

Ia dapat mendeteksi suara eksternal secara terus-menerus dan membalikkan gelombang suara untuk menghilangkan kebisingan hingga 40dB. Anda juga dapat memilih tiga level noise cancellation secara manual, tinggi, normal, dan rendah.

Beberapa tahun lalu, noise-canceling termasuk fitur premium di TWS dan setidaknya dijual di atas 2-3 jutaan. Namun sekarang sudah dapat ditemukan di TWS satu jutaan seperti vivo TWS 2 ANC.

Permintaan TWS yang tinggi dan banyaknya pemain yang masuk membuat pasar TWS sangatlah kompetitif. Konsumen cukup diuntungkan karena ada banyak model TWS yang dirilis dengan berbagai rentang harga dan adopsi teknologi TWS yang cepat.

Dari segi desain, TWS 2 ANC tampil cukup simpel dengan tipe in-ear dan tersedia dalam opsi warna khas vivo starry blue dan moonlight white. Bentuknya dibuat seringkas mungkin, dimensi earphone-nya 23,8×22,2×30,2 mm dan 60×24,3×45,4 mm untuk charging-nya.

Total bobotnya 41,9 gram dan per earphone hanya 4,9 gram, sangat ringan agar nyaman digunakan seharian sambil beraktivitas. Bodi dari earphone pun sudah dustproof dan waterproof dengan peringkat IP54.

Fitur lain termasuk transparency mode yang memungkinkan mendengarkan suara luar layaknya saat tidak memakai earphone. Jadi, Anda dapat berbicara dengan orang-orang di sekitar tanpa perlu melepas earphone.

Selain itu, latensi audio-nya hanya serendah 88ms. Sedangkan untuk daya tahan baterainya, TWS 2 ANC dapat bertahan hingga 7,3 jam sekali pengisian dengan noise cancellation dimatikan dan 4,1 jam dengan noise cancellation aktif. Serta, totalnya menjadi 29 jam dengan charging case saat noise cancellation dimatikan.

Beralih ke vivo TWS 2e, versi terjangkau dari TWS 2 ANC ini dibanderol Rp300.000 lebih murah karena tanpa teknologi noise-cancellation. Ukuran per earphone-nya sedikit lebih ringan yakni hanya 4,7 gram dan latensi audio-nya 117 ms. Daya tahan baterainya mencapai 7,6 jam dan 30 jam dengan charging case, spesifikasi lainnya cukup identik dengan TWS 2 ANC.

Grell TWS/1 Adalah TWS Premium dari Eks Desainer Headphone Senior Sennheiser

Di balik popularitas headphone audiophile Sennheiser macam HD 600, HD 650, HD 800, maupun HD 820, ada satu sosok jenius yang bertanggung jawab atas desain akustik dari masing-masing perangkat tersebut. Beliau adalah Axel Grell, seorang audio engineer senior yang memulai kiprahnya di Sennheiser sejak tahun 1991.

Namun setelah hampir tiga dekade mengabdi, Grell memutuskan untuk hengkang di tahun 2019 dan mendirikan perusahaannya sendiri, Grell Audio. Dua tahun berlalu, ia akhirnya telah siap memperkenalkan produk perdananya: Grell TWS/1.

Tidak bisa dimungkiri, kepiawaian Grell dalam mendesain headphone kelas atas merupakan daya tarik utama dari TWS ini. Tidak heran, terutama mengingat Grell juga merupakan desainer dari salah satu headphone termahal Sennheiser, yakni HE 1 yang dihargai $59.000.

Itulah mengapa custom dynamic driver 10,1 mm yang dimiliki perangkat ini langsung jadi sorotan. Komponen ini punya rentang frekuensi 6-22.000 Hz, dan profil suaranya dapat disesuaikan dengan preferensi masing-masing pengguna dengan menggunakan aplikasi pendamping bernama SoundID. Jadi usai pengguna menjalani tes singkat di aplikasi, pengaturannya akan langsung disimpan di TWS itu sendiri.

Sesuai standar TWS premium saat ini, Grell TWS/1 juga hadir membawa active noise cancellation (ANC), plus sebuah teknologi eksklusif racikan Grell yang dijuluki dengan istilah Noise Annoyance Reduction (NAR). Perangkat mengemas chipset Qualcomm QCC5141, dengan Bluetooth versi terbaru (5.2) beserta dukungan terhadap codec aptX, aptX Adaptive, maupun LHDC, di samping AAC dan SBC.

Dalam sekali charge, baterainya diklaim bisa tahan sampai 6 jam dengan ANC, atau 8 jam tanpa ANC. Dipadukan dengan charging case-nya, Grell TWS/1 tercatat memiliki daya tahan hingga 34 jam dengan ANC, atau 45 jam tanpa ANC. Charging case-nya sendiri bebas diisi ulang menggunakan kabel atau secara wireless.

Semua itu dikemas dalam bodi yang tahan air (IPX4) dengan bobot 7,3 gram. Desainnya tergolong minimalis dengan kesan industrial. Pada sisi luar masing-masing earpiece, ada panel sentuh yang terbuat dari bahan kaca guna menambah kesan premium. Mungkin cuma kebetulan, akan tetapi headphone Sennheiser HD 820 yang Grell rancang juga dibekali kaca pada sisi luar masing-masing earcup-nya.

Yang cukup mengejutkan, harganya ternyata tidak semahal yang saya bayangkan: $200 — lebih murah dari TWS flagship Sennheiser. Rencananya, Grell TWS/1 hanya akan dijual secara online melalui situs Grell Audio sendiri (plus Drop.com), tapi sayangnya mereka sejauh ini hanya melayani pengiriman ke Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman saja.

Sumber: Engadget.

Dibanderol $170, Soundcore Liberty 3 Pro Tawarkan ANC Adaptif dan Dukungan Codec LDAC

Sub-brand khusus audio milik Anker, Soundcore, meluncurkan TWS baru untuk segmen premium. Dijuluki Liberty 3 Pro, ia merupakan penerus langsung dari Liberty 2 Pro yang dirilis di tahun 2019, dan bersamanya hadir sejumlah pembaruan signifikan tanpa kenaikan harga yang kelewat jauh.

Seperti pendahulunya, Liberty 3 Pro juga mengutamakan kualitas suara terbaik dengan mengandalkan konfigurasi dual driver. Tim Soundcore sekali lagi berkolaborasi dengan deretan produser audio pemenang Grammy Award dalam mengoptimalkan suara yang dihasilkan.

Secara teknis, Liberty 3 Pro mengemas sebuah dynamic driver berdiameter 10,6 mm dan sebuah balanced armature driver pada masing-masing earpiece-nya. Dibandingkan pendahulunya, Liberty 3 Pro menjanjikan reproduksi detail yang lebih baik tanpa menambah distorsi.

Lebih lanjut, Liberty 3 Pro turut mendukung codec LDAC layaknya Sony WF–1000XM4 (yang dibanderol lebih mahal), yang berarti ia dapat mentransmisikan lebih banyak data via Bluetooth demi menyajikan kualitas audio yang lebih prima. Di luar LDAC, perangkat tetap kompatibel dengan codec standar seperti AAC dan SBC.

Teknologi HearID yang hadir di versi sebelumnya kembali menjadi suguhan spesial di sini. Dari perspektif sederhana, HearID berfungsi untuk menyesuaikan profil suara yang dihasilkan dengan kemampuan mendengar masing-masing pengguna.

Pembaruan paling signifikan yang Liberty 3 Pro bawa adalah active noise cancellation (ANC). Bukan sembarang ANC, tapi yang ditandemkan dengan teknologi HearID tadi sehingga dapat beradaptasi dengan kondisi di sekitar pengguna, menyesuaikan intensitas kinerja noise cancelling-nya secara otomatis.

Seperti kebanyakan TWS yang menawarkan ANC, Liberty 3 Pro turut menawarkan fitur ambient mode. Soundcore pun tidak lupa menyematkan teknologi noise reduction berbasis AI pada total enam mikrofon yang tertanam demi menangkap suara pengguna sejernih mungkin selama perangkat dipakai menelepon.

Secara fisik, Liberty 3 Pro diklaim 30% lebih ringkas daripada pendahulunya. Desainnya tampak mirip dengan semacam sirip untuk membantu menstabilkan posisi perangkat di telinga, tapi secara keseluruhan tampak lebih terpoles. Perangkat tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4, sementara kontrolnya mengandalkan panel sentuh.

Dalam sekali charge, Liberty 3 Pro diklaim mampu beroperasi selama 6 jam dengan ANC, atau 8 jam tanpa ANC. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat dari kosong hingga penuh sebanyak tiga kali. Selain menggunakan kabel USB-C, case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Di Amerika Serikat, Soundcore Liberty 3 Pro saat ini sudah dipasarkan dengan harga $170, cuma $20 lebih mahal ketimbang harga pendahulunya ketika pertama diluncurkan. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, putih, abu-abu, dan ungu.

Sumber: Engadget dan PR Newswire.

Infinix Luncurkan Zero X Pro: Kamera 108 MP dengan Zoom 60x

Infinix Mobile Indonesia kali ini kembali mengeluarkan perangkat terbarunya di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Infinix memperkenalkan empat produk terbarunya yang bakal bisa dibeli oleh konsumennya di Indonesia. Produk-produk yang diluncurkan pada tanggal 5 Oktober 2021 tersebut terdiri dari 3 buah smartphone dan 1 True Wireless Stereo.

Smartphone pertama yang diperkenalkan pada acara yang digelar di Jogjakarta tersebut adalah Infinix Zero X Pro. Smartphone yang satu ini memiliki sebuah kamera dengan resolusi 108 MP. Selain itu, perangkat ini juga memiliki kemampuan untuk zoom sampai dengan 60x dan lengkap dengan OIS-nya.

“Infinix Zero X Series adalah jawaban kami akan kebutuhan smartphone dengan teknologi kamera terbaik sekaligus memenuhi harapan para X Fans di Indonesia. Infinix Zero X Series hadir untuk memenuhi kebutuhan konten sosial media yang baik dan tetap berkualitas tinggi, lebih khususnya untuk seri Zero X pro dimana untuk pertama kalinya suatu smartphone dapat menggabungkan 3 teknologi terbaik dalam sebuah smartphone yaitu kamera belakang 108 Mp, 60x Telescope zoom serta teknologi OIS. ini adalah hal yang luar biasa serta menjadi suatu terobosan dalam industri smartphone” jelas Sergio Ticoalu selaku Country Marketing Manager Infinix.

Perangkat selanjutnya adalah smartphone Infinix Zero X Neo. Perangkat yang satu ini sama-sama menggunakan Mediatek Helio G95 sebagai dapur pacunya. Namun, Zero X Neo menggunakan kamera dengan resolusi hingga 48 MP yang ditemani dengan lensa zoom periscope 5x. Baterai yang dimiliki juga memiliki kapasitas yang lebih besar, yaitu 5000 mAh.

Perangkat selanjutnya adalah sebuah TWS pertama mereka yang bernama Infinix XE20. Infinix mengklaim bahwa TWS ini memiliki kualitas suara yang sangat jernih untuk mendengarkan musik dan bermain game. Waktu siaga dari perangkat ini memiliki waktu yang cukup panjang, yaitu 1 minggu. Dan untuk bermain game, latensi yang dimiliki oleh perangkat ini adalah 60 ms sehingga membuatnya cukup cocok untuk bermain genre FPS.

Perangkat terakhir adalah smartphone dengan harga yang murah, yaitu Infinix Hot 11. Infinix Hot 11 dipasarkan untuk menjadi sebuah perangkat yang bisa dipakai untuk bermain game untuk para entry level. Smartphone ini menggunakan SoC Mediatek Helio G70 dan memiliki layar dengan dimensi 6,6 inci serta resolusi Full HD+. Untuk mendukung bermain dengan lama, Infinix memberikan baterai dengan kapasitas yang cukup besar, yaitu 5200 mAh.

Infinix Zero X Pro varian 8GB + 256GB dijual dengan harga Rp 4.899.000. Sementara Infinix Zero X Neo varian 8GB + 128GB dipasarkan dengan harga Rp 3.199.000. Untuk Infinix XE20 bisa didapatkan konsumen pada harga Rp 209.000. Untuk Infinix Hot 11 varian 4GB + 64GB, bisa didapatkan dengan harga adalah Rp 1.849.000.

Naik kelas ke harga 4 jutaan, bagaimana strategi dari Infinix?

Infinix Zero X Pro memang memiliki spesifikasi yang cukup tinggi, namun mereka menjualnya di harga yang hampir 5 juta rupiah. Sedangkan, selama ini Infinix selalu menjual perangkat dengan harga yang cukup terjangkau. Tentu saja, kita harus melihat bahwa pasar smartphone di rentang 4 jutaan memang sangat menarik dengan spesifikasi yang menggiurkan. Lalu bagaimana cara Infinix meyakinkan konsumen agar mereka mau memiliki perangkat yang satu ini?

Sergio mengatakan bahwa mereka sangat yakin saat menentukan harga jual tersebut. Hal tersebut dikarenakan Infinix memiliki jajaran produk yang luas, dari low end hingga mid to high. Untuk Zero X ini sendiri adalah cara dari Infinix untuk memberikan teknologi yang terbaik dari Infinix. Dengan pasar yang dimiliki oleh Infinix di Indonesia saat ini, produk yang satu ini sangat cocok untuk konsumen di Indonesia.

Untuk masalah laku atau tidaknya perangkat ini, memang harus dilihat dari penjualan perangkat ini nantinya di flash sale dan secara nasional. Mengaca dari Infinix Zero 8 kemarin, ternyata penjualan yang didapatkan cukup luar biasa. Oleh karena itu, Infinix sangat yakin dengan perangkat Zero X Pro yang bakal mereka jual dengan harga Rp. 4.899.000 tersebut.

Sony Luncurkan TWS dengan Harga Bersahabat dan Headphone ANC Buat Para Basshead

Dengan banderol 4 juta rupiah, TWS Sony WF-1000XM4 jelas bukan untuk semua orang. Sony sadar betul akan hal itu, dan untuk menjangkau kalangan konsumen yang lebih luas, mereka sudah menyiapkan TWS lain bernama WF-C500.

Saya tahu cara Sony menamakan produknya memang agak membingungkan, tapi yang pasti WF-C500 bakal menggantikan posisi WF-XB700 sebagai TWS termurahnya. Sebagai konteks, WF-XB700 dibanderol $130 saat pertama diluncurkan setahun lalu, sementara WF-C500 dihargai cuma $100 saja.

Apa yang membedakan WF-C500 dari TWS high-end macam WF-1000XM4 tadi? Yang paling kentara adalah perihal active noise cancellation (ANC). WF-C500 tidak dibekali ANC dan sepenuhnya mengandalkan isolasi suara secara pasif. Cukup disayangkan memang, apalagi mengingat sudah banyak pabrikan yang mampu menawarkan TWS ANC di rentang harga yang sama atau bahkan lebih murah.

Terlepas dari itu, WF-C500 menawarkan dua fitur khas Sony: DSEE (Digital Sound Enhancement Engine) dan 360 Reality Audio. DSEE berfungsi untuk mengembalikan sejumlah detail yang hilang akibat proses kompresi ketika musik di-stream via Bluetooth, sementara 360 Reality Audio bakal menyajikan sensasi immersive pada koleksi konten yang kompatibel di sejumlah layanan streaming.

Untuk desainnya, tampak bahwa WF-C500 banyak terinspirasi oleh WF-1000XM4. Bentuknya ringkas dan ringan, dengan bobot tidak lebih dari 5,4 gram per earpiece. Di dalamnya, tertanam dynamic driver berdiameter 5,8 mm.

Pengoperasiannya mengandalkan tombol di dinding luar masing-masing earpiece. WF-C500 tercatat mengantongi sertifikasi IPX4, yang berarti keringat dan cipratan air tak akan jadi masalah besar buatnya.

Dalam sekali pengisian, baterai WF-C500 bisa tahan sampai 10 jam pemakaian, atau 20 jam kalau digabung dengan daya milik charging case-nya. Selain warna hitam, Sony WF-C500 juga akan tersedia dalam warna putih, hijau, dan oranye.

Sony WH-XB910N

Dalam kesempatan yang sama, Sony turut mengumumkan WH-XB910N, penerus langsung dari WH-XB900N. Label “XB” pada namanya merujuk pada fitur “Extra Bass”, cocok buat mereka yang suka dengan dentuman bass yang mantap.

Dibanding pendahulunya, WH-XB910N menjanjikan kinerja ANC yang lebih prima berkat penerapan teknologi Dual Noise Sensor. Dengan mengklik satu tombol, fitur ANC ini dapat diganti menjadi ambient mode, yang sekarang diklaim bisa menghasilkan suara yang lebih natural. Alternatifnya, ada fitur Adaptive Sound Control yang akan menyesuaikan pengaturan ambient mode secara otomatis berdasarkan lokasi dan aktivitas pengguna.

Sony juga melihat potensi headphone over-ear ini untuk kebutuhan WFH, terutama berkat teknologi Precise Voice Pickup yang diyakini mampu menangkap suara pengguna dengan jernih. Dukungan multi-point pairing juga bakal sangat membantu, sebab WH-XB910N jadi bisa dihubungkan ke dua perangkat Bluetooth yang berbeda secara bersamaan.

WH-XB910N mengemas driver berukuran 40 mm pada masing-masing earcup-nya. Sisi luar earcup-nya merupakan panel sentuh yang mendukung berbagai gestur pengoperasian. Untuk memudahkan penyimpanan, earcup-nya juga bisa dilipat ke arah dalam.

Dalam sekali charge, headphone dengan bobot 252 gram ini mampu bertahan selama 30 jam penggunaan. Itu dengan ANC menyala; kalau dimatikan, daya tahan baterainya malah diklaim bisa mencapai angka 50 jam.

Di Amerika Serikat, Sony WH-XB910N dijual seharga $250, sama persis versi sebelumnya. Pilihan warna yang tersedia mencakup hitam, biru, dan abu-abu.

Sumber: Engadget.

Infinix Berencana Luncurkan Produk AIoT di Indonesia

Nama Infinix tentu saja tidak asing didengar oleh konsumen di Indonesia. Selama ini, kita selalu ditawarkan dengan seri Zero, Hot, S, Note, dan Smart. Infinix juga telah meluncurkan laptop yang memiliki harga murah dan dengan spesifikasi yang mumpuni. Lalu apa saja yang bakal dilakukan oleh Infinix pada dua kuartal akhir tahun 2021 ini?

Sergio Ticoalu selaku Country Manager Marketing Infinix Mobile Indonesia pun membeberkan rencana selanjutnya pada acara temu media secara virtual pada tanggal 16 September 2021. Yang pasti, pada bulan Oktober 2021 nanti Infinix bakal meluncurkan sebuah smartphone dengan nama Zero X. Perangkat flagship yang satu ini nantinya akan memiliki kamera 108 MP dengan OIS dan zoom 60x. Sayangnya, Infinix belum mau membeberkan spesifikasi lengkap dari Zero X.

Selanjutnya, Infinix juga akan mengeluarkan sang penerus dari laptop InBook X1 Pro. Sergio mengatakan bahwa penerus dari seri laptop yang diklaim membuat antusias konsumen Indonesia ini akan hadir pada tahun 2022. Sergio juga mengatakan bahwa kemungkinan besar yang akan hadir nantinya masih menggunakan prosesor dari Intel. Walaupun begitu, Infinix juga memiliki rencana untuk menghadirkan dengan prosesor AMD.

Infinix juga bakal masuk ke dalam ranah AIoT. Hal ini akan dimulai dengan menghadirkan sebuah True Wireless Stereo atau TWS. Sergio juga mengatakan bahwa TWS ini akan hadir pula pada bulan Oktober 2021 bersamaan dengan Infinix Zero X.

Selain TWS, Infinix juga akan menghadirkan produk-produk AIoT lainnya. Hal tersebut dikarenakan Infinix ingin memberikan teknologi yang mumpuni dengan harga yang sangat affordable kepada anak muda di seluruh Indonesia. Salah satu yang disebut oleh Sergio adalah Smart TV. Semuanya akan dihadirkan dalam waktu dekat.

Dengan hadirnya 5G di Indonesia, Infinix pun juga mendapatkan banyak pertanyaan mengenai dukungannya pada jaringan tersebut. Sergio mengatakan bahwa pada tahun 2021 ini mereka sedang memproses dan men-develop smartphone mereka yang bakal diluncurkan dengan menghadirkan 5G. Infinix juga sedang berkoordinasi dengan regulator yang ada di Indonesia dalam menghadirkan perangkat 5G tersebut.

Selain menghadirkan Infinix Zero X pada tanggal 5 Oktober 2021 nanti, Sergio mengatakan bahwa akan ada 2 perangkat lagi yang akan diluncurkan pada tahun ini. Perangkat yang akan diluncurkan tersebut akan hadir dari seri Note dan Hot. Infinix masih memposisikan kedua seri tersebut sebagai perangkat untuk bermain game. Oleh karena itu, Infinix masih akan berkolaborasi dengan gamer dalam menghadirkan dua perangkat tersebut.

Sebagai bocoran, pada tanggal 5 Oktober 2021 nanti akan ada 2 perangkat Zero X yang akan dihadirkan di Indonesia. Keduanya adalah Zero X Neo dan Zero X Pro. Nantinya akan ada smartphone berdesain khusus, bekerja sama dengan brand fashion kenamaan. Infinix akan meluncurkan Zero X Pro leather version, sekitar bulan Oktober atau November 2021.

Walaupun Infinix memiliki banyak lini, sebagai mantan pengguna, saya selalu memperhatikan mengenai update sistem operasi mereka. Saya pun menanyakan perihal peningkatan sistem operasi Android yang selama ini cukup jarang dilakukan oleh Infinix. Apakah ada rencana baru oleh Infinix Indonesia terhadap pembaruan software dan sistem operasinya?

Sergio pun mengatakan bahwa pada beberapa tahun kemarin memang Infinix sering terlambat untuk menghadirkan pembaruan. Tapi saat ini Infinix sudah banyak memberikan pembaruan dari sisi software dan sistem Android-nya. Saat ini Infinix Indonesia juga sudah meng-hire orang-orang untuk support mereka untuk menangani masalah ini. Oleh karena itu, Infinix Indonesia sudah memiliki engineer serta orang lapangan yang mumpuni sehingga tidak perlu ragu lagi dalam menggunakan perangkat mereka.

Sergio juga mengaku bahwa selama ini banyak sekali keluhan mengenai peningkatan sistem operasi pada beberapa smartphone Android. Infinix Indonesia selalu mendengarkan keluhan-keluhan dari konsumen smartphone dan akan selalu ditingkatkan lagi. Sergio juga menjamin bahwa update pada perangkat Infinix di Indonesia sudah bukan menjadi sebuah masalah lagi.

Dengan begitu, mari kita tunggu kehadiran perangkat Infinix Zero X pada tanggal 5 Oktober 2021 nanti.

[Review] Samsung Galaxy Buds2, Ringan Tetapi Bisa Diandalkan

Seperti yang sudah-sudah, kalau Samsung mengadakan acara Galaxy Unpacked dan ada perangkat audio yang dirilis, perhatian saya biasanya lebih tertuju pada perangkat audio itu. Begitu pula dengan acara perkenalan Samsung Galaxy Z Fold3 dan Flip3, yang dalam promonya ada juga diperkenalkan Galaxy Buds2.

Saya kenal dengan earbuds buatan Samsung sejak era Gear IconX. Kala itu belum seperti sekarang ketika hampir semua pabrikan smartphone mengeluarkan TWS mereka. Sejak itu, hampir semua perangkat earphone wireless milik Samsung saya coba, mulai dari Galaxy Buds (generasi 1), Buds+, Buds Live, Buds Pro dan kini Buds2.

Galaxy Buds2 saat pertama kali muncul sudah memikat mata saya. Salah satunya adalah karena desain warna yang dual tone yang cukup kontras. Selain itu Buds2 ini juga menjadi seperti versi hemat dari Buds Pro, yang premisnya memiliki fitur mirip dengan TWS segmen paling atas Samsung tersebut tetapi dengan beberapa hal yang dipangkas. Mungkin analoginya bisa dibuat mirip seperti versi lite dan versi plus pada smartphone.

Beruntung Samsung mengontak saya dan memberikan perangkat Buds2 untuk saya uji. Tanpa berlama-lama, mari kita membahas Galaxy Buds2 secara mendalam.

Desain

Dari sisi desain sebenarnya ada sedikit rasa tidak puas, karena desain dari TWS samsung kini hampir seragam dari sisi case. Namun saya memaklumi pilihan Samsung ini salah satunya adalah karena keselarasan desain. Dengan hanya memiliki 1 model bentuk case saja yang sama antara semua lini Buds terbaru mereka, samsung bisa dengan lebih mudah untuk mengkomunikasikan produknya ke pengguna.

Memang akan berbeda ketika kita melihat desain earpiece-nya, masing TWS dari Samsung memiliki desain yang berbeda, Buds Live dengan desain experimental berbentuk seperti kacang, Buds Pro dengan desain yang premium dan kini Buds2 dengan desain yang mungil tetapi masuk memiliki nuansa Buds Pro pada desain earpiece-nya.

Untuk warna sendiri, seperti yang telah disebutkan di atas, komposisi dual tone dari Buds2 memang sangat menarik. Ada 4 pilihan warna yang disediakan Samsung, saya memilih yang berwarna hijau atau dalam bahasa desainnya adalah Olive. Alasan dari pemilihan warna ini adalah untuk melengkapi pengalaman penggunaan TWS, karena dua Buds lain yang ada di studio memiliki warna Lavender untuk Buds Pro dan Mystic Bronze untuk Buds Live.

Semua varian Buds2 memang memiliki warna case luar putih tetapi ketika dibuka akan ada warna utama lain yang menutupi bagian dalam. Warna ini juga akan bisa terlihat dari samping ketika case ditutup. Keren.

Untuk rasa bahannya sendiri, Samsung memilih menghadirkan versi glossy yang bagi saya seperti memberikan label bahwa ini adalah produk kasta paling bawah dari semua TWS terbaru Samsung. Sangat berbeda dengan dua TWS lain, baik Buds Live dan Buds Pro memiliki kesan doff.

Perbedaan desain juga akan tampak ketika Anda membuka case. Bagian detail keterangan tuning suara oleh AKG tidak muncul di bagian depan case tetapi di bagian dalam. Penempatannya cukup manis dan memberikan kesan tersendiri.

Untuk earpiece-nya sendiri, kesan glossy masih nampak di bagian luar TWS. Sedangkan untuk desainnya agak mirip dengan Buds Pro tetapi di sederhanakan. Karena Buds2 adalah TWS entry level untuk seri Buds, maka tidak ada air vent seperti Buds Pro. Earpiece terlihat polos dan dari sisi warna senada dengan bagian dalam case serta tampil dengan finishing glossy juga.

Bagian doff memang tidak lepas dari Buds2. Bagian dalam casing dengan warna sama dengan earpiece hadir dengan tampilan doff. Ini memberikan kesan yang menarik. Doff biasanya dikesankan sebagai kenyamanan, dan penempatan bahan ini di casing (yang dalam artian rumah earpiece) bisa memberikan kesan itu.

Kesan keseluruhan desain dari Buds2 bagi saya adalah baik. Meski bahan glossy tampil di sebagian besar perangkat luar tetapi eksekusinya masih cukup bisa diterima dan masih memberikan kesan highend.

Salah satu yang memang menjadi keunggulan dari Buds2 adalah desainnya yang kecil serta berat perangkat yang cukup ringan. Jauh lebih ringan dari Buds Pro dan bentuk earpiece-nya pun jauh lebih kecil.

Kalau melihat angka dari situs resmi, berat dari Buds2 adalah untuk earpiece-nya 5.0g sedangkan case 41.2g. Untuk Buds Pro adalah earpiece-nya 6.3g dan case 44.9g. Perbedaan beratnya cukup jauh terutama untuk earpiece. Salah satu sebabnya tentu saja karena di Buds Pro disematkan beberapa fitur tambahan seperti air vent.

Kesain mungil yang ada di earpiece Buds2 memang dilihat bukan secara negatif. Samsung malah cukup menjual kesan mungil ini sebagai salah satu keunggulan dari Buds2. Jika Anda telah menonton atau membaca review perangkat ini dan reviewer-nya menyebutkan bahwa ketika menggunakan Buds2 hampir serata tidak menggunakan earphone, maka kurang lebih pendapat itu benar. Earpiece Buds2 memang cukup jauh lebih ringan dari Buds Pro dan juga jauh lebih ringan dari Buds+.

Salah satu perbedaan paling mencolok antara Buds2 dengan desain Buds+ adalah absennya wing tip yang menjadi desain khas TWS era waktu itu. Wing tip ini berfungsi sebagai penahan agar earpiece bisa kokoh pada posisinya dan tidak jatuh ketiga digunakan dalam kegiatan aktif.

Dalam sebuah sesi QnA yang diadakan Samsung, saya bertanya pada perwakilan Samsung yaitu Taufiq Furqan, Product Marketing Manager Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia tentang alasan Samsung melepas ciri khas Buds+ ini. Taufiq menjelaskan bahwa perubahan desain ini mengikuti keinginan konsumen. Desain Buds2 lebih simple dan lebih trendy. Samsung juga meningkatkan kemampuan kenyamanan dari earpiece Galaxy Buds mereka sehingga tanpa wing tip pun bisa tetap fit pas di telinga. Selain itu tersedia juga fitur fit test agar bisa disesuaikan dengan telinga pengguna.

Alasan ini cukup masuk akal pertama karena desain earpiece kekinian memang sudah agak meningalkan tambahan wing tips dan beralih ke cara-cara lain agar earpiece bisa kokoh di telinga. Dan Samsung telah bisa mengenbangkan cara lain sehingga bisa menggantikan peran wing tip di perangkat earphone mereka.

Dari sisi desain juga sebenarnya dengan absennya wing tip maka bisa terlihat keselarasan bentuk yang mirip dengan Buds Pro sehingga jika SAmsung ingin memposisikan earbuds ini menjadi entry level-nya seri Galaxy Buds maka konsumen tidak akan bingung.

Untuk kesan ringan yang didapat dari Buds2 tidak hanya hadir dari casing, atau earpiece saja tetapi hadir dari keseluruhan desain, termasuk pemilihan kesan glossy dan doff yang tampil di luar dan di dalam perangkat serta menurut saya, penggunaan dual tone di seri ini juga sedikit banyak memberikan kesan ringan karena dua warna membuat kesan desain jadi terpecah tidak mengumpul di satu area. Sehingga tercipta kesan ringan.

Spesifikasi

Untuk spesifikasi perangkat, mari kita bahas apa yang tertera di atas kertas terlebih dahulu. Beberapa keunggulan yang ditampilkan Samsung untuk Buds2 antara lain:

  • Two way dynamic speaker
  • 3 microphone yang terdiri dari 2 outer mic dan 1 inner mic serta ada pula VPU atau voice pickup unit
  • Lalu ada ANC dan ambient sound yang levelnya bisa diatur
  • Baterai 61mAh dan case 473mAh
  • Playtime di klaom up to 5 jam dan 20 jam dengan ANC menyala lalu up to 7.5 jam dan total 19 jam dengan ANC off
  • Charging 1 jam play time dan 5 menit quick charging
  • Wireless charging dengan sertifikasi Qi
  • Konektivitas bluetooth 5.2
  • Codecnya Scalable (Samsung proprietary(, AAC dan SBC
  • Dan yang tidak kalah penting malah dijagokan adalah fit test via aplikasi

Beberapa highlight untuk perangkat Buds2 dari sisi spesifikasi adalah 3 microphone untuk penggunaan panggilan suara yang lebih baik. Kemudian dilengkapi pula dengan voice pickup unit. Lalu yang menjadi andalan di segmen harganya adalah sudah memiliki ANC serta ambient sound yang bisa diatur. Galaxy Buds dijual dengan harga normal 1.699.000 rupiah.

Fitur ANC-nya memang tidak sekelas Buds Pro karena memang berbeda dari sisi segmen dan harga tetapi sudah cukup baik untuk kelas TWS entry level merek Samsung. Salah satu kelebihan lain adalah ambient sound yang membantu penggunaan ketika di tempat umum atau aktivitas yang masih memerlukan suara lingkungan sekitar. Buds2 memang tidak memiliki voice detect yang bisa secara otomatis mengatur perubahan dari mode ANC ke ambient sound yang dimiliki Buds Pro. ANC di Buds2 disebutkan Samsung telah ditingkatkan dari Buds+ sehingga kini bisa mengurangi noise dari luar sampai 98%.

Sedangkan ambient sound latency juga mengalami peningkatan dari 3.2 ms di Buds+ menjadi 0.5 ms di Buds2. Untuk wireless Qi charger mendukung untuk perangkat Samsung yang memiliki fitur wireless charging. Sedangkan koneksi Bluetooth 5.2 juga menjadi kelebihan lain karena sudah yang terbaru. Dari sisi codec. Buds2 menggunakan bawaan dari Samsung yaitu Samsung Scalable Codec. Dijelaskan Samsung bahwa codec ini cocok digunakan untuk smartphone samsung, sudah frekuensi tinggi tapi belum setinggi lossless. Fokus Samsung lebih pada kestabilan suara yang hadir ke penggunanya daripada lossless. Tetapi samsung menjamin kalau sumbernya lossless tetep akan baik di TWS buds dan lebih stabil.

Aplikasi pelengkap (Wear apps dari Samsung)

Saya adalah salah satu yang merasa aplikasi Wear – khususnya untuk perangkat Buds dari Samsung kini menjadi terlalu sederhana. Kurang bisa dieksplorasi dan cenderung ditujukan bagi pengguna yang terbiasa plug and play. Padahal pilihan pengaturan yang lengkap dibutuhkan untuk menemukan pengaturan yang pas untuk audio.

Namun memang jenis pengguna seperti yang saya sebutkan di atas bisa jadi tidak sebanyak konsumen umum atau konsumen kebanyakan. Dan saya mengerti alasan Samsung untuk mengubah aplikasi ini menjadi lebih sederhana untuk bisa digunakan lebih mudah bagi konsumen umum. Yang bisa jadi jarang mengulik atau mengutak atik pengaturan audio secara rutin atau berbeda-beda untuk genre lagu tertentu.

Samsung juga sepertinya kini memfokuskan pada fitur fit test, yang memungkinkan pengguna untuk melakukan uji apakah earbuds yang digunakan sudah pas atau belum untuk dipakai rutin. Aplikasi ini mendeteksi apakah earpiece yang Anda gunakan sudah tepat atau harus diganti dengan pilihan ukuran lain. Buds2 menyediakan 3 pilihan ukuran earpiece termasuk yang menempel pada earbud.

Pengalaman menggunakan

Nah, sekarang bagian utama tulisan kali ini yaitu pengalaman menggunakan Galaxy Buds2 termasuk review mendalam tentang eksperiens lagu-lagu yang saya dengarkan menggunakan Buds2.

Sebelum memulai, seperti biasa karena produknya TWS saya akan menguji dengan perangkat smartphone sebagai alat pemutar musik, kali ini saya menggunakan Samsung Galaxy S20 Plus. Lagu yang dimainkan via aplikasi Spotify rata kanan alias pengaturan kualitas audio very high.

Pengaturan yang digunakan sebagian besar dengan ANC aktif dengan beberapa kali mencoba untuk membedakan kualitas suara dengan ANC atau dengan fitur ambient sound. Untuk equalizer hampir seluruhnya saya dengarkan dalam menu pengaturan Dynamic, karena saya merasa pengaturan ini yang cukup seimbang meski pada awalnya saya tergoda untuk mencoba pilihan bass boost. Namun karena tidak semua lagu yang saya coba menonjolkan bass saja, maka saya memilih pengaturan dynamic.

Pengalaman secara makro (keseluruhan)

Dengan bentuknya yang mungil, suara Buds2 memang menarik untuk disimak. Bass cukup terasa nendang tapi tidak bikin sakit, punchy-nya tidak berlebihan tetapi terasa cukup deep. Kita juga bisa mendengarkan dengan nyaman untuk high note. Namun bagi saya, separasi di Buds2 terasa kurang. Suara yang dihasilkan ketika mendengarkan lagu terasa padat. Elemen-elemen lagu memang tidak saling bertumpuk tetapi terasa dalam satu ruangan yang cukup sempit. Beberapa suara vokal terasa di depan tetapi ada kalanya juga di belakang atau posisinya terdengar agak di atas dari elemen suara lain.

Saya memang lebih sering membandingkan dengan pengalaman menggunakan Buds Pro, meski ini agak kurang pas. Karena seharusnya disandingkan dengan Buds+ karena ini adalah versi terbaru produk yang sama. Namun saya mendapatkan kendala karena Buds+ yang ada di studio saya tidak bisa terkoneksi sampai dengan tulisan ini dibuat (tidak bisa reset koneksi) jadi apa boleh buat saya membandingkannya dengan Buds Pro. Keduanya memiliki ANC dan fitur ambient sound meski secara kualitas dan fitur Buds Pro berada jauh di atas.

Jika dari sisi desain atau pengalaman menggunakan perangkat di luar suara adalah kesan mungil dan compact, maka untuk hasil suara dari Buds2 adalah kenyamanan dengan bass yang agak menonjol.

Untuk pengalaman penggunaan lain seperti meeting via Zoom atau Gmeet serta pengalaman hiburan, Buds2 dua juga bisa digunakan dengan cukup baik. Selama dua minggu ke belakang saya cukup sering menggunakan Buds2 untuk meeting dan tidak menemukan keluhan yang cukup berarti. Fitur ambient sound-nya juga cukup membantu saat meeting/call, karena terkadang harus mengecek ke depan rumah karena ada suara panggilan rutin yang sudah menjadi ciri khas saat WFH, ‘misi paket…’.

Untuk pengalaman spesifik atas lagu tertentu, adalah sebagai berikut:

Pearl Jam – Given to Fly

Suara Eddie Vedder terasa berada di depan dan keseluruhan lagu terasa padat. Saya bisa mendengarkan detail elemen-elemen yang ada di lagu seperti petikan gitar, atau suara rhythm gitar tipis yang muncul di tengah. Tujuan saya mendengarkan lagu ini karena di bagian depan lagu ada petikan gitar yang khas. Dan saya ingin coba merasakan detail petikan gitar tersebut.

Di departemen bass juga cukup terasa namun tidak berlebihan. Lagu dengan dua gitar seperti Given to Fly bagi saya sangat cocok untuk menguji bagaimana earbud merespons atas keharmonisan yang dihadirkan band. Dan Buds2 cukup nyaman untuk mendengarkan tipe-tipe lagu band dengan dua gitar.

Laruku – Mirai

Mendengarkan dengan Buds2 bisa mendapatkan suara detail dari piano atau beberapa elemen lain. Bass yang melaju juga bisa direspon dengan baik karena bagi saya, Laruku adalah tentang bas yang melaju seperti asik sendiri. Selain itu vokal terasa clear dan terasa menonjol di depan.

Sayang memang karena TWS ini memiliki sound stage yang menurut saya kurang luas, kemegahan dari lagu ini, yang memiliki elemen orchestra, jadi terasa kurang. Bisa jadi memang karena karakter TWS ini adalah menghasilkan suara yang padat.

Silk Sonic/Bruno Mars – Leave the Door Open

Lagu ini dipilih bukan hanya untuk mencoba tipe lagu RnB slow yang sedang tren tetapi saya juga ingin menguji respon TWS pada beberapa elemen permainan detail di lagu ini. Seperti yang muncul awal lagu, atau di beberapa bagian ada suara seperti triangle atau tambourine yang berulang kali muncul. Semua bisa direspon dengan baik oleh Buds2.

Untuk vokal, Buds2 juga bisa merespon dengan sangat baik, bahkan saya bisa mendengar detail suara Bruno dengan clear. Bass dan elemen lagu yang lainnya juga terasa cukup baik dan menjadikan Buds2 ini cukup nyaman untuk mendengarkan lagu di genre ini, bahkan dengan volume yang tidak besar.

Yuna – Langit

Lagu favorit saya untuk menguji earbud atau perangkat audio. Terutama untuk menguji bagian vokal, karena lagu ini memang menonjolkan vokal Yuna yang magical.

Buds2 bisa merespon dengan baik dan menghadirkan bagian vokal yang clear. Gabungan berbagai elemen di lagu ini yang keluar dari Buds2 juga memberikan kesan menyenangkan untuk didengarkan dan tidak saling berebut.

Jealousy remastered – Queen

Dengan menggunakan mode dynamic, bass di lagu ini yang dimainkan di Buds2 ternyata cukup menonjol dan terasa agak di depan. Tapi tetap nyaman, apalagi di lagu ini Bass cukup berlari alias bermain layaknya melodi.

Paling menyenangkan menggunakan lagu Queen untuk menguji perangkat audio terutama earphone adalah mendengarkan Freddie menyanyi. Karena cara bercakap Freedie yang khas maka di bagian vokal tertentu akan ada suara khas ketika Freddy bernyanyi dan Buds2 bisa menangkap itu.

Overall lagu ini terasa nyaman terutama bagi Anda penikmat permainan bass yang menari.

Adele – Skyfall

Meski terasa nyaman mendengarkan lagu ini dengan Buds2, tetapi saya merasa lagu jenis seperti Adele ini kurang cocok untuk didengarkan menggunakan Buds2. Lagu Skyfall yang cukup megah terasa biasa saja.

Meski demikian, detail vokal dan keharmonisan lagu tetap bisa dinikmati dengan nyaman sebagai satu lagu utuh.

Bruce Springsteen – Born in the USA

Anda akan merasa tenggorokan Anda serak ketika mendengar lagu ini, karena Buds2 bisa cukup menghadirkan suara Bruce dengan detail.

Meski demikian posisi vokal di lagu ini terasa di belakang dan bass-nya cukup terasa menonjol di depan. Detail lain bisa didengarkan secara jelas terutama piano elektrik yang juga mendominasi dari awal lagu.

Queen – Bohemian Rhapsody remastered 2011

Lagu wajib untuk mencoba TWS.

Keharmonisan vokal di awal lagu adalah kesan yang khas setiap mendengarkan lagu ini, dan Buds2 bisa merespon dengan baik. Petikan gitar bisa dihadirkan dengan baik juga, tone tinggi tidak membuat sakit telinga.

Struktur lagu yang terasa bagi saya adalah, vokal utama terasa ada di atas agak ke dalam dengan elemen lagu lain hadir melengkapi dan membentuk pondasi segitiga ke atas, dengan puncaknya adalah suara Freddie.

Beberapa lagu lain yang saya coba dengarkan: Stuck with you (Ariana Grande – Justin Bieber) lalu lagu old school untuk melihat respon TWS atas aransemen lagi lama lewat Sesaat Kau Hadir – Utha likumahua. Kemudian lagu More than Word – Extreme.

Semua dilahap dengan cukup baik oleh Buds2, lagu populer Ariana yang RnB atau package rekaman jadul dari Utha Likumahua atau lagu wajib no 2 untuk mengetes TWS yaitu More Than Word.

 

Verdict

Samsung Galaxy Buds2 adalah perangkat TWS atau wireless earphone yang cukup menarik. Baik dari desain dan terutama dari hasil suara yang dihasilkan. Di-tuning oleh AKG yang juga men-tuning earphone bawaan smartphone Samsung serta TWS atau Galaxy Buds lainnya.

Untuk hasil suara dari pengalaman saya, keluhannya hanya satu yaitu berbagai elemen suara yang hadir (terutama ketika mendengarkan lagu) terasa penuh dan padat. Meski kualitasnya baik tapi saya lebih memilih Buds Pro jika harus membandingkan.

Galaxy Buds2 akan saya rekomendasikan bagi mereka yang ingin menggunakan TWS untuk kegiatan sehari-hari sampai dengan traveling. Untuk olahraga saya hanya menyarankan untuk olahraga ringan. Bobotnya yang ringan membuat TWS ini bisa menjadi pilihan untuk kegiatan sehari-hari apalagi dengan kualitas suara yang baik serta fitur ANC dan ambient sound.

Untuk desain eartips memang tidak lonjong seperti Buds Pro, yang bagi saya adalah salah satu desain eartips yang paling menyenangkan, terutama bagi pengguna yang terbiasa menggunakan earphone jenis earbud seperti saya. Namun karena bobotnya yang ringan dan desainnya yang ciamik, Buds2 tetap bisa memberikan keunggulan tersendiri.

Menjadi Galaxy Buds entry level alias paling murah dibanding Galaxy Buds terbaru lainnya milik Samsung, Buds2 bisa menjadi pilihan bagi mereka yang baru ingin memiliki TWS dan ingin memiliki TWS keluaran Samsung.

Sparks

  • Kualitas suara baik
  • Ringan
  • Telah tersedia fitur ANC
  • Desain menarik

Slacks

  • Fitur Ambient Sound terasa kurang natural
  • Sound stage kurang luas
  • Meski paling murah di antara Buds terbaru Samsung tetapi harga di pasaran cukup premium.