[Review] Headphone MSI Immerse GH70, Bukti Keseriusan MSI di Ranah Audio Gaming

Kesuksesan MSI sebagai brand gaming tak lepas dari dukungan SteelSeries. Perusahaan Denmark itu terus membantu penggarapan keyboard di notebook gaming mereka, dan dahulu, produk MSI sering dibundel bersama headset SteelSeries. Bahkan ketika sang produsen Taiwan mengenalkan headphone-nya sendiri (seperti DS502/DS502), MSI tetap mengadopsi rancangan gaming gear SteelSeries.

Keseriusan MSI dalam meracik headset baru betul-betul terlihat di awal tahun ini, ketika sejumlah periferal gaming menjadi bagian dari presentasinya di CES 2017. Di sana, saya berkenalan dengan Immerse GH70, headphone gaming premium pertama buatan Micro-Star International. Produsen menyadari bahwa para kompetitornya telah lebih berpengalaman dan sudah memupuk prestasi di segmen ini. Agar bisa bersaing, MSI mencoba memampatkan segala macam teknologi serta fitur canggih di Immerse GH70.

Kira-kira tujuh bulan semenjak perkenalan itu, MSI menawarkan saya kesempatan untuk bertemu lagi dengan Immerse GH70 dan menjajalnya lebih personal. Dan selama beberapa minggu ini, saya merasakan hasil dari kerja keras produsen demi memastikan performa audio headphone ini setara penampilan menawannya. MSI juga berusaha menjaga penyajiannya tetap simpel, agar Immerse GH70 bisa mudah dioperasikan oleh pengguna awam sekalipun.

Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Bundel pembelian

Immerse GH70 dibungkus dalam boks hitam. Headphone ditaruh di atas dudukan pastik, dan saat bagian ini diangkat, Anda bisa menemukan pouch hitam dari kulit sintetis dan lembar panduan. Kantong tersebut sangat lembut, cocok untuk jadi tempat penyimpanan headphone ketika Anda bepergian.

Immerse GH70 19

Immerse GH70 20

 

Desain

MSI Immerse GH70 adalah headphone dengan ear cup over-the-ear bundar. Bagian tersebut disambung oleh dua batang headband baja yang kuat dan lentur. Sebuah headband lagi melintas di bawahnya, kali ini empuk serta fleksibel. Ia berperan sebagai bantalan sehingga headset dapat pas di segala jenis kepala. Pendekatan itu mengindikasikan bagaimana MSI masih mengakui keunggulan desain salah satu produk audio gaming terlaris SteelSeries, Siberia V2.

Immerse GH70 21

Immerse GH70 39

Headphone mempunyai engsel putar sehingga housing speaker bisa diarahkan ke depan. Selanjutnya, elemen logam turut dibubuhkan pada sisi luar housing, memberikan kesan asimetris saat dilihat dari samping. Bagian tersebut memanfaatkan struktur plastik yang dipadu tekstur matte, memperkuat tema metaliknya. Buat saya, Immerse GH70 sangat pas ketika dipasangkan dengan perangkat-perangkat gaming MSI, dari mulai notebook GS dan GT, hingga desktop Aegis ataupun Trident.

Immerse GH70 37

Immerse GH70 40

Hampir segala elemen di headset ini berkesan tebal, industrial dan ‘berani’: MSI tak ragu-ragu memanfaatkan desain dengan banyak sudut, menonjolkan kabel antara housiing dan headband, juga mengimplementasikan arahan serupa pada unit kendali. Di sana, tersedia kenop pengaturan volume, tombol buat mengaktifkan surround sound 7.1 serta tombol mute microphone. Immerse GH70 terhubung ke PC melalui kabel braided sepanjang 2-meter dengan ujung USB 2.0 berlapis emas.

Immerse GH70 31

Immerse GH70 23

Seperti Siberia V2, microphone retractable -nya bersembunyi dalam ear cup kiri, bisa ditarik keluar saat Anda ingin menggunakannya. Struktur lengan mic tersebut dapat mudah diubah – bisa diarahkan mendekati atau menjauhi mulut.

Immerse GH70 35

Immerse GH70 26

Pertunjukan pencahayaan RGB juga menjadi aspek esensial pada desain Immerse GH70. Saat headphone dicolokkan ke PC, LED merah di logo naga Gaming G Series segera menyala, disempurnakan oleh latar belakang RGB (jika diperhatikan lebih teliti, memiliki pola sisik naga). Warna dan pola pencahayaan bisa utak-atik lebih jauh lewat dua software: MSI Gaming Center dan Mystic Light.

Immerse GH70 32

Immerse GH70 34

 

Daya tahan dan kenyamanan

Arahan desain berkonsep tebal memengaruhi konstruksi Immerse GH70. Headphone ini terasa sangat kokoh dan kekar, dan sejauh ini saya belum menemukan bagian-bagian yang mencemaskan. Walaupun engselnya sempat saya putar dengan kasar, ia sama sekali tidak menunjukkan kelemahan. Kabel braided-nya pun tak perlu dikhawatirkan, komponen ini sangat kuat (bahkan sedikit kaku).

Immerse GH70 25

Immerse GH70 22

Untuk padding, MSI memanfaatkan busa empuk (hampir sekelas memory foam) yang dilapisi bahan kulit sintetis super-lembut. Bahkan saat dikenakan di ruang tanpa pendingin udara, suhu di area telinga tak pernah melewati batasan tidak nyaman. MSI juga kabarnya menyediakan bantalan berlapis kain opsional (tidak dibundel dalam packaging). Selain itu, material kulit sintetis serupa turut digunakan pada headband sekunder.

Immerse GH70 30

Immerse GH70 36

Saat dikenakan, Immerse GH70 segera mencengkeram kepala Anda dengan erat. Ia tidak akan terlepas kecuali jika kepala diguncangkan sangat kencang. Buat saya, tekanan ear cup ke kepala sedikit terlalu tinggi (terutama di area depan telinga dan rahang atas). Namun uniknya, headphone tidak menyebabkan pemakaian kacamata jadi tak nyaman, saya malah tidak berasakan tekanan di bagian tangkai kacamata yang ditindih padding berkat busa empuknya.

Immerse GH70 38

Immerse GH70 17

Immerse GH70 lebih berbobot dibanding sejumlah headset gaming kompetitor. Saya belum mengetahui pasti berapa beratnya, tetapi dengan mendengakkan atau menundukkan kepala, saya bisa merasakan sedikit pergeseran posisi headphone akibat gravitasi.

 

Software dan kustomisasi

App Mystic Light dapat digunakan jika Anda ingin menyinkronkan seluruh pencahayaan di sistem gaming, namun bagi saya, Gaming Center lebih esensial. Selain memperkenankan kita mengakses lighting RGB, software tersebut menyuguhkan keleluasaan konfigurasi audio. Komentar saya terhadap penyajiannya sama seperti di review mouse Clutch GM70: sebaiknya MSI membundel semuanya dalam satu aplikasi all-in-one agar tidak membingungkan.

Immerse GH70 1

Gaming Center sendiri memang tidak seelok software companion punya kompetitor, tetapi fungsi-fungsi di sana disuguhkan secara efisien. App bisa segera mengetahui saat Immerse GH70 tersambung ke komputer, dan dengan mengklik gambar headset, Anda dipersilakan mengakses setting output suara, microphone, dan LED.

Immerse GH70 3

Immerse GH702

Immerse GH70 4

Immerse GH70 5

Di menu suara, kita bisa mengaktifkan fitur Xear Surround, memilih mode (film atau musik) serta sample rate, menentukan ukuran ruangan, hingga mengoprek equalizer. Pemilihan sample rate juga ada di menu mic, beserta opsi Xear Effects buat mengaktifkan Magic Voice. Dengannya, saya dapat mengubah suara normal menjadi suara monster, kartun, atau suara wanita. Fitur ini saya pakai di Titanfall 2, dan sempat menyebabkan kehebohan…

Immerse GH70 6

Immerse GH70 8

Immerse GH70 7

Di menu ketiga, Anda bisa mengutak-atik pola pencahayaan LED serta memilih warna dari palet red-green-blue – jumlahnya ada 16,7 juta warna lebih. Saya punya dua efek favorit, pertama adalah Cycling agar LED menampilkan warna berbeda-beda, dan kedua ialah Beats Mode. Di mode ini, LED akan mengikuti dentuman audio dan suara musik – memberi kesan cyberpunk pada Immerse GH70.

Immerse GH70 9

Immerse GH70 10

 

Performa suara dan pengalaman penggunaan

Saya bukanlah pakar audio seperti beberapa rekan di DailySocial, tapi sebagai gamer, saya tahu apa yang betul-betul dibutuhkan. Dan dengan gembira, saya tak ragu merekomendasikan MSI Immerse GH70 bagi gamer yang berkesempatan membelinya. Dengan sedikit penyesuaian pada Gaming Center, saya menemukan setting paling manis buat menonjolkan detail – aspek krusial dalam game-game shooter bertempo cepat – tanpa mengorbankan performa bass.

Immerse GH70 18

Immerse GH70 15

Immerse GH70 merupakan headphone yang tersertifikasi audio Hi-Res, sanggup menghidangkan output berkualitas 24-bit/96KHz. Performanya akan sempurna jika dikombinasikan dengan perangkat-perangkat yang siap mendukungnya – misalnya GT83VR, GT73VR, GS73VR, GS63VR, serta GS43VR.

Dengan memadukan audio Hi-Res dan surround sound 7.1, saya bisa mudah mendeteksi posisi lawan di Titanfall 2 dari derap langkah serta suara dorongan jet pack mereka. Sembari mengenakan headphone ini, saya tak pernah merasa bosan mendengarkan suara hantaman peluru meriam 50mm di robot lawan, bunyi gemuruh senapan mesin 20mm saat memuntahkan timah panas, hingga suara senapan serbu yang semakin nyaring ketika amunisi dalam magasin mulai menipis.

Immerse GH70 11

Immerse GH70 12

Performa suara Immerse GH70 tak kalah menonjol sewaktu dipakai menikmati game ‘santai’ seperti Divinity: Original Sin II. Suara derakan sihir listrik terdengar tajam dan mengerikan, lalu proyektil batu raksasa skill Fossil Strike juga terasa begitu berat serta berbahaya. Headphone ini memperkenankan saya mendengar detail yang sebelumnya terlewati, misalnya tetesan air di batu dan langkah kaki yang bergema dalam gua.

Immerse GH70 13

Immerse GH70 14

Kinerja musiknya juga tak kalah istimewa, dan supaya optimal, jangan lupa pilih mode musik di Game Center. Immerse GH70 saya uji dengan file FLAC lagu While My Guitar Gently Weeps (Beatles), Closer to the Edge (30 Seconds to Mars), Asleep in the Deep (Mastodon), dan tak lupa Bohemian Rhapsody (Queen). Semuanya terdengar memuaskan bagi sepasang ‘telinga non-emas’ yang saya miliki ini.

Immerse GH70 28

Immerse GH70 41

Berbicara lebih teknis, Immerse GH70 menyimpan unit driver neodymium 50mm sebagai jantungnya, memiliki impedansi 32ohm dan dapat menyajikan frekuensi dari 20Hz hingga 40KHz. Microphone-nya sendiri bisa merespons suara di frekuensi 100Hz sampai 10KHz.

 

Konklusi

Terlepas dari sejumlah kekurangan kecil seperti penyajian app dan tekanan ear cup yang sedikit berlebihan, tak butuh waktu lama bagi MSI Immerse GH70 untuk menjadi bagian esensial dari kegiatan gaming saya sehari-hari. Detail serta kinerja suara berbasis surround sound 7.1 adalah kekuatan utama produk ini, namun saya juga sangat mengapresiasi serunya proses kustomisasi fitur serta pencahayaan LED via Gaming Center. Selain itu, buat saya Magic Voice merupakan kejutan tak terduga, memberikan kesempatan ‘bereksperimen’ dalam game-game multiplayer online.

Immerse GH70 24

Immerse GH70 ialah satu dari sedikit perangkat yang berhasil mendorong saya untuk mengulang beberapa permainan dari awal. Headphone ini menyadarkan saya bahwa boleh jadi ada banyak hal di game yang tak sengaja terlewatkan. Setelah Divinity: Original Sin II beres, saya berniat buat menamatkan Doom lagi sambil ditemani Immerse GH70, dan sesudah itu, Project CARS 2.

Untuk sementara, tim MSI Indonesia belum menginformasikan harga resmi dari Immerse GH70 di tanah air. Di Amazon, headphone ini dibanderol di harga US$ 130.

[Review] Xiaomi Redmi 4X, Salah Satu Pilihan Terbaik Di Bawah Rp 2 Juta

Dihadirkan ke Indonesia bersamaan dengan tipe Note 4 yang memiliki layar lebih lebar di bulan April silam, smartphone Redmi 4X menawarkan performa kelas menengah di harga ekonomis. Meski begitu, saat pertama kali diperkenalkan di pasar lokal, perangkat ini merupakan produk entry-level Xiaomi – karena merupakan bagian dari keluarga Redmi – termahal.

Kabar gembiranya, harganya pelan-pelan berubah. Kira-kira dua sampai tiga bulan setelah tersedia resmi, harga Redmi 4X mengalami penurunan. Hal ini sangat menarik karena walaupun tidak menuntut kita merogoh kantong terlalu dalam, Redmi 4X menawarkan banyak fitur produk mid-range ke high-end, dari mulai tubuh unibody berbahan logam, layar 2.5D berlapis Corning Gorilla Glass hingga kehadiran sensor pemindai sidik jari.

Redmi 4X 18

Beberapa waktu lalu, Xiaomi memberikan saya kesempatan untuk bermain-main dengan Redmi 4X lebih lama. Aspek lain yang membuat saya bersemangat adalah, Xiaomi memutuskan buat meminjamkan unit berwarna hitam. Bagi saya, warna hitam betul-betul menonjolkan kesan premium dibanding varian dengan frame putih berpunggung emas. Namun pertanyaannya, apakah penampilan handset ini benar-benar merepresentasikan kualitasnya?

Desain

Simpel adalah kata yang terbersit dipikiran saya ketika Redmi 4X dikeluarkan dari bungkusnya. Alasannya sederhana: rancangan smartphone ini memberikan kesan rendah hati, serta bisa mudah membaur dengan gaya fashion user yang berbeda-beda. Meskipun bukan produk flagship, ia sama sekali tak memalukan untuk Anda bawa-bawa.

Redmi 4X 39

Redmi 4X 27

Redmi 4X 19

Kesan tersebut bisa tersuguh berkat beberapa hal. Pertama, kelengkungan sisi samping device sengaja dirancang agar serasi dengan layar 2.5D di smartphone 5-inci ini sehingga terlihat seperti satu kesatuan. Xiaomi juga memanfaatkan desain tanpa sudut, lalu area pinggir punggungnya sengaja dibuat melengkung demi memberikan efek ramping. Redmi 4X memiliki dimensi 139,2x70x8,7mm dan bobot 150g.

Redmi 4X 36

Redmi 4X 23

 

Redmi 4X 26

Selain lebih nyaman digunakan dengan satu tangan dan mudah diselipkan dalam kantong, Xiaomi juga tidak terlampau agresif dalam membubuhkan branding. Di unit berwarna hitam ini, ukiran laser logo Mi hanya terlihat samar-samar di sisi belakang smartphone. Berdasarkan pengamatan saya, bagian punggung Redmi 4X terbuat dari bahan logam, kecuali pada zona di atas dan bawah antena.

Redmi 4X 35

Redmi 4X 34

Redmi 4X 22

Layout tombol dan Redmi 4X akan terasa familier bagi Anda yang pernah memakai smartphone Redmi sebelumnya: tombol power dan volume berada di sisi kanan, tray dual SIM card di kiri, ada port audio 3,5mm di kiri-atas, dan tepat di area tengah, Anda bisa melihat sensor inframerah. Di bagian bawah, Anda akan menemukan port microUSB, diapit oleh rangkaian grille bundar yang menyimpan mic dan speaker. Lampu LED berada di dekat tombol home, menyala ketika ada notifikasi atau sewaktu handset sedang di-charge.

Redmi 4X 32

Redmi 4X 28

Redmi 4X 25

Layar

Panel Redmi 4X menyuguhkan resolusi 720×1280-pixel dengan kepadatan 294ppi. Sebagian orang mungkin akan menganggapnya tidak istimewa, tapi dilihat dari sisi praktis, menyematkan pixel terlalu banyak di layar 5-inci sebetulnya tak terlalu memberikan banyak manfaat. Dan sejauh saya memakainya, display Redmi 4X sudah lebih dari cukup buat menampilkan icon dan teks secara jelas, dan yang terpenting, dengan sigap merespons sentuhan.

Redmi 4X 38

Layar tersebut tampaknya menggunakan profile warna dingin, dan dari sedikit riset, memiliki tingkat ket maksimal di 450-nit. Warnanya tersaji cerah, lalu objek-objek tampil tajam. Bagian favorit saya adalah keleluasaan buat meredupkan kecerahaan layar ke level paling rendah – sangat berguna saat berselancar internet (9Gag!) sebelum tidur, ketika lampu kamar sudah dimatikan.

Redmi 4X 40

Kamera

Karakteristik kamera smartphone standar tetap berlaku pada Redmi 4X: kualitas jepretan sangat bergantung pada dukungan cahaya. Untuk kebutuhan fotografi, Xiaomi membenamkan sensor 13-megapixel dengan aperture lensa f/2.0 di kamera belakang, tak lupa dilengkapi LED flash. Jika cukup cahaya, hasil foto dapat tampil detail dan tajam. Bisa Anda lihat sendiri di bawah, foto-foto Redmi 4X memiliki temperatur yang ‘dingin’, dan ini bukan sekedar akibat dari profile output layarnya.

Redmi 4X 24

Kamera smartphone akan memperlihatkan kelemahan begitu Anda pakai buat melakukan dokumentasi di ruang rendah cahaya. Bahkan di siang hari di dalam kamar, foto-foto yang saya ambil tampak dipenuhi noise. Fitur phase detection autofocus-nya juga jadi lebih lambat dalam mengunci objek, dan Anda harus maklum seandainya beberapa jepretan betul-betul blur.

Redmi 4X 20

Seperti biasa, aplikasi kamera default menitikberatkan faktor kesederhanaan. Xiaomi memanfaatkan rancangan UI yang bersih, bahkan sejumlah fungsi di mode manual (white balance dan ISO) dapat diakses dengan dua kali tap. Opsi filter disuguhkan via live preview, dan produsen menyediakan tidak kurang dari sembilan pilihan mode.

Berikut adalah sampel foto Redmi 4X:

Redmi 4X 15

Redmi 4X 10

Redmi 4X 11

Redmi 4X 12

Dan seperti ini hasil jepretan kamera utama di kondisi indoor atau kurang cahaya:

Redmi 4X 14

Redmi 4X 13

Baik kamera depan dan belakang mampu merekam video di resolusi full-HD (1080p) dengan 30-frame rate per detik. Untuk selfie dan video chat, produsen mencantumkan sensor 5-megapixel f/2.2 . Begitu tampilan kamera di-switch ke depan, fitur ‘smartbeautify akan aktif secara otomatis, dan segera membuat pipi saya jadi merona merah. Buat hasil lebih natural, Anda bisa menonaktifkannya.

Redmi 4X 21

MIUI 8.0

Redmi 4X dibundel bersama MIUI 8.0 (atau tepatnya versi 8.2), interface hasil modifikasi dari OS Google Android 6.0.1 Marshmallow. Itu berarti, ia telah dibekali sejumlah fitur eksklusif unik Xiaomi seperti Dual Apps (masuk ke app melalui akun berbeda), Second Space (kemampuan log-in ke smartphone dengan profile sekunder), beserta kapabilitas scrolling screenshot dan hadirnya menu Quick Ball. Xiaomi juga sudah memodifikasi bagian gallery serta memperluas opsi edit foto dan video.

Redmi 4X 30

Aspek terfavorit saya dari MIUI 8.0 adalah kesederhanaan pemakaian, navigasi serta pengelolaan. Menu berisi icon-icon app tersaji dalam satu layer saja, kemudian untuk memindahkannya ke halaman lain, kita hanya tinggal menahan icon dengan satu jari dan menggeser page dengan jari lainnya. Dan via app Themes, Anda bisa memilih puluhan tema berbeda.

Hardware dan kinerja

Xiaomi Redmi 4X dipersenjatai komponen yang tergolong mumpuni, tak kalah dari smartphone kelas menengah yang dibanderol di harga lebih tinggi. Sebelum membahas performa, Anda perlu tahu susunan hardware-nya:

  • System-on-chip Qualcomm Snapdragon 435
  • CPU octa-core Cortex-A53 1,4GHz
  • GPU Adreno 505
  • RAM 3GB
  • ROM 32GB
  • Baterai non-removable 4.100mAh

Beberapa aplikasi benchmark saya gunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja hardware Redmi 4X dan di mana posisinya berada jika dikomparasi dengan produk lain. Software-software tersebut antara lain AnTutu v6.2.7, PCMark dan 3DMark. Tentu saja saya tidak lupa menguji performa handset secara real-time via dua game: Real Racing 3 dan Modern Combat 5.

Redmi 4X 29

Di sesi tes AnTuTu, smartphone ini memperoleh nilai terbaik di 42381. Angkanya berada cukup jauh dari skor yang diperoleh Redmi Note 4, tentu saja disebabkan oleh perbedaan performa antara Snapdragon 625 dan Snapdragon 435. Berdasarkan keterangan AnTuTu, baik soal kualitas game ataupun pemakaian sehari-hari, komposisi ini cukup memuaskan, berada di level menengah.

Redmi 4X 5

Dalam PCMark Work 2.0, Redmi 4X meraih skor 3495. Di bawah ini Anda bisa melihat rincian dan kurvanya:

Redmi 4X 4

Kemudian di 3DMark Sling Shot 1.0 (standar), proses benchmark terlihat cukup tersendat. Detailnya bisa disimak di bawah:

Redmi 4X 6

Terlepas dari angka-angka benchmark di atas, saya punya satu berita gembira untuk Anda: kemampuan Redmi 4X buat mengerjakan tugas sehari-hari sama sekali tidak buruk. Saya tidak merasakan adanya keterlambatan respon saat menggeser menu atau ketika mengetik di keyboard SwiftKey. Dan saya rasa, layar beresolusi HD juga menyebabkan game jadi tidak terlalu membebani hardware serta membuat baterai jadi lebih awet.

Satu-satunya kendala visual yang tertangkap oleh mata sewaktu bermain Real Racing 3 adalah ujung objek yang jaggy. Selain itu, permainan tersaji mulus. Efek-efek semisal pantulan pada permukaan mobil, partikel asap, bayangan, bloom dari matahari, hingga detail-detail kecil seperti pergerakan jarum speedometer serta pantulan kaca spion tersuguh semua di sana.

Redmi 4X 7

Redmi 4X 8

Redmi 4X 9

Modern Combat 5 berjalan semulus Real Racing 3, namun saya juga melihat efek jaggy serta kurang tajamnya tekstur pada objek. Terlepas dari itu, fitur-fitur visual seperti asap, light pillar sampai percikan air pada lensa hadir semua di permainan. Ini dia beberapa screenshot yang telah saya ambil.

Redmi 4X 1

Redmi 4X 3

Redmi 4X 2

Daya tahan baterai merupakan salah satu aspek andalan di Redmi 4X. Setelah diisi penuh, baterai 4.100mAh di dalam siap menjaga smartphone tetap menyala hingga dua hari dalam pemakaian normal – termasuk browsing, membuka email, streaming musik, main game dan menonton film. Hebatnya lagi (salah satu alasan mengapa penayangan artikel review ini jadi terlambat, dalam arti baik), waktu standby dapat mencapai 18 hari.

Konklusi

Saat pertama kali diumumkan, saya sebetulnya berharap agar Xiaomi membanderol Redmi 4X dengan harga di bawah Rp 2 juta. Harga saat itu, Rp 2,1 juta, terlalu mendekati Note 4 di Rp 2,4 juta. Namun sekarang, harapan tersebut akhirnya terpenuhi. Xiaomi menurunkan harganya jadi Rp 1,99 juta. Dan jika Anda mengecek beberapa eCommerce tempat Redmi 4X dijual (seperti Lazada), angkanya bahkan turun lagi ke Rp 1,3 sampai 1,5 jutaan tergantung spesifikasi.

Karena alasan itulah, saya tak segan-segan menyebut Xiaomi Redmi 4X sebagai satu dari sedikit smartphone dengan rasio kinerja versus performa terbaik di bawah harga Rp 2 juta. Memang masih ada banyak hal yang bisa diperbaiki oleh Xiaomi, terutama pada aspek fotografinya. Lalu, sejumlah konsumen mungkin mengharapkan layar beresolusi lebih tinggi. Namun bagi saya, Redmi 4X adalah jalan keluar bagi konsumen yang menginginkan produk berkualitas, tapi terhalang oleh kendala modal.

Memang masih ada banyak hal yang bisa diperbaiki oleh Xiaomi, terutama pada aspek fotografinya. Lalu, sejumlah konsumen mungkin mengharapkan layar beresolusi lebih tinggi. Namun bagi saya, Redmi 4X adalah jalan keluar bagi konsumen yang menginginkan produk berkualitas, tapi terhalang oleh kendala dana.

Redmi 4X 17

[Game Playlist] Review Singkat Game Stealth Action Dishonored 2

Seiring meningkatnya nilai produksi game-game action, developer ingin agar karyanya bisa dinikmati lebih banyak orang. Akhirnya, mereka mulai berkompromi, membuat gameplay-nya lebih sederhana dan lebih mudah diakses kalangan casual. Hanya ada sedikit studio yang tak takut menghidangkan mekanisme kompleks, dan Arkane merupakan salah satu di antaranya.

Lewat seri Dishonored, studio asal Perancis itu mencoba menghadirkan kompleksitas yang ada di permainan-permainan stealth klasik, dibangun berbasis teknologi modern. Bagi gamer veteran, Dishonored menyuguhkan sensasi serupa trilogi Thief. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat beberapa mantan staf Looking Glass Studios kini turut memperkuat formasi Arkane. Dan khususnya buat penggemar stealth action, Dishonored 2 ialah permainan yang tak boleh Anda lewatkan.

Dishonored 2 3

Dishonored 2 dimulai 15 tahun sesudah permainan pertamanya selesai. Di sana, Anda ditawarkan untuk kembali berperan menjadi tokoh protagonis di Dishonored, Corvo Attano, atau anak gadisnya, Kaisar Emily Kaldwin. Dua tokoh ini menjalankan petualangan yang kurang lebih sama, dengan sedikit perbedaan pada perspektif dan kemampuan dalam mengalahkan lawan.

Dishonored 2 1

Dishonored 2 2

Meski stealth merupakan tema utama Dishonored 2, permainan bisa dinikmati sesuai keinginan Anda. Game ini menyuguhkan aksi pertarungan first-person yang seru dan memuaskan, di mana pemain dapat mengombinasikan kemampuan berpedang dengan ilmu sihir (Anda bahkan bisa memilih untuk bermain tanpa bantuan sihir dengan menolak ‘pemberian’ dari The Outsider).

Dishonored 2 -12

Kembali mengusung sistem ‘chaos‘, perbuatan Anda selama bermain akan memengaruhi dunia permainan dan pilihan dialog. Dengan membunuh banyak orang, tingkat kekacauan akan meningkat dan menyebabkan wabah bloodflies (serangga yang bersarang di mayat) kian menjadi. Alternatifnya, tiap level dapat diselesaikan tanpa membunuh – pemain paling ahli bahkan bisa merampungkan misi tanpa terlihat sekalipun oleh lawan.

Dishonored 2 4

Dishonored 2 5

Selain gameplay, aspek lain yang patut diacungi jempol di Dishonored 2 adalah visual dan atmosfer permainan. Tiap-tiap lokasi di sana mewakilkan tema tertentu. Misalnya di sesi pembuka game, saat Corvo atau Emily dipaksa meninggalkan kampung halamannya setelah dikhianati, situasi Dunwall terasa murung dan kelam. Atmosfer berbeda akan muncul sewaktu Anda tiba di Karnaca.

Dishonored 2 9

Bagi saya, bagian terbaik dari Dishonored 2 adalah bagaimana Arkane Studios membangun dunia dan mengisinya dengan mitos serta cerita-cerita tanpa perlu meraciknya sebagai game open-world. Selain jalan cerita utama, narasi tersirat pada keadaan dunia game serta dijabarkan dalam buku, koran dan poster-poster. Itu alasannya saya sangat menyarankan Anda untuk menjelajahi tiap sudut kota, karena banyak rahasia tersembunyi di sana.

Dishonored 2 -7

Engine Void yang Arkane kembangkan dari id Tech 5 untuk membangun Dishonored 2 berjalan hampir sempurna di laptop gaming MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii. Di setting grafis very-high dengan resolusi full-HD, game tersuguh di ratusan frame rate per detik; lalu semua detail pencahayaan, bayangan, serta objek juga tersaji maksimal.

Dishonored 2 10

Dishonored 2 11

Dishonored 2 dapat Anda beli secara digital via Steam atau retail (meski Anda tetap harus mengunduhnya). Di Indonesia, Dishonored yang dijual di toko retail lebih murah dibanding Steam, dibanderol Rp 480 ribu versus Rp 532 ribu.

Dishonored 2 8

Game Playlist adalah artikel gaming kolaborasi MSI dengan DailySocial.

Game dimainkan dari unit notebook MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, ditenagai prosesor Intel Core i7-6700HQ 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, RAM 16GB, penyimpanan berbasis SSD 256GB dan HDD 1TB, serta dilengkapi teknologi eye-tracking Tobii Technology.

[Game Playlist] Review Singkat Tom Clancy’s Ghost Recon Wildlands

Ghost Recon Wildlands merupakan permainan open world terbesar yang Ubisoft ciptakan, menyuguhkan beragam jenis arena bermain, dari mulai pegunungan, hutan rimba, padang pasir hingga padang garam. Wildlands memperoleh banyak penghargaan di E3 2015, namun sayang sekali, respons media terdengar kontras ketika versi retail-nya dirilis di bulan Maret kemarin.

Wildlands 20

Dalam dua minggu terakhir ini saya berkesempatan untuk menjajal Wildlands secara langsung sembari mencoba mencari apa yang membuat permainan ini mendapatkan kritik keras dari media. Wildlands yang saya mainkan adalah versi Uplay, dan setelah mengunduh file sebesar kurang lebih 42GB, game baru bisa dinikmati.

Wildlands 7

Ubisoft memang sangat paham bagaimana cara memantapkan presentasi awal dan men-setting mood permainan. Wildlands segera mengenalkan Anda pada tokoh antagonis, lalu mengajak pemain menciptakan karakter utama ber-codename Nomad, sang pemimpin pasukan Ghost. Opsi kustomisasi nya memang tidak sefleksibel Fallout 4, Anda hanya bisa memilih preset wajah dan menentukan gaya rambut serta warna mata, tapi ada banyak sekali konfigurasi kostum – dari mulai sarung tangan, jaket anti-peluru sampai ghillie suit.

Wildlands 18

Wildlands 11

Saat dimulai, Wildlands langsung menceritakan apa yang sedang terjadi di versi fiksi Bolivia. Di masa depan, negara tersebut telah berubah menjadi narco-state  – produsen kokain terbesar di dunia sejak kartel Santa Blanca memperluas pengaruh mereka ke pemerintahan. Pasukan Ghost dikirim buat membebaskan Bolivia dari cengkeraman Santa Blanca.

Wildlands 21

Engine AnvilNext yang turut mempersenjatai Assassin’s Creed Syndicate dan For Honor kembali dipakai buat membangun dunia Ghost Recon Wildlands. Hasilnya memang mengesankan. Grafis game terlihat sangat cantik – wajah karakter utama tampak begitu detail dan atmosfer permainan sangat menonjol. Saat hujan turun, warna langit berubah kelabu, dan semua objek terlihat benar-benar basah. Lalu ketika matahari terbenam, malam betul-betul gelap, terkadang memaksa Anda menyalakan night vision goggle sebelum menyerang markas musuh. Seringkali, saya hanya berhenti di satu tempat cuma untuk menikmati pemandangan.

Wildlands 5

Wildlands 2

Dalam pengembangan game, visual merupakan prioritas utama Ubisoft. Mereka melangsungkan kolaborasi bersama Nvidia, memanfaatkan teknologi render terbaru. Dengan memilih opsi grafis paling tinggi (ultra) di resolusi 1080p, notebook gaming MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii mampu menyajikan Wildlands di kisaran 35FPS. Jika ingin memperoleh frame rate lebih tinggi, Anda harus ‘rela’ bermain di opsi grafis very high.

Wildlands 1

Wildlands 8

Aspek visual turut memengaruhi gameplay. Contoh sederhananya ialah musuh jadi lebih sulit mendeteksi keberadaan Nomad sewaktu Anda bersembunyi di tempat gelap. Itu alasannya penyerbuan lebih efektif dilakukan di malam hari atau ketika ada badai.

Wildlands 3

Wildlands 4

Metode stealth sangat dianjurkan buat membungkam lawan dan menjadi esensi Ghost Recon Wildlands, namun bukan satu-satunya jalan menyelesaikan misi. Game menyarankan Anda untuk menggunakan senjata berperedam suara, dan di sana, pemain disodorkan keleluasaan dalam mengustomisasi persenjataan – misalnya dengan mengganti aksesori hingga mengaplikasikan cat baru di senapan serbu.

Wildlands 10

Hal lain yang sangat saya apresiasi adalah audio. Suara angin, peluru melesat, proyektil yang menghantam tanah, hingga bunyi selongsong keluar dari lubang di senapan penembak runduk terdengar begitu meyakinkan.

Wildlands 6

Wildlands 13

Masalah saya temui setelah mendalami Wildlands selama beberapa jam. Bug memang pelan-pelan sudah Ubisoft tumpas lewat patch, sayangnya kendala terletak pada struktur permainan: tidak ada banyak hal yang bisa Anda lakukan selain menyelesaikan misi, mengumpulkan sumber daya dan membuka skill baru. Game perlahan-lahan akan terasa menjemukan jika Anda cuma memainkan mode single-player.

Wildlands 17

Wildlands 5

Obat dari kelemahan itu ialah dengan memainkan mode multiplayer co-op-nya. Mode ini akan menggantikan tiga AI kawan – anggota tim Nomad – dengan sesama pemain. Ubisoft sudah menyiapkan fitur-fitur pendukungnya secara saksama. Bergabung ke sesi co-op tidak sulit, lalu microphone otomatis segera aktif buat mempermudah komunikasi. Berdasarkan pengalaman pribadi, multiplayer jauh lebih menyenangkan jika dimainkan bersama teman.

Wildlands 15

Wildlands 16

Bagi saya, paket penjualan Ghost Recon Wildlands masih belum setara dengan harga tinggi yang publisher jajakan (Rp 670 ribu di Steam). Bahkan jika Anda merupakan seorang penggemar game tactical action ataupun fans berat seri Ghost Recon, sebaiknya jangan buru-buru membeli hingga harganya turun.

Wildlands 9

Wildlands 14

Game Playlist adalah artikel gaming kolaborasi MSI dengan DailySocial.

Game dimainkan dari unit notebook MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, ditenagai prosesor Intel Core i7-6700HQ 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, RAM 16GB, penyimpanan berbasis SSD 256GB dan HDD 1TB, serta dilengkapi teknologi eye-tracking Tobii Technology.

Wildlands 22

[Review] Headset Sennheiser GSP 300, Pilihan Gamer yang Mengutamakan Performa Ketimbang Rupa

Ranah gaming yang kian populer dan memperoleh banyak perhatian terlalu menarik untuk diabaikan. Kini semakin banyak produsen consumer electronic dari berbagai bidang turut berkecimpung di sana, termasuk perusahaan spesialis audio asal Jerman, Sennheiser. Sudah lama mereka berkompetisi dalam penyediaan gaming gear dengan brand-brand terkenal.

Diperkenalkan perdana di acara Gamescom 2016, Gaming Series GSP 300 adalah salah satu headset gaming terbaru Sennheiser. Sang produsen bilang mereka meraciknya sedemikan rupa agar dapat menyuguhkan depth of field mendetail serta bas membahana. Selain itu, GSP 300 juga didesain agar nyaman dikenakan di waktu lama, ringan, serta mudah didesesuaikan ke beragam tipe kepala. Ketika GSP 350 dikhususkan untuk gamer di PC, GSP 300 siap mendukung para console gamer berkat konektivitas fisik berupa colokan 3,5mm.

GSP 300 20

Beberapa minggu lalu, saya diberi kesempatan oleh Sennheiser untuk mencoba sendiri performa GSP 300. Berpedoman pada temanya, mayoritas waktu saya habiskan bersama headphone buat ber-gaming. Dan lewat artikel ulasan ini, saya bermaksud mengungkapkan pengalaman selama memakainya. Ayo silakan disimak.

Design

Perangkat-perangkat untuk gaming umumnya terkenal dengan desain yang ‘berlebihan’. Kadang hal itu membuat kita berpikir, apakah arahan tersebut sebetulnya benar-benar bermanfaat atau diusung hanya supaya terlihat menarik atau sekedar gimmick? Konsep Sennheiser GSP 300 cukup bertolak belakang dengan produk-produk rivalnya. Walaupun lekukan-lekukan khas gaming gear bisa Anda temukan di tubuhnya, kesan simpel tetap sangat menonjol di sana.

GSP 300 2

Tubuh GSP 300 tersusun dari material plastik, dan ini alasannya headphone terasa ringan saat dikenakan, bobotnya hanya sekitar 290-gram. Menariknya, material tersebut tidak membuatnya tampak murahan berkat sambungan-sambungan yang rapi dan penggunaan warna plastik berbeda – kombinasi hitam dan abu-abu gelap. Selanjutnya, permukaan matte mempertegas kesan profesional, sekaligus bisa meminimalisir baretan akibat benturan.

GSP 300 18

GSP 300 18

GSP 300 memiliki rancangan identik dengan varian GSP 350 di mana earcup over-ear-nya menyelubungi seluruh permukaan telinga. Perbedaan keduanya hanya terletak pada warna striping di mic, di area dalam earcup dan bantalan di headband. GSP 300 dibumbui warna biru, sedangkan GSP 350 berwarna merah. Tak seperti SteelSeries atau Razer, Sennheiser tidak menyediakan pilihan warna lain.

GSP 300 17

GSP 300 16

Saya pribadi cukup menyukai penampilan ergonomis Sennheiser GSP 300. Ia tidak memiliki sudut yang terlampau tajam, dan semua komponen di sana punya fungsi. Ukuran headband bisa Anda panjangkan dengan menarik earcup, kemudian silakan tarik lengan boom mic ke bawah ketika ingin berkomunikasi dengan rekan tim dan kembalikan lagi ke atas buat menyalakan fungsi mute, lalu Anda juga dapat mengatur volume dengan memutar kenop di area bawah earcup kanan.

GSP 300 12

Headphone tidak mempunyai pencahayaan LED, namun saya rasa, gamer pro tidak membutuhkan warna-warni lampu LED sewaktu mereka sedang sibuk membidikkan crosshair ke wajah musuh dari tempat berlindung.

GSP 300 6

GSP 300 5

Kendala yang saya temui pada desain ada pada penyajian kabelnya. Kabel 2,5-meter di sana memang cukup panjang sehingga Anda leluasa dalam bergerak, tapi bagian ini tidak bisa dilepas. Kabel juga hanya berlapis karet dan bahannya lembut; jadi Anda harus memberikan perhatian ekstra saat memakai ataupun membawa headphone, serta pastikan kabel tidak terinjak atau tersangkut roda kursi gaming/kerja Anda.

Comfort

Sennheiser GSP 300 telah menemani saya menikmati Titanfall 2, Ghost Recon Wildlands dan Mass Effect: Andromeda, dan sejauh ini, headset mampu menunaikan tugasnya dengan sangat baik. Di beberapa kesempatan, saya memakainya selama kurang lebih 12 jam non-stop (bermain, bekerja, dan kembali bermain). GSP 300 tidak membebani dan menekan kepala secara berlebihan, tapi tetap bisa mencengkeram mantap – walaupun gerakan menggeleng cepat dapat membuatnya terlepas.

GSP 300 3

Rahasia mengapa GSP 300 tidak membebani kepala terletak pada penggunaan konstruksi split di headband. Bukannya memanfaatkan satu struktur melengkung, headband GSP 300 terbelah di tengahnya. Hal ini dimaksudkan buat menyebar titik tumpu di atas kepala, lalu tekanan diminimalisir lagi dengan bantalan berisi memory foam. Sewaktu dipakai, headphone seolah-olah hanya menempel di sisi atas kepala saya.

GSP 300 4

GSP 300 13

Bahan memory foam serupa Sennheiser gunakan mengisi pad di earcup. Namun bukan kain biru, bantalan tersebut berlapis kulit sintetis. Material ini sangat lembut, dan lebih kuat terhadap keringat dari kulit asli. Faktor sirkulasi udaranya cukup baik, namun di ruang tanpa pendingin, telinga yang tertutup rapat tentu lama-kelamaan terasa panas.

GSP 300 15

Tekanan earcup di kepala terdistribusi dengan baik, dan tidak ada area yang menekan terlalu keras. Sedikit adaptasi dibutuhkan khusus bagi para gamer berkacamata karena bagian tangkai awalnya akan mengganjal. Namun karena GSP 300 mempunyai padding memory foam, ia akan mengikuti konturnya setelah dikenakan beberapa saat.

GSP 300 9

GSP 300 11

Terlepas dari kekurangan di kabel, saya mengapresiasi keputusan Sennheiser buat membenamkan modul kendali volume ke headphone – tidak terpisah seperti SteelSeries Siberia V2. Dengan begini, setting suara jadi lebih mudah dan kabel tak gampang tersangkut.

Audio performance

Ada banyak headphone gaming ditawarkan lebih murah dari produk Sennheiser ini, tapi soal kualitas suara, rasio performa dan harga GSP 300 ialah salah satu yang terbaik di kelas gaming. Sesuai janji mereka, nada-nada rendah tersaji ciamik. Bass terdengar tajam, padahal awalnya saya khawatir fokus pada kekuatan bass menyebabkannya jadi kehilangan detail.

GSP 300 1

Berkatnya, audio terdengar kaya, entah itu suara hantaman artileri serta proyektil senapan mesin helikopter yang mendarat di tanah dalam Ghost Recon Wildlands, hingga gemuruh anomali badai ion dan momen ketika peluru Concussive Shot mengenai badan musuh di Mass Effect: Andromeda.

GSP 300 24

GSP 300 23

Buat permainan yang lebih kompetitif seperti Titanfall 2, tentu saja Sennheiser GSP 300 sangat membantu. Detailnya memungkinkan saya membedakan suara lari AI dan pilot lawan, sehingga mereka tidak bisa seenaknya mengendap dan menyerang dari belakang. Derap langkah kaki titan juga terasa lebih meyakinkan (dan mengerikan, terutama saat Anda sedang diburu oleh Ronin musuh).

GSP 300 25

Ada sedikit kompresi di nada-nada menengah yang memengaruhi suara vokal, lalu sejumlah rincian di nada tinggi juga tidak muncul. Tapi secara keseluruhan, hal ini bukanlah masalah besar karena GSP 300 memang dispesialisasikan buat menunjang kegiatan gaming, bukan untuk menangani musik-musik akustik dengan format lossless. GSP 300 tidak mempunyai kemampuan active noise cancelling, tapi struktur earcup tertutup berperan sebagai solusi pasif dan sangat efektif membungkam bunyi-bunyian eksternal.

GSP 300 22

Berkaitan dengan Titanfall 2, aspek soundstaging merupakan salah satu senjata andalan GSP 300. Faktor ini memungkinkan headphone menyajikan arah datang bunyi secara akurat, sangat menguntungkan sewaktu Anda menggunakannya di permainan-permainan multiplayer yang menuntut akurasi. Umumnya, perhatian seksama terhadap soundstaging baru ditemukan di headphone-headphone premium.

GSP 300 10

Lalu bagaimana soal mutu penyuguhan musik? Bagi saya, kinerjanya boleh dibilang setara dengan headset reguler di kisaran satu jutaan. Output tidak sejernih produk mainstream Sennheiser, tapi kekurangan itu diisi dengan aspek depth tadi.

Mic

Komunikasi adalah hal penting dalam ber-gaming, dan dengan gembira saya menyatakan bahwa performa boom microphone GSP 300 sesuai ekspektasi. Mic menyimpan fitur noise cancelling untuk menyaring suara-suara yang tidak Anda inginkan, sehingga mereka tidak didengar oleh lawan bicara – misalnya bunyi kipas atau ketikan keyboard mekanik.

GSP 300 7

GSP 300 8

Ukuran lengan mic berpotensi menjadi masalah. Saya mengerti jika Sennheiser meminimalisir panjangnya agar tidak mengganggu, namun hal tersebut juga menyebabkan perkataan Anda lebih sulit tertangkap, apalagi microphone hanya bergerak di satu poros dan tidak bisa ditekuk agar mendekati mulut.

Verdict

Berdasarkan bayangan saya pribadi, Sennhesier GSP 300 adalah headphone gaming ideal bagi mereka yang jauh mementingkan fungsi dibanding rupa, yang menginginkan keunggulan dalam berkompetisi, kenyamanan, serta konsumen yang rela mengorbankan uang sedikit lebih mahal demi memperoleh performa teroptimal di kelasnya. Headphone juga kompatibel ke berbagai platform game: PC, Xbox, PlayStation bahkan perangkat mobile.

GSP 300 juga cukup fleksibel untuk menghidangkan konten hiburan non-game, meski jika ditakar dengan faktor tersebut, ia tidak sebaik produk yang dikhususkan buat musik atau film. Andai performa penyajian musiknya lebih baik lagi, saya tidak keberatan untuk merekomendasikan headphone ini ke semua orang.

Kendalanya, di Indonesia penawaran kompetitor terlihat lebih menggoda – harga mereka lebih murah, rancangan ‘ala gaming-nya’ mencolok, lalu headphone sudah dilengkapi kelap-kelip LED.

Sennheiser Gaming Series GSP 300 dijual di harga Rp 1,66 juta.

Mass Effect: Andromeda Tidak Sebaik yang Banyak Orang Harapkan

Mass Effect: Andromeda boleh dikatakan sebagai game terbesar BioWare. Buat menggarapnya, tim developer asal Kanada itu mengerahkan tenaga dari tiga studio miliknya, dan rumor mengatakan mereka telah mengeluarkan modal US$ 40 juta. Tapi dari sejak permainan itu tersedia di EA Access, Anda mungkin sudah mendengar kabar kurang baik mengenainya.

Saat itu, mayoritas mereka yang sudah mencoba Andromeda mengeluhkan buruknya animasi dan adanya glitch di sana-sini – menyebabkan game diolok-olok penghuni internet. Dan setelah dirilis, ternyata kualitas Mass Effect: Andromeda tidak sebaik yang selama ini BioWare janjikan. Silakan simak rangkuman dari para reviewer di bawah.

Menurut Polygon, sensasi bermain Mass Effect: Andromeda terasa bercampur aduk. Di satu sisi, banyaknya kendala teknis – walaupun tidak merusak gameplay – ternyata cukup mengganggu. Namun di sisi lain, sang pengulas penasaran pada misteri dunia fiksi yang BioWare bangun, dan setelah menyelesaikan game tersebut, ia tak sabar ingin berpetualang di galaksi baru itu dalam permainan selanjutnya. Polygon memberi game ini skor 7,5.

PC Gamer memberi respons hampir senada, dengan nilai yang sedikit lebih tinggi: 80. Menurut Chris Thursten, Mass Effect: Andromeda dinodai ketidak-konsistensian dan tampak tidak dipoles optimal, tetapi game masih mampu menyajikan sensasi bereksplorasi. PC Gamer mengapresiasi dunia petualangannya luas, spektakuler dan menyegarkan; juga memuji BioWare karena mereka tidak lupa menyempurnakan sistem pertempuran.

Bagi Destructoid, Mass Effect: Andromeda bukanlah permainan Mass Effect sejati – malah terkesan seperti spin-off. Game seolah-olah dibuat oleh studio berbeda yang tidak yakin terhadap arahan baru yang ingin diambil. Dunia baru di sana memang menarik, tapi sayang kontennya tidak banyak. Selanjutnya, masalah-masalah teknis juga sulit untuk diabaikan. Destructoid hanya menyodorkan skor 6,5 buat permainan ini.

Dan Stapleton dari IGN berpendapat, jalan cerita bermutu dan karakter menarik di Mass Effect: Andromeda mampu mengurangi kekecewaan gamer terhadap ketiadaan ras alien yang betul-betul baru, sistem kustomisasi companion, dan problem di sisi teknis. Di beberapa skenario, game ini mampu menyuguhkan elemen-elemen terbaik trilogi Mass Effect terdahulu, dipadu pertempuran seru dan efek suara fantastis. Andromeda memperoleh nilai 7,7 dari IGN.

Dari pengamatan GameSpot, visi di belakang penciptaan Andromeda hanya terpenuhi separuhnya. Kontennya memang banyak, tetapi kualitasnya tidak konsekuen. Pertempuran dan dunia permainan merupakan bagian terkuat dari permainan, namun mereka tidak bisa menutupi kekurangannya di segi narasi, serta rendahnya mutu penyampaian ‘politik dan moral’ – yang sebelumnya merupakan faktor unggulan seri Mass Effect.

Via situs agregat review  OpenCritic, Mass Effect: Andromeda memperoleh skor rata-rata sementara 75. Angka ini fluktuatif, bisa berubah tipis seiring munculnya lebih banyak ulasan.

[Review] Mouse Gaming Corsair Scimitar Pro RGB, Jagonya MOBA dan MMO

Melihat tingginya animo khalayak terhadap game-game kompetitif, tak heran jika perusahaan spesialis aksesori berlomba-lomba menyediakan produk pendukungnya, dan Corsair Scimitar Pro RGB merupakan andalan sang produsen asal Fremont itu di kelas high-end. Dalam menggarapnya, Corsair fokus pada satu hal: mendesain mouse gaming terbaik untuk MMO dan MOBA.

Setidaknya ada tiga hal yang jadi fokus Corsair di Scimitar Pro: memastikannya nyaman saat digunakan dalam sesi gaming intensif, menyajikan kemudahan akses, dan tentu saja, menyuguhkan performa jempolan. Dan dari pengalaman memakainya selama beberapa minggu, saya punya kabar gembira untuk Anda: Scimitar Pro berhasil menunaikan fungsinya dengan sangat baik, meskipun MOBA bukanlah genre favorit saya.

Seperti mayoritas gaming mouse spesialis MOBA, Scimitar Pro mengusung rancangan ergonomis dan dilengkapi belasan tombol shortcut. Namun bagi saya pribadi, keunikan Scimitar Pro terletak pada kemampuannya ‘melayani’ kategori gamer secara lebih luas, bukan hanya para pecinta Dota dan LOL saja. Dan lewat artikel review ini, saya akan menjelaskan alasannya lebih detail.

Design

Sebelum mengulik faktor desain Scimitar Pro RGB lebih jauh, saya ingin sedikit membahas asal namanya. Scimitar adalah pedang melengkung yang digunakan para prajurit Turki Ottoman, Persia, India hingga bangsa-bangsa Arab lain di abad ke-12 sampai ke-16. Pedang ini memiliki satu mata tajam, bobotnya ringan, dan efektif buat melakukan gerakan memotong sehingga scimitar jadi favorit pasukan berkuda. Dan saya melihat elemen-elemen ini ditanamkan Corsair dalam mouse gaming mereka.

Corsair Scimitar Pro 26

Corsair Scimitar Pro 25

Layaknya pedang melengkung itu, Scimitar Pro dirancang secara asimetris, berkiblat pada prinsip ergonomis. Desainnya tampak ‘berisi’, mamanfaatkan beberapa jenis material berbeda sebagai penyusun body-nya. Plastik dengan permukaan rubberized hitam menyelimuti sekitar 80 persen tubuh Scimitar Pro, dipadu layer karet sungguhan berpola segitiga di area depan-kanan. Di sisi kirinya, frame logam berwarna kuning mengitari 12 tombol jempol.

Corsair Scimitar Pro 23

Corsair Scimitar Pro 19

Layout tombol utamanya tak jauh berbeda dari mouse gaming lain. Scroll wheel ditempatkan di antara tombol utama, tepat di dalam celah pemisah, lalu switch DPI berada sejajar dengannya. Tombol DPI tersebut terdiri dari dua bagian, sehingga menyetel sensitivitas yang tepat jauh lebih simpel dibanding mouse yang cuma punya satu switch DPI. Buat mouse feet-nya, Corsair menggunakan bahan teflon, diposisikan secara asimetris di bagian terujung. Di saja Anda juga bisa melihat plat logam melindungi modul sensor optiknya.

Corsair Scimitar Pro 18

Corsair Scimitar Pro 8

Sentuhan pencahayaan LED RGB diimplementasikan di hampir seluruh bagian tubuh Scimitar Pro: pada logo Corsair di punggung, scroll wheel, tiga lampu di depan, serta pada 12 tombol di samping. Keempat bagian ini memiliki pewarnaan yang serasi, masing-masing bisa Anda atur lewat software Corsair Utility Engine. Di sana, Anda dapat mengonfigurasi pola dan memilih lebih dari 16 juta warna. Warna LED bisa diatur kecuali pada bagian depan jempol karena berfungsi sebagai indikator DPI – warnanya berubah dari merah, putih, hijau, kuning, dan biru.

Corsair Scimitar Pro 17

Bulky mungkin merupakan kata yang muncul di benak Anda saat pertama kali berjumpa dengan Corsair Scimitar Pro RGB. Mouse ini berdimensi 119,4x77x42,4-milimeter. Meski demikian, bobot mouse ini kembali mereprsentasikan pedang Scimitar, Scimitar Pro terasa ringan di tangan dan sangat mudah diangkat. Beratnya hanya 147-gram. Mouse tersambung ke PC via kabel USB braided sepanjang 1,8m – ketiadaan baterai tampaknya meminimalisir bobot Scimitar Pro.

Corsair Scimitar Pro 27

Corsair Scimitar Pro 14

Build quality

Saya bisa pastikan, Corsair Scimitar Pro RGB memanfaatkan jenis plastik berkualitas tinggi. Saya tidak menemukan zona-zona empuk, tubuhnya kokoh, dan tiap bagiannya terpasang sempurna tanpa menyisakan gap yang mencurigakan. Penampilannya secara keseluruhan memperlihatkan bahwa mouse ini merupakan produk premium untuk para gamer hardcore serta atlet eSport.

Corsair Scimitar Pro 12

Comfort

Seperti yang pernah saya jelaskan di review Asus ROG GX1000, saya lebih memilih mouse model ambidextrous ketimbang desain ergonomis. Dengan postur tangan seperti mencakar, jari dapat menekan tombol secara lebih tanggap. Kendalanya, claw grip menyebabkan jangkauan jari jadi lebih pendek – apalagi telapak tangan saya lebih sering disitirahatkan di mouse pad, dan hanya sedikit area telapak yang menyentuh punggung mouse.

Corsair Scimitar Pro 5

Corsair Scimitar Pro 6

Mengejutkannya, Scimitar Pro ternyata sangat menunjang claw grip. Tubuhnya yang gendut menopang serta mengisi genggaman secara sempurna, lalu 12 tombol mekanik samping turut ditempatkan di area yang mudah diraih jempol. Saya memang tidak memakai semuanya, hanya membubuhkan fungsi shortcut pada beberapa tombol dekat pangkal jari, seperti angka 8, 9, 11 dan 12.

Corsair Scimitar Pro 28

12 tombol tersebut ditaruh dalam empat baris vertikal, jadi masing-masing baris terdiri dari tiga tombol. Tiap tiga tombol di baris itu mempunyai tekstur berbeda, dipadu benjolan jecil di tombol 5, sehingga Anda dapat mudah mengira-ngira posisi jempol tanpa perlu melihat. Jempol saya sendiri tidak kesulitan menjangkau angka 4 sampai 12, tetapi harus menggerakan seluruh tangan supaya bisa menekan 1, 2 dan 3.

Corsair Scimitar Pro 12

Jika bagi Anda lokasi 12 tombol mekanik itu terlalu dekat atau terlalu jauh, Corsair Scimitar Pro menyimpan satu fitur rahasia: tekan tombol di bawah dengan obeng, dan selanjutnya modul bisa digeser (sangat praktis tapi bukan solusi buat saya karena jempol ini lebih pendek dari rata-rata orang).

Corsair Scimitar Pro 9

Elemen favorit saya di Corsair Scimitar Pro RGB ialah lapisan karet bertekstur kasar di bagian kanan mouse. Corsair memposisikannya dengan begitu jitu sehingga secara instingtif saya tahu itu adalah tempat untuk menaruh jari manis. Tak hanya jadi lokasi istirahat, keberadaan jari manis dan kelingking di sana menjaga mouse tetap stabil ketika jempol Anda sibuk menekan tombol-tombol di sisi yang berlawanan. Gerakan menangangkat mouse juga jadi lebih gampang berkat permukaan berteksturnya.

Corsair Scimitar Pro 13

Corsair Scimitar Pro 16

Performance & gaming

Perbedaan utama antara Scimitar Pro dengan Scimitar standar terletak pada penggunaan penggunaan sensor optik 16.000DPI buatan Pixart. Sensitivitasnya dapat dikalibrasi, kemudian semua tombol di sana bisa diprogram ulang. Selain itu, semuanya serupa. Mouse memiliki polling rate yang bisa dipilih, dari 125Hz sampai 1.000Hz, serta mampu menyampaikan informasi dalam waktu hanya 1ms, memastikan pengalaman bermain bebas lag.

Corsair Scimitar Pro 7

Sensor Pixart PMW3367 di sana sangat presisi, memungkinkan Scimitar Pro menangani hampir segala jenis game, termasuk permainan shooter bertempo cepat yang turut menuntut akurasi seperti Titanfall 2. Mouse tersebut juga menemani saya saat menamatkan Resident Evil 7, lalu kehadiran 12 tombol mekanik sangat membantu dalam Conan Exiles. Beberapa momen menegangkan (dan mengagetkan) membuat saya secara refleks mencengkeram mouse lebih erat, tapi gerakan tersebut tidak menyakiti jari.

Corsair Scimitar Pro 22

Saya belum bisa menemukan jenis switch apa yang digunakan di dua tombol utama Scimitar Pro RGB, yang jelas, mereka sangat empuk dan responsif, lalu key travel serta resistensinya juga pas. Thumb button mekaniknya sedikit lebih empuk dari dua tombol tersebut, sehingga jempol Anda tidak mengeluarkan terlalu banyak tenaga. Tapi hati-hati, mereka lebih peka dari penampilannya, jangan sampai Anda salah tekan. Selain itu, saya tak menemukan masalah di scroll wheel-nya – gerakan memutar terasa mantap berkat kehadiran lapisan karet.

Corsair Scimitar Pro 20

Umumnya, saya memakai setting DPI di 3.000 sampai 4.000, dan jarang sekali di atas batasan itu. Biasanya level DPI malah saya turunkan sewaktu menggunakan senapan penembak jitu karena saya tidak mau bidikan malah luput akibat sensitivitas yang berlebihan. Untuk sekarang, 16.000DPI masih tergolong overkill kecuali Anda memanfaatkan monitor 4K lebar untuk bermain game. Di sisi positifnya, 16.000 membuat Scimitar Pro lebih future-proof.

Corsair Scimitar Pro 21

Corsair Scimitar Pro bisa meluncur lebih mulus dari mouse gaming yang saya pakai sehari-hari – yakni MSI Clutch GM40 – di atas mouse mat Roccat Sense Desert Strike 12mm. Performanya tentu saja akan jadi lebih baik lagi jika ia didukung mouse pad premium.

Corsair Scimitar Pro 11

Corsair Scimitar Pro 10

Untuk proses kustomisasi, Anda bisa mengutak-atik semua aspek di mouse lewat aplikasi Corsair Utility Engine. Di sana, Anda dapat memprogram tombol, mengatur efek pencahayaan LED, menentukan DPI di masing-masing level (tersedia lima tingkatan), serta mengkalibrasi keakuratan pointer dan memilih tipe permukaan mouse pad.

Corsair Scimitar Pro 1

Corsair Scimitar Pro 2

Corsair Scimitar Pro 3

Conclusion

Fleksibel, nyaman, dan andal adalah tiga kata yang saya pakai untuk mendeskripsikan kinerja Corsair Scimitar Pro RGB. Saya menyukai hampir semua aspek di sana, dari mulai bobotnya yang ringan sampai desain, meski secara pribadi saya ialah seorang penggmar mouse ambidextrous. Scimitar Pro sudah pasti akan menjadi senjata pamungkas para pecinta permainan MMORPG dan multiplayer online battle arena, serta siap mendukung seandainya mereka ingin menikmati game lain.

Walau demikian, Scimitar Pro tidak saya rekomendasikan seandainya MOBA bukanlah genre favorit Anda. Untuk menunjang game action dan shooter, masih ada pilihan yang lebih pas. Alasannya sederhana: Corsair Scimitar Pro bukanlah produk murah, device ini dibanderol seharga Rp 1,3 juta. Di rentang harga itu, pastikan Anda melakukan investasi secara cermat.

Mouse gamging Corsair Scimitar Pro RGB rencananya baru masuk ke Indonesia bulan depan.

[Game Playlist] Review Singkat Resident Evil 7, ‘Game Wajib’ Pecinta Horor

Dengan mengubah perspektif Resident Evil ke sudut pandang orang pertama, Capcom mengambil langkah beresiko. Ada kemungkinan pendekatan ini malah mengasingkan fans yang terlanjur akrab dengan gameplay berbasis action. Tapi sejujurnya, Resident Evil memang perlu disegarkan kembali, dan arahan baru developer di Resident Evil 7 berhasil menyelamatkan seri game horor legendaris yang kepopularitasannya mulai meredup itu.

Resident Evil 7 Review 9

Resident Evil 7 Review 4

Perombakan di Resident Evil 7: Biohazard bukan sekedar diterapkan pada perspektif. Capcom mencoba meminimalisir action, dan menuangkan elemen survival lebih banyak dalam game. Untuk memaksimalkan efeknya, developer memperkenalkan tokoh-tokoh serta tema baru. Alhasil, Resident Evil 7 benar-benar mewariskan semangat Resident Evil Pertama, dan uniknya lagi, permainan juga lebih mudah dinikmati banyak orang.

Resident Evil 7 Review 1

Resident Evil 7 Review 15

Resident Evil 7: Biohazard menyeret Anda ke dalam rumah mengerikan di daerah Louisiana. Bintangnya adalah keluarga Baker. Sebuah insiden misterius membuat mereka kehilangan kewarasan dan mulai menculik orang-orang yang tersesat. Sang tokoh utama, pria bernama Ethan Winters, terjebak di sana setelah menerima pesan dari sang istri yang menghilang selama tiga tahun.

Resident Evil 7 Review 3

Resident Evil 7 Review 8

Berbeda dari karakter pol Resident Evil populer seperti Ada Wong, Chris Redfield atau Leon S. Kennedy, Ethan adalah orang biasa tanpa latihan militer. Hal ini tentu saja memengaruhi gameplay: ia harus membidik sebelum menembak agar peluru mengenai target dengan tepat, gerakannya terasa lambat, dan beberapa kali serangan musuh bisa membuatnya tewas. Dan RE7 dihuni oleh lawan-lawan tangguh: zombie digantikan oleh Molded, makhluk ganas bertubuh seperti aspal cair, dan Anda juga harus berhadapan dengan keluarga Baker.

Resident Evil 7 Review 13

Resident Evil 7 Review 6

Perlu berkali-kali tembakan di kepala untuk menumbangkan Molded, dan setidaknya Anda akan bertemu dua varian: tipe tangguh dan tipe lincah. Anggota keluarga Baker berperan sebagai boss, dan mereka bahkan lebih mematikan serta lebih sulit ditaklukkan. Game menantang Anda untuk menggunakan amunisi serta obat-obatan secara efisien, meng-upgrade peluru jika diperlukan, serta membawa peralatan yang tepat karena muatan Anda dibatasi. Kadang Anda juga harus ‘memecah’ item dengan item lain untuk mendapatkan zat tertentu yang dibutuhkan.

Resident Evil 7 Review 17

Resident Evil 7 Review 7

Bertempur bukanlah satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri. Seringkali, lari dan bersembunyi jadi jalan keluar terbaik ketika Anda terluka parah dan amunisi menipis. Saat Resident Evil 7 tidak menyodorkan monster, game akan menyajikan elemen eksplorasi dan puzzle. Tingkat kesulitan teka-tekinya tidak terlalu tinggi, namun tetap asik untuk dikerjakan. Favorit saya sendiri adalah bagian mirip film Saw, akan Anda temui sekitar enam sampai tujuh jam setelah permainan dimulai.

Resident Evil 7 Review 10

Resident Evil 7 Review 2

Ketiadaan mode virtual reality di versi PC tergantikan oleh cantiknya visual Resident Evil 7 di platform ini. Di notebook gaming MSI GT72VR 6RE Tobii, permainan berjalan begitu anggun dan atmosfer horornya betul-betul terasa. Di tengah-tengah suasana mengerikan, saya masih bisa mengagumi cantiknya seorang karakter – masing-masing tokoh di sana didesain dengan meyakinkan. Selain mampu menghidangkan ratusan frame rate per detik di setting tertinggi, layar 120Hz GT72VR 6RE Tobii juta memastikan game tersuguh mulus dan nyaman di mata.

Resident Evil 7 Review 14

Resident Evil 7 Review 5

Menakar dari segi konsep gameplay, arahan first-person survival di Resident Evil 7 tidak sepenuhnya orisinal. Beberapa game seperti PT (demo Silent Hills), Alien: Isolation dan Amnesia telah mengusungnya lebih dulu. Beberapa kekurangan yang saya rasakan terletak pada variasi gameplay. Di satu titik, Anda akhirnya bisa membaca formula permainan, dan game tak lagi jadi mengejutkan. Di sisi positifnya, faktor pacing-nya boleh dibilang sempurna sehingga permainan tak pernah terasa membosankan. Meskipun takut, rasa penasaran akan mendorong Anda untuk menyelesaikannya.

Resident Evil 7 Review 16

Resident Evil 7 Review 12

Jika Anda seorang penggemar game horor atau sekedar pecandu adrenalin, maka tidak ada alasan untuk melewatkan Resident Evil 7: Biohazard. Untuk memperkaya konten, Capcom sudah melepas DLC berjudul Banned Footage Vol. 1 serta Vol. 2, dan rencananya mereka akan kembali merilis DLC gratis lagi di bulan Maret – di mana Anda bermain sebagai Chris Redfield.

Resident Evil 7 Review 10

Resident Evil 7 Review 11

Resident Evil 7 Review 19

Resident Evil 7 Review 20

Resident Evil 7 Review 21

Game Playlist adalah artikel gaming kolaborasi MSI dengan DailySocial.

Game dimainkan dari unit notebook MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, ditenagai prosesor Intel Core i7-6700HQ 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, RAM 16GB, penyimpanan berbasis SSD 256GB dan HDD 1TB, serta dilengkapi teknologi eye-tracking Tobii Technology.

Resident Evil 7 Review on MSI GT72VR Tobii

[Review] Mouse Gaming Asus Republic of Gamers GX1000 Eagle Eye

Berbeda dari banyak produsen lain yang baru mulai bermain di bidang penyediaan gaming gear karena meningkatnya permintaan konsumen, Asus telah menekuni bidang itu tak lama setelah mengenalkan brand Republic of Gamers. Dan di lini mouse, ROG GX1000 Eagle Eye merupakan senjata andalan Asus yang diklaim dapat membantu Anda unggul dalam permainan.

Lewat GX1000, Asus menjanjikan banyak hal: sensor laser presisi, performa respons tinggi, serta nyaman digunakan dalam sesi gaming berdurasi lama. Device mengusung desain ambidextrous, dipadu layout tombol yang familier. Pemilihan materialnya juga tidak sembarangan, Asus ingin menunjukkan bahwa perangkat ini merupakan gaming gear premium. Maksud dari kata ‘eagle eye‘ sendiri bisa segera Anda lihat begitu mouse disambungkan ke PC.

ROG GX1000 14

Sebagai penikmat game action dan first-person shooter, saya lebih memilih mouse dengan tubuh simpel dan rancangan simetris ketimbang tipe yang mengedepankan faktor ergonomis. Saya selalu meminimalisir input via mouse kecuali jika betul-betul mendesak, karena hal itu bisa memengaruhi bidikan, apalagi saya biasanya menggunakan setting sensitivitas tinggi. Dan kesederhaan desain juga membuat peluang rusak jadi lebih kecil.

Menakar dari faktor-faktor tersebut, arahan GX1000 boleh dibilang sudah tepat bagi gamer seperti saya. Namun tentu saja kualitas sesungguhnya dari produk ini baru tersingkap setelah sering digunakan. Dan lewat artikel ini, saya akan menjabarkan itu semua kepada Anda.

Packaging

GX1000 dikemas di dalam bungkus yang stylish dengan konten sederhana. Selain unit mouse, Anda bisa menemukan lembar panduan, mouse pad, dan kotak berisi pemberat. Area glossy di samping dan di bawah tombol utama dilapis oleh plastik, mungkin dimaksudkan untuk melindunginya dari baret hingga produk tiba di tangan Anda.

ROG GX1000 19

Design

Seperti yang sempat dibahas di atas, ROG GX1000 Eagle Eye memanfaatkan kiblat desain simetris dan bersudut. Periferal ini akan terlihat serasi saat dijajarkan bersama PC dekstop atau notebook gaming ROG berkat kombinasi pelat aluminium brushed abu-abu di bagian punggung dan tombol, serta chassis plastik dengan permukaan glossy dan matte. Bagian tengah tubuhnya dibuat ramping dan sedikit menjorok ke dalam, mungkin dimaksudkan supaya jari Anda mudah menguncinya.

ROG GX1000 27

ROG GX1000 23

‘Eagle Eye’ mengacu pada dua lampu LED mirip mata elang yang diposisikan di zona bawah-belakang. Saat menyala, lampu akan menyinari mouse mat Anda dengan cahaya bercorak segitiga berkat lapisan plastik berpola. LED bukan sekedar pemanis penampilan, tapi juga berfungsi sebagai indikator profile. Profile bisa diganti secara on-the-fly cukup dengan menekan tombol bulat di bawah mouse (sebelah sensor), dan secara otomatis juga akan mengubah warna-nya – yakni merah, hijau, jingga atau non-aktif.

ROG GX1000 22

ROG GX1000 20

Penempatan tombol GX1000 tak jauh berbeda dari mouse ambidextrous lain: ada dua tombol utama dari aluminium mengapit scroll wheel dan switch DPI. Switch DPI tersebut dibekali lampu indikator, level DPI ditandai garis merah. Material aluminium di sana terpisah jadi tiga bagian, dan salah satunya melapisi punggung mouse. Asus tidak membubuhkan tombol di bagian kanan, melainkan menaruh tiga tombol thumb programmable di sisi kiri.

ROG GX1000 12

ROG GX1000 13

ROG GX1000 mempunyai tubuh selebar 128,5×65,5-milimeter dan berdiri setinggi 43,5-milimeter. Bobotnya sendiri berada di batasan nyaman, sekitar 140-gram. Jika menurut Anda terlalu ringan, silakan tambahkan tablet pemberat dengan membuka panel di bawah (tinggal ditekan). ROG GX1000 bisa memuat lima tablet pemberat, masing-masing berbobot 5-gram.

ROG GX1000 16

ROG GX1000 15

Mouse terkoneksi ke PC lewat kabel braided berbahan nilon USB sepanjang 1,7-meter.

Build quality

Bahan plastik dan aluminium ROG GX1000 terpadu optimal. Struktur mouse terasa kokoh dan tidak ada bagian-bagian empuk. Saat area dekat tombol samping ditekan, sama sekali tidak ada registrasi input (terjadi di ThermalTake Talon yang saya gunakan). Satu kekurangan kecil yang saya lihat ialah adanya gap antara pelat tombol dan lapisan aluminium dengan plastik hitam.

ROG GX1000 7

Saya pribadi menyukai sistem penutup slot pemberat dengan mekanisme pernya. Melalui metode ini, tidak ada bagian yang perlu ditarik dan memastikannya gampang dibuka tutup.

ROG GX1000 21

Comfort

Sebagai referensi, saya adalah seorang pengguna mouse dengan postur claw atau seperti mencakar. Itu artinya, saya menempelkan sedikit telapak tangan di punggung bawah mouse dan mengandalkan ruas jari paling ujung untuk menekan tombol. Saya sudah lama memakai Razer Diamondback hingga akhirnya harus pindah ke MSI Clutch GM40. Jadi seharusnya proses adaptasi ke ROG GX1000 tidaklah sulit.

ROG GX1000 4

ROG GX1000 3

Kendalanya, body ROG GX1000 yang bersudut memang memengaruhi faktor kenyamanan. Sudut lampu eagle eye-nya terlalu menonjol dan menekan bagian dalam jari kelingking, jadi kurang nyaman seandainya saya mencengkeram mouse secara erat. Kabar gembiranya, dua tombol utama dengan switch OMRON D2FC-F-FN terasa empuk dengan resistensi yang pas dan konsisten. Lalu putaran scroll wheel juga seimbang – tidak kaku, dan tidak pula terlalu bebas.

ROG GX1000 6

ROG GX1000 5

Punggung mouse yang cembung juga menyebabkan jangkauan jari jadi lebih pendek. Jempol saya hanya bisa meraih satu tombol samping secara sempurna (fungsi previous page di Windows), sedangkan tombol di sebelahnya cuma bisa tersentuh ujung jempol. Tombol ketiga di bawahnya sama sekali tidak dapat dicapai dari posisi normal, mengharuskan saya menggerakkan seluruh telapak tangan ke depan. Tapi setidaknya, switch DPI tak sulit dijangkau.

Performance & using experience

Di atas mouse mat Roccat Sense Desert Strike 2mm, ROG GX1000 meluncur lebih mulus dari MSI Clutch GM40 berkat kaki teflon yang tipis dan memanjang. Dari sedikit riset di internet, Asus memanfaatkan sensor AVAGO ADNS-9800, dan karakteristiknya tak jauh berbeda dari mouse bersensor laser lain. Selama menggunakannya, kinerja GX1000 terbilang baik, meskipun saya mendengar beberapa orang mengeluhkan kurang memuaskannya aspek konsistensi akselerasi dari ADNS-9800.

ROG GX1000 17

ROG GX1000 10

Dari pengalaman saya memakainya selama beberapa minggu ini, ROG GX1000 memang terasa sedikit lebih ‘licin’ dibanding GM40 atau ThermalTake Talon, terkadang menggelincir lebih jauh dari perkiraan. Boleh jadi inilah yang dimaksud dengan ketidakkonsistensian sensor tadi. Efeknya terasa ketika saya menggunakan GX1000 untuk menikmati game kompetitif bertempo cepat yang juga menuntut akurasi – seperti Titanfall 2. Beberapa kali, bidikan saya luput 0,5-1cm dari target.

ROG GX1000 9

Problem ini sendiri tidak begitu terekspos di game single-player maupun RPG. ROG GX1000 sanggup menangani Watch Dogs 2, Deus Ex: Mankind Divided, Resident Evil 7 Biohazard, serta Conan Exiles tanpa kendala.

ROG GX1000 28

Via aplikasi companion, Anda dipersilakan mengutak atik kecepatan/sensitivitas mouse serta memprogram ulang fungsi tombolnya. Pengguna juga bisa mengakses advance setting seperti fungsi angle snapping, mengaktifkan light height, menentukan polling rate USB, memindahkan slider DPI ke level tertinggi di 8.200, serta men-setup macro. Jika sudah puas, setting tersebut bisa disimpan ke empat slot profile yang tersedia.

ROG GX1000 1

ROG GX1000 2

ROG GX1000 menyajikan rentang DPI (dots per inch) yang luas, dari 50 sampai 8.200DPI, dibagi dalam empat level (default-nya adalah 800, 1.600, 3.200 dan 5.600). Walaupun terlihat mengesankan, hanya di skenario ekstrem saja 8.200DPI betul-betul berguna. Bagi saya, faktor terpenting adalah presisi dan sayangnya AVAGO 9800 belum bisa dikatakan sempurna. Namun setidaknya, periferal siap menemani Anda menikmati judul-judul permainan yang lebih santai dan casual.

ROG GX1000 25

Verdict

Selain dari pertimbangan pada aspek kenyamanan dan keakuratan, faktor penting yang boleh jadi menghalangi gamer mengadopsi Asus ROG GX1000 terletak pada harganya. Dijual seharga Rp 1,1 juta, memang tidak sulit menemukan produk lebih terjangkau. Namun sebagai salah satu gaming gear flagship Asus, ROG GX1000 menghidangkan build quality jempolan serta luasnya opsi kustomisasi, ditambah fitur macro ekstensif via software companion.

Lalu apakah mouse gaming ini layak dibeli? Sejujurnya, semua bergantung dari apa yang sedang Anda cari. Desainnya memang tidak begitu ergonomis, tapi jika kebetulan Anda merupakan seorang penggemar berat brand Republic of Gamers dan menginginkan periferal yang serasi dengan mesin gaming kebanggaan di rumah, tidak sulit untuk memaklumi kekurang-kekurangan ROG GX1000 tadi.

Sedikit masukan untuk Asus: ROG GX1000 bukanlah produk yang betul-betul baru. Bagaimana jika harganya diturunkan sedikit?

[Review] MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, Notebook Gaming Monster VR yang Bisa ‘Melihat Anda’

Tema ‘monster’ sering diangkat para produsen notebook gaming pada produk kelas high-end: laptop monster berlayar melengkung, desktop replacement monster dengan keyboard mekanik, hingga perangkat gaming monster bersenjata liquid cooling. Dan berkat ketersediaan kartu grafis PC dekstop di notebook,  premium tersebut sanggup menangani konten VR.

Namun sebagai pionir, MSI-lah yang lebih dulu mengimplementasikan sistem eye-tracking di produk laptop, dibubuhkan pada perangkat kelas GT. Teknologi racikan Tobii Technology itu dipamerkan pertama kali di Computex 2015, dan diperkenalkan secara resmi melalui pengumuman GT72 Tobii di pertengahan 2016. Berkat kemampuan itu, tidak heran jika GT72 Tobii disebut-sebut sebagai notebook gaming tercanggih saat ini.

Dan selama beberapa minggu ini, saya diberikan kesempatan untuk menjajal MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii secara leluasa. Nama yang diusungnya mengindikasikan pemakaian GPU GeForce GTX 1070 dan prosesor Intel Core i7 generasi keenam. Rumor mengatakan bahwa GT72VR 6RE merupakan varian GT terakhir yang dibekali teknologi Tobii. Tapi saya pribadi berharap MSI tetap melakukan refresh CPU Intel 7th-gen karena setelah mencobanya sendiri, kapabilitas eye-tracking bukanlah gimmick semata.

 

Design

MSI seringkali mengumpamakan produk mereka dengan mobil sport, bahkan terus terang bilang bahwa supercar merupakan sumber inspirasi desain dan performa laptopnya. Jika notebook diibaratkan seperti kendaraan mewah, maka GT72VR 6RE ialah Lamborghini Huracan-nya notebook: meski masuk ke kategori ‘monster’, rancangannya lebih beradab dibanding perangkat sekelas, dan berkat eye-tracker Tobii, ia jauh lebih pintar dari produk kompetitor.

MSI GT72VR 6RE Tobii 36

Arahan desain a la supercar masih bisa terlihat jelas di case GT72VR 6RE. Lekukan punggungnya menyerupai kap mobil, dan di sana Anda bisa menemukan lambang khas MSI Gaming G Series (desainnya di-update tanpa teks di GT dan GS varian terbaru). Berada di sisi belakang, heat sink-nya dibuat menyerupai grille dekat bumper mobil, dan saya sangat menyukai sentuhan warna merah berlatar belakang hitamnya. Lalu dua garis lampu LED di depan menyempurnakan penampilannya.

MSI GT72VR 6RE Tobii 43

MSI GT72VR 6RE Tobii 35

Seperti biasa, Anda bisa mengustomisasi warna lampu LED – termasuk menentukan mode/pola pencahayaan keyboard – melalui aplikasi MSI Dragon Center. Terdapat pilihan 16,8 juta warna, dan di sana Anda bisa mengatur tingkat kecerahan sampai menyimpan profile. Dan tak cuma itu saja, kita bisa menyambungkan smartphone ke laptop dan menggunakannya a la remote control.

MSI GT72VR 6RE Tobii 8

MSI GT72VR 6RE Tobii 9

Layar 17-inci lebih yang terpasang di tubuh berukuran 428x294x58-milimeter memang membuatnya lebih pas digunakan sebagai pengganti PC desktop ketimbang ber-gaming secara mobile. Meski begitu, rancangannya lebih bersahabat dari perangkat sejenis. GT72VR 6RE ideal untuk dipakai para gamer nomaden karena bobotnya belum menyentuh 4-kilogram (3,85kg). Walau begitu, Anda tetap harus membawa adapter sebesar batu bata dan menyambungkannya ke sumber listrk agar hardware beroperasi optimal.

MSI GT72VR 6RE Tobii 37

MSI GT72VR 6RE Tobii 38

Berkat tubuh yang lapang, MSI bisa memasukkan papan ketik SteelSeries berukuran penuh dengan numpad dan function key lengkap (dibahas lebih lengkap di bawah). Tombol power serta shortcut ke fungsi on/off monitor, turbo fan, XSplit Gamecaster dan SteelSeries Engine 3 terdapat di kiri keyboard; lalu grille speaker berada di area atasnya. Wrist rest-nya sangat luas dan MSI turut membubuhkan lapisan matte lembut di sana buat memastikan pengalaman penggunaan laptop tanpa mouse tetap nyaman.

MSI GT72VR 6RE Tobii 42

MSI GT72VR 6RE Tobii 47

Saat Anda membuka lid dan mengaktifkan GT72VR 6RE, tiga buah lampu berwarna oranye-merah di bawah layar akan menyala. Itulah sensor Tobii Eyetracking.

Material & build quality

Rahasia MSI dalam menekan berat notebook di bawah 4kg adalah penggunaan bahan plastik dan hanya di punggung layar sang produsen menyematkan lapisan aluminium brushed. Namun kabar gembiranya, plastik penyusun tubuh GT72VR 6RE merupakan jenis premium dan sama sekali tidak membuatnya terlihat murahan. Strukturnya sangat kokoh tanpa ada area-area yang empuk. Konstruksi pelat papan ketiknya sangat kuat, dan LCD juga tidak terganggu ketika frame layar saya tekan.

MSI GT72VR 6RE Tobii 40

Berbeda dari logam, plastik lebih tahan penyok, lalu permukaan doff di sana juga meminimalisir efek baretan. Tentu ada sedikit dampak negatif pada pemakaian plastik, yaitu distribusi panas yang kurang optimal. Dari pengalaman sejauh ini, panas berpusat di tengah keyboard, namun temperaturnya tidak pernah membuat proses pengoperasian jadi tidak nyaman. Bahkan saya tidak pernah menyalakan fan boost saat ber-gaming.

Connectivity

Tubuh yang luas memungkinkan MSI membekali GT72VR 6RE dengan beragam konektivitas fisik: ada empat port USB 3.0, empat port audio 3,5mm (mic-in, headphone-out, line-in, dan line-out) dan SD card reader di sisi kiri; port LAN, HDMI, mini DisplayPort dan USB type-C 3.1 di belakang; serta sebuah port USB 3.0 lagi di sisi kanan. Laptop juga mempunyai optical disk drive DVD Super Multi, dan semua ini membuatnya selengkap PC desktop.

MSI GT72VR 6RE Tobii 41

Display

MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii menyuguhkan layar IPS LG Philips LGD046E seluas 17,3-inci. Panel tersebut berkepadatan 127ppi, dengan refresh rate 120Hz, tekstur non-glossy, rasio 16:9, didukung teknologi Nvidia G-Sync. Berkat color gamut NTSC 94 persen – diadopsi dari teknologi display Prestige – layar mampu menghidangkan gambar yang tajam dengan reproduksi warna akurat, serta memastikan kontennya nyaman di mata.

MSI GT72VR 6RE Tobii 58

Dari sedikit riset, panel GT72VR 6RE Tobii mempunyai tingkat kecerahan 327-nit dan rasio kontras 1000:1. Setup-nya setara dengan notebook premium 17-inci lainnya. Menariknya, penggunaan lapisan doff tidak menyebabkan gambar jadi lebih grainy atau mengekspos efek screen-door (warna merah-hijau biru jadi terlihat).

Distribusi brightness juga sangat baik, tidak ada flickering dan efek backlight bleeding-nya minimal. Tapi meskipun panel sangat ideal untuk pemakaian indoor, sinar matahari secara drastis dapat memengaruhi visibilitas konten – terlepas dari dukungan lapisan matte dan teknologi IPS. Anda tetap disarankan buat menggunakannya di dalam ruang.

MSI GT72VR 6RE Tobii 56

MSI GT72VR 6RE Tobii 55

Performa display yang jempolan itu memang tidak mengherankan. MSI pernah menyampaikan bahwa mereka memberikan perhatian khusus dalam prosedur penyusunan panel dan melakukan konfigurasi software di tiap unit notebook.

Keyboard, touchpad & wrist rest

Laptop kembali mengandalkan keyboard racikan SteelSeries, dan kualitasnya tak perlu diragukan. GT72VR 6RE menyuguhkan papan ketik selebar 34,5×10,5cm, dengan lima baris tuts. Walaupun bukan keyboard mekanik, komposisinya sangat pas: key travel dan tingkat keempukannya sangat ideal dan fleksibel baik untuk bermain ataupun mengetik. Tombol abjad-nya berukuran 1,5×1,5cm, namun ada penyusutan ukuran di function key (1,3×0,9cm) dan angka (1,2×1,5cm).

Kabar baiknya, MSI tidak memangkas ukuran tombol arah, sangat membantu bagi Anda yang sering menggunakannya sebagai input kendali di permainan.

MSI GT72VR 6RE Tobii 54

Touchpad sediri diposisikan sedikit condong ke kiri palm rest, tapi tidak benar-benar di tengah tombol spasi. Ia hanya dibatasi secara ‘visual’ oleh LED, jadi ada kemungkinan input tidak terbaca karena ternyata jari Anda melewati garis sensor. Touchpad seluas 11,2×6,5cm tersebut mempunyai jenis permukaan serupa wrist rest, terasa lembut dan mulus saat jari Anda menyentuhnya, plus tombol fisik. Di unit review ini, resistensi tombolnya sedikit kurang konsisten – tombol kiri lebih keras dari kanan.

MSI GT72VR 6RE Tobii 53

MSI GT72VR 6RE Tobii 44

Palm rest-nya amat sangat lapang. Anda memperoleh area selebar 11cm di tangan kiri dan 20cm lebih di tangan kanan. Mungkin karena adanya lapisan sekunder, suhu wrist rest tak pernah melewati batas kewajaran, hanya sekedar jadi hangat sewaktu GT72VR 6RE digunakan dalam sesi gaming intensif. Sekali lagi, teksturnya terasa sangat halus di kulit.

Tobii Eyetracking

Pertanyaan terbesar yang mungkin diajukan calon konsumen soal GT72VR 6RE Dominator Tobii adalah seberapa esensial-kah fitur eye-tracker Tobii di sana? Premisnya memang sulit dijelaskan hingga Anda mencobanya langsung. Berperan sebagai input kendali sekunder, Tobii Eyetracking membantu kita dalam game, sewaktu melangsungkan live stream, serta membantu menghemat pemakaian daya.

MSI GT72VR 6RE Tobii 49

Di desktop, Anda bisa mengaktifkan fitur dim screen agar layar jadi meredup saat Anda sedang tidak berada di depan laptop. Kemudian pengguna juga bisa menyalakan gaze trace buat memunculkan indikator ke arah mana mata melihat. Proses setup Tobii-nya sendiri sangat mudah, disajikan a la minigame. Sistem akan bertanya apakah Anda mengenakan kacamata atau lensa kontak, lalu bisa menyimpan profil pengguna berbeda.

MSI GT72VR 6RE Tobii 52

Di dalam permainan, Tobii Eyetracking lebih berguna lagi. Tak semua judul mendukung kapabilitas tersebut, tapi jumlah game-nya terus bertambah, dan bisa dinikmati di hampir semua hasil publikasi Ubisoft. Umumnya, eye-tracker berfungsi untuk membantu Anda melihat lingkungan virtual secara lebih luas tanpa perlu mengubah arah gerak karakter.

MSI GT72VR 6RE Tobii 59

Di permainan yang sudah saya coba seperti Watch Dogs 2, Assassin’s Creed Syndicate dan Deus Ex: Mankind Divided, penyajian sistem eye-tracking hampir serupa. Saat mata Anda menatap ujung layar – samping kiri, kanan, atas maupun bawah – kamera secara otomatis bergerak ke arah sana hingga fokus Anda kembali ke tengah. Arah senjata/crosshair sendiri tidak berubah, jadi teknik ini bisa digunakan buat mengintip keadaan sekitar dan lokasi musuh.

MSI GT72VR 6RE Tobii 48

Kapabilitas deteksi arah dari Tobii Eyetracking sangat presisi, tak terpengaruh walaupun Anda memakai kacamata. Keakuratanya dapat dirasakan langsung ketika menikmati game eye-tracking dedicated semisal Beatshot. Lalu apakah keberadaan eye-tracker merupakan metode curang memenangkan pertandingan? Tidak, menurut MSI, teknologi ini dihadirkan untuk memberikan Anda keunggulan dalam game.

Hardware & performance

Sususan hardware dari MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii terbilang optimal dan elegan: lebih dari cukup buat menjalankan game-game terbaru, tapi juga tidak berlebihan. Kombinasi Intel Core i7 6700HQ, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070 dan RAM 16GB di sana sanggup melahap hampir semua game bergrafis berat. Notebook menyajikan dua tipe storage, yakni SSD Toshiba 256GB dan hard drive Hitachi 1TB.

Untuk lebih lengkapnya, spesifkasi hardware laptop ini bisa Anda lihat lewat screenshot Speccy di bawah:

MSI GT72VR 6RE Tobii 10

MSI GT72VR 6RE Tobii 11

MSI GT72VR 6RE Tobii 12

MSI GT72VR 6RE Tobii 14

MSI GT72VR 6RE Tobii 13

Beberapa software benchmark yang saya gunakan untuk menguji kemampuan perangkat keras GT72VR 6RE meliputi PCMark 8 Creative Conventional 3.0, 3DMark 11 Performance 1.0, 3DMark Time Spy 1.0, serta Unigine Heaven 4.0 dan Valley. Seluruh sesi uji itu menunjukkan hasil sangat positif.

MSI GT72VR 6RE Tobii 1

MSI GT72VR 6RE Tobii 2

Penilaian dari PCMark 8 Creative Conventional 3.0 sangat unik karena memposisikan GT72VR 6RE di atas gaming PC 4K dengan skor 4780. Di sana, software bilang bahwa sistem ini lebih baik dari 88 persen hasil benchmark device lain.

MSI GT72VR 6RE Tobii 3

MSI GT72VR 6RE Tobii 4

Dari hasil 3DMark 11 Performance 1.0, laptop gaming ini mendapatkan skor 15394 – kinerja grafisnya di atas rata-rata gaming PC VR ready, namun masih di bawah rig gaming 4K.

MSI GT72VR 6RE Tobii 5

MSI GT72VR 6RE Tobii 6

MSI GT72VR 6RE Tobii 7

Untuk 3DMark Time Spy 1.0, GT72VR 6RE Tobii mengamankan skor 5052, jauh di atas gaming laptop tapi lagi-lagi belum siap menangani gaming di resolusi ultra-HD.

MSI GT72VR 6RE Tobii 17

MSI GT72VR 6RE Tobii 15

MSI GT72VR 6RE Tobii 18

MSI GT72VR 6RE Tobii 16

GT72VR 6RE Tobii juga tidak sulit menangani Unigine Valley dan Heaven di setting serta efek grafis tertinggi dengan resolusi 1080p (single display, non-3D). Masing-masing memperoleh skor terbaik 3326 dan 2145 dengan rata-rata frame rate per detik 79,5 dan 85,2.

Gaming

Kesanggupan MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii dalam menjalankan game tidak perlu lagi dipertanyakan. Permainan-permainan yang sudah saya coba seperti Titanfall 2, Watch Dogs 2, Resident Evil 7 hingga versi early access Conan Exiles tersuguh fantastis di sana, di setting grafis tertinggi dan resolusi full-HD. Hanya dalam Deus Ex: Mankind Divided saja laptop terlihat sedikit kewalahan, tapi saya masih ragu jika kekurangan itu sepenuhnya berada di sisi GT72VR 6RE karena game terasa tidak optimal di banyak mesin – bahkan saya tidak bisa mengambil screenshot via Fraps.

Sebuah peribahasa menyatakan bahwa ‘gambar bisa melukiskan ribuan kata-kata’. Jadi dari pada menjelaskannya panjang lebar, silakan Anda nikmati galeri screenshot di bawah ini.

Titanfall 2

MSI GT72VR 6RE Tobii 27

MSI GT72VR 6RE Tobii 28

MSI GT72VR 6RE Tobii 29

MSI GT72VR 6RE Tobii 30

Resident Evil 7

MSI GT72VR 6RE Tobii 23

MSI GT72VR 6RE Tobii 24

MSI GT72VR 6RE Tobii 26

MSI GT72VR 6RE Tobii 25

Watch Dogs 2

MSI GT72VR 6RE Tobii 31

MSI GT72VR 6RE Tobii 32

MSI GT72VR 6RE Tobii 33

MSI GT72VR 6RE Tobii 34

Conan Exiles

MSI GT72VR 6RE Tobii 19

MSI GT72VR 6RE Tobii 20

MSI GT72VR 6RE Tobii 21

MSI GT72VR 6RE Tobii 22

Sebagaimana laptop gaming lain, mengandalkan baterai saja ketika bermain game sangat tidak dianjurkan. Notebook perlu tersambung ke sumber tenaga secara konstan supaya Anda memperoleh kualitas maksimal. Bahkan buat browsing dan mengakses konten multimedia, baterai 9-cell 83-Whr di dalam hanya mampu bertahan selama kurang lebih tiga setengah jam saja.

MSI GT72VR 6RE Tobii 39

Untuk sebuah notebook, GT72VR 6RE Tobii menyimpan speaker yang tergolong mumpuni dan bertenaga tanpa ada distorsi maupun efek bergemuruh. MSI mengusung setup 2.1, dan hardware-nya diracik oleh Dynaudio. Di sana juga ada software Nahimic 2, bisa dimanfaatkan buat memperoleh output maksimal sesuai jenis konten hiburan yang sedang dinikmati. Di sisi input, microphone-nya juga akurat dalam mereproduksi suara.

Verdict

Tiga hal menjadi aspek primadona dari MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii: pertama adalah kesanggupannya menunjang konten virtual reality berkat keberadaan GeForce GTX 1070, kedua ialah kelengkapan fitur di tubuh atraktif yang tidak terlalu bulky ataupun berat, dan ketiga tentu saja adalah kehadiran fitur eye-tracking Tobii Technology – dan aspek inilah yang membuatnya distingtif. Titel ‘VR ready’ sendiri merupakan jaminan kesanggupan notebook untuk menyikat segala macam judul permainan.

MSI GT72VR 6RE Tobii 57

Penghalang terbesar yang mencegah orang meminang MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii terletak pada aspek harga. Device ini dibanderol Rp 37 juta. Dengan jumlah uang itu, Anda bisa merakit PC yang beberapa kali lebih bertenaga. Namun perlu diingat, produk ini menawarkan mobilitas tinggi serta kesederhanaan pemakaian, dan selain spesifikasi hardware, Tobii Eyetracking-lah yang membuatnya unik.

Seperti produk MSI lain, menakar dari seluruh kemampuan GT72VR 6RE Tobii, Rp 37 juta sebetulnya merupakan harga yang masuk akal, dan prediksi saya, Anda tidak akan menyesal jika memutuskan untuk memilikinya.