Aplikasi Cortana Versi 3.0 Hadirkan Tampilan dan Sejumlah Fitur Baru

Microsoft baru saja merilis aplikasi Cortana versi 3.0 untuk perangkat Android dan iOS usai menjalani tahap pengujian selama sebulan. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, tampilannya berubah cukup signifikan menjadi lebih rapi ketimbang sebelumnya.

Namun perubahan visual barulah kulit luarnya, sebab Microsoft turut menjanjikan pengalaman berinteraksi yang lebih “conversational“, kalau menggunakan istilah Microsoft sendiri. Mungkin yang mereka maksud adalah percakapan yang lebih alami dengan Cortana, atau yang tidak terlalu terbatas pada penggunaan frasa-frasa tertentu saja.

Hal itu sebenarnya bisa dibuktikan melalui manuver akuisisi Microsoft belakangan ini. Pada bulan Mei lalu, mereka mengakuisisi Semantic Machine dengan tujuan membuat cara berbicara Cortana jadi lebih mirip manusia, dan sepertinya hasil kerja keras mereka sudah bisa konsumen nikmati melalui Cortana versi 3.0 ini.

Pembaruan lainnya adalah fitur untuk memutar musik atau podcast, dan aplikasi Cortana kini juga berperan sebagai tempat untuk mengatur konfigurasi awal perangkat-perangkat yang mengusung integrasi Cortana, macam Surface Headphones misalnya.

Terakhir, integrasi Cortana dengan ekosistem layanan Microsoft juga kian dimatangkan pada versi terbaru aplikasinya ini. Selain mengakses kalender, reminder, to-do-list dan email, aplikasi Cortana juga dapat dipakai untuk bergabung ke percakapan video di Skype maupun di Microsoft Teams.

Sumber: The Verge.

Application Information Will Show Up Here

Samsung Persilakan Produsen Hardware dan Developer Mengintegrasikan Bixby

Saya yakin Bixby bukanlah nama yang pertama kali muncul di benak Anda ketika sedang membicarakan mengenai voice assistant. Di antara Siri, Alexa dan Google Assistant, Bixby adalah yang paling muda, dan sering kali dicap sebagai yang paling inferior.

Namun itu tidak mencegah Samsung untuk mengekspansi cakupan Bixby ke kategori di luar smartphone. Lini TV QLED-nya dibekali integrasi Bixby, demikian pula sejumlah model kulkas pintarnya. Tidak lama lagi, Bixby juga bakal mendapat rumah yang proper dalam wujud smart speaker bernama Galaxy Home.

Akan tetapi bukan Samsung namanya kalau ini saja sudah bisa membuat mereka merasa puas. Dilansir oleh The Verge, Samsung bakal segera membuka akses pengembangan Bixby kepada para developer maupun produsen hardware.

Ini berarti ke depannya kita bakal melihat lebih banyak lagi integrasi layanan yang ditawarkan oleh Bixby, semacam Alexa Skill gampangnya. Di samping itu, ada potensi Bixby menginvasi lebih banyak perangkat, termasuk yang bukan buatan Samsung, seperti kasusnya saat ini untuk Alexa maupun Google Assistant.

Menggeser dominasi Alexa mungkin sulit, atau bahkan mustahil dicapai oleh Bixby. Namun setidaknya ia bisa menjadi alternatif yang cukup menarik di samping Google Assistant, terutama bagi konsumen yang memang sudah ‘terjerumus’ dalam ekosistem Samsung.

Suka atau tidak, Bixby tidak akan ke mana-mana terlepas dari pamornya yang kurang baik. Dag Kittlaus, CEO Viv Labs yang diakuisisi Samsung dua tahun lalu yang bertanggung jawab atas pengembangan Bixby, cukup percaya diri bahwa kelengkapan integrasi yang mereka siapkan lebih unggul ketimbang kompetitornya.

Terakhir, Samsung juga akan meluncurkan dukungan bahasa yang lebih banyak untuk Bixby dalam beberapa bulan ke depan. Sepele memang, tapi krusial untuk menjaring user base yang lebih besar lagi, apalagi mengingat Bixby tak lagi eksklusif untuk hardware buatan Samsung saja.

Sumber: The Verge.

Huawei Singkap Smart Speaker Berdesain Amat Mirip Seperti HomePod

Belum lama ini, Huawei resmi memperkenalkan smartphone flagship terbarunya, Mate 20 Pro. Sekarang coba Anda buka laman resminya, lalu scroll sampai ke bagian “3D Face Unlock”. Kemudian coba Anda buka laman resmi iPhone XS. Seperti yang bisa Anda lihat, keduanya punya cara visualisasi yang sama buat fitur pengenal wajahnya.

Huawei memang termasuk yang paling getol menjadikan Apple sebagai inspirasinya, dan ini tidak berlaku di ranah smartphone saja. Baru-baru ini, mereka menyingkap sebuah smart speaker untuk pasar Tiongkok dengan desain silindris yang luar biasa mirip seperti Apple HomePod, lengkap sampai dua pilihan warnanya.

Ini merupakan smart speaker kedua Huawei setelah Huawei AI Cube yang dirilis di bulan September, yang sebetulnya juga cukup mirip dengan produk lain, yakni Google Home. Menurut laporan Engadget, nama Tionghoa speaker ini kalau diterjemahkan berarti “Huawei AI Speaker”, dan fitur-fitur berbasis artificial intelligence memang menjadi suguhan utamanya.

Huawei AI Speaker

Namun ketimbang menggunakan Alexa seperti AI Cube, AI Speaker mengemas integrasi voice assistant besutan Huawei sendiri yang dijuluki Xiaoyi. Yang menarik adalah, speaker ini mampu mengenali suara dari pengguna yang berbeda (voiceprint recognition). Satu kemampuan yang belum dimiliki HomePod hingga kini.

Untuk menangkap perintah suara dari pengguna, perangkat mengandalkan enam buah mikrofon. Kinerja audionya sendiri ditopang oleh driver 2,25 inci, dengan output daya 10 W dan sepasang passive bass radiator. Dalam pengembangannya, Huawei bekerja sama dengan pabrikan audio asal Denmark, Dynaudio.

Meski mirip, banderol harganya jauh berbeda dari HomePod. Di Tiongkok, Huawei AI Speaker dipasarkan seharga 399 yuan (± Rp 875 ribu) saja. Sayang sejauh ini belum ada informasi apakah Huawei juga berniat memasarkannya di negara lain.

Sumber: Engadget via The Verge.

Honda Gandeng SoundHound untuk Kembangkan Asisten AI Buat Mobil

Setahun yang lalu, Honda memperkenalkan dua mobil konsep bermesin elektrik yang cukup menarik. Menarik bukan hanya karena desainnya yang kelihatan retro sekaligus futuristis, tapi juga klaim Honda bahwa keduanya bakal mengunggulkan asisten virtual yang canggih.

Honda kala itu enggan menjelaskannya lebih lanjut. Namun sekarang kita tahu bahwa mereka tidak sendirian mengerjakan sistem kecerdasan buatan tersebut. Ketimbang memulai dari nol, Honda memilih untuk memanfaatkan platform yang sudah matang, yakni Houndify buatan SoundHound.

Bagi yang tidak tahu, SoundHound memang sudah mengalihkan fokusnya ke pengembangan AI sejak meraih pendanaan sebesar $75 juta tahun lalu. Kelebihan platform Houndify adalah kemampuannya memahami perintah suara secara alami, tanpa perlu mengandalkan kata atau frasa tertentu.

Tampilan Houndify dalam aplikasi smartphone-nya / SoundHound
Tampilan Houndify dalam aplikasi smartphone-nya / SoundHound

Lebih lanjut, AI Houndify juga mampu mengenali konteks dengan baik, sehingga percakapan antar pengguna dan asisten virtual bisa berlangsung secara alami. Kelebihan seperti ini tentunya sangat ideal untuk sistem yang dimaksudkan untuk menemani seorang pengemudi, yang perlu berkonsentrasi ke jalan ketimbang mengulang-ulang pertanyaan.

Penetapan SoundHound sebagai mitra strategis Honda ini membuat saya bertanya-tanya mengenai kemitraan Honda dengan SoftBank yang dijalin dua tahun lalu. Kala itu Honda bilang bahwa keduanya bakal mengembangkan AI untuk dijadikan asisten pribadi bagi pengemudi mobil.

Apakah Honda menyimpulkan bahwa garapan SoundHound lebih cocok dengan arahan mereka? Atau mereka berniat menggabungkan keduanya demi menciptakan asisten dengan keunikan tersendiri? Pertanyaan-pertanyaan ini penting mengingat Honda bukan yang pertama memilih AI garapan SoundHound. Sebelumnya, Hyundai sudah lebih dulu mengumumkan bahwa AI racikan mereka juga mengambil Houndify sebagai basisnya.

Sumber: Business Wire.

Lebih dari Satu Skill Amazon Alexa Kini Bisa Bekerja Bersama dalam Satu Kesempatan

Salah satu nilai jual utama Alexa adalah integrasinya dengan segudang aplikasi dan layanan, yang Amazon sebut dengan istilah “Skills” (“Actions” untuk Google Assistant). Selama ini, Alexa hanya bisa menjalankan satu skill dalam satu kesempatan, tapi ke depannya ini bakal berubah.

Kepada para developer, Amazon baru saja mengumumkan Skill Connections, yang pada dasarnya memungkinkan lebih dari satu skill untuk bekerja bersama-sama. Amazon mencontohkan seperti ini: skill Allrecipes dapat bekerja bersama skill HP Printer untuk mencetak resep masakan buat pengguna.

Premis yang ditawarkan Amazon adalah, pengguna tidak perlu mengaktifkan beberapa skill secara terpisah untuk menyelesaikan satu tugas. Kalau dari contoh di atas, tugasnya adalah mencetak resep masakan, tapi sebelumnya pengguna harus mencarinya lebih dulu dari Allrecipes. Berkat fitur baru ini, semuanya bisa diselesaikan dengan satu perintah suara.

HP Tango, printer dengan integrasi Alexa secara langsung / HP
HP Tango, printer dengan integrasi Alexa secara langsung / HP

Contoh lainnya, semisal pengguna menggunakan skill untuk membeli tiket konser di hari H, selanjutnya skill untuk memesan taksi online bakal otomatis aktif, dan pengguna tidak perlu lagi menentukan alamat tujuannya (karena datanya sudah disediakan oleh skill pembeli tiket itu tadi).

Meski kedengarannya potensial, di masa percobaan ini Amazon baru membatasinya untuk tiga jenis tugas saja, yaitu mencetak, membuat reservasi, dan memesan kendaraan. Tiga tugas itu untuk sementara diwakili oleh skill HP Printer, skill OpenTable dan skill Uber.

Berhubung masih uji coba, Amazon pun belum membuka aksesnya ke semua developer. Developer yang tertarik harus merincikan terlebih dulu ‘kolaborasi’ seperti apa yang mungkin diwujudkan oleh skill-nya masing-masing dengan ketiga skill di atas.

Sumber: TechCrunch dan Amazon.

Tampilan Visual Google Assistant di Smartphone Kini Jadi Makin Cantik

Keunggulan utama Google Assistant dibanding asisten virtual lain ada pada kemampuan komunikasinya secara lisan. Kendati demikian, menurut Google hampir separuh interaksi pengguna dengan Google Assistant melibatkan suara sekaligus sentuhan. Maka dari itu, informasi visual pun juga dinilai penting buat Assistant.

Juli lalu, Google memperbarui Assistant agar dapat menyuguhkan ringkasan informasi visual secara proaktif. Sekarang, Google telah merombak tampilan Assistant secara keseluruhan. Yang langsung kelihatan adalah, hampir semua elemen visualnya kelihatan lebih besar daripada sebelumnya.

Google Assistant

Selain lebih jelas di mata, tampilan visual yang lebih besar tentu juga memudahkan pengoperasian. Ini juga berlaku untuk integrasi perangkat smart home; saat hendak mengatur tingkat kecerahan lampu misalnya, Assistant bakal menampilkan slider besar yang bisa digeser-geser dengan mudah.

Tampilan saat meminta bantuan Assistant untuk menulis pesan juga dibuat lebih interaktif. Tujuannya supaya pengguna bisa dengan mudah menambahkan tanda baca seperti tanda koma maupun mengoreksi kata menggunakan jarinya.

Google Assistant

Assistant sekarang juga mendukung pembelian in-app purchase dari aplikasi lain. Untuk aplikasi Starbucks misalnya, pengguna dapat melihat daftar menu lengkap beserta gambarnya masing-masing.

Secara keseluruhan, developer dan brand kini bisa memanfaatkan tampilan Assistant secara lebih menyeluruh; aplikasi Fitstar misalnya, bisa menampilkan gambar bergerak (GIF) dari jenis latihan yang disarankan.

Perkembangan Google Assistant sejatinya cukup menarik untuk diperhatikan. Awalnya ia benar-benar fokus pada interaksi lisan, sebab yang menjadi ‘rumah’ pertamanya adalah speaker Google Home. Berhubung sekarang semakin banyak pengguna yang memakainya di smartphone, maka perombakan visual pun juga ikut digencarkan.

Sumber: Google.

Application Information Will Show Up Here

Usung Integrasi Alexa, Printer HP Tango Juga Dapat Menyamar Sebagai Buku

Februari lalu, HP meluncurkan integrasi voice assistant pada sejumlah printer-nya, dengan smart speaker sebagai perantaranya. Kala itu, HP juga bilang bahwa ke depannya mereka juga bakal merilis printer dengan integrasi voice assistant secara langsung. Niat mereka itu akhirnya sudah terealisasi dalam bentuk printer unik bernama HP Tango.

Yang terintegrasi adalah Alexa bikinan Amazon. Berhubung bisa dioperasikan dengan perintah suara, printer seharusnya sudah tidak perlu lagi diletakkan di atas meja kerja. Kalau perlu, letakkan saja di rak buku, dan di sinilah kita bisa menilai keunikan Tango.

HP Tango

Saat sedang tidak digunakan, wujudnya kelihatan seperti sebuah buku tebal berkat lapisan penutup berbahan fabric macam yang digunakan pada deretan speaker Amazon Echo generasi baru. Dalam posisi ini, perannya pun bertambah menjadi pelengkap dekorasi ruangan.

Terlepas dari itu, Tango tetap merupakan sebuah printer fungsional yang dapat dioperasikan sepenuhnya menggunakan smartphone, alias secara wireless dari mana saja ada koneksi internet. Sisa tinta bisa dilihat langsung dari aplikasi pendampingnya ini, lalu ketika printer selesai mencetak, pengguna juga bakal menerima notifikasinya dari sini.

HP Tango

Boleh dibilang, Tango adalah printer-nya generasi milenial (asalkan mereka masih punya rak buku dan belum bermigrasi sepenuhnya ke ekosistem ebook), atau bisa juga dianggap sebagai printer untuk era smart home. HP bakal segera memasarkannya seharga $149, atau $199 dengan cover penutup fabric-nya itu (dinamai Tango X) – kalau tidak punya rak buku, pilih varian yang standar tanpa cover saja.

Sumber: TechCrunch dan HP.

Bang & Olufsen Sulap Dua Speaker Mahalnya Jadi Smart Speaker

Popularitas smart speaker berhasil mengubah perspektif konsumen terhadap sebuah pengeras suara. Kalau dulu yang menjadi prioritas utama adalah kualitas suara, sekarang speaker dituntut untuk mengusung integrasi voice assistant, dan secara tak sadar konsumen pun telah menomorduakan performa sehingga muncul anggapan baru bahwa kualitas audio smart speaker biasa-biasa saja.

Produk-produk seperti Apple HomePod atau Google Home Max sebenarnya bisa mematahkan anggapan tersebut, sebab mayoritas reviewer setuju kalau suaranya bagus. Masalahnya, kedua smart speaker itu tidak dibuat oleh pabrikan yang benar-benar berpengalaman di industri audio, jadi wajar apabila masih banyak yang meragukannya.

Lain halnya dengan Bang & Olufsen. Nyaris semua orang tahu kalau perusahaan asal Denmark ini merupakan salah satu pemain lama di dunia, dan produk keluarannya hampir selalu memuaskan untuk urusan kualitas suara. B&O tidak mau reputasi mentereng itu pudar hanya karena mereka ikut meramaikan pasar smart speaker. Maka dari itu, mereka telah menyiapkan produk yang istimewa.

Beosound 1 / Bang & Olufsen
Beosound 1 / Bang & Olufsen

B&O memperkenalkan dua smart speaker sekaligus, yakni Beosound 1 dan Beosound 2. Kalau namanya terdengar familier, itu karena keduanya sudah dipasarkan sejak tahun 2016. Yang dirilis baru-baru ini pada dasarnya cuma upgrade minor terhadap Beosound 1 dan Beosound 2, dengan satu penambahan fitur baru untuk menyulapnya menjadi speaker yang cocok di era voice assistant.

Apalagi kalau bukan integrasi Google Assistant. Fitur ini memungkinkan Beosound 1 dan Beosound 2 untuk dikendalikan via perintah suara, plus menjawab pertanyaan dari penggunanya. Namun berhubung hardware-nya sama persis seperti yang diluncurkan di tahun 2016, kualitas suaranya pun dijamin di atas rata-rata smart speaker yang ada di pasaran.

Beosound 2 / Bang & Olufsen
Beosound 2 / Bang & Olufsen

Di samping itu, masih ada pembaruan lain dalam wujud deretan tombol di ujung atas speaker, di mana sebelumnya bagian tersebut kosong. Konektivitasnya pun cukup oke, mencakup dukungan Chromecast, Spotify Connect, maupun AirPlay 2 yang dirilis belum lama ini.

Soal perbedaan di antara keduanya, Beosound 1 dibekali baterai rechargeable agar sedikit lebih portable, sedangkan Beosound 2 yang lebih besar dan bertenaga cuma bisa dicolokkan ke listrik. Upgrade versi pintarnya kini sudah dipasarkan masing-masing seharga $1.750 dan $2.250.

Sumber: Digital Trends.

Nuance Ciptakan Voice Assistant untuk Mobil yang Bisa Merespon Tanpa Perlu Dipanggil Lebih Dulu

Populasi mobil yang mengemas head unit touchscreen semakin banyak. Akibatnya, jumlah tombol fisik yang ada di dashboard pun jadi berkurang. Lihat saja Tesla Model 3, meski saya tahu mobil itu termasuk terlalu ekstrem untuk dijadikan contoh poin yang hendak saya angkat ini.

Penggunaan layar sentuh jelas ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya, informasi yang dapat ditampilkan jadi lebih banyak. Kekurangannya, mengoperasikan fitur-fitur mobil jadi tidak semudah menggunakan tombol atau kenop fisik, terutama ketika mobil sedang berjalan. Salah satu contohnya adalah Renault Koleos, yang sistem pendinginnya cuma bisa dioperasikan lewat layar sentuh.

Untuk mengatasi problem tersebut, sejumlah pabrikan pun mengandalkan bantuan voice assistant. Premisnya kurang lebih sama seperti Google Assistant maupun Siri yang ada di ponsel, tapi di sini voice assistant-nya sudah terintegrasi langsung pada sistem infotainment mobil.

Cara kerjanya pun sama, di mana kita harus terlebih dulu memanggil sang voice assistant sebelum lanjut memberikan instruksi atau pertanyaan. Bisa dengan panggilan macam “Hey Mercedes” (untuk mobil-mobil Mercy yang mengemas sistem infotainment MBUX), atau yang lebih umum yaitu dengan menekan tombol pada setir.

MBUX memanfaatkan platform voice assistant besutan Nuance / Mercedes-Benz
MBUX memanfaatkan platform voice assistant besutan Nuance / Mercedes-Benz

Ini bukan masalah besar untuk satu atau dua perintah suara. Namun seiring bertambah cerdasnya voice assistant sehingga bisa bercakap-cakap secara lebih alami, mengucapkan ‘mantra’ panggilan atau menekan tombol setiap kali kita hendak berbicara jelas bakal merepotkan.

Solusinya, menurut Nuance, adalah fitur yang mereka sebut dengan istilah Just Talk. Sekadar informasi, Nuance lewat platform Dragon Drive-nya merupakan pemasok sistem voice assistant buat sejumlah pabrikan mobil, tidak terkecuali merek-merek premium seperti BMW dan Mercedes-Benz itu tadi.

Berkat Just Talk, pengemudi maupun penumpang mobil bisa langsung berbicara dengan voice assistant tanpa perlu memanggilnya terlebih dulu – mirip seperti kemampuan terbaru Google Assistant, meski di situ kita tetap harus memanggilnya satu kali. Hebatnya, Nuance mengklaim sistemnya bisa membedakan mana yang merupakan percakapan biasa antar penumpang mobil, dan mana yang ditujukan ke voice assistant.

BMW bakal jadi pabrikan pertama yang kebagian jatah fitur Just Talk milik voice assistant Nuance / BMW
BMW bakal jadi pabrikan pertama yang kebagian jatah fitur Just Talk milik voice assistant Nuance / BMW

Untuk mewujudkannya, sistem telah dilatih untuk memahami berbagai variabel seperti kosa kata, frasa, grammar, ekspresi maupun struktur kalimat. Dari situ sistem bisa menentukan secara akurat apakah ucapan pengemudi ditujukan ke voice assistant atau ke penumpang lain. Kalau ternyata benar ke voice assistant, maka sistem pun bakal langsung merespon.

Karena sistemnya terintegrasi langsung pada mobil, ini berarti penumpang bisa menginstruksikan sang voice assistant untuk mengubah pengaturan di dalam mobil, semisal suhu kabin atau posisi duduk. Kalau untuk sistem third party seperti Apple CarPlay atau Android Auto, ini tidak memungkinkan kecuali pabrikan bekerja sama langsung dengan Apple atau Google, macam yang dilakukan Volvo.

Rencananya, fitur Just Talk ini akan tersedia mulai tahun depan, dimulai dengan mobil-mobil BMW yang mengemas versi terbaru dari sistem voice assistant besutan Nuance. Jangan lupa tonton video demonstrasinya yang sangat menarik di bawah ini.

Sumber: Engadget.

Google Assistant Kini Sajikan Ringkasan Informasi Visual Secara Proaktif

Kemudahan berinteraksi secara lisan merupakan salah satu keunggulan utama Google Assistant. Kendati demikian, terkadang kita masih perlu mengakses informasi secara visual. Google menyadarinya, dan mereka pun dengan tanggap memperbarui Assistant lewat sebuah fitur baru.

Pada versi terbarunya, Assistant dapat menampilkan ringkasan visual seputar hari pengguna secara proaktif. Informasi yang ditampilkan bisa berubah-ubah tergantung waktu, lokasi dan interaksi terakhir kita dengan Assistant.

Google Assistant visual overview

Di bagian paling atas, yang ditampilkan adalah informasi navigasi berdasarkan agenda pengguna pada hari tersebut, diikuti oleh sejumlah agenda berikutnya, termasuk reminder jika ada. Di bawahnya, Assistant menampilkan informasi seputar sejumlah hal yang perlu dipantau, seperti misalnya reservasi tiket pesawat, tagihan maupun resi pengiriman barang.

Di bawahnya lagi, ada rekomendasi sejumlah fungsi Assistant yang layak dicoba. Semua ini bisa diakses dengan mengklik icon baru di ujung kanan atas tampilan Assistant. Di perangkat iOS, semuanya malah langsung ditampilkan sesaat setelah aplikasi Assistant dibuka.

Google Assistant visual overview

Google bilang bahwa perilaku proaktif Assistant ini juga berlaku untuk notifikasi, jadi ia tak hanya menunggu Anda membuka aplikasinya saja. Ke depannya, Google bakal menambahkan lebih banyak jenis informasi yang tercakup, semisal ringkasan catatan-catatan dari aplikasi seperti Google Keep atau Any.do, rekomendasi musik dan podcast dan lain sebagainya.

Kabar baiknya, pembaruan ini bakal tersedia pada semua bahasa yang didukung oleh Assistant, bukan cuma bahasa Inggris saja seperti biasanya.

Sumber: Google.