Google Siap Menguji Kemampuan Assistant untuk Menelepon dan Berbicara Secara Alami

Salah satu pengumuman paling menarik dari ajang Google I/O bulan Mei lalu adalah Google Duplex, teknologi yang pada dasarnya memungkinkan Google Assistant untuk menelepon semisal salon atau restoran dan melakukan pemesanan atas nama ‘tuan’ atau ‘nyonyanya’. Yang lebih mengejutkan lagi, gaya berbicara Assistant dalam skenario ini terdengar begitu alami.

Dari rekaman yang diputar Google di atas panggung, kita tidak akan mengira kalau percakapan tersebut hanya melibatkan satu manusia saja andai tidak ada yang memberi tahu. Pasalnya, Duplex memungkinkan Assistant untuk berbicara dengan cara yang sangat mirip seperti manusia, mulai dari pemilihan kata sampai intonasinya.

Google pun tidak mau berlama-lama merealisasikan Duplex. Mereka berencana mengujinya bersama sejumlah mitra terpilih di kota New York dan San Francisco dalam beberapa minggu ke depan. Kendati demikian, Google bakal menetapkan sejumlah batasan pada uji coba Duplex perdana ini.

Yang paling utama, tujuan panggilan teleponnya tidak lebih dari sekadar menanyakan jam buka suatu tempat usaha pada saat libur musim panas tiba nanti. Untuk menguji kemampuannya membuat reservasi restoran maupun salon sepertinya masih harus menunggu di lain kesempatan.

Terkait kemampuan membuat reservasi ini, Google cukup percaya diri bahwa Assistant mampu menyelesaikan empat dari lima interaksi telepon tanpa bantuan manusia. Andai Assistant menjumpai kesulitan dalam suatu percakapan telepon, ia bakal memberi tahu lawan bicaranya bahwa ia bakal menyerahkan teleponnya ke supervisor-nya, sebelum akhirnya percakapan dilanjutkan oleh operator manusia.

Setiap panggilan telepon yang dilakukan Assistant bakal direkam supaya Google bisa terus menyempurnakannya menggunakan data yang terkumpul. Oleh karena itu, usai memperkenalkan diri di awal panggilan telepon, Assistant akan selalu memberi tahu lawan bicaranya terkait hal ini. Gambaran lengkapnya bisa Anda simak pada video di bawah.

Potensi yang dimiliki Duplex jelas sangat besar. Ke depannya, bukan tidak mungkin situasinya dibalik: bukannya membuat reservasi atas nama seseorang, Assistant malah bisa ditugaskan untuk menerima panggilan telepon dan mengatur permintaan reservasi dari konsumen. Ini merupakan kabar buruk bagi profesi resepsionis atau customer service, jadi semoga saja Google belum punya rencana untuk itu.

Sumber: Engadget.

Berbicara dengan Google Assistant Kini Tak Memerlukan Frasa “Hey Google” Setiap Kali

Google memaparkan sejumlah kemampuan baru Assistant pada ajang Google I/O bulan Mei lalu. Salah satu yang sangat menarik adalah fitur mereka sebut dengan istilah Continued Conversation, di mana percakapan dengan Assistant bisa berlangsung secara lebih alami karena kita tidak harus memulainya dengan frasa “Hey Google” atau “OK Google” setiap kali.

Fitur baru tersebut akhirnya sudah resmi tersedia di deretan smart speaker Google, yakni Home, Home Mini dan Home Max. Sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaannya di smartphone, kemungkinan dikarenakan fitur ini membutuhkan kinerja mikrofon yang optimal, dan smart speaker jelas lebih superior soal ini.

Google juga memilih untuk menjadikannya sebagai fitur opsional. Perlu dicatat, kita masih perlu memanggil Assistant dengan frasa “Hey Google” atau “OK Google” pada awalnya. Namun setelahnya, Assistant bakal terus aktif dalam durasi yang cukup lama guna merespon perintah suara lanjutan dari pengguna tanpa harus diawali dengan frasa pemicunya itu tadi setiap kali.

Google mengilustrasikannya sebagai berikut: semisal kita baru bangun dan hendak mengecek ramalan cuaca, kita bisa memulainya dengan “Hey Google, what’s the weather today?” Lanjutannya bisa dengan “And what about tomorrow?”… “Can you add a rain jacket to my shopping list”… “And remind me to bring an umbrella tomorrow morning.” Lalu ditutup oleh “Thank you!”

Frasa “thank you” atau “stop” ini bakal ditangkap oleh Assistant bahwa sesi percakapan spesifik itu sudah usai sehingga ia bisa kembali ‘tidur’. Selanjutnya, kita perlu mengucapkan frasa “Hey Google” atau “OK Google” untuk kembali memanggil Assistant.

Untuk sekarang fitur Continued Conversation ini baru tersedia hanya dalam bahasa Inggris. Sayangnya Google belum bisa memastikan kapan dukungan untuk bahasa lain bakal tersedia.

Sumber: Google.

Dalam Waktu Dekat, Alexa Bakal Tersedia pada Deretan Laptop dan PC Besutan Acer

Alexa resmi menginvasi ranah laptop dan komputer desktop. Baru-baru ini, HP mengumumkan versi terbaru Envy 34 AIO yang dilengkapi integrasi asisten virtual besutan Amazon tersebut. HP tentu tidak sendirian, sebab Acer juga siap menghadirkan integrasi yang sama, malahan dengan penuh totalitas.

Yang pertama kebagian jatah adalah lini laptop convertible Acer Spin 3 dan Spin 5, dimulai pada tanggal 23 Mei besok. Dalam beberapa minggu mendatang, Acer juga bakal membawa integrasi Alexa ke lini laptop super-tipis Swift, Aspire all-in-one, serta laptop gaming Nitro 5 Spin.

Seperti di TV besutan LG, ini berarti perangkat-perangkat di atas bakal mengemas dua asisten pintar sekaligus, yakni Cortana dan Alexa. Keduanya sama-sama bisa menampilkan info ramalan cuaca, sama-sama bisa menjawab pertanyaan dari pengguna, lalu kenapa harus ada dua?

Kalau menyangkut produktivitas, mungkin Cortana masih lebih cocok ketimbang Alexa / Microsoft
Kalau menyangkut produktivitas, mungkin Cortana masih lebih cocok ketimbang Alexa / Microsoft

Jawabannya mungkin tergantung pada kebutuhan. Jadi kalau untuk tugas-tugas yang menyangkut email dan elemen produktivitas lain, pengguna mungkin bisa memercayakan Cortana. Selebihnya, untuk urusan mengendalikan perangkat smart home seperti lampu pintar, termostat, dan masih banyak lagi, pengguna dapat mengandalkan Alexa.

Yang mungkin membuat bingung adalah, tahun lalu Microsoft dan Amazon sempat menyepakati keputusan untuk menduetkan Cortana dan Alexa, yang berarti pada prakteknya konsumen dapat menginstruksikan Cortana untuk memanggil Alexa maupun sebaliknya. Nah kalau keduanya sudah terintegrasi secara penuh pada perangkat seperti buatan Acer dan HP tadi, apa gunanya kemampuan panggil-memanggil ini?

Saya sendiri juga bingung. Namun kita sejatinya tidak perlu mempermasalahkannya, sebab dengan adanya Cortana dan Alexa sekaligus, konsumen jadi punya pilihan untuk disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing. Hanya perlu satu saja? Silakan nonaktifkan salah satunya. Kalau butuh dua-duanya, perangkat pun juga siap mengakomodasi.

Sumber: Windows Central.

Smart Speaker SpeakEasy Usung Integrasi Google Assistant Tanpa Korbankan Kualitas Suara

Dari sekian banyak smart speaker yang beredar di pasaran, cukup jarang yang mengedepankan kualitas suara ketimbang fitur pintarnya. Hal ini tampaknya menjadi motivasi tersendiri bagi Como Audio, produsen perangkat audio asal Amerika yang masih berusia muda, meski pendirinya sudah cukup berpengalaman.

Lewat Kickstarter, mereka memperkenalkan smart speaker bernama SpeakEasy. Yang langsung mengundang perhatian dari speaker ini adalah desainnya yang tergolong retro dan jauh dari bayangan kita soal speaker berbekal voice assistant. Namun justru itulah yang menjadi nilai jual tersendiri dari SpeakEasy.

Como Audio SpeakEasy

Jeroannya dihuni oleh sebuah tweeter 3/4 inci, woofer 3 inci dan sebuah bass port di belakang guna semakin meningkatkan responnya di frekuensi rendah. Sumber tenaganya berasal dari amplifier Class D yang mampu menyuplai daya sebesar 25 watt per channel.

Semua itu dikemas dalam kabinet berbahan MDF yang cukup tebal, dengan lapisan kayu asli pada bagian terluarnya. Guna memenuhi selera konsumen yang bervariasi, Como Audio juga menyediakan varian dengan balutan warna hitam atau putih yang mengkilat.

Como Audio SpeakEasy

Terkait kecerdasannya, SpeakEasy telah dibekali integrasi Google Assistant. Konektivitasnya pun cukup melimpah, SpeakEasy bahkan mendukung fitur multi-room dengan perangkat besutan Como Audio yang lain. Bluetooth 4.2 juga tersedia, dan konsumen bisa membeli modul baterai opsional untuk menyulap perangkat menjadi portable.

Di Kickstarter, SpeakEasy dibanderol paling murah seharga $219, sedangkan harga retail-nya diestimasikan berkisar $349. Sayang sekali Como Audio sejauh ini hanya bisa memenuhi pesanan dari beberapa negara saja.

Google Sempurnakan Integrasi Assistant pada Smartwatch Wear OS

Konferensi developer Google I/O baru akan dimulai tanggal 8 Mei nanti, akan tetapi Google tampaknya sudah tidak sabar mengumumkan pembaruan untuk lini smartwatch Wear OS, atau yang dulunya dikenal dengan nama Android Wear. Pembaruan ini berkaitan dengan integrasi Google Assistant pada perangkat.

Fitur yang pertama adalah yang Google sebut dengan istilah smart suggestion, di mana Assistant dapat memberikan sederet anjuran pertanyaan atau respon yang sesuai dengan konteks instruksi pertama dari pengguna. Semisal Anda menanyakan kondisi cuaca, yang akan ditampilkan pastinya adalah informasi cuaca pada saat itu, akan tetapi pengguna juga bisa memunculkan deretan opsi untuk melihat informasi cuaca di malam hari, keesokan hari maupun di akhir pekan nanti.

Jawaban dari Google Assistant di smartwatch Wear OS kini juga dapat disampaikan secara lisan. Memang terkesan sepele, akan tetapi mendengarkan respon Google Assistant terkadang bisa terasa lebih masuk akal ketimbang membaca responnya di layar mungil milik perangkat.

Google Assistant Actions Wear OS

Terakhir, Google Assistant di smartwatch Wear OS kini telah mendukung fitur Actions seperti pada perangkat macam Google Home. Sejak fitur Actions diluncurkan beberapa bulan lalu, Google dengan bangga bilang bahwa sudah ada lebih dari satu juta Actions, alias hal yang bisa dilakukan bersama Google Assistant, yang tersedia.

Dukungan atas fitur Actions ini sejatinya krusial apabila kita ingin Google Assistant bisa tersambung dengan layanan maupun perangkat lain, dan sekarang Assistant di smartwatch pun juga sudah kebagian jatah. Bicara soal sambungannya dengan perangkat lain, Google mengungkapkan bahwa sejauh ini sudah ada lebih dari 5.000 perangkat smart home dari beragam kategori yang dapat Assistant ajak berkomunikasi.

Sumber: Google.

Beberapa Bulan Lagi, Google Assistant Bakal Tersedia dalam Bahasa Indonesia

Awalnya hanya tersedia di smartphone, Google Assistant kini sudah merambah banyak perangkat, bahkan sempat melahirkan kategori produk baru. Langkah alami selanjutnya tentu saja adalah merambah lebih banyak konsumen, dengan cara menghadirkannya ke lebih banyak negara.

Google Assistant sebenarnya sudah bisa diakses di Indonesia, akan tetapi pengguna masih diharuskan memakai bahasa Inggris (atau tujuh bahasa lain yang didukung). Idealnya, Assistant juga harus mendukung bahasa ibu para konsumennya, dan inilah misi yang tengah dikejar Google.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Google Assistant ditargetkan bakal tersedia dalam lebih dari 30 bahasa pada akhir tahun nanti. Prosesnya akan dijalankan secara bertahap, di mana dalam beberapa bulan ke depan, Google bakal menghadirkan Assistant dalam berbagai bahasa (termasuk bahasa Indonesia) di ponsel Android atau iPhone, lalu menyusul di perangkat-perangkat lainnya.

Tidak kalah menarik adalah kapabilitas multilingual yang juga akan dirilis tahun ini. Ini berarti Assistant dapat mendengar dan merespon dalam beberapa bahasa yang berbeda tanpa harus diutak-atik dulu pengaturannya. Pada awalnya, fitur multilingual ini baru akan mendukung bahasa Inggris, Perancis dan Jerman terlebih dulu.

Google Assistant pun sudah bisa diakses dari dashboard mobil berkat integrasinya pada Android Auto / Google
Google Assistant pun sudah bisa diakses dari dashboard mobil berkat integrasinya pada Android Auto / Google

Dalam waktu dekat, Google juga akan merilis fitur reminder berbasis lokasi pada smart speaker, dengan cara kerja yang persis seperti di smartphone. Jadi, Anda bisa meminta Assistant untuk membuat reminder menggunakan smart speaker, lalu ketika berada di lokasi, Assistant di ponsel akan mengingatkan Anda.

Fitur lainnya yang juga akan hadir dalam beberapa minggu ke depan adalah Routines, meski sayangnya baru di Amerika Serikat saja. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan Assistant untuk menjalankan sejumlah tugas sekaligus hanya dengan satu instruksi saja.

Contohnya, semisal pengguna mengucapkan “Hey Google, I’m home,” Assistant akan merespon dengan menyalakan lampu, mengirim notifikasi reminder, memutar musik favorit pengguna, dan masih banyak lagi. Pada awalnya, ada enam tipe Routines yang tersedia, yang diracik untuk kebutuhan di pagi hari, di perjalanan, dan setibanya kembali di rumah pada malam hari.

Terakhir, Google juga mengumumkan sebuah program bernama Assistant Mobile OEM di ajang MWC 2018. Program ini sejatinya memungkinkan mitra-mitra Google seperti LG, Sony dan Xiaomi untuk membubuhkan integrasi Google Assistant yang lebih mendalam pada perangkat-perangkat besutannya masing-masing.

Sumber: Google.

Sejumlah Printer HP Kini Dapat Berkomunikasi dengan Alexa, Cortana dan Google Assistant

Asisten virtual seakan menjarah kemeriahan event CES tahun ini. Ketika perangkat seperti air fryer saja sudah membawa integrasi asisten virtual, kesannya tidak aneh apabila fitur yang sama juga tersedia di printer. Masalahnya, sampai sekarang belum ada produsen printer yang mau menerapkannya.

HP pun mencoba memberanikan diri untuk memulai tren baru ini. Sejumlah printer-nya yang mengemas konektivitas internet kini dapat berkomunikasi dengan Alexa, Cortana maupun Google Assistant. Komunikasinya memang tidak langsung, melainkan via bantuan smart speaker maupun perangkat lain yang mengusung integrasi asisten virtual dari masing-masing platform.

Saya yakin tidak sedikit yang bakal menganggap fitur ini sebatas gimmick, namun coba bayangkan skenario berikut: Anda baru saja meminta Alexa untuk menambahkan sejumlah produk ke daftar belanja di akun Amazon Anda (lewat speaker Echo). Ketimbang harus membuka ponsel untuk mengecek apakah ada yang kurang, Anda tinggal bilang, “Alexa, ask my printer to print my shopping list.”

HP printer Cortana support

Contoh lain: usai membuat reminder dan menambahkan sejumlah agenda lain ke Google Calendar dengan bantuan speaker Google Home, Anda bisa bilang, “Ok Google, ask HP printer to print my calendar.” Semuanya memang terdengar sepele, akan tetapi lain ceritanya kalau kedua tangan kita selalu disibukkan dengan berbagai hal.

Seperti yang sudah disebutkan, fitur ini masih membutuhkan smart speaker sebagai perantaranya, akan tetapi ini hanya sementara. HP sudah punya rencana untuk membubuhkan integrasi asisten virtual langsung ke printer, sehingga nantinya mengecek sisa tinta pun bisa sesimpel menanyakan ke Alexa atau Google Assistant.

Sumber: HP.

Google Assistant Go Kini Tersedia di Play Store

Sudah menjadi rahasia umum apabila sistem operasi Android cukup rakus dalam hal penggunaan RAM, dan ini pada akhirnya memunculkan masalah tersendiri di saat sebagian besar penggunanya memakai perangkat dengan RAM hanya 1 GB. Lebih parah lagi, sering kali versi Android yang dijalankan sudah berusia di atas dua tahun dan tidak ada tanda-tanda bakal menerima update.

Dari situ Google mencoba menawarkan solusi melalui inisiatif bernama Android Go, yang sederhananya bisa dianggap sebagai versi ringan Android Oreo untuk smartphone kelas budget, smartphone yang berspesifikasi rendah dan mengemas RAM tidak lebih dari 1 GB. Menemani sistem operasi khusus tersebut adalah sejumlah aplikasi yang juga diikuti oleh embel-embel “Go”.

Salah satu yang paling populer adalah YouTube Go. Kemudian ada juga Files Go, yang ternyata bermanfaat juga untuk melegakan memori ponsel, Google Maps Go dan Google Go. Aplikasi-aplikasi ini secara umum menawarkan fitur-fitur esensial yang ada pada versi standarnya, minus sejumlah fitur tertentu.

Google Assistant Go

Yang paling baru, Google juga merilis aplikasi Google Assistant Go. Versi ringannya ini bisa menyampaikan informasi seputar prakiraan cuaca, agenda pengguna maupun pengetahuan-pengetahuan umum. Mengirim pesan teks, melakukan panggilan telepon, memutar video musik di YouTube maupun menavigasikan peta di Google Maps juga dapat dilakukan bersama Assistant Go.

Yang absen di sini adalah kemampuan membuat reminder, mengontrol perangkat smart home dan dukungan fitur Actions on Google, yang bisa dikatakan tidak terlalu penting untuk sebagian besar konsumen. Tidak seperti versi standarnya, Assistant Go juga hanya mendukung bahasa Inggris saja (untuk sekarang). Namun yang terpenting, aplikasi tak akan menghabiskan begitu banyak RAM dan membuat ponsel jadi lambat bukan main.

Sumber: Android Police.

Application Information Will Show Up Here

Tren Voice Assistant dan Kemunculan Kategori Produk Baru, Smart Display Speaker

Ada pemandangan yang tidak biasa saat perwakilan DailySocial bertandang ke Las Vegas guna menghadiri perhelatan CES 2018 dua pekan lalu: logo Alexa dan Google Assistant tampak bertebaran di mana-mana. Dari keduanya, Google tampil lebih agresif, menempatkan personil-personilnya di semua booth perangkat yang mendukung Google Assistant, sampai menyulap kereta monorel Las Vegas menjadi baliho berjalan bertuliskan “Hey Google”.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kehadiran Google begitu terasa di CES meskipun mereka sama sekali tidak membawa perangkat keras buatannya sendiri, dan ini juga bukan disebabkan oleh sejumlah smartphone Android yang dipamerkan. Virtual assistant, voice assistant, smart assistant, atau apapun nama yang lebih sreg di benak Anda, bakal menjadi kunci di balik inovasi-inovasi teknologi yang bakal kita jumpai sepanjang tahun 2018 ini.

Terlepas dari persaingan panas antara Alexa dan Google Assistant, tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh yang dibawa keduanya begitu besar. Begitu besarnya, voice assistant pada dasarnya berhasil memicu kemunculan kategori produk baru, dan produk ini lebih menjurus ke sisi lifestyle ketimbang gadget secara umum.

Tren voice assistant dan kemunculan kategori smart display speaker

Amazon Echo Show / Amazon
Amazon Echo Show / Amazon

Produk yang saya maksud adalah smart display speaker, yang sejatinya merupakan smart speaker dengan imbuhan layar sentuh interaktif. Amazon memulai kategori ini lewat Echo Show yang diperkenalkan Mei tahun lalu, kemudian Google menyusul baru-baru ini melalui mitra-mitranya seperti JBL, Lenovo, LG dan Sony. Dalam kesempatan yang sama, Baidu juga memamerkan perangkat serupa dengan voice assistant besutannya sendiri.

Bagi saya pribadi, smart display speaker semacam ini lebih cocok dikategorikan sebagai produk lifestyle. Mengapa? Ada banyak alasan. Salah satunya, hampir semuanya mengusung desain apik yang lebih pantas dijadikan dekorasi rumah ketimbang disembunyikan di sudut ruangan.

JBL Link View / Harman
JBL Link View / Harman

Foto produk Amazon Echo Show dan JBL Link View sama-sama menunjukkan skenario penggunaannya di dapur. Perpaduan layar yang menampilkan resep masakan, plus voice assistant yang bertugas membacakan konversi satuan-satuan bahan makanan yang dipakai, membuat smart display speaker begitu ideal untuk skenario ini.

Namun dalam hati saya bertanya, bukankah tablet yang didudukkan di atas unit docking sebenarnya juga bisa difungsikan serupa? Benar saja, tapi smart display speaker tetap lebih unggul soal ini karena mengemas mikrofon yang selalu aktif mendengarkan instruksi dari pengguna. Dengan tablet, pengguna harus lebih dulu membuka aplikasi voice assistant-nya.

Singkat cerita, hampir semua yang smart display speaker bisa lakukan sebenarnya juga bisa dilakukan oleh tablet. Akan tetapi menyebut smart display speaker sebagai sebuah speaker yang ditempeli tablet adalah oversimplification alias penyederhanaan yang terlalu berlebih.

Komponen spesifik seperti mikrofon yang always-on dan yang biasanya mengadopsi teknologi beam-forming (bisa menangkap suara dari kejauhan meski sedang ada musik yang diputar cukup keras), membuat kinerja smart display speaker lebih efektif untuk semua hal yang mengandalkan perintah suara sebagai interface utamanya.

Smart display speaker vs. smart speaker

Google Home Max / Google
Google Home Max / Google

Smart display speaker di sisi lain juga tidak bermaksud menjadi smart speaker versi premium. Segmen itu sebenarnya sudah diisi oleh produk seperti Google Home Max, dan tidak lama lagi, Apple HomePod. Setidaknya untuk sekarang, kualitas audio premium dan layar sentuh interaktif masih belum bisa dijadikan satu paket.

Kalau melihat tampilan layar JBL Link View misalnya, wajar apabila kita berasumsi bahwa smart display speaker menjalankan sistem operasi Android, sedangkan smart speaker tidak. Pada kenyataannya, Google sudah menyiapkan platform baru untuk smart display speaker yang dijuluki Android Things.

Lenovo Smart Display / Lenovo
Lenovo Smart Display / Lenovo

Dari kacamata sederhana, Android Things adalah varian khusus Android yang diperuntukkan perangkat IoT (Internet of Things). Anda tidak bisa menjalankan aplikasi Android seperti biasa di smart display, yang ada justru adalah tampilan berbasis web yang telah dikemas dalam interface serba kartu seperti di Google Now.

Meng-install software update di smart display pastinya lebih mudah karena bisa langsung dari layarnya sendiri, sedangkan di smart speaker seperti Google Home, dibutuhkan smartphone sebagai perantaranya. Terlepas dari itu, baik smart display maupun smart speaker sama-sama didampingi oleh voice assistant yang sama cerdasnya.

Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon
Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon

Pernyataan terakhir ini penting karena pada akhirnya semua pertimbangan bakal jatuh pada platform voice assistant yang dipilih. Sebagus apapun layar milik Amazon Echo Show, Anda tidak bisa memakainya untuk menonton video YouTube akibat keegoisan Google. Pengorbanan besar ini mau tidak mau harus diterima oleh mereka yang banyak berlangganan layanan milik Amazon, sekaligus yang merasa Alexa lebih pas di hatinya ketimbang Google Assistant.

Di sisi sebaliknya, Google mulai mengejar ketertinggalannya dari Amazon dengan menyiapkan directory khusus terkait apa saja yang bisa dilakukan Google Assistant, yang mereka sebut dengan jargon “Actions”. Amazon sendiri menggunakan istilah “Skills” untuk Alexa, dan kini keduanya sedang dalam fase adu banyak dengan menarik perhatian developer.

Tidak peduli apa mediumnya (smart display atau smart speaker), sejarah bakal mencatat 2018 sebagai babak pertempuran sengit antara Alexa dan Google Assistant. Siri dan Bixby sengaja tidak saya masukkan hitungan, mengingat keduanya dari awal sudah dikembangkan secara tertutup oleh masing-masing pencetusnya (Apple dan Samsung); sedangkan untuk Cortana, well, Microsoft masih harus bekerja lebih keras lagi dari sekadar bermitra dengan Harman.

TCL Roku Smart Soundbar Jadi yang Pertama Mengadopsi Voice Assistant Buatan Roku

Kalau Anda hendak meluncurkan gadget dengan integrasi voice assistant, langkah yang paling rasional saat ini adalah mengadopsi salah satu dari dua yang paling dominan, yakni Alexa dan Google Assistant, kecuali Anda seambisius Roku. Produsen set-top box itu memilih untuk menggarap asistennya sendiri, Roku Entertainment Assistant.

Pemilihan namanya penuh dengan unsur kesengajaan. Yang paling utama, Roku bilang bahwa asisten besutannya benar-benar dirancang untuk navigasi seputar sistem hiburan, bukan untuk mengendalikan perangkat smart home seperti Alexa dan Google Assistant. Fungsi generik seperti membacakan berita atau ramalan cuaca tetap ada, tapi sisanya difokuskan pada kemudahan mengoperasikan TV.

Salah satu produk pertama yang bakal mengemas integrasi Roku Entertainment Assistant datang dari mitra paling dekatnya, TCL. Di CES 2018, produsen TV asal Tiongkok itu memperkenalkan soundbar perdananya, sekaligus memulai lini produk baru khusus audio bernama Alto.

TCL Roku Smart Soundbar

TCL Roku Smart Soundbar, demikian nama produknya, mengusung desain yang tidak jauh berbeda dari soundbar pada umumnya, meski TCL bilang bahwa desain yang tampak pada gambar masih belum final. Ia kompatibel dengan TV apapun, tapi potensinya baru akan terasa maksimal ketika disandingkan dengan lini Roku TV besutan TCL.

Untuk mengoperasikannya, pengguna hanya perlu mengawali dengan mantra “Hey Roku”, diikuti oleh instruksinya. Contoh kegunaannya, pengguna dapat menginstruksikan Soundbar untuk menyalakan TV dan memutar konten pilihannya tanpa memegang remote sama sekali.

TCL Roku Smart Soundbar

TCL Roku Smart Soundbar yang dijadwalkan masuk ke pasaran pada akhir 2018 ini baru satu dari ekosistem produk yang sudah direncanakan oleh Roku. Mereka mengundang produsen hardware untuk mengadopsi Roku OS sekaligus voice assistant-nya pada beragam kategori produk, mulai dari TV, soundbar sampai smart speaker.

Mengingat Roku secara eksplisit menyebut smart speaker, saya berasumsi ke depannya Roku bakal terus mengasah ‘talenta’ Entertainment Assistant hingga mampu berfungsi di luar ranah hiburan, menjadi medium interface baru pada beragam produk lifestyle seperti Alexa dan Google Assistant.

Sumber: Roku.