Creative Gorilla Capital Umumkan Dana Kelolaan 300 Miliar Rupiah untuk Investasi ke Startup D2C

Creative Gorilla Capital (CGC) mengumumkan debut dana kelolaan Gorilla Silverback Fund sebesar 300 miliar Rupiah. Dana ini akan dialokasikan untuk investasi startup di sektor Direct-to-Consumer (D2C) atau consumer-focused di Indonesia.

CGC merupakan platform modal ventura baru hasil kolaborasi dari Future Creative Network (FCN), Vynn Capital, dan startup pengembang omnichannel Pomona. CGC berfokus mendukung startup potensial kreatif dan pemasaran dalam mencapai hypergrowth.

Founding dan Managing Partner CGC Benz Julio Budiman menyebut bahwa pihaknya memiliki posisi berbeda dibandingkan Venture Capital (VC) pada umumnya, yakni sebagai mitra pada pemasaran dan jaringan bisnis konsumen. Pihaknya akan membuka akses startup terpilih ke ekosistem kreatif yang diklaim terbesar di Indonesia.

Tak hanya memberikan pendanaan dan pendampingan dari para mitra, CGC juga akan mengekspos mereka ke jaringan profesional pemasaran kelas dunia dan solusi berbasis data sehingga dapat meningkatkan peluang startup untuk berkembang dan berhasil.

“Startup dapat mengakses semua sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan winning brand sejak hari pertama. Kami akan membantu startup pemula menerapkan consumer insight dan pemikiran yang brand-led untuk mendorong pertumbuhannya. Keahlian yang biasanya diberikan kepada pemegang jabatan/brand yang sudah mapan, akan tersedia untuk semua portofolio kami,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sebagai informasi, Future Creative Network (FCN) adalah pakar ekosistem pemasaran yang menaungi lebih dari 42 perusahaan dan agensi. Dalam kolaborasi ini, FCN akan menyediakan akses terhadap keahlian terintegrasi serta solusi kreatif branding dan layanan digital untuk mengembangkan D2C.

Sementara, Vynn Capital akan memanfaatkan pengalaman investasinya yang disebut telah teruji hingga level regional. Beberapa portofolio Vynn Capital, yakni car marketplace Carsome, dan platform manajemen properti Travelio. Pomona yang juga terlibat dalam kolaborasi CGC ini juga disuntik pendanaan oleh Vynn Capital pada 2019 lalu.

Adapun, Pomona akan berperan sebagai data-core untuk mengakomodasi kebutuhan internal dan portofolio CGC, baik dalam bentuk riset data maupun insight untuk mengidentifikasi tren produk selanjutnya yang berpotensi berkembang di skala nasional hingga global.

Hipotesis D2C

Dalam laporan whitepaper Accenture, pasar barang dan jasa tumbuh enam kali lipat menjadi $7,9 miliar pada periode 2015-2020. Nilai ini diperkirakan terus tumbuh yang akan dipengaruhi oleh populasi penduduk, pesatnya urbanisasi, dan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. 

Bagi CGC, faktor-faktor di atas akan mendorong bisnis D2C berbasis teknologi dan digital di Indonesia. Terlebih, sektor e-commerce di Indonesia telah memasuki fase matang sehingga membuat rantai pasok menjadi lebih efisien dan mengandalkan solusi berbasis teknologi. 

Kendati begitu, perlu diketahui bahwa sektor D2C masih terbilang baru di Indonesia. Butuh pendekatan berbasis omnichannel agar para pemainnya tidak melulu bergantung pada kanal e-commerce, melainkan mengkombinasikannya dengan kanal tradisional/modern.

Dalam berinvestasi, CGC akan mengandalkan indikator utama pada proses seleksinya, mulai dari jalur profitabilitas yang jelas, product market-fit, dan kecakapan distribusi. Peserta juga diharuskan memiliki visi keberlanjutan, kesetaraan sosial, dan konsumerisme yang bertanggung jawab.

“Sejah ini, CGC telah berinvestasi di sejumlah startup di antaranya Offmeat, Ringkas, Kynd, dan Allura. Terlepas dari fase ‘winter‘ yang sedang terjadi, kami meyakini dapat melihat keberlangsungan startup selama mungkin. Dalam tiga tahun ke depan, kami ingin bekerja secara selektif dan erat dengan pemimpin masa depan untuk membangun winning brand yang dapat bertahan lama.”

Meski tergolong baru, startup di sektor D2C Indonesia cukup berkembang pesat dan menghasilkan produk di beragam kategori di antaranya Filmore (femcare), Saturday (lifestyle), dr. Soap (personal dan household care), dan mohjo (F&B).

Pomona Receives Over 41 Billion Rupiah Series A Funding

The platform developer for omnichannel and marketing solution “Pomona”, today announced Series A funding. It touches $3 million or equivalent to 41.8 billion Rupiah, led by Vynn Capital supported by Ventech China, Amand Ventures, Stellar Kapital, and Central Capital Ventura. It consists of two stages, the first one closed last year.

“This round we called series A-2 because it consists of two rounds. We already closed for the first round last year (undisclosed), then the next round this year. We closed a new round due to the acceleration of new product development,” Pomona’s Founder & CEO, Budiman to DailySocial.

The funding is to be allocated to the penetration of its new service, including to accelerate product development and new staff recruitment. As previously known, the company has shifted focus before on solution to help FMCG (fast-moving consumer goods) business and CPG (consumer packaged goods) to improve sales conversion for the product campaign through the end-to-end solution.

In terms of users, Pomona is currently offered cashback for various products consumer’s bought from minimarket or supermarket. Users just have to upload the bills to the platform. Whether any related products having promos, cashback will directly be sent into their account.

“By offering cashback and intensive discount, we can get the consumers to connect with brands while making an equal financial benefit to the people,” Benz said.

Developing a consumer analysis service

In helping the brand to maximize product penetration, Pomona provides a series of services. One is the analytics tools for measuring consumer’s involvement level, offline sales conversion, and marketing campaign effectivity.

They also develop a solution based on “white label”. It allows certain brands to deliver presents directly to consumers, as part of the loyalty program. They also gain revenue from analytics tools subscription and fee from the verified transactions.

Since it was founded by Benz Budiman (CEO) and Ari Suwendi (CTO) on May 2016, Pomona runs a B2B2C model. Some FMCG and CPG companies are currently using its services, such as Unilever, Japfa, ABC President, Sosro, Frisian Flag, and others.

We have plans to improve the analysis capability to help brands measuring effectivity for market penetration. It includes improving the connection of the company with producers and distributors, for more transparent business.

“For most of the customer’s interaction with the product happened offline, brands have difficulty in measuring the coverage and engagement in the market. FMCG and CPG companies can get related insights on consumer behavior and adjust their strategy through our solution,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pomona Dapatkan Pendanaan Seri A Lebih dari 41 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform omni-channel dan solusi pemasaran “Pomona” hari ini (24/7) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A. Nilainya mencapai $3 juta atau setara 41,8 miliar Rupiah, dipimpin oleh Vynn Capital dengan dukungan Ventech China, Amand Ventures, Stellar Kapital, dan Central Capital Ventura. Pendanaan ini terbagi ke dalam dua tahapan, fase pertama diselesaikan pada tahun lalu.

“Pendanaan ini kami sebut series A-2, karena kami dapatkan dalam dua putaran. Kami menutup putaran seri A pertama tahun lalu (undisclosed), lalu putaran berikutnya di tahun ini. Kita closed round baru karena kebutuhan untuk mengakselerasi pengembangan produk baru,” ujar Founder & CEO Pomona Benz Budiman kepada DailySocial.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk peningkatan penetrasi layanan baru Pomona, termasuk mengakselerasi pengembangan produk dan perekrutan staf baru. Seperti diketahui sebelumnya, perusahaan sempat melakukan perubahan fokus bisnis pada solusi yang membantu bisnis FMCG (fast moving consumer goods) dan CPG (consumer packaged goods) meningkatkan sales conversion pada kampanye produk mereka melalui solusi end-to-end.

Sejauh ini, dari sisi pengguna, layanan Pomona memungkinkan pengguna mendapatkan cashback untuk berbagai produk yang dibeli konsumen dari minimarket atau sueprmarket. Caranya pengguna hanya perlu mengunggah struk belanja ke platform. Nantinya jika ada produk terkait yang tengah melakukan promo, saldo cashback akan dimasukkan ke akun pengguna di aplikasi Pomona.

“Dengan menawarkan cashback dan intensif potongan harga, kami dapat mendorong konsumen untuk terhubung dengan brand, sembari memberikan manfaat finansial yang nyata pada masyarakat,” terang Benz.

Kembangkan layanan analisis konsumen

Untuk membantu brand memaksimalkan penetrasi produk, Pomona hadirkan serangkaian layanan. Salah satunya berupa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keterlibatan konsumen, konversi penjualan offline, dan efektivitas kampanye pemasaran.

Mereka juga kembangkan solusi berbasis “white label”. Mungkinkan brand tertentu berikan hadiah keanggotaan secara langsung kepada konsumen, sebagai bagian dari program loyalitas. Pomona sendiri dapatkan pendapatan melalui sistem berlangganan alat analisis dan komisi dari transaksi yang telah diverifikasi.

Sejak didirikan pada tahun Mei 2016 oleh Benz Budiman (CEO) dan Ari Suwendi (CTO), Pomona menjalankan model B2B2C. Saat ini beberapa perusahaan pengusung produk FMCG dan CPG sudah memanfaatkan layanannya, di antaranya Unilever, Japfa, ABC President, Sosro, Frisian Flag, dan lainnya.

Rencana ke depan, mereka akan tingkatkan kapabilitas analisis untuk dapat membantu brand bisa mengukur efektivitas strategi penetrasi pasar. Termasuk untuk meningkatkan hubungan perusahaan dengan pemasok dan pengecer, demi proses bisnis yang lebih transparan.

“Karena sebagian besar interaksi konsumen dengan produk terjadi di ruang offline, brand merasa sangat sulit untuk mengukur efektivitas jangkauan dan keterlibatan di pasar. Melalui solusi kami, perusahaan FMCG dan CPG dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang perilaku konsumen dan menyesuaikan strategi mereka,” tutup Benz.

Application Information Will Show Up Here

Travelio Targetkan 20 Ribu Daftar Properti Pasca Perolehan Pendanaan Seri A 56 Miliar Rupiah

Travelio, platform online penyewaan properti pribadi lokal, mengumumkan putaran pendanaan seri A senilai $4 juta (atau setara dengan 56 miliar Rupiah). Nilainya dua kali lipat jika dibanding pendanaan terakhir pra-seri A yang didapat pertengahan tahun 2016 silam. Investasi kali ini dipimpin oleh Vynn Capital, didukung Insignia Ventures Partners, Fenox Venture Capital, IndoGen Capital, dan Stellar Kapital.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk akselerasi pertumbuhan, akuisisi talenta, inovasi produk dan membuka peluang vertikal baru. Sejak memutuskan untuk fokus sebagai platform penyewaan aset properti pribadi di Indonesia (seperti Airbnb), Travelio mengaku lebih banyak fokus untuk meningkatkan fungsionalitas aplikasi mobile dan web yang saat ini dimiliki. Sejauh ini belum ada fitur baru, kecuali pengalaman berbasis Virtual Reality (VR) untuk pelanggan.

“Untuk fitur VR sangat membantu customer kami, terutama untuk customer yang ingin tinggal sampai berminggu-minggu hingga bulanan. Sangat membantu memberikan look and feel property yang kami tawarkan,” ujar Managing Director Travelio Hendry Rusli kepada DailySocial.

Hendry melanjutkan, bersama pendanaan baru ini pihaknya belum terbesit untuk melakukan ekspansi layanan. Fokusnya kini meningkatkan jumlah properti di dalam platform Travelio. Saat ini setidaknya sudah ada lebih dari 4 ribu daftar properti di platform tersebut, Hendry dan tim menargetkan tahun 2018 akan tumbuh sekurangnya lima kali lipat, atau setara dengan 20 ribu daftar properti.

Strategi lain yang juga akan mulai dikuatkan oleh Travelio ialah menjalin kemitraan strategis dengan komunitas, otoritas, asosiasi dan pengembang properti.

Tim Travelio di Indonesia saat ini / Travelio
Tim Travelio di Indonesia saat ini / Travelio

Travelio sendiri optimis dengan layanan daftar properti yang diusungnya. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hendro Gonodkusumo selaku CEO PT Intiland Development Tbk. Perseroan tersebut bermitra dengan Travelio untuk meningkatkan kebergunaan properti yang dimiliki. Menurut Hendro industri properti memang membutuhkan teknologi inovatif untuk memungkinkan properti menganggur bisa dimanfaatkan dan menghasilkan arus kas.

“Travelio memecahkan masalah kekosongan yang dihadapi oleh pengembang properti sambil menyediakan akomodasi yang terjangkau bagi pelanggannya. Tim telah menunjukkan kemampuannya untuk menyediakan operasional dan teknologi secara baik. Kami percaya bahwa model bisnis inovatifnya akan muncul sebagai pemenang dalam lanskap accomodation-sharing di Indonesia,” sambut Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners, Yinglan Tan.

Application Information Will Show Up Here