Warung Pintar Improves Partnership, Collaborates With OVO, Go-Pay, and Flock

Entering the first year, Warung Pintar announces the realization of 1000 stores in Jabodetabek. It’s claimed as an achievement for startups which commitment is to improve income and quality of traditional shops in Indonesia.

In providing more benefits to traditional shop owners, Warung Pintar also partners with OVO and Go-Pay for non-cash payment. To get a brand that intends to have marketing activities using their outlets in Jabodetabek, Warung Pintar partnered up with Flock, a creative agency.

Advertising platform for FMCG brand

The partnership with Flock is introduced intentionally to give another opportunity for brands, especially FMCG, to have marketing activities using relevant target market. The shop owners will also get additional income through Warung Pintar platform.

“Using the current technology, all data can be tracked in and out by brands easily. Ads can be targeted and customized by brands in accordance with the demand,” Agung Bezharie Hadinegoro, Warung Pintar’s Co-Founder and CEO, said.

Later, the displaying ads in each store will be adjusted to the location, weather, and current trends. Television will be the media. The plan is for ads to live in all Warung Pintar partners soon.

“There will be around 30 brands ready to put ads on Warung Pintar. Most of those are FMCG companies intended to acquire new users,” Ian Hady Wibowo, Flock’s CEO, said.

Focus to be supply chain for traditional shops

As a technology company, Warung Pintar is getting focused on providing what partners demand, in this case, traditional shop owners. It is to be used by Warung Pintar as supply chain by building warehouses with a function to accommodate ordered items.

“Currently, Warung Pintar has started to target supply chains due to shop owners demand who often have difficulty in buying products. By having relevant partners, we aim to answer all the demand,” he added.

Warung Pintar has been recorded to increase revenue from its partners up to 37%. With 34 existing principal partners, Warung Pintar provides around 370 products. Moreover, there are four thousand traditional shops registered as partners throughout Indonesia, 70% of those are from Jabodetabek.

“We still have plans to expand outside Jabodetabek, in fact, we choose the fast-growing locations with an entrepreneur network approach with enthusiasm to success,” Hadinegoro concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Warung Pintar Tingkatkan Kemitraan, Gandeng OVO, Go-Pay, dan Flock

Memasuki usia satu tahun, Warung Pintar mengumumkan pencapaian 1000 kios di area Jabodetabek. Pertumbuhan tersebut diklaim sebagai prestasi bagi startup yang berkomitmen meningkatkan pendapatan dan kualitas warung tradisional di Indonesia.

Untuk memberikan keuntungan lebih kepada pemilik warung tradisional, Warung Pintar menambah kemitraan dengan OVO dan Go-Pay untuk pembayaran non-tunai. Sementara untuk menggandeng brand yang ingin melakukan kegiatan pemasaran memanfaatkan gerai warung pintar di Jabodetabek, Warung Pintar bermitra dengan Flock, sebuah layanan creative agency.

Platform beriklan untuk brand FMCG

Kemitraan dengan Flock sengaja dihadirkan Warung Pintar untuk memberikan kesempatan kepada brand, khususnya FMCG, melakukan kegiatan pemasaran dengan target pasar yang relevan. Bagi pemilik warung, kemitraan ini akan menambah pendapatan melalui platform Warung Pintar.

“Dengan teknologi yang kita miliki, semua data bisa di-track in dan track out oleh brand dengan mudah. Iklan pun bisa lebih targeted dan bisa dikustomisasi oleh brand sesuai dengan kebutuhan,” kata Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro.

Nantinya iklan yang tayang di masing-masing warung akan disesuaikan dengan lokasi, cuaca, hingga tren yang ada. Media yang digunakan nantinya adalah televisi. Rencananya media iklan di seluruh mitra Warung Pintar akan bisa live dalam waktu dekat.

“Rencananya akan ada sekitar 30 lebih brand yang siap untuk beriklan di Warung Pintar. Sebagian besar adalah perusahaan FMCG yang ingin merangkul lebih banyak lagi target pengguna,” kata CEO Flock Ivan Hady Wibowo.

Fokus sebagai supply chain pemilik warung tradisional

Sebagai perusahaan teknologi, Warung Pintar semakin fokus untuk memberikan kebutuhan yang diinginkan mitra, dalam hal ini pemilik warung tradisional. Kebutuhan tersebut kemudian dimanfaatkan Warung Pintar sebagai supply chain dengan mendirikan gudang yang berfungsi menampung barang yang dipesan pemilik warung.

“Saat ini Warung Pintar sudah mulai menyasar supply chain karena kebutuhan dari pemilik warung yang kerap mengalami kesulitan membeli produk yang dibutuhkan. Dengan menggandeng partner yang relevan, kami berupaya untuk memenuhi semua kebutuhan warung tersebut,” kata Agung.

Warung Pintar mencatat selama ini mampu meningkatkan revenue dari mitra Warung Pintar hingga 37%. Dengan 34 principal partner yang ada, Warung Pintar menyediakan sekitar 370 produk. Sementara itu terdapat empat ribu warung tradisional yang melakukan pendaftaran untuk menjadi mitra di seluruh Indonesia. 70% permintaan berasal dari kawasan Jabodetabek.

“Kami masih memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di luar Jabodetabek. tentunya kami memilih lokasi yang fast growing dengan pendekatan entrepreneur network yang memiliki keinginan untuk maju,” kata Agung.

Empat Startup Indonesia Ikuti Program eFounder Fellowship Asia Angkatan Kedua

Empat startup dari Indonesia terpilih  untuk mengikuti angkatan kedua Kelas Asia dari eFounder Fellowship. Sebuah program hasil kerja sama The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan Alibaba Business School. Ketiganya bersama dengan peserta lainnya dari 11 negara Asia akan mengikuti program intensif selama 14 hari di Tiongkok untuk mendapatkan wawasan dan pengalaman langsung seputar e-commerce dan inovasi-inovasi dari Tiongkok dan berbagai negara dunia.

Program ini diikuti oleh founder startup dari negara-negara Asia seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Pakistan. Sementara negara yang baru ikut serta dalam angkatan kedua ini adalah Singapura, India, Bangladesh, dan Myanmar.

Para peserta terpilih dari 300 pendaftar dan mewakili berbagai industri termasuk e-commerce, logistik, teknologi finansial, pariwisata dan big data. Setelah lulus program ini mereka akan menjadi anggota eFounders Fellows, sebuah komunitas pengusaha muda eksklusif yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital di negara mereka.

Empat orang wakil dari Indonesia adalah, Agung Bezharie dari Warung Pintar, Mario Ronaldo Andrew Mawikere mewakili Bizzy Indonesia, Rade Tampubolon mewakili SociaBuzz, dan Victor Jia Hap Liew mewakili Xfers.

“Kami menilai kemitraan kami bersama Alibaba Business School dalam kegiatan eFounders adalah sebuah model kemitraan yang sukses untuk memenuhi tujuan global. Kami menilai bahwa pengusaha muda, terutama mereka yang terlibat di program ini menunjukkan komitmen yang sangat kuat untuk berkontribusi terhadap dunia. Kami juga mencatat bahwa memperkuat ekonomi digital, membangun daerah pedesaan dan mengikut sertakan kelompok tenaga kerja yang rentan melalui pelatihan di negara-negara berkembang adalah beberapa poin penting sejak peluncuran eFounder Fellowshop tahun lalu,” terang Koordinator program eFounders Fellowshop UNCTAD Ariette Verploegh.

Sebelumnya eFounders Fellowship telah menjalankan tiga kelas. Kelas pertama terdiri dari 24 pengusaha dari Afrika, kelas kedua dengan 37 pengusaha dari Asia Tenggara dan Asia Selatan dan kelas ketiga dengan 29 pengusaha dari Afrika.

Keikutsertaan pengusaha atau founder dari Indonesia ini adalah kali kedua, sebelumnya pada bulan Maret 2018 sembilan wakil startup Indonesia telah mengikuti kelas pertama program eFounder Fellowship untuk Asia.

Vice President of Alibaba Group Brian A Wong mengungkapkan bahwa mereka sangat senang bisa melanjutkan misi untuk mendukung para pengusaha digital dan komunitas dari berbagai belahan dunia termasuk dari Asia. Ia juga mengungkapkan bahwa eFounders Fellowship akan terus berkembang seiring dengan masuknya anggota baru.

“Kam ingin menginspirasi para pengusaha dari berbagai belahan dunia untuk menjadi katalisator dalam mendorong pembangunan digital yang lebih inklusif dan bermanfaat secara ekonomi untuk bisnis mereka sendiri dan masyarakat secara luas, serta menyebarluaskan paradigma dan manfaat digital ekonomi di negara asal mereka,” terang Brian Wong.

Warung Pintar Sudah Miliki 700 Kios Mitra di Jabodetabek

Sejak diluncurkan awal tahun 2018 lalu, Warung Pintar, platform warung yang didesain untuk memungkinkan digitalisasi menyasar tingkat masyarakat paling mendasar, telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari jumlah merchant hingga partner yang sudah menjalin kolaborasi.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro menyebutkan, hingga saat ini Warung Pintar telah memiliki sekitar 700 kios mitra. Setiap bulannya diklaim terdapat empat ribuan mitra yang melakukan pendaftaran untuk menjadi merchant dari seluruh Indonesia. 70% permintaan berasal dari kawasan Jabodetabek.

“Pada dasarnya kita ingin cover semua kota besar hingga kota-kota kecil di Indonesia. Selama mereka memiliki warung, maka kemitraan dengan Warung Pintar pastinya bisa dilakukan,” kata Agung.

Masih fokus ke layanan untuk pemilik warung, kebanyakan aktivitas pembeli yang dilakukan di Warung Pintar adalah membeli makanan dan minuman. Selebihnya adalah penggunaan Wi-Fi gratis, pembelian pulsa, dan transaksi digital lainnya.

Main product Warung Pintar adalah memudahkan usaha dari pemilik warung, misalnya mereka tidak perlu repot lagi melakukan pembelian secara langsung. Memanfaatkan partner yang ada, layanan yang disediakan dari warung pintar semua bisa dilakukan. Mulai dari pembelian, pembayaran, hingga track penjualan,” kata Agung.

Segera hadirkan fitur baru untuk konsumen

Tahun 2019 mendatang Warung Pintar berencana untuk meluncurkan fitur baru, yang belum disebutkan namanya, yang bisa dimanfaatkan konsumen. Masih berbasis digital, fitur baru ini diklaim kerap dilakukan konsumen saat mengunjungi warung.

“Jika selama ini kita lebih fokus untuk meningkatkan usaha pemilik warung, dengan fitur baru ini bisa dimanfaatkan lebih baik oleh konsumen,” kata Agung.

Setelah mendapatkan pendanaan Seri A senilai 57 miliar Rupiah pada bulan Agustus 2018 lalu, saat ini Warung Pintar kembali melakukan penggalangan dana untuk tahapan selanjutnya. Target lain yang ingin dicapai Warung Pintar adalah melakukan ekspansi di Pulau Jawa dan kota-kota lainnya di Indonesia.

“Dengan posisi East Ventures sebagai shareholder memudahkan kami untuk memanfaatkan ekosistem East Ventures. Tentunya fokus kepada pertumbuhan bisnis, solve problem, dan cara kita melakukan eksekusi,” tutup Agung.

Warung Pintar Receives 57 Billion Rupiah Fresh Funding

Warung Pintar announces the acquisition of fresh funding worth $4 million (around IDR 57.9 billion) from Vertex Ventures, Pavilion Capital, and Line Ventures. It will be Warung Pintar’s new arsenal to accelerate business in order to improve the quality of Jakarta’s kiosks and encourage the inclusion of micro business technology. The average monthly income of a kiosk partner is claimed to reach IDR 4.17 million or 15% higher than the minimum wage in the Greater Jakarta.

Previously, in February, Warung Pintar has acquired $4 million seed funding. In six months, the kiosk has increased more than 3000% from 12 to 319 kiosks. There are 12 thousand potential partners claimed to register. Earlier this month, Warung Pintar has announced a partnership with Go-Jek to receive Go-Pay as a cashless payment.

“We continue to innovate and listen to what customers and kiosk partners need so that the technology we develop is accessible and easy for them to use. We keep trying to solve the daily hyperlocal problems of these kiosks with the latest technology and global knowledge related to the products. Therefore, we’re building the engineering team based on a strong technical knowledge and a big heart for Indonesians,” Sofian Hadiwijaya, Warung Pintar‘s CTO, added.

In the previous interview, Warung Pintar mentioned that they use partnership system with anyone from the low-to-mid class. It only requires selection process and data verification before the kiosk open. One of those is to have space (owned property or rent) to build a kiosk.

Warung Pintar will rent the facilities as Wi-Fi, LCD TV, CCTV, the kiosk, dispenser, mini-refrigerators, stoves, and digital system as its first assets without monthly fees. The company doesn’t take fees as monetization from kiosk owners.

“Warung Pintar is truly born of the problems before our own eyes without we realize. We are confident and eager to bring financial inclusion to people without bank accounts (unbanked population) by providing them financial and additional income,” Willson Cuaca, East Venture’s Managing Partner and Warung Pintar’s Commissioner, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Warung Pintar Umumkan Perolehan Dana Baru 57 Miliar Rupiah

Warung Pintar mengumumkan perolehan dana baru senilai $4 juta (sekitar 57,9 miliar Rupiah) dari Vertex Ventures, Pavilion Capital, dan Line Ventures. Pendanaan ini akan menjadi bahan bakar Warung Pintar mempercepat usaha membantu meningkatkan kualitas warung di Jakarta dan mendorong inklusi teknologi untuk usaha mikro. Diklaim rata-rata pendapatan bulanan mitra warung dapat mencapai hingga Rp. 4,17 juta atau 15% lebih tinggi dari upah minimum wilayah Jabodetabek.

Sebelumnya, di bulan Februari, Warung Pintar juga memperoleh $4 juta untuk pendanaan awalnya. Dalam waktu enam bulan disebutkan jumlah kiosnya melonjak lebih dari 3000%, dari 12 kios menjadi 319 kios. Diklaim telah ada 12 ribu calon mitra Warung Pintar yang mendaftar. Awal bulan ini Warung Pintar mengumumkan kemitraan dengan Go-Jek untuk menerima Go-Pay sebagai alat pembayaran non-tunai.

“Kami terus berinovasi dan mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan serta mitra kios agar teknologi yang kami kembangkan dapat diakses dan mudah digunakan oleh mereka. Kami terus mencoba memecahkan masalah hyperlocal yang dimiliki para warung ini setiap hari dengan teknologi terbaru serta pengetahuan global tentang produk. Oleh karena itu kami tengah membangun tim engineering dengan pemahaman teknis yang kuat dan hati yang besar bagi masyarakat Indonesia,” jelas CTO Warung Pintar Sofian Hadiwijaya.

Dalam wawancara terdahulu, pihak Warung Pintar menyebutkan Warung Pintar menerapkan sistem kemitraan dengan siapapun dari kalangan menengah ke bawah yang ingin berbisnis unit Warung Pintar. Persyaratannya mereka hanya cukup melalui proses seleksi dan verifikasi data sebelum warung buka. Salah satunya sudah memiliki lahan sendiri (bisa milik sendiri atau sewa) untuk dijadikan warung.

Warung Pintar akan meminjamkan fasilitas berupa Wi-Fi, TV LCD, CCTV, bangunan warung, dispenser, kulkas mini, kompor, dan sistem digital sebagai modal awalnya tanpa biaya bulanan. Perusahaan tidak mengambil fee dari para pemilik warung sebagai monetisasinya.

“Warung Pintar benar-benar lahir dari masalah yang ada di depan mata kita sendiri tetapi tidak kita sadari. Kami yakin dan bersemangat untuk membawa inklusi keuangan kepada penduduk yang belum memiliki rekening bank (unbanked population) dengan memberi mereka kekuatan finansial dan penghasilan tambahan,” ujar Managing Partner East Ventures dan Komisaris Warung Pintar Willson Cuaca.

Ambisi Warung Pintar Menghidupi UMKM Warung Tradisional dengan Sokongan Teknologi

Warung Pintar, startup ritel yang memadukan warung tradisional dengan teknologi modern, bakal mengedepankan kolaborasi dari berbagai segmen dengan mitra teknologi agar inklusi teknologi masyarakat di kelas menengah ke bawah dapat meningkat.

Kolaborasi terbaru yang diumumkan Warung Pintar, yakni dengan Go-Pay untuk menghadirkan solusi pembayaran non tunai. Ini sifatnya tidak eksklusif, yang berarti Warung Pintar membuka peluang bersama perusahaan lainnya agar semakin banyak pilihan yang bisa dipilih pengguna saat bertransaksi di Warung Pintar.

Kini seluruh Warung Pintar telah memiliki kode QR yang dapat dipindai oleh pengguna Go-Pay setiap kali bertransaksi.

“Kami sedang dalam diskusi untuk kemitraan dengan beberapa bidang lain dan tentu saja kami menyambut baik kemitraan di bidang serupa [Go-Pay],” terang Business Development Associate Warung Pintar Dista Mirta Ayu kepada DailySocial.

Bagi pemilik kios dan pelanggan, transaksi non tunai dapat meningkatkan efisiensi karena mereka tidak perlu repot mencari atau menunggu uang kembalian saat bertransaksi online. Terlebih itu, mereka dapat melacak transaksi secara digital, cepat, dan aman, mengingat uang tunai telah lama menjadi target pencurian.

“Dari riset yang kami lakukan, 72% pemilik warung menginginkan layanan non tunai tersedia di warung dan kami sendiri pun melihat banyaknya manfaat sistem tersebut,” tambah COO Warung Pintar Harya Putra.

Berangkat dari kerja sama ini, perusahaan bakal terus melakukan inovasi, bagaimana teknologi yang digunakan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan di warung. Maka dari itu, menurut Dista, pihaknya akan terus mendengarkan kebutuhan mitra warung dan konsumen agar teknologi dapat diakses dengan mudah untuk semua kalangan masyarakat.

Beberapa implementasi teknologi yang sudah diterapkan Warung Pintar, di antaranya memanfaatkan mesin kasir yang dikembangkan sendiri oleh Warung Pintar, pencatatan keuangan dan keuangan dengan sistem Jurnal. Isi ulang pulsa dan tiket melalui Kudo, sert distribusi gudang dengan sistem Waresix.

Model bisnis Warung Pintar

Dista menjelaskan Warung Pintar menerapkan sistem kemitraan dengan siapapun dari kalangan menengah ke bawah yang ingin berbisnis unit Warung Pintar. Persyaratannya mereka hanya cukup melalui proses seleksi dan verifikasi data sebelum warung buka, salah satunya sudah memiliki lahan sendiri (bisa milik sendiri/sewa) untuk dijadikan warung.

Warung Pintar akan meminjamkan fasilitas yang berupa Wi-Fi, TV LCD, CCTV, bangunan warung, dispenser, kulkas mini, kompor, dan sistem digital sebagai modal awalnya, tanpa biaya bulanan. Perusahaan tidak menerapkan sistem bagi hasil dengan para pemilik warung dari setiap penjualan sebagai monetisasinya, justru melalui bisnis ritelnya itu sendiri.

“Kami tidak mengenakan biaya mulai pendaftaran hingga menjadi mitra. Warung Pintar hanya fokus bermitra dengan masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.”

Warung Pintar memiliki 313 warung dan dikelola lebih dari 500 micro-entrepreneur per Juli 2018, tersebar di kawasan Jabodetabek. Sayangnya Dista enggan mengungkapkan target pembukaan kios Warung Pintar sampai akhir tahun ini, dia hanya bilang ingin menambah beberapa ratus kios lagi.

Fokus dan Strategi Wahyoo, Startup Berbasis Aplikasi Menyasar Warung Makan

Setelah sukses membangun AR&Co yang fokus pada pengembangan produk berbasis augmented reality, Founder & CEO Peter Shearer mendirikan startup social enterprise bernama Wahyoo.

Kepada DailySocial, Peter menyampaikan sejumlah alasan mengapa dirinya tertarik untuk mendirikan startup baru yang menyasar warung makanan di Indonesia (warteg).

“Jika dilihat saat ini ada sekitar tiga ribu warung makan di Jakarta saja. Namun bisnis yang hanya ada di Indonesia ini masih belum memanfaatkan teknologi dengan sempurna. Berangkat dari alasan itulah akhirnya Wahyoo saya dirikan,” kata Peter.

Memanfaatkan pengalaman dan latar belakang teknologi yang dimilikinya, Peter dan tim kemudian mencoba untuk mengoptimalkan warung makan di Jakarta mengadopsi teknologi. Dengan demikian mereka bisa meningkatkan pendapatan sekaligus menjadi platform untuk keperluan digital yang saat ini makin marak kehadirannya.

“Berbasis aplikasi nantinya pemilik warung bisa mendapatkan akses kebutuhan produk dari brand FMCG ternama hingga menjadi meeting point layanan transportasi on-demand di Indonesia,” kata Peter.

Cara kerja Wahyoo

Warung makan binaan Wahyoo
Warung makan binaan Wahyoo

Menggandeng enam brand terkemuka saat ini, di antaranya adalah Redoxon, Teh Pucuk, Betadine, Le Minerale, Tora Bika dan Happy Tos, pemilik warung makan diberikan kesempatan untuk menjual sekaligus mempromosikan brand tersebut di warung makan mereka. Memanfaatkan jumlah pengunjung yang datang ke warung makan setiap harinya, kegiatan pemasaran tersebut bisa dimanfaatkan oleh brand secara langsung.

“Setiap harinya untuk satu warung makan bisa kedatangan 100 orang. Potensi tersebut bisa dimanfaatkan oleh brand untuk promosi, dan tugas kami dari Wahyoo adalah memastikan kegiatan pemasaran tersebut berjalan dengan baik,” kata Peter.

Sementara keuntungan yang bakal didapatkan oleh pemilik warung adalah akses mudah dan cepat produk FMCG pilihan tersebut, point rewards yang nantinya bisa ditukarkan hadiah umroh hingga naik haji, juga pelatihan yang dihadirkan oleh Wahyoo seputar cara tepat mengelola keuangan, memilih menu dan produk makanan yang sehat hingga demo masak.

“Dengan demikian pemilik warung bisa meningkatkan pendapatan melalui promo yang ada sekaligus mendapatkan informasi dan pengetahuan tambahan untuk meningkatkan usaha,” kata Peter.

Masih fokus melakukan sosialisasi penggunaan aplikasi kepada pemilik warung, untuk menghindari kesulitan mengakses aplikasi tersebut, Peter dan tim pun mencoba untuk membuat aplikasi semudah mungkin.

“Yang penting aplikasi bisa digunakan untuk melakukan pembelian produk, nantinya secara rutin update fitur akan kami tambahkan mengikuti demand dan perkembangan yang ada,” kata Peter.

Strategi monetisasi

Untuk saat ini monetisasi yang diterapkan oleh Wahyoo adalah berasal dari brand yang menjalin kemitraan dengan Wahyoo. Target dari Wahyoo selain menambah jumlah brand dari FMCG, juga dari startup agriculture demi menyediakan bahan makan dan sayuran yang berkualitas.

“Salah satunya kita juga tengah melakukan finalisasi dengan 8Villages agar nantinya bisa memasok bahan sayuran dan produk segar lainnya kepada pemilik warung makan binaan Wahyoo,” kata Peter.

Di fase awal fokus dari Wahyoo adalah merekrut lebih banyak warung makan di seluruh Jakarta. Saat ini Wahyoo telah memiliki 315 warung makan di Jakarta. Target Wahyoo hingga akhir tahun 2018 bisa mencapai 2000 warung makan.

“Fase lainnya yang ada di pipeline kami adalah menambah kemitraan dengan platform crowdfunding, memberikan pilihan pembayaran hingga menghadirkan bahan makanan setengah jadi untuk warung makan,” kata Peter.

Bermitra dengan Grab

Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer
Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer

Kemitraan lain yang bakal dilancarkan oleh Wahyoo adalah dengan Grab. Bentuk kemitraan ini adalah menjadikan warung makan binaan Wahyoo sebagai meeting point sekaligus tempat beristirahat mitra pengemudi Grab. Dengan demikian mitra pengemudi tersebut memiliki tempat istirahat di semua warung makan yang bergabung dengan Wahyoo dan akan mendapatkan minuman gratis jika membeli makan di warung makan binaan Wahyoo.

“Bentuk kerja sama lainnya yang akan kami hadirkan adalah pengantaran makan dan minum dari warung makan tersebut ke rumah pembeli melalui aplikasi dan mitra Grab. Namun saat ini masih dalam rencana kami,” kata Peter.

Saat ini Wahyoo belum meluncurkan aplikasi untuk pengguna dan masih fokus kepada aplikasi untuk pemilik warung makan. Jika nantinya sudah diluncurkan, aplikasi untuk pengguna lebih kepada loyalty program dengan memberikan poin yang bisa didapatkan jika makan dan minum di warung makan binaan Wahyoo.

Rencana fundraising Wahyoo

Masih menjalankan bisnisnya secara bootstrapping, Wahyoo yang mulai berjalan sejak bulan Juni 2017 sudah berencana akan melakukan fundraising. Berencana untuk launching akhir bulan Maret 2018 mendatang, Peter berharap melalui publikasi tersebut, Wahyoo bisa menarik perhatian investor yang tertarik dengan model bisnis Wahyoo.

“Sesuai dengan misi kami yaitu membantu meningkatkan usaha pemilik warung makan agar lebih relevan menyesuaikan kemajuan jaman. Kami juga ingin menggali potensi bisnis ini menjadi seperti ‘one stop shopping’ bukan hanya sebagai warung makan namun juga agen pulsa, tempat branding perusahaan dan masih banyak lagi,” tutup Peter.

Warung Pintar Umumkan Perolehan Pendanaan Awal Sebesar 55 Miliar Rupiah

Warung Pintar, startup yang mengusung konsep warung masa depan dengan dukungan East Ventures, mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai $4 juta atau 55 miliar Rupiah dari konsorsium investor yang terdiri dari  SMDV, Digital Garage, East Ventures, Triputra Group, dan beberapa angel investor. Dana yang diperoleh akan difokuskan untuk mengembangkan mengembangkan prototipe menjadi produksi massal dengan target beberapa ratus buah Warung Pintar di area Jabodetabek tahun ini.

Berawal dari proyek CSV (Creative Shared Value) East Ventures, konsep warung dipilih karena dinilai telah menjadi kultur kehidupan masyarakat di Indonesia. Warung Pintar ingin memberdayakan segmen masyarakat yang belum banyak terpapar dunia digital. Warung Pintar sendiri berupa kios rakitan pabrik yang mengintegrasikan teknologi dengan warung tradisional.

Saat ini Warung Pintar mengimplementasikan sejumlah portofolio East Ventures dalam operasinya. Kasir Warung Pintar menggunakan sistem MokaPOS, sementara pencatatan keuangan dan akuntansi menggunakan sistem Jurnal. Pelanggan juga dapat mengisi ulang pulsa serta membeli tiket dan barang-barang lainnya melalui Kudo. Pengadaan produk dan sistem distribusi last mile disediakan oleh Do-cart. Sistem distribusi gudang yang dikelola Waresix. Selain itu, seluruh warung juga selalu siap untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan co-working space EV Hive.

CEO Warung Pintar Agung Bezharie mengatakan, “Kami melihat Warung Pintar sebagai pusat teknologi yang dapat menghubungkan beragam kesempatan bagi mitra kami dan tentunya masih banyak peluang yang dapat digali lebih jauh. Oleh karenanya, kami sangat menyambut siapapun yang ingin bergabung menjadi mitra Warung Pintar, baik dari perusahaan teknologi maupun non-teknologi. Selain itu, melalui pendanaan ini, kami berencana untuk membuka ratusan warung baru tahun ini”.

Kepada DailySocial, Agung menyebutkan, “Kami akan bertujuan untuk dapat menjangkau seluruh indonesia. Untuk tahun ini kami menggunakan sistem clustering sehingga penyebarannya lebih terfokus dimulai dari Jabodetabek kemudian menyebar ke daerah sekitarnya. Kami menargetkan beberapa ratus [buah Warung Pintar] di tahun ini dengan berbagai varian model, ukuran, dan jenis yang berbeda.”

Ada 3 jenis warung yang ditawarkan Warung Pintar. Mereka adalah Normal, Kecil, dan Kios. Tentang strategi mengakuisisi mitra, termasuk membantu pendanaan bagi mereka yang ingin memiliki unit Warung Pintar, Agung mengatakan, “Kita punya beberapa jenis produk dengan modal awal yang berbeda-beda, dengan range harga 38-54 juta Rupiah. Kami [juga] terus men-develop produk sesuai dengan kebutuhan user kami. Di samping itu kami juga menawarkan [program] financing yang bekerja sama dengan beberapa financial institution untuk dapat membantu solusi permodalan user kami.”

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, “Nilai tambah dari produk ini sudah terlihat jelas sejak dari hanya ide di dalam diskusi internal
East Ventures sampai berdirinya Warung Pintar pertama di Jalan Satrio. Dana ini akan digunakan untuk memperbaiki pengembangan produk (termasuk R&D di are IoT, big data, dan blockchain) dan menjangkau pasar yang lebih luas serta menemukan model bisnis yang tepat.”

East Ventures Introduces “Warung Pintar”, Integrates Startup Partner’s Retail Technology Product

East Ventures announces a second project after successful with EV Hive co-working space. This time by developing “Warung Pintar”, a warung (shop) designed to enable digitalization targeting basic-level society. Through data management and analysis, its vision seeks to open new opportunities in term of financial inclusion, social security, behavior analysis, interaction with community and social influences monitoring.

This is a further attempt of East Ventures’ commitment to be more active in technology projects for public, a commitment made since the establishment of Unit Creating Shared Value (CSV). The selection of “warung” concept is considered as it becomes a culture of Indonesians. Warung Pintar wants to empower a segment in society that has not been exposed to the digital world. In the early phase, there are 8 Warung Pintar points throughout Jabodetabek.

“Warung, as a form of traditional micro-enterprise, has been present since the 19th century and closely engaged in local culture. Therefore, by the fact that technology should be accessible by everyone, warung becomes a medium for all Indonesians to take part in the digital economy,” said Agung Bezharie, Warung Pintar’s CEO who previously working as East Ventures’ Investment Associate.

c534ee38-fec0-48b8-a5f5-c868099906e1

Using IoT, big data analytics and blockchain technology

Technology implementation for Warung Pintar is available in 3 pillars, IoT (Internet of Things), big data analytics and blockchain. IoT implementation aims to improve the accuracy of retail data entry. Big data analytics will be used for better understanding of customer behavior, as well as blockchain to create transparency and trust of the shop owners. To smoothen its development, two business technology experts, namely Sofian Hadiwijaya and Pandu Kartika Putra, were hired.

Hadiwijaya is responsible as technical team leader. His experience as a tech community builder and board members in Kudo, Pinjam.co.id and Go-Jek is valued to be impactful for the growth of Warung Pintar. Putra on the other hand is East Ventures’ Associate of Civic Project. He previously was a technology specialist for general affair and involved in several activities such as Code for Bandung and Code4Nation.

“Although the digital platform implementation by consumers and merchants becomes high momentum in Indonesia, we are aware of some groups who against it due to the lack of exposure to the whole digital world. Warung Pintar takes a different approach to serve these segment by providing not only digital platform, but also building physical platform for them. We build an end-to-end solution starts from land discovery, funding, promotion to marketing. Warung Pintar is the answer for a new retailer,” said Willson Cuaca, East Ventures’ Managing Partner.

Cooperation and integration mechanism with East Ventures’ partners

Cuaca explained, Warung Pintar offers partnership in the term of cooperation with shop owners. They only have to give commitment, honesty and time to fix the place once needed. The project is actually in contrary to the current e-commerce economic unit, with an average of purchasing percentage smaller, non-repetitive buyers and relatively smaller profits. Nevertheless, Warung Pintar is a sign for East Ventures’ portfolio integration, given the enormous application of company’s technology solution, a result of East Ventures’ investment in this project.

Warung Pintar uses MokaPOS system for the cashier. Financial record and accounting will be using Journal. Customers can reload credit, purchase tickets and other items through Kudo services. Product procurement and last-mile distribution system provided by Do-cart. Warehouse distribution system managed by Waresix. In addition, all shops will be ready to fullfil EV Hive co-working space customer’s needs.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian