OPPO Watch 2 Diumumkan, Lebih Ngebut tapi Tetap Irit Baterai

OPPO baru saja mengumumkan OPPO Watch 2, penerus dari smartwatch pertamanya yang dirilis tahun lalu. Meski tidak kelihatan jauh berbeda dari segi desain, OPPO Watch 2 membawa sejumlah pembaruan yang signifikan.

Yang paling utama adalah penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon Wear 4100. Kalau merujuk pada klaim Qualcomm sendiri, chipset ini menawarkan peningkatan performa prosesor hingga sebesar 85% jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yakni Wear 3100. Kinerja grafisnya pun juga diklaim 2,5x lebih kencang, tapi di saat yang sama konsumsi dayanya justru 25% lebih rendah berkat proses pabrikasi yang lebih advanced (12 nm).

Chipset tersebut ditemani oleh custom co-processor Apollo4s hasil kolaborasi OPPO bersama Ambiq. Mekanisme chipset ganda ini sebelumnya juga diterapkan pada OPPO Watch generasi pertama, sekaligus menjadi rahasia di balik ketahanan baterainya yang cukup lama. Untuk OPPO Watch 2, OPPO mengklaim daya tahan baterai hingga 4 hari dalam setiap pengisian, atau sampai 16 hari jika pengguna mengaktifkan fitur Power Saver.

Sesuai ekspektasi kita terhadap OPPO, smartwatch ini pun turut dibekali teknologi fast charging yang sangat gegas. Menurut OPPO, 10 menit pengisian saja sudah cukup untuk menenagai perangkat selama satu hari, sedangkan untuk mengisi dari kosong hingga penuh dibutuhkan waktu cuma 60 menit saja.

Seperti pendahulunya, OPPO Watch 2 juga hadir dalam dua varian ukuran: 42 mm dan 46 mm. Varian 42 mm hadir dengan layar AMOLED 1,75 inci beresolusi 372 x 430 pixel, sedangkan varian 46 mm dengan layar AMOLED 1,91 inci beresolusi 402 x 430 pixel. Selain touchscreen, ada dua tombol di sisi kanan yang akan membantu pengoperasian. Secara keseluruhan, fisiknya tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Dari segi fitur, OPPO Watch 2 menawarkan fitur heart-rate monitoring, blood oxygen (SpO2) monitoring, sleep analysis, stress monitoring, dan masih banyak lagi. Total ada 100 jenis olahraga yang bisa dikenali, dan perangkat dibekali chip GPS-nya sendiri sehingga tidak perlu terus bergantung dengan smartphone.

OPPO Watch 2 menjalankan sistem operasi ColorOS, namun ini semestinya cuma berlaku untuk versi yang dijual di Tiongkok saja. Kalau mengikuti jejak pendahulunya, versi internasionalnya semestinya bakal menjalankan sistem operasi Wear OS. Pun begitu, sejauh ini OPPO memang sama sekali belum menyinggung soal penjualan OPPO Watch 2 di negara-negara lain. Bisa jadi mereka sengaja menunggu sampai Google meluncurkan Wear OS 3 secara resmi.

Untuk sekarang, OPPO Watch 2 hanya akan dipasarkan di Tiongkok dengan harga 2.000 yuan (± 4,5 jutaan rupiah) untuk varian 46 mm, dan 1.500 yuan (± 3,4 jutaan rupiah) untuk varian 42 mm. Tersedia pula varian 42 mm yang tidak dibekali eSIM seharga 1.300 yuan (± 2,9 jutaan rupiah).

Sumber: 9to5Google dan GSM Arena.

Imoo Watch Phone Z1 Disingkap, Premis Sama Seperti Z6, Tapi Jauh Lebih Murah

Dewasa ini, tidak sedikit orang tua yang berusaha sebisa mungkin untuk menjauhkan anak-anaknya dari ketergantungan terhadap gadget. Di saat yang sama, juga ada pabrikan seperti Imoo yang benar-benar berfokus merancang gadget khusus anak-anak. Kesannya memang agak kontraproduktif, tapi Imoo tentu melakukannya dengan berdasar pada alasan yang kuat.

Salah satu alasannya justru berkaitan dengan aspek keselamatan. Produk seperti Imoo Watch Phone Z6 hadir membawa sepasang kamera, chip GPS, beserta konektivitas 4G supaya anak-anak dapat selalu terhubung dengan orang tuanya, mengurangi rasa khawatir yang timbul di benak setiap orang tua yang sedang jauh dari anak-anaknya.

Problemnya, harga tiga jutaan rupiah mungkin terasa agak kemahalan, dan sebagian konsumen mungkin merasa tidak perlu sampai ada dua kamera dalam sebuah smartwatch anak-anak. Buat yang berpikir demikian, mereka bisa melirik produk terbaru Imoo, Watch Phone Z1.

Secara umum, premis yang ditawarkan Z1 sama seperti Z6. Perangkat masih dilengkapi kamera depan untuk video call, GPS untuk melacak lokasi secara presisi, dan konektivitas 4G untuk mewujudkan akses komunikasi setiap saat. Bedanya, ada beberapa bagian yang dipangkas atau diturunkan guna membuat harganya lebih terjangkau lagi.

Kita mulai dari kameranya. Ketimbang mengemas dua kamera dengan desain flip, Z1 hanya mengandalkan rancangan tradisional dengan kamera depan 2 megapixel. Memang sama sekali tidak mengesankan, tapi toh sudah cukup bagi anak-anak untuk sebatas video call dengan orang tuanya.

Imoo juga melakukan penghematan dari sisi layar. Kalau Z6 dilengkapi layar AMOLED, Z1 cuma layar LCD 1,3 inci dengan resolusi 240 x 240 pixel. Penggunaan chipset Spreadtrum UWS6131E juga mengindikasikan bahwa performanya belum selevel Z6 yang ditenagai chipset Snapdragon Wear 2100.

Dari segi fisik, Z1 juga tidak setangguh Z6. Ia tahan guyuran air dengan sertifikasi IPX8, sedangkan Z6 tidak keberatan diajak berenang. Satu bagian yang Z1 lebih unggul adalah baterai. Tak hanya kapasitasnya lebih besar (740 mAh dibanding 680 mAh), tapi konsumsi energinya juga diklaim lebih irit daripada Z6. Dalam sekali charge, Z1 diklaim bisa beroperasi sampai tiga hari pemakaian.

Terkait fitur-fiturnya, hampir semua yang tersedia di Z6 bisa dinikmati di Z1, mulai dari family chat, voice call, sampai video call. Perangkat memang dibekali koneksi internet, tapi hanya sebatas untuk komunikasi saja, sama sekali bukan untuk mengakses media sosial maupun browsing.

Di Eropa, Imoo Watch Phone Z1 saat ini telah dipasarkan dengan harga 99 euro, atau kurang lebih sekitar 1,4 jutaan rupiah. Sejauh ini belum ada informasi apakah Imoo juga berniat membawanya ke pasar tanah air, tapi semoga saja demikian sehingga konsumen bisa mempunyai opsi smartwatch anak-anak yang lebih variatif.

Sumber: GSM Arena dan Imoo.

Versi Anyar LG PuriCare Wearable Air Purifier Diungkap, Kini Lebih Ringan dan Dilengkapi Mikrofon Plus Speaker

Masih ingat dengan masker elektronik besutan LG yang punya cara kerja seperti mesin pemurni udara? Berhubung pandemi masih berkelanjutan, LG pun menyingkap versi terbaru dari produk tersebut yang membawa sejumlah penyempurnaan.

Nama resminya masih sama, yakni LG PuriCare Wearable Air Purifier, tapi desainnya sudah sedikit berubah. Yang paling kelihatan berbeda adalah, pada versi barunya kini tidak ada lagi bagian menonjol yang sebelumnya menjadi rumah filter HEPA. Tebakan saya, slot filter HEPA-nya dipindah ke bagian dalam, atau bisa saja saya salah mengingat LG sama sekali tidak membahas soal perubahan desainnya.

Yang ingin LG soroti justru adalah penyempurnaan dari segi kinerja. Utamanya berkat penggunaan komponen motor yang lebih kecil, lebih ringan, sekaligus lebih efisien. Harapannya tentu supaya perangkat jadi bisa lebih nyaman dikenakan, plus dapat beroperasi lebih lama dalam setiap charge.

Benar saja, versi barunya ini memiliki berat cuma 94 gram, jauh lebih enteng daripada versi lamanya yang bobotnya mencapai angka 126 gram. Penggunaan motor berukuran lebih kecil juga menyisakan ruang yang lebih besar untuk baterai. Versi terbaru PuriCare Wearable mengemas baterai berkapasitas 1.000 mAh, bandingkan dengan versi pertamanya yang mengusung baterai 820 mAh.

Namun entah kenapa, LG masih mengklaim daya tahan baterai yang sama seperti sebelumnya, yakni hingga sekitar 8 jam pemakaian. Charging-nya sendiri membutuhkan waktu selama sekitar 2 jam. Hal lain yang juga tidak diubah adalah sepasang kipas yang dapat menyesuaikan kekuatan putarannya secara otomatis berdasarkan pola pernapasan pengguna.

Sepertinya versi barunya juga bakal tersedia dalam warna hitam / LG

Selain kinerja yang lebih baik, versi baru PuriCare Wearable turut dilengkapi mikrofon dan speaker internal yang bertugas menangkap sekaligus mengamplifikasi suara pengguna. Gunanya tentu supaya suara pengguna bisa terdengar lebih jelas, dan supaya mereka tidak perlu menurunkan masker setiap kali hendak berbicara, mirip seperti yang ditawarkan oleh konsep masker elektronik besutan Razer, Project Hazel.

LG sejauh ini belum punya info sama sekali mengenai harganya. Produk ini rencananya akan dijual di Thailand mulai bulan Agustus, sebelum akhirnya menyusul ke negara-negara lain seiring LG mendapat persetujuan dari masing-masing negara.

Sumber: SlashGear dan LG.

Wear OS 3, Hasil Peleburan Wear OS dan Tizen, Bakal Tersedia di Segelintir Smartwatch Lama

Bulan Mei lalu, Google mengumumkan rencananya untuk melebur Wear OS dan Tizen menjadi satu. Google berniat menyebut hasil penggabungan dua sistem operasi itu dengan nama “Wear” saja tanpa embel-embel apa-apa, dan ini tentu terkesan agak membingungkan buat sebagian orang.

Beruntung Google sadar di mana salahnya, dan mereka tidak keberatan merevisinya. Mulai sekarang, kita bisa menyebut sistem operasi versi baru itu dengan nama Wear OS 3. Google juga mengklarifikasi beberapa hal lain yang sebelumnya tidak sempat dirincikan. Yang paling utama, Google ingin menjawab pertanyaan “Apakah smartwatch lama kita bakal menerima update Wear OS 3 ke depannya?”

Jawabannya adalah ya, dengan catatan smartwatch Anda adalah Mobvoi TicWatch Pro 3 GPS, TicWatch Pro 3 LTE, atau TicWatch E3. Selebihnya tidak ada lagi, dan ini jelas terdengar cukup mengesalkan. Alasannya memang tidak dijelaskan oleh Google, tapi saya menduga ada kaitannya dengan spesifikasi masing-masing perangkat.

Kalau kita amati, trio smartwatch besutan Mobvoi di atas sama-sama dibekali chipset Snapdragon Wear 4100, sedangkan smartwatch Wear OS lain yang lebih tua kebanyakan masih ditenagai Snapdragon Wear 3100 atau 2100. Kesimpulan pribadi saya, chipset Snapdragon Wear 4100 merupakan salah satu syarat agar perangkat bisa menerima update Wear OS 3.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, update Wear OS 3 ini bakal mengembalikan perangkat ke factory settings. Jadi kalau ogah utak-atik ulang, sebaiknya Anda abaikan saja opsi update ke sistem operasi versi terbaru ini. Itulah mengapa Google juga bakal menawarkan update ini secara opsional kepada para pengguna perangkat yang kompatibel.

Rencananya, update Wear OS 3 ini akan tersedia paling cepat pada pertengahan 2022. Dalam waktu dekat, Samsung akan menyingkap smartwatch baru pada tanggal 11 Agustus 2021, dan perangkat itu dipastikan bakal menjadi yang pertama mengusung Wear OS 3. Fossil belum lama ini juga mengonfirmasi bahwa mereka tengah menyiapkan smartwatch generasi baru, dan perangkat itu pun juga dijamin kompatibel dengan Wear OS 3.

Sumber: GSM Arena dan Google.

Fossil Tengah Siapkan Smartwatch Generasi Keenam dengan Hardware Baru dan OS Baru

Dari sekian banyak produsen smartwatch, Fossil Group mungkin adalah salah satu yang paling konsisten meluncurkan smartwatch dari platform Wear OS. Sejauh ini smartwatch bikinan mereka sudah memasuki generasi kelima, dan generasi berikutnya pun sudah disiapkan seiring peleburan Wear OS dan Tizen menjadi Wear yang diumumkan belum lama ini.

Berdasarkan wawancara petinggi Fossil dengan CNET, dikatakan bahwa Fossil tengah menyiapkan smartwatch generasi keenam yang akan menjalankan sistem operasi Google Wear. Berbeda dari sebelumnya, smartwatch Fossil Gen 6 ini bakal menduduki kategori premium, lengkap dengan peningkatan hardware yang signifikan.

Salah satu di antaranya adalah chipset baru, yang sudah pasti bakal menawarkan kinerja sekaligus efisiensi energi yang lebih baik. Perangkat juga akan dilengkapi konektivitas LTE, dan ini berlaku untuk pasar global ketimbang hanya di negara-negara tertentu saja.

Smartwatch Fossil Gen 6 juga akan mengusung fitur-fitur yang serupa dengan penawaran dari Google maupun Samsung ke depannya, sebab platform yang digunakan memang bakal sama persis. Salah satu fitur yang paling menarik mungkin adalah integrasi Fitbit, yang diyakini bakal menambah daya tarik smartwatch Wear secara drastis.

Untuk pengoperasiannya, Fossil percaya bahwa layar sentuh masih merupakan metode input utama yang paling pas untuk smartwatch. Meski demikian, Fossil tetap bakal mengeksplorasi kombinasi tombol dan crown yang tak hanya akan memberikan akses cepat, tetapi juga sentuhan manis ekstra terhadap desain perangkat secara keseluruhan.

Namun yang mungkin jadi pertanyaan banyak orang adalah, bagaimana nasib smartwatchsmartwatch Fossil sebelumnya, semisal Fossil Gen 5 yang sampai artikel ini ditulis belum berusia dua tahun? Sayang sekali produk-produk lama tersebut tidak akan kebagian jatah update Google Wear. Namun kalau melihat sisi baiknya, ini bisa menjadi indikasi bahwa peningkatan hardware yang dijanjikan oleh smartwatch Wear ke depannya memang signifikan dibanding sebelumnya.

Kemungkinan besar, smartwatchsmartwatch generasi sebelumnya itu masih akan tetap dijual dengan harga yang lebih terjangkau, mirip seperti strategi yang ditetapkan oleh Apple pada Apple Watch.

Sumber: CNET.

Bugatti Bikin Smartwatch, Tonjolkan Aspek Kemewahan, Personalisasi, dan Eksklusivitas

Seseorang yang mengemudikan sebuah Bugatti pastinya sudah sangat familier dengan jam tangan bikinan Rolex, Patek Philippe, Audemars Piguet, dan brandbrand mewah lainnya. Namun seandainya mereka tertarik dengan smartwatch, mereka bisa melirik penawaran dari sang produsen supercar asal Perancis itu sendiri.

Ya, Bugatti sekarang juga menjual smartwatch. Namanya Bugatti Ceramique Edition One, dan ia merupakan hasil kolaborasi Bugatti bersama sebuah produsen smartwatch asal Austria bernama VIITA. Seperti mobilnya, jam tangan pintar ini juga dibuat dengan sangat presisi menggunakan material-material yang sangat premium.

Ada tiga varian desain yang ditawarkan: Pur Sport, Le Noire, dan Divo, dengan perbedaan hanya pada wujud bezel-nya saja. Bezel-nya sendiri terbuat dari bahan keramik zirkonium anti-gores, dengan proses finishing yang dikerjakan menggunakan tangan selama sekitar 20 hari. Di tengahnya, ada layar sentuh AMOLED beresolusi 390 x 390 pixel yang diproteksi dengan kaca safir.

Seperti mobilnya, personalisasi merupakan aspek penting yang ingin Bugatti tekankan di sini. Itulah mengapa paket penjualannya turut mencakup satu bezel ekstra dari varian desain yang berbeda, plus sebuah obeng khusus untuk melepas bezel-nya secara cepat. Juga termasuk adalah dua pilihan strap; satu berbahan karet silikon, satu lagi berbahan titanium. Secara keseluruhan, fisik smartwatch ini tahan air hingga kedalaman 100 meter.

Smartwatch Bugatti ini juga punya sensor-sensor yang lengkap, mulai dari altimeter sampai GPS, bahkan sensor laju jantungnya pun ada dua supaya lebih bisa diandalkan. Total ada 72 aktivitas fisik yang mampu dimonitor, akan tetapi yang sangat unik adalah bagaimana perangkat mampu merekam lap time dan akselerasi secara otomatis ketika pengguna menggeber mobilnya di sirkuit.

Sistem operasi yang digunakan bukanlah Google Wear, melainkan hasil rancangan VIITA sendiri dengan tampilan antarmuka yang serba minimalis, yang kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS. Dalam sekali pengisian, baterai perangkat bisa bertahan sampai 14 hari — angkanya pasti bakal lebih rendah kalau GPS-nya sering aktif.

Kesaaman terakhir smartwatch ini dengan mobil Bugatti adalah perihal ketersediaan yang terbatas. Total hanya akan ada 600 unit Bugatti Ceramique Edition One yang diproduksi, masing-masing dengan kemasan yang mewah dan garansi selama lima tahun. Harganya dipatok mulai 899 euro (± 15,6 jutaan rupiah), dan sudah bisa dipesan sekarang melalui situs crowdfunding Kickstarter.

Sumber: SlashGear dan Bugatti.

Motion Sonic Adalah Pengatur Efek Suara Berbasis Gestur Bagi Para Musisi

Tidak setiap hari kita melihat Sony memperkenalkan produk baru menggunakan metode crowdfunding. Namun ketika mereka melakukannya, bisa dipastikan produk tersebut sangatlah unik. Salah satu contohnya adalah perangkat bernama Motion Sonic berikut ini.

Wujudnya sepintas kelihatan seperti gelang pintar pada umumnya, namun perangkat ini sebenarnya ditujukan untuk para musisi dan DJ ketimbang untuk memonitor aktivitas penggunanya. Idenya adalah, dengan menggunakan Motion Sonic, musisi dapat menambahkan beragam efek suara hanya dengan menggerak-gerakkan tangan dan jari-jarinya.

Sony sendiri mendeskripsikannya sebagai musical effect generator berbasis gestur. Pengguna dapat mengangkat tangan untuk menambahkan efek delay, membalik tangan untuk mengubah pitch, dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Secara teknis, kemampuannya membaca pergerakan tangan dan jari datang dari motion sensor 6-axis yang tertanam.

Untuk bisa bekerja, Motion Sonic butuh bantuan sebuah iPhone atau iPad yang terhubung ke audio interface (entah kenapa sejauh ini belum ada dukungan untuk platform Android). Informasi gerakannya diteruskan dari Motion Sonic ke iPhone/iPad via Bluetooth, lalu aplikasi pendampingnya bertugas menerjemahkan informasi tersebut menjadi efek suara yang diinginkan secara real-time.

Potensi pengaplikasian Motion Sonic sangatlah luas. Sony bahkan telah menyiapkan channel YouTube khusus untuk mendemonstrasikan fungsi-fungsi Motion Sonic di tangan seorang gitaris, keyboardist, sekaligus DJ. Bagi para gitaris misalnya, mereka dapat mengatur supaya efek suara tertentu bisa otomatis ditambahkan mengikuti gerakan tangannya yang sedang menggenjreng (strumming).

Buat para keyboardist, Motion Sonic dapat dipakai untuk menambahkan efek-efek suara mengikuti ‘tarian’ jari jemarinya. Lalu untuk para DJ, momen selagi mereka berinteraksi dengan audiens via lambaian tangan dapat diterjemahkan menjadi beragam efek suara. Semuanya tergantung kreativitas masing-masing musisi.

Agar lebih ekspresif, Motion Sonic juga dilengkapi sebuah LED yang dapat menyala dalam berbagai warna. Dalam sekali pengisian, baterai Motion Sonic bisa bertahan selama 6 jam pemakaian, atau 2,5 jam kalau LED-nya dibiarkan menyala terus. Selain dipakai di pergelangan tangan, Motion Sonic juga dapat dikenakan di bagian punggung tangan dengan memanfaatkan strap lain yang terdapat di paket penjualannya.

Sayang sekali untuk sekarang Motion Sonic hanya akan dipasarkan di Jepang dan Amerika Serikat saja. Di Indiegogo, harganya dipatok 23.900 yen (± Rp3,1 jutaan) untuk 400 pembeli pertama. Setelahnya, para backer harus menyiapkan dana sebesar 27.200 yen (± Rp3,5 jutaan).

Sumber: Engadget.

realme Watch 2 Pro Bawa Layar Lebih Besar, GPS, dan Baterai 14 Hari

Selain perangkat smartphone, realme merupakan perusahaan teknologi yang rajin mengeluarkan produk AIoT seperti smartwatch. Mulai dari realme Watch, Watch S, Watch S Pro, realme Watch 2, dan yang terbaru adalah realme Watch 2 Pro.

Bila dibandingkan dengan realme Watch 2, versi Pro-nya ini menawarkan layar 56% lebih besar yakni 1,75 inci. Bentuknya kotak ditopang resolusi 385×320 piksel dengan refresh rate 30Hz dan punya kecerahan layar maksimum 600 nits. Bodinya sudah dust and water resistance dengan sertifikasi IP68. Dimensinya 255,2×38,9×12,65mm tanpa strap dengan bobot 40 gram.

Seperti Watch 2, versi Pro-nya juga memiliki lebih dari 100 watchface, termasuk live watch dan watchface pada Watch S Master Edition yang dirancang oleh artis asal Korea Selatan Grafflex. Perbedaan utama lain terletak pada baterai, Watch 2 dengan 315 mAh dapat bertahan 12 hari, sedangkan Watch 2 Pro dengan 390 mAh sanggup bertahan hingga 14 hari.

Selain itu, bila Watch 2 mengandalkan smartphone yang terhubung untuk route tracking, model Pro sudah memiliki GPS dual-satellite sendiri sehingga tak lagi bergantung pada smartphone. Fitur-fiturnya meliputi sleep tracking, heart rate monitoring, blood oxygen level measurement, sedentary reminder, drink reminder, dan meditation breathing.

Watch 2 Pro juga dilengkapi dengan kontrol musik dan kamera, phone finder, weather, dan IoT control. Jam tangan pintar ini juga dapat menampilkan notifikasi panggilan masuk, namun terdapat opsi untuk menolak panggilan karena Watch 2 Pro tidak memiliki mikrofom dan speaker.

Saat ini, terdapat 16 mode latihan pada Watch 2 Pro. Namun realme menjanjikan dukungan untuk 90 mode olahraga lewat pembaruan firmware OTA di masa depan. Sekarang ini realme Watch 2 Pro tersedia di Malaysia dengan harga RM 299 atau sekitar Rp1 jutaan dalam opsi warna Space Grey dan Metallic Silver.

Sumber: GSMArena

[Review] OPPO Band, Pas Buat Pantau Kesehatan Selama Bulan Puasa

Berbarengan dengan perkenalan smartphone Reno5 F, OPPO juga merilis perangkat wearable terjangkau berupa fitness tracker bernama OPPO Band yang dibanderol Rp599.000. Bagi yang menjalankan ibadah puasa, OPPO Band bakal sangat membantu untuk menjaga kebugaran tubuh di era adaptasi kebiasaan baru.

Mentang-mentang puasa, banyak orang yang menjadikannya alasan untuk malas gerak. Padahal tubuh kita tetap butuh aktivitas fisik, meski begitu waktu dan durasinya dapat disesuaikan dengan kondisi fisik selama berpuasa. Misalnya dilakukan 30-60 menit menjelang waktu berbuka dan memilih jenis olahraga dengan intensitas ringan atau menengah. Langsung saja berikut review OPPO Band selengkapnya.

Cara Menghubungkan OPPO Band ke Smartphone

Review-OPPO-Band-2

Hal yang perlu dipersiapkan untuk menghubungkan OPPO Band ke smartphone ialah memasang aplikasi HeyTap Health yang bisa ditemukan di Google Play Store. Kemudian masuk dengan akun Anda dan tambahkan perangkat OPPO Band.

Sekedar info, unit OPPO Band yang saya review ini versi China yang mana tidak terdeteksi oleh aplikasi HeyTap Health dari Google Play Store. Sebaliknya saya harus memasang APK HeyTap Health versi China dan menggunakan smartphone OPPO agar bisa masuk dengan akun Google. Meski begitu, baik fitur dan spesifikasinya identik.

Desain OPPO Band

Review-OPPO-Band-3

OPPO Band yang hadir di Indonesia hadir dalam versi basic sport yang tersedia dalam dua pilihan warna, hitam dan lavender. Sebagai smartband, desain OPPO Band tampil cukup simpel sehingga praktis saat dikenakan.

Ia membawa layar persegi panjang berukuran 1,1 inci beresolusi 126×294 piksel dengan sudut yang agak membulat berlapis kaca 2.5D yang tahan gores. Tepat di bawah layar tersemat label OPPO.

Hal yang istimewa ialah panel yang digunakan sudah berjenis AMOLED, yang mana dapat menampilkan warna hitam yang pekat dan colorful dengan dukungan gamut warna DCI-P3 100%. Konten pun dapat tampil dengan jelas, bahkan pada kondisi di bawah teriknya matahari.

Dimensi bodinya 40.4×17.6×11.45 mm atau 11.95 mm tebalnya bila termasuk sensor heart rate. Bagian belakang menggunakan material polycarbonate dan bobotnya hanya 10,3 gram saja (tidak termasuk strap).

Tentu saja, OPPO Band sudah tahan terhadap air dengan rating 5ATM hingga 50 meter. Artinya, kita tak perlu khawatir terkena keringat saat berolahraga dan tak perlu melepasnya saat mengambil air wudhu.

Fitur Pemantauan

Review-OPPO-Band-6

OPPO Band merupakan wearable smart device yang masuk dalam ekosistem Internet of Things (IoT) OPPO dan konektivitasnya mengandalkan Bluetooth BLE 5.0. Perangkat ini berorientasi pada gaya hidup sehat dan dilengkapi sensor 3-axis acceleration, optical heart rate, dan optical SpO2. Serta, menawarkan 12 mode latihan yang mendukung gaya hidup aktif penggunanya.

Lewat sensor optical SpO2, OPPO Band dapat melacak variabilitas tingkat oksigen dalam darah dan secara terus menerus memantau saat Anda tidur. Anda dapat mengakses catatan durasi tidur dan tahap tidur yang membantu untuk menentukan kebiasaan tidur yang lebih baik, bagaimanapun tidur yang lebih nyenyak akan bangun dengan perasaan baik di pagi hari.

Sementara, sensor heart rate dapat memantau denyut jantung secara real-time. Bila detak jantung berubah terlalu tinggi, OPPO Band akan bergetar untuk memperingatkan pengguna tentang detak jantung yang tidak teratur. OPPO Band juga akan mengirim peringatan agar bergerak saat pengguna terlalu lama berdiam diri.

Dengan 12 mode latihan, OPPO Band adalah pendamping latihan kebugaran yang dapat melacak dan memantau kegiatan fisik seperti berlari, berjalan, bersepeda, berenang, bulu tangkis, kriket, dan yoga. Berkat sensor 3-axis acceleration, OPPO Band dapat merekam durasi latihan, jarak, dan metrik lainnya secara real time, Anda dapat memantau secara akurat perkembangan latihan melalui aplikasi Hey Tap Health.

Navigasi dan Fitur Lainnya

Review-OPPO-Band-9

OPPO Band tidak dilengkapi tombol fisik sama sekali, jadi bila kita menonaktifkannya lewat pengaturan, kita bisa menyalakannya kembali menggunakan charger-nya alias dengan mengisi ulang daya. Untuk navigasi, OPPO membuatnya sangat sederhana yakni menggunakan kontrol berbasis gesture.

Di home screen, usap ke atas dan ke bawah akan membawa ke aplikasi, ketuk untuk memilih aplikasi dan usap dari kiri untuk kembali. Serta, mengusap ke kiri atau kanan untuk beralih antar watch face.

Mengenai watch face, OPPO menyediakan lebih dari 40 tampilan jam tangan yang tersedia di aplikasi HeyTap Health. Namun, OPPO Band hanya bisa menampung lima watch face saja.

Menu utama pada OPPO Band meliputi daily activity, workouts, heart rate, SpO2, sleep, Alipay, weather, WeChat Pay, serta tools yang terdiri dari music, stopwatch, timer, alarm, dan search phone. Juga ada settings, meliputi DND, brightness, display time, vibration, reset, shutdown, dan reboot.

Untuk messages, OPPO Band dapat berfungsi sebagai penghubung aktivitas di smartphone. Anda dapat menerima notifikasi pesan, panggilan, dan pemberitahuan terbaru lainnya. Dengan baterai berkapasitas 100 mAh, OPPO Band menyajikan waktu siaga selama 12 hari penggunaan dan dapat diisi penuh hanya dalam 1,5 jam.

Verdict

Sebagai tracker, OPPO Band dengan bentuk ringkas dan ringan jelas lebih nyaman dikenakan sepanjang hari ketimbang smartwatch. Juga rasanya lebih tenang, di mana ketika menggunakan smartwatch dan tak sengaja terbentur rasanya sakit (takut rusak), sedangkan pada smartband saya tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya.

Dari segi fungsi, fitur-fitur esensial kesehatan dan kebugaran juga sudah tersedia termasuk pemantauan detak jantung, kadar oksigen dalam darah, kualitas tidur, dan selusin mode latihan. Rangkaian fiturnya dapat membantu memantau kesehatan dan menjaga kondisi tubuh di era adaptasi kebiasaan baru dan saat berpuasa.

Memang terdapat sejumlah batasan integrasi dengan smartphone. Sebut saja, seperti notifikasi tidak dapat memuat gambar, karakter maksimum yang ditampilkan juga terbatas, dan tidak bisa membalas pesan masuk. Namun secara keseluruhan, OPPO Band sangat menyenangkan digunakan. Kontrol berbasis gesture-nya responsif, layarnya cerah, dan Aplikasi HeyTap Health juga semudah digunakan seperti OPPO Band, kita dapat memantau secara akurat perkembangan latihan olahraga.

Sparks

  • Dilengkapi sensor 3-axis acceleration, heart rate, dan SpO2
  • Layar AMOLED yang cerah dan colorful
  • Bodi sudah dilengkapi rating 5ATM

Slacks

  • Fitur notifikasi terbatas, karakter maksimum yang ditampilkan 50

 

 

Garmin Venu 2 dan Venu 2S Diungkap, Kini dengan Baterai yang Lebih Awet

Garmin meluncurkan dua smartwatch baru, yakni Venu 2 dan Venu 2S. Sebagai penerus Garmin Venu, desain keduanya tampak identik seperti smartwatch yang dirilis setahun lalu tersebut, dengan bezel yang terbuat dari bahan stainless steel dan strap yang mudah dilepas-pasang.

Venu 2 dan Venu 2S sebenarnya merupakan perangkat yang sama, hanya saja ukurannya berbeda. Venu 2 mengemas case berdiameter 45 mm dan strap 22 mm, sedangkan Venu 2S dengan case 40 mm dan strap 18 mm. Ukuran layar sentuhnya pun otomatis berbeda, Venu 2 dengan panel AMOLED 1,3 inci beresolusi 416 x 416 pixel, sedangkan Venu 2S dengan panel AMOLED 1,1 inci beresolusi 360 x 360 pixel.

Satu aspek yang disempurnakan cukup signifikan pada Venu 2 dan Venu 2S adalah baterai. Dalam sekali pengisian, Venu 2 dapat bertahan sampai 11 hari, atau sampai 8 jam kalau GPS-nya aktif terus-menerus selagi meneruskan musik ke earphone atau TWS via Bluetooth. Bandingkan dengan Venu orisinal yang cuma bisa bertahan sampai 5 hari pemakaian, atau 6 jam untuk penggunaan GPS.

Bahkan Venu 2S yang berukuran lebih kecil pun rupanya juga memiliki baterai yang lebih perkasa; sampai 10 hari, atau 7 jam pemakaian GPS beserta musik tadi. Juga istimewa adalah dukungan fast charging; pengisian selama 10 menit saja cukup untuk pemakaian selama satu jam dengan GPS dan musik. Bicara soal musik, perangkat ini punya storage yang cukup untuk menyimpan sekitar 650 lagu dari layanan streaming seperti Spotify atau Deezer.

Dari segi fitur, Venu 2 dan Venu 2S datang membawa deretan sensor yang lengkap, mulai dari yang standar seperti accelerometer dan gyroscope, sampai yang lebih advanced seperti termometer, altimeter, pulse oximeter untuk mengukur SpO2, dan tentu saja heart-rate monitor. Keduanya pun juga dibekali chip NFC yang mendukung fitur pembayaran elektronik Garmin Pay.

Profil aktivitasnya pun bertambah banyak hingga mencakup teknik olahraga macam HIIT (high-intensity interval training), dan keduanya juga dapat mengestimasikan “Fitness Age” dari masing-masing pengguna berdasarkan sejumlah parameter yang relevan. Harapannya, metrik ini bisa memberikan dorongan ekstra bagi pengguna untuk memulai gaya hidup yang lebih sehat.

Di Amerika Serikat, Garmin Venu 2 dan Venu 2S saat ini sudah dipasarkan dengan harga $400, banderol yang sama persis seperti pendahulunya ketika pertama dirilis. Pilihan warnanya cukup beragam, baik untuk bezel maupun strap-nya, dan secara keseluruhan perangkat diklaim tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Sumber: Garmin dan Ars Technica.