Kiat Tepat Membangun “Growth” Bisnismu Melalui Pengembangan Produk

Banyak cara dilakukan untuk menarik dan meyakinkan orang agar membeli produk Anda. Salah satunya adalah membuat orang langsung mencoba produk Anda secara gratis.

Seperti metode freemium atau free trial yang lumrah banyak digunakan oleh perusahaan digital ternama sebagai strategi untuk menarik banyak pengguna. Keduanya, ternyata merupakan bagian dari adaptasi tren pendekatan product-led growth yang populer mulai tahun 2020 ini. Strategi diklaim menjadi masa depan strategi bisnis untuk berkembang.

Product-led growth (PLG) sendiri merupakan metode memusatkan produk sebagai penggerak utama untuk mengakuisisi, mengaktivasi, dan mengelola pengguna (user). Strategi ini fokus pada end-user langsung dengan memangkas langkah-langkah panjang yang biasa perusahaan lakukan dengan metode marketing-led/sales-led growth.

Sejumlah brand ternama sudah memanfaatkan strategi product-led growth

Fokus pada mempercepat penyampaian value produk, versi semacam ‘try-before-you-buy’ seperti freemium dan free trial ini mempermudah pengguna sehingga mereka bisa langsung merasakan sendiri manfaat dan seluruh fitur produk sepanjang mereka inginkan serta merasakan langsung bagaimana ternyata produk tersebut bisa mengatasi masalah mereka dengan mudah.

Akumulasi dari experience langsung dan terus menerus ini kemudian idealnya membuat pengguna tertarik untuk memutuskan pembelian produk atau terus menggunakan produk tersebut sebagai solusi permasalahan mereka.

Hal ini senada dengan survei dari Forrester yang menyebutkan, 75% B2B condong memilih self-serve model. 3 dari setiap 4 B2B buyers lebih memilih self-educate dibandingkan belajar tentang produk dari tim sales perusahaan.

Strategi product-led growth ini bisa kita lihat dari brand kenamaan luar negeri yang berkecimpung di industri digital berbasis cloud seperti teleconference maupun desain online. Produk mereka banyak diadopsi oleh pengguna karena mudah digunakan dan terlebih lagi memiliki opsi fitur tanpa berbayar.

Pada akhirnya, bisnis brand-brand besar ini tumbuh dengan cepat dengan sedikit uang yang dikeluarkan untuk pemasaran (marketing-led growth). Produk mereka terpasarkan dengan sendirinya dari cerita mulut-ke-mulut para pengguna ‘gratis’ yang puas akan produk tersebut.

Kiat membangun strategi product-led growth

Mengimplementasikan product-led growth mempunyai manfaat yang besar, seperti memperluas jangkauan pengguna, meningkatkan kepuasaan pelanggan, dan mengurangi biaya akuisisi pengguna.

Adapun kiat dalam membangun product-led growth sebagai berikut:

1. Jadikan customer experience yang pertama

Ketika membuat produk, visi yang harus dibangun adalah bagaimana produk tersebut memberikan pengalaman terbaik bagi yang menggunakannya. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh PwC, 73% konsumen mengatakan customer experience merupakan faktor esensial dalam melakukan keputusan pembelian.

2. Kuasai road map produk

Setelah memiliki visi yang fokus pada pengalaman pengguna, selanjutnya adalah membuat peta jalan produk sebagai petunjuk bagi founder sendiri maupun tim produk akan apa saja yang harus dilakukan untuk menyukseskan tujuan atau program yang coba dibangun.

3. Fokus pada adopsi dan engagement user/customer

Membuat produk dengan segala fitur canggih saja tidak cukup. Produk yang dibuat harus bisa menarik dan membantu pengguna untuk terus menggunakan produk Anda. Salah satu caranya adalah memperkenalkan dan menuntun pengguna anda mengoptimalkan fitur-fitur produk lain yang belum terjamah seperti fitur guides.

4. Selalu kembangkan produk

Selalu kembangkan produk mengikuti kebutuhan pengguna. Cara ini memberikan makna bahwa perusahaan Anda selalu peduli dan berusaha memberikan solusi yang terbaik. Lebih lagi, ini bisa memupuk kesetiaan pengguna.

5. Kuatkan strategi dengan data

Ingin membuat produk yang bagus dan disukai oleh banyak orang artinya membutuhkan data perilaku pengguna target pasar produk Anda. Anda bisa meminta feedback langsung dari pengguna atau melihat data tracking saat pengguna mencoba produk Anda.

Misalnya, kenapa fitur A lebih sedikit digunakan dibanding fitur B. Dari data tersebut Anda bisa mengambil keputusan mana yang harus diperbaiki dan terus dikembangkan. Cobalah mulai untuk menggali permasalahan apa yang sedang dihadapi dari data tersebut dan mencari solusinya.

Terlihat mudah, namun menjalankan strategi product-led growth juga membutuhkan pemaham yang lebih mendalam baik bagi seorang founder maupun product manager. Belajar memahami langsung dari praktisi profesional bisa menjadi salah satu jawabannya.

Mengakomodasi hal ini, DailySocial akan mengupas tuntas strategi product-led growth pada Selasa, 18 Januari 2022 mendatang dalam webinar #SelasaStartup dengan topik “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth.”

Kiat-Tepat-Membangun-Growth-Bisnismu-Melalui-Pengembangan-Produk

Acara yang digelar daring ini nantinya akan menjelaskan product-led growth lebih mendalam disertai berbagai tips dan best practice langsung dari Amplitude, perusahaan pionir dalam bidang digital optimization dan Robert Tan, VP of Pluang serta Dhiku Hadikusuma Wahab, Chief Product Officer of Vidio .

Mulai “growth” bisnismu melalui pengembangan produk sekarang. Daftar #SelasaStartup melalui tautan ini.

 

Menjual Webinar dan Kelas Online di Lynk id, Super Praktis!

Semakin maraknya digitalisasi berdampak pada bertambahnya online events seperti webinar dan kelas online yang diadakan oleh content creator atau akun platform edukasi. Jika Anda adalah salah satu pengguna media sosial yang sering menyelenggarakan online events ini, maka Anda harus tahu bahwa cara menjual webinar di Lynk id bisa jadi solusi praktis untuk Anda.

Dengan Lynk id, Anda tidak perlu repot-repot membuat formulir pendaftaran di Google Form ataupun meminta peserta untuk screenshot bukti pembayaran event. Semua dapat Anda atur dalam satu tahapan di akun Lynk id Anda. Jika Anda belum tahu apa itu Lynk id dan kegunaannya, lihat terlebih dahulu pembahasannya di sini.

Cara Menjual Tiket Webinar dan Kelas Online di Lynk id

Umumnya, jika Anda ingin menjual webinar atau kelas online, Anda perlu membuat formulir pendaftaran dengan Google Form. Kemudian, peserta harus mengirimkan bukti pembayaran kepada Anda selaku penyelenggara dan Anda perlu mengirimkan link event satu per satu ke peserta. Cara seperti itu tentu merepotkan dan menyita banyak waktu.

Jika Anda menggunakan Lynk id, peserta bisa mengisi form pendaftaran, melakukan pembayaran, dan menerima link event di satu tempat karena Lynk id juga telah terhubung dengan payment gateway. Untuk bisa menjual webinar di Lynk id, Anda bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini:

  • Login ke akun Lynk id Anda dan klik Add New Block.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Lalu, pilih Event.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Selanjutnya, isi informasi terkait acara mulai dari menambah gambar dengan klik Add Image.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Kemudian, masukkan judul dan deskripsi event.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Setelah itu, pilih platform yang akan digunakan pada online event tersebut (Zoom/Google Meets/Other) dan masukkan link acara (Zoom/Google Meets/WhatsApp Group/dll).

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Berikutnya, masukkan jadwal event, mulai dari tanggal, jam, dan durasi acara.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Jika Anda ingin membuat acara berbayar, isi kolom Price dengan harga tiket acara tersebut. Apabila Anda ingin memberikan potongan harga, masukkan jumlah potongan harga di kolom Sale Price.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Kemudian, aktifkan Item Quantity jika jumlah tiket event terbatas dan masukkan jumlah stok.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Lalu, jika Anda ingin peserta mendapat notifikasi Whatsapp setelah mendaftar, Anda dapat mengaktifkan WhatsApp Notification. Namun, fitur ini akan memotong biaya sebesar 400 rupiah per notifikasi.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Setelah itu, Anda bisa membuat form pendaftaran pada Custom Field yang nantinya harus diisi oleh peserta. Anda bisa mengaktifkan tombol Required jika peserta wajib mengisi informasi tersebut.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Apabila Anda ingin menambah pertanyaan lainnya, klik Add Another Question.
  • Terakhir, pilih tombol Call To Action yang Anda inginkan.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

  • Jika semua sudah sesuai, klik Add Product.

 

cara menjual webinar di lynk id

 

Apabila Anda telah berhasil mengikuti cara menjual webinar di Lynk id tersebut, selanjutnya Anda bisa memasukkan link halaman Lynk id Anda ke bio media sosial Anda. Setelah itu, Anda bisa memberikan instruksi kepada calon peserta untuk mengakses link pendaftaran melalui halaman tersebut.

Mempelajari Aspek Legal dan Hukum dalam Bisnis Startup

Persoalan hukum masih belum banyak yang dipahami oleh startup baru. Minimnya informasi dan wawasan tentang berbagai aspek legal, kerap menyulitkan startup untuk melangkah lebih jauh.

Untuk mengetahui lebih jauh hal-hal mendasar seputar legalitas dan aspek hukum lainnya, program inkubator DSLaunchpad ULTRA menghadirkan Founder & CEO Kontrak Hukum Rieke Caroline.

Tentang founders agreement

Bukan hanya startup di Indonesia, pemahaman soal founders agreement atau perjanjian antarpendiri startup juga telah diterapkan oleh startup secara global. Ini penting untuk dibuat, agar nantinya ada perjanjian hukum yang akurat terkait dengan hal-hal yang mendukung tumbuhnya bisnis. Mulai dari kepemilikan HKI, aktivitas usaha, modal usaha, setoran modal setiap pihak, pembagian profit, hak dan kewajiban para pihak, komitmen pendirian badan usaha, kerahasiaan, dan penyelesaian perselisihan.

“Jika saat dibangunnya startup pendiri belum menemukan partner yang tepat, penting untuk kemudian diperhatikan perjanjian antar pendiri ini saat nantinya telah ditemukan co-founder di startup. Pemahaman dan pembuatan perjanjian ini bisa membantu startup di masa mendatang,” kata Rieke.

Secara khusus perjanjian antara pendiri nantinya bisa membantu sesama pendiri untuk mendapatkan perlindungan hukum, mengamankan usaha, hak dan kewajiban antar pihak menjadi jelas, memperkecil skala risiko konflik dan tentunya meningkatkan kepercayaan.

Perlindungan merek

Persoalan hukum lainnya yang juga wajib untuk diperhatikan oleh startup saat membangun usaha adalah mendaftarkan merek atau brand startup mereka. Terdapat beragam kategori yang kemudian wajib untuk diperhatikan, mulai dari paten, merek, hak cipta, hingga desain industri. Untuk merek yang merupakan atas nama pribadi, kelompok atau perusahaan, pada umumnya bisa mendapatkan perlindungan selama 10 tahun. Artinya setiap 10 tahun, startup wajib untuk melakukan pendaftaran kembali.

Jika nantinya startup berencana untuk melakukan ekspansi ke luar negeri, pendaftaran merek tersebut juga harus didaftarkan di negara yang dituju. Terdapat beberapa bentuk brand yang wajib untuk didaftarkan, apakah itu dalam bentuk 3D, kata, merek itu sendiri, logo atau gambar, hologram, sampai suara.

Brand merupakan identitas yang sangat kuat dan menjadi ingatan seseorang. Dengan alasan itulah pentingnya membangun brand yang nantinya akan melekat di ingatan seseorang,” kata Rieke.

Selain mendaftarkan merek, penting bagi startup untuk mendaftarkan kelas barang. Dalam hal ini terkait dengan layanan atau jasa yang ditawarkan. Contohnya adalah platform seperti Gojek selain menawarkan aplikasi, mereka juga memiliki layanan jasa dan transportasi. Sementara platform seperti Kontrak Hukum selain memiliki aplikasi, mereka juga menawarkan jasa hukum.

Pemilihan PT atau CV

Meskipun keduanya memiliki sifat yang serupa, namun terdapat perbedaan antara CV dan PT. Dari sisi aturan dan kemudahan, CV lebih longgar dibandingkan. Pemilik CV bisa berkantor di mana saja bahkan di rumah, sementara untuk PT harus memiliki kantor di kawasan niaga atau perkantoran. Dari sisi modal dan pembagian harta usaha CV juga lebih fleksibel, namun untuk PT wajib untuk dipisahkan antara modal usaha dan modal pribadi untuk bisa menjalankan bisnis di bawah payung PT.

“Meskipun dimudahkan dari sisi aturan untuk CV namun terkait dengan investasi PT justru jauh lebih mudah dan tentunya menguntungkan. Dengan legalitas yang lengkap investor pada umumnya lebih memilih PT untuk berinvestasi dibandingkan dengan CV,” kata Rieke.

Untuk itu penting bagi startup menentukan dengan jelas tipe usaha yang ingin mereka bangun. Pada dasarnya semua proses tersebut wajib untuk diperhatikan untuk menjamin persoalan hukum akurat dan tentunya mengikuti peraturan yang ditetapkan untuk bisnis.

Pegawai startup

Hal menarik lainnya yang juga dibahas adalah persoalan dalam hal proses perekrutan pegawai di startup. Ada beberapa poin penting yang kemudian dibahas. Di antaranya adalah PKWTT (perjanjian kerja waktu tidak tertentu karyawan tetap probation 3 bulan), PWKT (perjanjian kerja waktu tertentu karyawan kontrak paling lama 2 tahun), NDA (non disclosure agreement/kerahasiaan), Non-Compete (anti persaingan), IP Ownership (kepemilikan HKI), dan ESOP (employee stock ownership plan).

Penting bagi startup untuk memahami dan menerapkan persoalan kepegawaian, agar terhindar dari konflik dan masalah di masa mendatang. Terutama bagi startup yang baru dirintis, sehingga ke depannya bisa menemukan formula yang tepat proses perekrutan pegawai, ketika waktunya bisnis mulai berkembang.

Webinar #SelasaStartup How Edtech Startups Steal a Spotlight in the Pandemic

Webinar #SelasaStartup merupakan acara mingguan yang diadakan setiap hari Selasa dengan menampilkan tech founder dan pelaku industri untuk dapat memberikan insight kepada komunitas teknologi DailySocial.id. Selama pandemi covid-19, webinar #SelasaStartup diadakan secara online melalui youtube channel DailySocial.id secara live.

Pada sesi webinar #SelasaStartup kali ini DailySocial.id mengundang Tomy Yunus, Co-Founder & CEO Cakap dengan mengusung tema How Edtech Startups Steal a Spotlight in the Pandemic.

Cakap adalah sebuah perusahaan startup pengembang aplikasi edukasi teknologi asal Indonesia yang berfokus kepada pendidikan dua arah secara daring.

Webinar Selasa Startup
Tomy Yunus, Co-Founder & CEO of Cakap

Webinar ini akan membahas mengenai bagaimana kondisi pandemi dapat mendorong startup edtech untuk semakin berkilau, terutama yang menyediakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan skill dan kemampuan penggunanya. Akan dibahas pula mengenai perubahan perilaku pengguna layanan edtech secara umum sejak pandemi berlangsung dan masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, serta perubahan strategi seperti apa yang dilakukan Cakap untuk dapat mempertahankan bisnisnya.

Daftar segera di loket.com/event/dsxck

Button

CDC UI Kembali Adakan Ekspo Beasiswa, Kewirausahaan, dan Karier

Career Development Center Universitas Indonesia (CDC UI) bekerja sama dengan Klob akan menyelenggarakan UI Career, Scholarship & Entrepreneurship Virtual Expo (UI CSE Expo) pada tanggal 4-7 November 2020. UI CSE Expo biasanya dilakukan dalam dua kali setahun, yakni setelah wisuda UI dilakukan pada semester ganjil dan semester genap.

Perhelatan ini ditargetkan akan diikuti oleh berbagai perusahaan dan instansi guna menjembatani kebutuhan para lulusan akan pekerjaan, jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memperkenalkan bisnis atau kewirausahaan yang dimiliki kepada khalayak yang lebih luas.

Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya (free entry) dengan rincian acara sebagai berikut:

  1. UI Career, Scholarship & Entrepreneurship Virtual Expo 2020 yang akan terselenggara bulan November nanti merupakan event yang akan dilaksanakan untuk ke-30 kalinya dan merupakan pertama kalinya diselenggarakan secara virtual sebab kondisi pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini.
  2. Empat kegiatan akan diselenggarakan secara virtual di UI Career, Scholarship & Entrepreneurship Virtual Expo 2020 selama tanggal 4-7 November 2020, yaitu:
  • Pameran Karier: pada website Klob, pengunjung dapat mengakses virtual booth dari perusahaan yang berpartisipasi pada acara ini dan melakukan job/intern application. Pengunjung juga dapat melakukan interaksi atau bertanya-tanya kepada perusahaan melalui fitur chat yang disediakan.
  • Pameran Beasiswa: pengunjung dapat mengakses virtual booth dari institusi yang berpartisipasi pada acara ini dan melihat informasi mengenai beasiswa yang tersedia, serta melakukan scholarship application.
  • Pameran Kewirausahaan: pengunjung dapat mengakses virtual booth dari startup yang berpartisipasi pada acara ini—baik startup dari mahasiswa maupun alumni—dan mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai startup yang dibina, produk-produknya, dan peluang untuk melakukan kolaborasi.
  • Webinar/Seminar Karier: pengunjung dapat mengikuti Webinar/Seminar Karier yang akan menghadirkan pembicara yang ahli pada bidangnya dan juga turut menghadirkan perwakilan dari perusahaan yang berpartisipasi dalam acara ini untuk memberikan informasi dan tips seputar dunia karier.
  1. Acara ini tidak dipungut biaya, pengunjung dapat langsung mengakses virtual booth untuk menikmati pameran melalui website Klob. Namun, untuk bisa mengikuti mata acara Webinar/Seminar Karier, pengunjung harus mendaftarkan diri terlebih dahulu di website Klob mulai tanggal 28 Oktober 2020. Setelah melengkapi data, peserta akan menerima email konfirmasi dan tautan ke Zoom yang dapat diakses pada hari H sesuai jadwal yang tertera.

Pengunjung yang tertarik untuk mengikuti dan mengetahui lebih lanjut terkait acara ini, dapat mengakses akun Instagram resmi UI Career, Scholarship & Entrepreneurship Virtual Expo 2020 ( @careerexpo.ui ) untuk mendapatkan informasi selengkapnya.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner UI CSE Expo 2020

Compfest 2020 Masuki Acara Puncak, Hadirkan Puluhan Sesi Webinar Bahas Tren Bisnis Teknologi

Compfest adalah acara TI tahunan yang diinisiasi oleh Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Dalam rangkaiannya termasuk kegiatan berbagi pengetahuan terkini, kompetisi teknologi, hingga job fair. Di tengah pandemi, seluruh agenda Compfest ke-12 ini dieksekusi secara daring.

Setelah dilaksanakan sejak beberapa minggu lalu, akhirnya acara puncak akan segera digelar. Bertajuk “Compfest Talks”, acara puncak ini akan menghadirkan sesi talkshow menghadirkan pembicara ternama dari Indonesia. Pelaksanaannya pada tanggal 3-4 Oktober 2020.

Berbagai topik akan dibahas oleh para pemateri yang mendalami bidang terkait, mulai dari industri kreatif, blockchain, kecerdasan buatan, startup, big data, dan lain sebagainya. Total ada 20 sesi yang akan diikuti sekitar 50 pemateri.

Beberapa nama yang sudah dikonfirmasi akan hadir adalah Johnny G. Plate, Sandiaga Uno, Rachmat Kaimuddin (CEO Bukalapak), Alfatih Timur (CEO Kitabisa), Pangeran Siahaan (CEO Asumsi), Dayu Dara Permata (CEO Pinhome), dan lain-lain.

Saat ini pendaftaran peserta masih dibuka. Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi situs resmi Compfest melalui tautan: https://compfest.id.

Compfest 2020

DailySocial merupakan media partner Compfest

Kamera Mirrorless Fujifilm Sekarang Bisa Dipakai Sebagai Webcam

Bulan lalu, Canon merilis software yang dapat menyulap kamera buatannya menjadi webcam. Jika Anda bukan pengguna kamera Canon seperti saya, reaksi paling wajar saat mendengar kabar tersebut adalah berharap supaya pabrikan-pabrikan kamera lain segera mengikuti jejak Canon.

Harapan itu akhirnya terkabul, terutama apabila Anda punya kamera bikinan Fujifilm. Ya, pengguna kamera Fuji kini bisa mengunduh software bernama Fujifilm X Webcam Support pada perangkat Windows 10-nya, lalu menyambungkan kamera mirrorless kesayangannya via USB untuk dijadikan webcam di kala mengikuti webinar atau video conference via Zoom, Google Meet, maupun berbagai layanan lainnya.

Sangat disayangkan kamera yang didukung tergolong amat sedikit: X-T2, X-T3, X-T4, X-Pro2, X-Pro3, X-H1, GFX 50S, GFX 50R, dan GFX100. Seri X100 tidak ada sama sekali, demikian pula seri X-E. Sebagai pengguna X-E2, saya turut bersedih, dan bagi para pengguna X-E3, saya maklum kalau Anda heran mengapa kamera tersebut tidak didukung meski usianya lebih muda daripada X-T2.

Terlepas dari itu, instalasi dan cara penggunaan software ini cukup mudah, meski menurut saya agak sedikit lebih ribet daripada penawaran Canon. Silakan ikuti panduan langsung dari Fujifilm, atau tonton video tutorial dari Fuji Guys berikut ini.

Satu hal yang menarik adalah, fitur khas Film Simulation rupanya tetap bisa dipakai selama kamera berfungsi sebagai webcam. Ingin mengikuti video conference dengan tampilan hitam-putih? Silakan saja.

Semoga ke depannya jumlah kamera yang kompatibel bisa bertambah. Juga belum tersedia sejauh ini adalah software webcam versi macOS.

Via: PetaPixel.

Loket Luncurkan “Loket Live”, Mudahkan Pengelolaan dan Monetisasi Acara Online

Pandemi tidak menghentikan startup teknologi pengembang layanan manajemen acara Loket untuk berinovasi. Fitur baru bertajuk “Loket Live” hari ini (19/5) diresmikan, memungkinkan para penyelenggara mengelola acara online mereka.

Di dalamnya sudah mencakup beberapa layanan, mengintegrasikan sistem manajemen tiket dan streaming video dengan dukungan teknologi GoPlay. Diharapkan dengan platform ini dapat membuat acara online yang diselenggarakan dapat dihelat secara profesional.

Loket Live juga sekaligus melengkapi layanan Loket bagi para event creator, mulai dari pembuatan konsep dan persiapan acara, pembuatan halaman event virtual, pendistribusian tiket, penyelenggaraan halaman streaming video, hingga analisis laporan setelah acara selesai.

Tampilan laman streaming di platform Loket Live / Loket
Tampilan laman streaming di platform Loket Live / Loket

Head of Loket Tubagus Utama mengungkapkan bahwa situasi pandemi secara langsung memberikan imbas yang cukup besar bagi industri event dan hiburan, termasuk juga para pekerja yang terlibat di dalam ekosistem ini.

“Secara konsep, kami membawa eksklusivitas ke event virtual dengan menerapkan sistem penjualan sebagaimana dalam event offline, dengan satu tautan untuk satu transaksi tiket; yang hanya bisa digunakan oleh satu perangkat konsumen,” ujarnya.

Selain mendistribusikan tiket acara online secara lebih luas, konsep tiket berbayar ini menurut Bagus menjadi kunci penting bagi keberlangsungan industri.

VP Commercial Loket Ario Adimas menambahkan, ke depannya layanan Loket Live juga bisa digunakan oleh para penyelenggara acara dengan berbagai skala event.

“Seperti halnya layanan self-service yang kami terapkan dalam pembuatan event di Loket, kami akan membuka layanan ini seluas-luasnya kepada seluruh event creator. Kami juga optimis bahwa event online akan menjadi ‘new normal’ yang terus diminati bahkan setelah pandemi ini berakhir. Hal ini terbukti dari lonjakan jumlah pembuatan event online di Loket hingga 2000 event dalam kurun waktu sebulan terakhir,” jelas Dimas.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Sinergi dan Inovasi Startup selama Masa Pandemi

Semakin meningkatnya angka positif virus corona di Indonesia membuat setiap elemen masyarakat terus bahu membahu untuk bersama-sama menekan laju penyebaran virus tersebut, termasuk startup-startup lokal. Bagi startup sendiri, mereka dapat memberikan kontribusi melalui inovasi produk serta sinergi yang diciptakan untuk membantu kegiatan dan kebutuhan masyarakat selama masa pandemi. Di sisi lain, kontribusi ini sendiri dapat menunjukkan apakah produk yang dimiliki memang tetap dibutuhkan masyarakat meski saat masa-masa sulit.

Hal ini yang juga menjadi pembahasan webinar “Behind The Wheel” seri ketiga yang diselenggarakan pada Rabu (13/5) lalu. Memasuki minggu ketiganya, webinar ini mengangkat tema “Tech Startups Role During COVID-19 Pandemic”. Seri ketiga ini mendatangkan cukup banyak pembicara dari latar belakang yang beragam antara lain Suci Arumsari (Co Founder & Director Alodokter), dr. Alni Magdalena (Head of Medical Community-Operations Alodokter), Edward Jusuf (CEO Opsigo), Achmad Sugiarto (CSO Telkom Group), Fajar Eri Dianto (Ketua Umum Relawan TIK), Tomy Hendrajati (President of Human Initiative), dan dimoderatori oleh Aldi Adrian (VP of Investment MDI Ventures). Melalui pembahasan minggu ini, masing-masing pembicara memberikan pendapatnya mengenai peran inovasi startup dalam membantu masyarakat selama masa pandemi ini serta adanya peningkatan adopsi digital yang terjadi di masyarakat.

Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Digital

Salah satu vertikal bisnis startup yang mungkin bersentuhan langsung dalam menghadapi masa pandemi ini adalah healthtech. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tetap dapat terlayani meski memiliki keterbatasan interaksi secara langsung melalui platform layanan kesehatan digital. Co Founder & Director Alodokter, Suci Arumsari, mengatakan bahwa kebutuhan akan informasi tentang kesehatan mengalami peningkatan. Hal ini membuat platform healthtech sendiri juga terus terdorong untuk meningkatkan kualitas layanan digital setelah meningkatnya permintaan dari masyarakat.

“Ada dampak positif bagi masyarakat, yaitu mereka menjadi lebih aware mengenai kesehatan” tambah Suci.

Meningkatnya kebutuhan informasi ini juga dapat terlihat dari data kunjungan rumah sakit yang menurun namun terjadi peningkatan penggunaan layanan tele-konsultasi oleh masyarakat selama masa pandemi ini. Tidak hanya masyarakat, dokter dan rumah sakit pun saat ini juga mulai mencari platform digital agar tetap dapat melayani pasien meski dalam berbagai keterbatasan.

“Kurang lebih 50-70% kunjungan ke rumah sakit turun” terang Head of Medical Community-Operations Alodokter, dr. Alni Magdalena.

Bagi Alodokter sendiri, salah satu cara mereka dalam menjaga dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan digital yang semakin dibutuhkan masyarakat ini adalah dengan menerapkan SOP yang ketat kepada para dokter serta membantu memberikan informasi yang tepat dan akurat sehingga masyarakat terhindar dari hoax mengenai informasi kesehatan.

Menciptakan Sinergi dan Inovasi selama Pandemi

Salah satu yang juga turut terus menjadi bahasan dalam webinar kali ini adalah bagaimana startup-startup di Indonesia dapat terus menciptakan inovasi produk serta melakukan sinergi untuk menjawab kebutuhan masyarakat selama masa pandemi. Situasi ini juga disebut sebagai momen yang pas untuk startup dalam menemukan ceruk yang paling dibutuhkan oleh masyarakat lalu mulai melakukan penambahan fitur berdasarkan kebutuhan tersebut meskipun startup tersebut harus melakukan pivot.

Salah satu startup yang juga melakukan pivot di masa pandemi ini adalah Opsigo. Lesunya industri pariwisata akibat larangan bepergian selama masa pandemi ini membuat Opsigo mencari peluang baru dalam memberikan manfaat kepada masyarakat melalui platformnya. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan pivot dari penyedia layanan pemesanan kamar hotel ke pemesanan dan pengecekan ketersediaan kamar rumah sakit terutama untuk pasien COVID-19.

“Di satu titik kita juga mendapatkan satu challenges baru, selama pandemi ini kita belum mendengar pemerintah memiliki platform untuk mendeteksi ketersediaan rumah sakit” terang CEO Opsigo, Edward Jusuf.

Kita melakukan sedikit perubahan dari sistem yang sudah kita develop sebelumnya, sekarang ini kita melakukan sedikit pivoti

Adaptasi bisnis dalam bentuk pivot seperti ini penting untuk dilakukan startup dalam vertikal manapun untuk terus bertahan dan memiliki dampak positif bagi masyarakat selama masa pandemi ini

Disruption dalam setiap vertikal industri sangat mungkin terjadi” terang CSO Telkom Group, Achmad Sugiarto.

Selain menghadirkan inovasi produk baru, salah satu peran yang dapat dilakukan oleh startup adalah menciptakan sinergi dalam bentuk kolaborasi antar startup untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Kolaborasi ini dapat dimulai dengan melakukan kongsi kecil namun tetap dapat memberikan dampak.

“Kita berpikir bahwa tahun ini sebenarnya tidak bisa kita melakukan secara parsial, secara sendiri, yang bagus adalah kita melakukan sinergi” tambah Achmad.

Kolaborasi seperti ini juga tidak hanya dilakukan oleh startup, tetapi juga oleh Non Government Organization (NGO) seperti Human Initiative yang juga melakukan penggalangan donasi selama masa pandemi ini di platform sendiri dan melalui kegiatan partnership dengan pihak lain untuk memperluas jangkauannya.

“Kolaborasi itu menjadi harga mati untuk kita menghadapi situasi pandemi seperti sekarang ini” ujar Tomy Hendrajati selaku President dari Human Initiative.

Memanfaatkan Peningkatan Adopsi Digital Masyarakat

Situasi pandemi ini juga dianggap tetap dapat mendatangkan potensi-potensi dari kebiasaan baru dalam menggunakan platform digital yang diadopsi oleh masyarakat. Menurut CEO Opsigo, Edward Jusuf, salah satu hal positif yang dapat diambil dari situasi pandemi ini adalah potensi baru yang hadir dalam memudahkan penjualan produk ke depannya. Salah satu penyebabnya adalah karena saat ini masyarakat sudah mulai menyadari pentingnya platform digital dalam mendukung kegiatan mereka. Meski begitu, Edward sendiri tidak menampik bahwa tetap ada ancaman-ancaman baru terutama bagi industri pariwisata atau travel yang harus segera disiasati secara strategis.

“Sedikit banyak ada satu ancaman baru dimana orang-orang mulai terbiasa dengan meeting online ” ujar Edward.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Relawan TIK, Fajar Eri Dianto. Fajar mengungkapkan bahwa adopsi digital meningkat secara pesat karena masa pandemi saat ini. Masyarakat ikut terdorong untuk menggunakan platform digital mulai dari kegiatan belajar hingga pembelian kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah produk startup yang saat ini tersedia sudah dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat selama pandemi ini. Selain itu, hal yang patut diperhatikan sebagai efek samping penggunaan teknologi yang meningkat ini adalah kesadaran terhadap privasi. Masih banyak masyarakat yang membutuhkan literasi digital tentang hal ini salah satunya karena adopsi digital yang dilakukan secara mendadak.

“Kita mulai menekankan kepada masyarakat kalau privasi seperti ini, jangan asal hanya karena ingin online, harus online, semua data harus di-share” tambah Fajar.

Melalui pembahasan webinar kali ini, kita dapat melihat bahwa startup harus terus dapat melihat potensi sinergi dan inovasi dalam memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui produk-produknya. Tentunya masih banyak penerapan produk teknologi yang dapat dibahas dalam membantu masyarakat selama masa pandemi, salah satunya adalah penggunaan artificial intelligence (AI) dan machine learning.

Kedua produk tersebut juga akan menjadi pembahasan pada rangkaian terakhir dari webinar Behind The Wheel di minggu depan. Dengan mengusung tema “Artificial Intelligence & Machine Learning to Fight COVID-19”, webinar kali ini akan mendatangkan beberapa pembicara seperti Irzan Raditya (CEO Kata.ai), Bachtiar Rifai (CEO Volantis), dan beberapa pembicara lainya yang dapat memberikan insight menarik tentang penggunaan AI dan machine learning dalam membantu masyarakat di masa pandemi ini. Bagi kalian yang tertarik untuk mengikuti seri webinar minggu depan, silahkan mendaftarkan diri secara gratis melalui link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini merupakan bagian dari publikasi seri webinar Behind The Wheel yang diselenggarakan oleh MDI Ventures.

Peluang Kontribusi dan Pengembangan Produk bagi Startup selama Pandemi

Masa pandemi membuat beberapa startup kesulitan karena harus mengadaptasikan produknya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru bagi masyarakat. Mulai dari penyesuaian operasional hingga menciptakan produk baru harus dilakukan untuk tetap bertahan.

Hal ini juga dilihat oleh MDI Ventures dan Telkom Group yang mengadakan webinar berseri bertajuk “Behind The Wheel”. Webinar ini akan membahas banyak topik seputar bagaimana startup-startup di Indonesia dapat berkontribusi dan beradaptasi selama masa pandemi ini. Sehingga mungkin dapat membantu menambah pemahaman tentang adaptasi yang dibutuhkan selama situasi sulit ini.

Webinar ini sendiri akan memiliki empat rangkaian selama bulan Ramadan. Pada seri Behind The Wheel minggu pertama yang telah dilaksanakan Rabu (29/4) kemarin, tema yang diangkat adalah “IndonesiaBergerak Initiatives to Fight COVID-19“ Seri ini juga turut menghadirkan tiga orang pembicara antara lain Sandhy Widyasthana (COO & Portofolio Director MDI Ventures), Dika Maheswara (CEO Paket.ID), Rama Raditya (CEO dari Qlue), dan dimoderatori oleh Alvin Evander (Head of Synergy & Accelerator MDI Ventures). Melalui tema ini, masing-masing pembicara menjabarkan pendapatnya tentang bagaimana sebaiknya startup berperan dalam menghadapi masa pandemi.

Berkontribusi Kepada Masyarakat

Masa pandemi ini bisa menjadi momen startup untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui platform-nya. Kontribusi tersebut, diharapkan dapat meringankan beban pemerintah sekaligus memaksimalkan produk atau layanan yang dimiliki startup selama pandemi. Hal ini juga yang menggerakkan MDI Ventures untuk menciptakan program IndonesiaBergerak. COO & Portofolio Director MDI Ventures, Sandhy Widyasthana, menjelaskan bahwa melalui program ini startup-startup yang bergabung dapat memanfaatkan platform-nya untuk secara sukarela membantu memenuhi kebutuhan masyarakat selama masa pandemi di jalur independen.

“Melihat kondisi covid ini, kami tergerak untuk melakukan aktivitas nirlaba untuk berkontribusi kepada masyarakat.” ujar Sandhy

IndonesiaBergerak sendiri sejauh ini terdiri dari delapan startup yang berada di portofolio MDI Ventures yaitu Kata.ai, Alodokter, Paket.ID, Qlue, Opsigo, Qiscus, Privy.ID, dan Volantis.  Startup-startup ini saling mengintegrasikan platform-nya dengan bekerja sama juga dengan pemerintah dalam menekan angka penyebaran virus corona.

Melihat New Normal sebagai Peluang

Hal yang juga menjadi pusat pembahasan dari webinar ini adalah bagaimana startup dapat beradaptasi dengan kondisi baru atau new normal setelah masa pandemi ini berakhir. Salah satu cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan melihat kondisi new normal sebagai peluang mengembangkan produk.

Hal ini juga dilakukan oleh startup Paket.ID yang memanfaatkan situasi ini dengan melakukan pengembangan produk baru setelah melihat adanya peningkatan kebutuhan distribusi kebutuhan medis.

“Kita sedang menyiapkan modul-modul yang bisa dipakai untuk segmen rumah sakit dan farmasi, itu salah satu inisiatif kita untuk adaptasi dengan Covid-19 ini” ucap CEO Paket.ID, Dika Maheswara.

Hal senada juga disampaikan oleh CEO Qlue, Rama Raditya. Ia menambahkan bahwa kondisi new normal harus dilihat sebagai peluang menciptakan produk baru yang mungkin sebelumnya belum terpikirkan.

“Contohnya sekarang semua orang harus pake masker, awalnya kita kan mengolah data dari cctv itu tidak mendeteksi orang pake masker, tapi sekarang kita jadi punya modul baru untuk mendeteksi berapa persen orang yang keluar rumah nggak pake masker” ucapnya.

Ajang Pembuktian Para Startup

Dari sudut pandang venture capital, kondisi pandemi ini juga dapat membuktikan apakah suatu startup memiliki agility untuk beradaptasi dan bisa survive dalam berbagai situasi sehingga dapat lebih meyakinkan untuk didanai. Selain itu, masa pandemi ini juga tidak diharapkan malah menurunkan produktivitas startup. Startup yang terkena dampak atau penurunan performa harus dapat melihat peluang-peluang untuk melakukan pivoting agar bisnisnya tetap dapat berjalan dengan baik.

“Startup juga harus lebih semangat lagi dalam mencari peluang dan di satu sisi nggak boleh terlalu kaku, pivoting itu sangat penting” tambah Sandhy

Bagi MDI Ventures, mereka sendiri tetap akan melanjutkan investasi, namun tetap melihat juga startup yang memiliki impact positif sekaligus berencana untuk menolong startup bagus yang sedang mengalami kesulitan di situasi ini.

Selain ketiga hal di atas, tentunya masih banyak lagi pembahasan mengenai peran startup dalam masa pandemi yang bisa kita ikuti melalui rangkaian seri webinar Behind The Wheel yang juga mengusung tema Empowering People to Fight COVID-19 During Ramadan ini.

Pada seri kedua minggu depan, tema yang akan diangkat adalah “How Technology can Support Work From Home”. Melalui tema ini akan dibahas mengenai bagaimana startup dapat menyediakan produk teknologi yang dapat mendukung produktivitas kita selama work from home. Pembicara yang akan hadir pada seri ini adalah Edmon Makarim (Pakar hukum Telematika), Marshall Pribadi (CEO PrivyID), Evan Purnama (CTO Qiscus), dan Kuncoro Wastuwibowo (AVP Synergy Telkom Group). Bagi kalian yang tertarik untuk mengikuti seri webinar minggu depan, silahkan mendaftarkan diri secara gratis melalui link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini merupakan bagian dari publikasi seri webinar Behind The Wheel yang diselenggarakan oleh MDI Ventures.