Tokopedia Catat GMV Tertinggi dalam Sebulan, Senilai 18,5 Triliun Rupiah

Tokopedia mencatat rekor total transaksi tertinggi sepanjang bulan Mei di angka US$1,3 miliar atau setara 18,5 triliun Rupiah melalui momentum Ramadan Ekstra di tahun 2019. Hal ini turut meningkatkan nilai GMV (Gross Merchandise Value) per bulan yang kini menembus angka diatas US$1 miliar atau setara 14 miliar Rupiah. Pencapaian ini mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat dari Ramadan tahun lalu.

Selain itu, Tokopedia juga berhasil mencatatkan rekor transaksi harian di tanggal 17 Mei 2019 yang melampaui akumulasi transaksi di 6 tahun pertama mereka berdiri. Transaksi ini terjadi di 97% kecamatan di Indonesia dan melibatkan 5,9 juta penjual dari berbagai penjuru nusantara.

Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, “Sebagai perusahaan teknologi Indonesia, Tokopedia memiliki misi untuk mencapai pemerataan ekonomi secara digital. Ramadan Ekstra menjadi momentum validasi dampak pemerataan dan pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia lewat sektor digital.”

Tokopedia telah berkembang menjadi super ekosistem yang bukan lagi hanya memfasilitasi transaksi jual beli online, namun juga melakukan banyak digitisasi baik layanan publik maupun donasi. Ada lebih dari 7 miliar Rupiah donasi dan zakat terkumpul selama bulan Ramadan tahun ini.

Selain itu, terdapat inovasi lain seperti Tokopedia Play yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan idola mereka secara real-time. Berbagai inovasi yang diciptakan Tokopedia telah mengundang 2500 kunjungan per detik pada puncak Semarak Ramadan Ekstra 2019.

Disinggung mengenai rencana untuk masuk ke pasar global, William mengaku masih fokus untuk memperkuat posisi di pasar domestik. Salah satu usahanya adalah dengan meluncurkan TokoCabang sebagai gudang mandiri untuk mempermudah merchant dalam menjangkau konsumen lokal. Tokopedia sendiri mememiliki merchant yang 100% berasal dari domestik.

William mengungkapkan bahwa targetnya adalah Tokopedia agar menjadi perusahaan teknologi yang fokus di Indonesia terlebih dulu, yang ikut bergerak menumbuhkan perekonomian Indonesia, sebelum memikirkan ekspansi secara global.

“Untuk bersaing secara ekspor, otomatis harus kuat di domestik. Bagaimana bisa bersaing di pasar global jika tidak bisa jadi tuan rumah di negara sendiri,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

Apakah Ada “Sesuatu” Antara Tokopedia dan Bridestory?

Hari ini, DealStreetAsia menerbitkan berita mengenai kemungkinan akuisisi 100 persen saham marketplace produk pernikahan ternama Bridestory oleh marketplace terkemuka Tokopedia. Dalam kegamangan informasi akan transaksi yang mungkin (atau tidak) terjadi, kabar burung telah menyebar. Ada setidaknya tiga sumber yang menginformasikan kepada kami soal ini sebelum DealStreetAsia mempublikasikan artikelnya, namun CEO kedua belah pihak masih enggan memberikan keterangan lebih lanjut.

Menanggapi pertanyaan DailySocial, CEO Bridestory Kevin Mintaraga menyatakan kami menerima “informasi yang salah”, sementara CEO Tokopedia William Tanuwijaya, dengan singkat mengungkapkan bahwa ia tidak menanggapi rumor pasar.

Sekalipun sama-sama menjadi marketplace, Tokopedia dan Bridestory memiliki pasar yang berbeda. Kecil kemungkinan tujuannya untuk akuisisi pegawai (mungkin beberapa pegawai bisa berbagi fungsi yang sama), karena Bridestory kini tengah mendominasi pasar. Perkiraan terdekat adalah mereka berkolaborasi dalam usaha mendominasi pasar masing-masing.

Tokopedia memiliki dana yang cukup di lumbung mereka, sementara menginformasikan ke media tentang langkah akuisisi bukanlah tradisi mereka. Kami menemukan adanya sebuah akuisisi (lebih tepatnya akuisisi pegawai) yang pernah dilakukannya namun tidak ada pernyataan resmi sampai saat ini.

Berdiri sejak tahun 2014, Bridestory digawangi oleh Mintaraga dan Doni Hanafi. Tanpa ada jumlah investasi yang diumumkan setelah melalui setidaknya empat putaran pendanaan, termasuk dari angel investor, DealStreetAsia menyebutkan valuasi Bridestory bisa mencapai $50 juta (lebih dari 700 miliar Rupiah) — jumlah yang belum seberapa dibandingkan Tokopedia yang menjadi startup dengan valuasi terbesar kedua di Indonesia senilai $7 miliar (lebih dari 100 triliun Rupiah) , setelah pendanaan teranyar yang dipimpin Softbank Vision Fund dan Alibaba akhir tahun kemarin.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Is Something Really Brewing Between Tokopedia and Bridestory?

DealStreetAsia today comes up with a story about possible 100 per cent acquisition of leading wedding marketplace Bridestory by the leading general marketplace Tokopedia. While we still puzzle on why this transaction may (or may not) happen, we do hear similar thing from the street. At least three different sources have told us about this story way before DealStreetAsia publishes its article, but CEO from both side are not keen to share the details.

Answering DailySocial‘s question, Kevin Mintaraga, Bridestory’s CEO, said we receive “a wrong information”, while William Tanuwijaya, Tokopedia’s CEO, shortly said he doesn’t comment on market rumor.

While both are marketplace, Tokopedia and Bridestory serve different market. With low possibility of acqui-hire (some employees may share function in both companies), Bridestory is currently the market leader, one possible guess is they team up to dominate their respective market.

Tokopedia has sufficient cash in its war chest, while telling media about acquisition is not part of its culture. We recognize at least one acquisition (acqui-hire to be exact) has been made in the past and no official statement is released until today.

Founded in 2014, Bridestory is led by Mintaraga and Doni Hanafi. With no disclosed amount of total funding after at least four funding round, including angel round, DealStreetAsia said Bridestory’s likely valuation will be up to $50 million — a modest amount since Tokopedia has the second highest valuation among startups in Indonesia with $7 billion, after the latest funding led by Softbank Vision Fund and Alibaba last year.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ramai Beradu Teknologi Realisasikan “Smart Logistics”

Sekitar tiga tahun lalu, saya berkesempatan mewawancarai mantan petinggi sebuah situs e-commerce raksasa. Dia menanyakan suatu hal kepada saya, apakah saya pernah belanja di tempatnya? Berapa lama pengirimannya? dan pertanyaan berkaitan lainnya.

Saya pun menjawabnya sambil mengira-ngira. Seingat saya pesanan sampai di tujuan dua hari setelah pembayaran dilakukan.

Ia kemudian mengernyitkan dahi dan bergumam, “Hmm, itu masih cukup lama. Lokasi tokonya di Jakarta juga kan ya?”

Saya menjawab, “Sepertinya begitu. Oh, itu masih kurang cepat ya? Padahal saya sudah [merasa] puas.”

“Itu masih kurang cepat karena pengiriman dalam kota,” ungkapnya. Kami melalui intermezzo tersebut dan melanjutkan wawancara.

Bagi konsumen, semakin cepat barang sampai di tangan akan semakin baik pengalamannya, termasuk menggiring mereka jadi loyal terhadap suatu brand.

Di balik segudang masalah yang Indonesia miliki, hal inilah yang membuat industri logistik belakangan jadi seksi untuk diseriusi. Industri ini turut berpengaruh besar ke ekosistem e-commerce namun inovasinya cenderung lamban.

Menurut Kemenhub, biaya logistik di Indonesia sekitar 29% dari total PDB di 2018, lebih besar dibanding angka 24% di tahun 2016. Data Bank Dunia di tahun yang sama memperlihatkan, Indonesia ada di posisi ke-63 dari 160 negara untuk indeks performa logistik.

Belakangan ini mulai ramai konsep smart logistics sebagai upaya modernisasi cara kerja logistik dengan teknologi. Tujuannya agar dapat menekan ongkos operasional dan pelayanan untuk konsumen tetap prima.

Di Tiongkok, konsep ini sudah lebih dahulu diterapkan. Menurut laporan JustLogsIt dan Bank of China di tahun 2016, Negeri Tirai Bambu tersebut berhasil menurunkan ongkos logistik selama satu dekade terakhir. Pada 2015, rasionya terhadap PDB adalah 16%.

Ongkos ini dipengaruhi tiga hal, yaitu biaya transportasi, pergudangan, dan manajemen yang di dalamnya mencakup soal upah.

Pengembangan smart logistics di Tiongkok dipicu buruknya kualitas gudang dan distribusi di negara tersebut, yang mendorong perusahaan e-commerce, seperti Alibaba (lewat Cainiao Network) dan JD.com (lewat JX), untuk mengoperasikan sistem logistik secara mandiri.

Sampai akhir 2015, sebanyak enam pemain ritel online telah membangun 49 logistics hubs, 200 regional distribution centers, dan 1.000 sub distribution centers. Alibaba memiliki penetrasi pasar 60% untuk pengiriman kurir instan, sementara JD.com 26,4% pada 2015.

Untuk mendorong efisiensi, pemerintah Tiongkok merilis peta jalan “Long Term Plan of China Logistics Industry Development” (2014-2020) yang merintis pengembangan konsep sistem logistik modern untuk mencapai pertumbuhan tahunan 8% dari industri logistik, dengan proporsi 7,5% terhadap PDB di 2020.

Pemahaman smart logistics

Berkaca dari fakta yang terjadi dan roadmap pemerintah Tiongkok, smart logistics bertujuan meningkatkan efisiensi industri logistik secara keseluruhan dengan pemanfaatan teknologi.

Di dalam proses logistik ada kombinasi berbagai fungsi, dari transportasi, pergudangan, pengemasan, distribusi, penyimpanan dan analisis informasi logistik dan sebagainya.

Pemanfaatan smart logistics dapat berupa penggunaan RFID (Radio Frequency Identification), GPS, komputasi awan, dan teknologi informasi lainnya ke dalam proses logistik, sehingga terjadi efisiensi dan penghematan ongkos. Bisa dikatakan smart logistics tidak jauh berbeda dengan logistics 4.0.

Menurut CEO Waresix Andree Susanto, hal ini adalah dimensi baru dalam manajemen logistik yang menggunakan aliran data untuk mendapatkan wawasan baru untuk mengoptimalkan operasi. Pelanggan pun akan puas dan melindungi bisnis mereka.

“Komponen penting untuk smart logistics akan terhubung dengan data, analitik canggih, keputusan otonom, dan IoT. Oleh karena itu, smart logistics akan memainkan peran yang sangat penting untuk merampingkan proses antara e-commerce marketplace – penjual – perusahaan logistik – dan konsumen akhir,” katanya kepada DailySocial.

Tidak sebatas penggunaan teknologi, menurut Head of Corp Communications & Public Affairs JD.id Teddy Arifianto, smart logistics juga harus dimulai dari mengubah mindset orang-orang, baik dari sisi penyedia layanan hingga konsumen.

“Sehingga terdapat sinergi utilitas yang terintegrasi end-to-end dan akhirnya membawa dampak tidak hanya dari sisi profit untuk bisnis, tapi juga buat hidup manusia itu sendiri,” terang Teddy.

SVP of Operations & SVP Product Management Blibli Lisa Widodo menambahkan, smart logistics bertujuan untuk memenuhi harapan konsumen yang sangat besar untuk pengiriman barang yang cepat, tepat waktu sesuai estimasi, biaya efisien, bisa dilacak posisinya, sehingga aman dari risiko barang hilang atau rusak.

“Kelebihan tambahannya adalah jadwal pengiriman dan alamat pengiriman yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan konsumen,” katanya.

Menurut Huatai Securities, smart logistics didukung empat aspek, yakni jaringan sensor, jaringan seluler dan internet, komputasi awan, dan aplikasi layanan. Kombinasi tersebut menghasilkan manajemen yang komprehensif dari aliran material dan aliran informasi seluruh rantai logistik.

Dari sumber yang sama diklaim hasil implementasi smart logistics diprediksi akan maksimal. Pertama, gudang modern dapat menghemat 70% biaya ruang dibandingkan gudang tradisional. Kedua, smart logistik dapat mengurangi 80% biaya tenaga kerja di segmen pergudangan.

Ketiga, melalui pemantauan penuh seluruh proses transfer dan penyimpanan bahan, efisiensi dan tingkat akurasi akan semakin meningkat. Selain itu, dari big data yang dikumpulkan sistem smart logistics, perusahaan logistik dapat memberikan lebih banyak nilai tambah untuk pelanggan.

Peluang bisnis baru

Lantaran smart logistics memiliki banyak kombinasi proses di dalamnya, hal ini menimbulkan peluang bisnis baru yang bisa dipertimbangkan pelaku logistik agar tetap adaptif dengan perkembangan teknologi. Peluang tersebut berbentuk menawarkan layanan maupun model bisnis baru dan digitalisasi kegiatan operasional inti.

Berdasarkan laporan PwC bertajuk “Industry 4.0: Digital Supply Chain-Logistic Autumn Conference” yang terbit tahun 2016, penawaran layanan bisa dilakukan dengan menerapkan end-to-end integrated supply chain system. Ini memungkinkan perusahaan memiliki rantai distribusi terintegrasi dari supplier, production, distribution, hingga customer.

Sistem tersebut akan memudahkan perusahaan mulai dari proses administrasi, pencatatan arus barang keluar masuk gudang, database yang terintegrasi hingga pemasaran. Terkait pencatatan arus keluar masuk barang, pelaku bisa menawarkan solusi warehouse management system ke konsumen B2B yang memungkinkan manajemen gudang secara real time, akurat, dan teroptimasi.

Model bisnis baru lainnya untuk konsumen B2B adalah dalam hal angkutan barang dari kota ke pedesaan dengan menyediakan platform yang mempertemukan kebutuhan distribusi perusahaan dengan penyedia jasa dalam berbagai aspek penyelenggaraan logistik.

Dari aspek pengangkutan barang misalnya, sebuah platform berbasis marketplace yang mempertemukan penyedia jasa angkutan barang dan perusahaan yang membutuhkan pengangkutan logistik bisa menjadi model bisnis baru.

Berbagai solusi seperti ini sudah mulai digeluti berbagai startup logistik yang beroperasi di Indonesia. Contohnya adalah Waresix yang fokus pada sewa gudang; TheLorry menawarkan jasa sewa truk; Kargo menghubungkan shipper dan transporter dalam platform; Shipper sebagai platform agregator perusahaan logistik; Lacak.io untuk GPS khusus di kendaraan logistik, Enchanto sebagai platform SaaS untuk teknologi e-commerce, dan masih banyak startup lainnya.

Keseluruhan startup tersebut masih berjalan sendiri-sendiri dengan menawarkan masing-masing solusinya yang tergolong “niche“, bahkan ada beberapa layanan yang menyasar korporasi logistik besar untuk internal perusahaan.

Sekarang adalah momen berlomba-lomba jadi yang terbesar.

Banyak investor tertarik dengan konsep-konsep smart logistics yang ditawarkan berbagai startup. Dalam setahun terakhir, pemberitaan soal funding di segmen ini makin marakdi antaranya pendanaan sebesar Rp24 miliar untuk Waresix dari East Ventures dan Monk’s Hill Ventures, kemudian pendanaan untuk TheLorry senilai Rp83 miliar yang dipimpin FirstFloor Capital.

Berikutnya, Kargo Technologies memperoleh dana sebesar Rp107 miliar dari Sequoia India dan Travis Kalanick, lalu SiCepat memperoleh kucuran dana sebesar Rp704 miliar dari Barito Teknologi dan Kejora InterVest Growth Fund.

Tak mau kalah, Grab baru-baru ini mengucurkan investasi ke Ninja Van untuk mengembangkan layanan GrabExpress.

Saingan terdekat Grab, Gojek, juga mengumumkan pendirian perusahaan patungan dengan JD.com untuk mengembangkan perusahaan logistik J-Express (JX).

Kondisi di Indonesia

CEO Iruna Yan Hendry Jauwena menjelaskan, secara umum konsep smart logistics sudah mulai menunjukkan perkembangan sedikit lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena sudah ada banyak pemain logistik konvensional yang sadar pentingnya transformasi teknologi.

Segmen ini tertolong dengan “cerita” digitalisasi ekonomi yang mengharuskan sektor logistik mengambil peran di dalamnya. Meskipun demikian, menurut Yan, masih butuh proses edukasi lebih dalam lagi, karena pada dasarnya sektor logistik berangkat dari sektor yang tidak begitu terlalu familiar dengan pemanfaatan teknologi.

Dia menilai solusi logistik yang berangkat dari startup masih belum bisa menjawab isu yang dihadapi di Indonesia. Isu utama logistik itu selalu terkait biaya. Solusi apapun labelnya jika tidak bisa menekan biaya, berarti belum menjawab permasalahan.

“Hal-hal seperti tracking atau meningkatkan visibility itu merupakan fitur yang saat ini merupakan nice to have saja. Selama biayanya mahal yah masih tidak menjawab,” kata Yan.

Di samping itu, kebanyakan solusi yang dihadirkan startup logistik diperuntukkan buat bisnis C2C. Tantangan terbesar itu justru ada di B2B karena ada faktor SDM-nya.

“Mereka sudah terbiasa dengan pola kerja lama, kurang dekat dengan teknologi sehingga sudah pasti tidak bisa diajak ‘ngebut’,” tambahnya.

Di sisi lain, Lisa Widodo memandang industri logistik tumbuh sesuai dengan pertumbuhan industri e-commerce. Mereka terus berlomba-lomba meningkatkan kapasitas dan kemampuan operasional supaya lebih efisien dan cepat.

Kurir kini dilengkapi dengan aplikasi di smartphone sehingga mampu memberi update status pengiriman barang dengan lebih cepat. Label pengiriman barang dilengkapi dengan barcode atau kode QR sehingga proses penanganan barang bisa dilakukan automasi untuk sorting dan status pengiriman.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, pemain startup kini semakin agresif dalam mencari celah dan memperbaiki efisiensi di industri logistik. Caranya dengan mengintegrasikan logistik secara digital untuk multi moda.

“Seperti yang dilakukan oleh Waresix [portofolio East Ventures]. Karena kita negara kepulauan, jadi enggak bisa dibanding dengan negara daratan lain,” terangnya.

East Ventures menjadi salah satu VC yang mulai aktif berinvestasi ke startup logistik. Setelah Waresix, VC asal Singapura tersebut mengumumkan investasi tahap awal untuk Triplogic, startup logistik on demand.

Triplogic diharapkan menyempurnakan ekosistem rantai pasokan yang sudah ada sehingga memberikan pengalaman yang lebih baik. Fore Coffee dan Triplogic dianggap cocok untuk saling melengkapi karena mereka bermain di logistik last mile.

Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan menambahkan, perlu komitmen dari pemerintah maupun swasta dalam merealisasikan smart logistics. Dari sisi pemerintah perlu penguatan di sisi regulasi dan kecepatan eksekusi dengan perhitungan yang matang dan target waktu yang terarah.

Menurutnya, Tiongkok bisa seperti sekarang karena ada komitmen yang kuat dari pemerintahnya. Indonesia harus berbenah diri dulu dengan masalah berkaitan dengan jaringan informasi dan logistik. Fokus ke eksekusi, tidak hanya wacana.

“Yang penting itu digital mindset, bukan mengubah proses manual jadi digital. Kita tidak mau hanya berhenti dalam pembuatan sistem saja, tapi harus ke arah yang lebih advance, menuju blockhain in logistics, misalnya,” ujar Yukki.

Dia melanjutkan, hal ini juga berkaitan dengan tingkat kedewasaan dan kepercayaan terhadap suatu teknologi baru. Ambil contoh, apakah sudah siap dokumen tanpa cap basah? Sudah siap specimen elektronik? Sudah siap OGA (other government agencies) menerima itu semua?. Bila jawabannya iya, maka berikutnya harus membuat standarisasi keamanan digital.

Penerapan smart logistics

DailySocial menghubungi sejumlah perusahaan startup logistik untuk memaparkan soal produknya. Yan Hendry menerangkan, konsep Iruna sebenarnya adalah bentuk pelokalan Cainiao milik Alibaba dengan mengedepankan konsep kolaborasi dengan para pemain logistik yang sudah hadir sebelumnya, kemudian menggabungkan semua kekuatan logistik yang dimiliki semua pemain logistik dalam satu platform.

“Tentu modifikasi perlu disesuaikan dengan konteks Indonesia karena para pemain logistik jika bisa tergabung ke dalam jaringan seperti Cainiao tentunya harus memahami hal mendasar dalam pengiriman e-commerce,” terangnya.

Iruna sendiri resmi beroperasi sejak 2017, menyediakan layanan end-to-end mulai dari channel management, fulfillment center, dan last mile delivery. Semuanya dapat terpantau lewat aplikasi Iruna Power Seller. Teknologi lainnya adalah Leanbox dengan tiga sistem utama: warehouse management system, transport management system, dan rider application yang dilengkapi dengan e-signature dan visual receiver image capturing function.

Perusahaan kini masih terus membangun kolaborasi sebanyak mungkin dengan para pemain logistik sehingga terbentuk kekuatan supply yang siap bertransformasi digital, sekaligus memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan tergilas oleh yang lain.

“Tahun ini Iruna perkuat teknologi yang sudah ada seperti WMS (Warehouse Management System), produk integrasi sistem untuk keperluan Last Mile Delivery Integrator yang saat ini dijalankan.”

Andree Susanto menerangkan sejak awal didirikan di 2017, Waresix berusaha memberdayakan logistik melalui ekosistem rantai pasokan yang mereka bangun. Perusahaan mengembangkan infrastruktur untuk mendukung pergerakan arus barang seperti pergudangan, transportasi darat (first mile dan last mile), transportasi laut, bahkan layanan pergudangan internasional untuk klien luar negeri.

Lewat integrasi ekosistem tersebut, perusahaan dapat bekerja lebih efisien dengan menurunkan keseluruhan biaya rantai pasokan. Tidak hanya untuk menjaga stabilitas harga, tetapi juga membantu kesetaraan ekonomi.

“Cara kami untuk dukung industri logistik dengan bekerja sama dengan perusahaan hebat yang menyelesaikan logistik last mile seperti NinjaExpress, Gojek, Grab, JNE, J&T, dan lainnya seperti agregator last mile,” ujar Andree.

Waresix memiliki lebih dari 2.000 mitra gudang dan penyedia transportasi untuk membantu 100 klien bisnis yang berasal dari perusahaan besar maupun skala menengah. Transaksi di platform diklaim mencapai 100 ribu metrik ton perbulan, tumbuh 25% setiap bulannya. Layanannya tersedia di Jakarta, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Bali, Makassar, Balikpapan, Bandung, Palembang, dan Dumai.

Dengan konsep ini, Andree mengaku optimis perusahaan akan segera meraup keuntungan setelah tumbuh 15 kali lipat dalam setahun.

Startup lainnya yang mencoba usung teknologi sebagai layanannya adalah Paxel yang bergerak di solusi pengiriman last mile antar kota antar provinsi dengan tarif rata. Co-Founder Paxel Zaldy Ilham Masita menerangkan, Paxel berdiri karena selama lima tahun terakhir perkembangan e-commerce tumbuh dengan pesat namun belum diimbangi industri logistik.

Di dua tahun terakhir muncul kebutuhan dari konsumen yang menginginkan pengiriman same day. Hal ini menjadi suatu tren baru dan menginspirasi untuk berdirinya Paxel.

Dikutip dari laporan PwC tentang Global Consumer Insight Survey 2018, sebanyak 41% responden rela membayar lebih untuk mendapatkan layanan same day delivery.

Paxel memanfaatkan kombinasi antara big data, algoritma, dan loker pintar (smart locker) untuk pengiriman estafet. Loker pintar ini berbentuk screenless smart locker dan memanfaatkan mini sorting location dengan AI routing. Juga, bersifat universal sehingga bisa dipakai oleh semua perusahaan kurir, food delivery, tanpa perlu integrasi.

Perusahaan mengembangkan loker pintar ini bersama partner perusahaan di Hong Kong bernama Pakpobox.

“Kami sudah roll out 100 smart locker tersebut di gedung perkantoran dan apartemen di Jakarta,” terang Zaldy.

Bermain di ranah last mile ini, sambungnya, memiliki tantangan tersendiri karena belum ada standarisasi logistik untuk domestik baik secara fisik maupun data. Pihaknya butuh pemerintah untuk turun tangan mengatasi masalah tersebut.

“Banyak tantangan yang harus kita selesaikan sebagai the first mover, tapi sejalan dengan perkembangan infrastruktur yang makin baik, kita harapkan masalah line haul antar kota bisa segera kita atasi.”

Sejak setahun berdiri, bisnis Paxel terus berkembang dengan baik dengan rerata pertumbuhan volume sebesar 30% setiap bulannya. Layanan Paxel kini sudah bisa digunakan untuk pengiriman same day delivery di Jawa dan Bali. Rencananya perusahaan akan melebarkan sayapnya ke Medan dan Makassar pada kuartal ketiga tahun ini.

Pemain last mile lainnya, AVP Marketing Ninja Xpress Indonesia Tika Sylvia Utami menjelaskan isu pemain logistik adalah Indonesia sebagai negara kepulauan, sehingga dibutuhkan solusi dengan smart delivery.

Perusahaan memanfaatkan kebutuhan pengiriman dengan jaringan logistik berbasis teknologi. Contohnya dengan pembaruan real time tracking, titik-titik pick up alternatif dan opsi pelacakan paket yang bisa dimanfaatkan konsumen.

” Kami mengandalkan teknologi serta operasional excellence yang didukung dengan SDM agar pengiriman lebih efektif dan efisien. Kami berupaya memastikan bahwa data layanan pengiriman dapat terorganisir di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, serta memastikan secara real time,” terang Tika.

Diklaim Ninja Xpress telah meng-cover 100% wilayah Indonesia. Terakhir disebutkan mereka telah memiliki 30 ribu kurir, 70% di antaranya adalah armada roda dua.

JNE tidak mau kalah dalam mengembangkan teknologi terkini demi memperkuat penetrasi bisnisnya di Indonesia. Presiden Direktur JNE Mohammad Feriadi menuturkan, perusahaan secara berkala terus melakukan pengembangan teknologi dan saat ini masih dalam tahap pembangunan Mega Hub yang berlokasi di Tangerang. Rencananya hub ini akan diresmikan pada akhir tahun ini.

Di dalam Mega Hub tersebut akan dilengkapi dengan robot penyortir barang atau disebut automation crossbelt sorter machine. Robot berteknologi ini disediakan oleh Damon, perusahaan penyedia alat pendukung operasional logistik dan supply chain asal Shanghai, Tiongkok.

Feriadi menjelaskan, Mega Hub nantinya mampu menyortir hingga 1 juta barang per hari atau 48 ribu kiriman per jam. Dengan kapasitas tersebut, perusahaan dipastikan dapat menangani lebih banyak paket dan mendistribusikannya ke seluruh Indonesia maupun 250 negara di seluruh dunia.

“Dari sisi persaingan, sekarang banyak pemain baru bawa teknologi yang begitu hebat dan baik. Tentunya jadi tantangan buat kita sebagai pemain lama harus menyesuaikan dengan kondisi sekarang. Caranya dengan mengubah proses, harus lebih efisien dan kompetitif dengan memanfaatkan teknologi dan perbaikan internal,” terang Feriadi.

Secara berkala, perusahaan terus menyempurnakan teknologi tracking. Dulunya konsumen sudah merasa puas apabila pengiriman cepat sampai. Namun kini bisa dimonitor langsung posisi kiriman antar poin secara real time.

Aplikasi pun turut disempurnakan. Konsumen dapat mengetahui lokasi JNE terdekat dari jangkauan mereka disertai fitur pendukung lainnya seperti tracking, cek tarif, dan fasilitas untuk para seller yang ingin terhubung dengan logistik JNE.

Tiap tahunnya, sejak 2010, pertumbuhan bisnis kurir ekspress di JNE tumbuh 30%-40% per tahun. Pertumbuhannya terus meningkat, bahkan dalam beberapa bulan terakhir mencapai rata-rata 19 juta paket per bulan, bahkan lebih dari 20 juta paket pada momen Ramadan dan Idul Fitri di 2017.

Para pemain logistik baik dari startup maupun konvensional / DailySocial
Para pemain logistik baik dari startup maupun konvensional / DailySocial

Partisipasi perusahaan e-commerce

Perusahaan e-commerce menjadi bagian yang paling bergantung pada layanan logistik. Di balik semua tantangannya, ada yang memilih untuk mengombinasikannya dengan membangun sendiri atau bekerja sama dengan perusahaan yang sudah ada.

Investasi yang harus dikucurkan perusahaan lumayan besar karena harus mengelola gudang dan membangun jaringan armada. Perusahaan tersebut di antaranya adalah Lazada dengan LEX (Lazada Express), Blibli dengan Blibli Express Service (BES), dan JD.id dengan J-Express (JX).

Teddy Arifianto menerangkan, JD.id beruntung dengan jaringan logistik yang dimiliki sendiri perusahaan, meski belum 100% melayani seluruh Indonesia, namun mulai bertransformasi secara teknologi dengan sistem tracker.

“Kami juga bermitra dengan beberapa jasa logistik lainnya untuk memastikan layanan ke konsumen terjaga,” ujar Teddy.

Menurutnya, industri e-commerce dapat menjadi katalis utama untuk memajukan logistik baik dari sisi peningkatan kualitas SDM, pengembangan infrastruktur hingga penggunaan teknologi. Di JD.com, smart logistics menjadi kunci utama yang mengubah dan menentukan ritel di masa depan.

“Di JD.com sudah menerapkan smart logistics melalui penggunaan teknologi di segala lini: gudang yang full automation, hingga pengiriman menggunakan drone untuk daerah rural dan sulit dijangkau.”

Tokopedia pun menyadari peranan logistik yang begitu vital. Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya berinisiatif untuk pengembangan merchant on-demand berteknologi AI dengan menggunakan gudang pintar (smart warehouse).

Dia menggambarkan, nantinya pebisnis dapat melayani ke semua provinsi di mana pasarnya berada tanpa harus membangun warehouse sendiri. Sehingga tren urbanisasi tidak perlu dilakukan.

Head of Fulfillment Tokopedia Erwin Dwi Saputra menambahkan, gudang pintar ini bisa dimanfaatkan para penjual untuk menaruh persediaan produk di wilayah-wilayah di mana tingkat permintaannya cenderung tinggi. Pembeli di wilayah tersebut pada akhirnya bisa mendapatkan kebutuhannya dengan lebih efisien karena ongkos kirim yang lebih murah dan waktu pengiriman lebih singkat.

“Inovasi seperti ini diharapkan bisa membawa solusi nyata bagi ekosistem perdagangan online, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Indonesia,” kata Erwin.

Perusahaan sudah mulai menghadirkan gudang-gudang pintar ini di beberapa kota di Indonesia sebagai langkah awal dan inisiatif tersebut akan diumumkan secara resmi dalam waktu dekat.

“Inovasi-inovasi di atas kami percaya akan menjadi lompatan berikutnya, yang dapat mengakselerasi pencapaian misi kami untuk pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia.”

Jet Commerce sebagai penyedia solusi end-to-end e-commerce juga turut merasakan pentingnya kehadiran logistik untuk mendukung operasional e-commerce jauh lebih efektif dan efisien. Hubungan antara keduanya saling menguatkan satu sama lain dalam memberikan pengalaman yang terbaik kepada konsumen.

Marketing Director Jet Commerce Agustina Putri Wijaya menjelaskan, masih banyak orang yang berpikir perusahaannya adalah penyedia fasilitas warehouse dan logistik, padahal layanan yang diberikan lebih dari itu.

Perusahaan menyediakan layanan end-to-end yang dilakukan mulai dari menyiapkan sekaligus mengoperasikan akun official store di berbagai situs e-commerce, merancang dan mengeksekusi pemasaran digital, menyediakan tim CS, hingga layanan warehouse dan fulfillment.

“Terkait logistik, kami berupaya untuk mengatasi dan meminimalisir kendala-kendala dari sisi operasional tersebut melalui warehouse management system (WMS) dan teknologi fulfillment center yang mumpuni,” kata Agustina.

Jet Commerce baru saja meresmikan fulfillment center terbaru di kawasan Daan Mogot seluas 3.700 meter persegi atau tiga kali lipat lebih besar dari lokasi sebelumnya. Fasilitas tersebut didukung oleh WMS, order management system (OMS), serta dilengkapi dengan peralatan modern seperti belt conveyor dan mobile scanner.

Konsep yang dibawa Jet Commerce ini terinspirasi situs e-commerce Tmall milik Alibaba. Tmall sebagai platform terbuka menyediakan infrastruktur untuk membantu brand mengoperasikan etalase toko digitalnya. Oleh karenanya, Jet Commerce menjadi mitra resmi, bukan anak usaha dari Alibaba.

“Pertumbuhan cepat yang diraih juga menjadikan kami mampu berekspansi ke negara lainnya di Asia Tenggara [Vietnam dan Thailand]. Selain meningkatkan performa bisnis e-commerce brand-brand yang sudah bermitra, kami akan menambah lagi dengan brand dari kategori lain.”

Sementara itu, Blibli masih fokus penambahan 18 gudang baru, sehingga bertambah jadi 32 gudang sepanjang tahun ini yang akan ditempatkan di sekitar Jawa dan Sumatera.

Membawa konsep Cainiao ke Indonesia

Perkembangan Tiongkok yang pesat untuk memajukan industri logistik, dikontribusikan peran Alibaba yang agresif membangun jaringan dari berbagai aspek. Alibaba menjadi salah satu pendiri Cainiao pada 2013 bersama dengan mitra lainnya, termasuk empat perusahaan kurir ekspres besar di Tiongkok.

Cainiao bukan mengirimkan paket secara mandiri, melainkan mengoperasikan platform data logistik untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan mitra logistik untuk memenuhi transaksi antara pedagang dan konsumen dalam skala besar. Perusahaan menggunakan big data dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi di seluruh rantai logistik.

Data yang disediakan Cainiao dapat diakses secara real time oleh pedagang untuk mengelola inventaris dan pergudangan dengan lebih baik. Konsumen pun dapat melacak pesanan mereka. Mitra kurir ekspres dapat mengoptimalkan rute pengiriman dengan platform yang disediakan Cainiao.

Berbagai pembaruan sistem dilakukan seperti membuka gudang robot terbesar di Tiongkok. Di sana, robot dibekali dengan pembaruan sistem berupa perencanaan rute maju dan alokasi persediaan sesuai dengan permintaan konsumen, menghindari kemacetan, dan mempercepat laju pengiriman.

Terkait pengiriman lintas negara, pada momen 11.11 tahun lalu, sebanyak 5 juta paket impor diproses melalui bea cukai dalam waktu kurang dari lima jam. Sebelumnya kebutuhan yang sama membutuhkan waktu sekitar delapan jam dan 57 jam di tahun 2017 dan 2016.

Kemampuan Cainiao yang luar biasa ini menjadi ambisi bagi setiap perusahaan logistik Indonesia untuk mengadopsinya. Seperti yang dilakukan Iruna dan berbagai startup lainnya.

Dengan modifikasi yang disesuaikan dengan geografis Indonesia, Cainiao versi lokal dipastikan akan hadir. Meskipun demikian, Zaldy Ilham Masita memastikan satu hal yang harus ditiru Indonesia dari Cainiao adalah penerapan standarisasi pertukaran daa yang sama untuk setiap partner logistik di Alibaba.

“Sehingga antar perusahaan jasa logistik bisa saling berkolaborasi. Ini yang harus ditiru Indonesia,” ujarnya.

Dari sisi regulasi, payung regulasi yang kuat dibutuhkan, khususnya realisasi Peta Jalan E-Commerce yang sempat mandek.

Willson malah lebih optimis konsep Cainiao akan segera datang dalam 3-6 bulan mendatang. “Kita tunggu 3-6 bulan, akan ada bisnis model yang akan Indonesia sekali,” pungkasnya.

Tokopedia Tunjuk Eks Gubernur Bank Indonesia sebagai Komisaris Utama

Tokopedia mengumumkan bergabungnya eks Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sebagai Komisaris Utama per hari ini (10/1). Bergabungnya Agus dipercaya akan memperkuat misi Tokopedia yang ingin mengembangkan ekosistemnya menjadi infrastructure-as-a-service (IaaS) untuk memberdayakan ekonomi Indonesia secara inklusif, baik online maupun offline.

“Saya melihat Tokopedia sangat konsisten memberdayakan masyarakat melalui teknologi, sehingga ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh secara kuat, seimbang, dan berkesinambungan. Saya senang dapat bergabung dengan Tokopedia dan mengontribusikan pengalaman saya untuk mendukung cita-cita perusahaan,” terang Agus dalam keterangan resmi.

Agus Martowardojo adalah Gubernur Bank Indonesia periode 2013-Mei 2018. Sebelumnya dia menjabat sebagai Menteri Keuangan (2010-2013) dan Direktur Utama Bank Mandiri (2005-2010).

Berkarier sebagai bankir selama lebih dari 30 tahun, Agus aktif memelihara stabilitas dan ketahanan perekonomian Indonesia melalui pengelolaan bauran dan kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, dan peredaran uang Rupiah yang kredibel.

Ia mengeluarkan kebijakan inovatif, seperti “Bank Indonesia 7-days Reverse Repo Rate” yang memperkuat transmisi kebijakan moneter dan upaya pengendalian inflasi yang terpadu di seluruh Indonesia.

Saat menjabat sebagai Menteri Keuangan, Agus melakukan pengelolaan kebijakan fiskal, meningkatkan penerimaan negara, memperbaiki efektivitas pengeluaran negara dan tata kelola. Pada masa kepemimpinannya, Indonesia mencapai perbaikan peringkat utang dari Fitch and Moody’s menjadi status investment grade.

Pun demikian saat menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri, ia memperkuat kinerja perseroan, mengembangkan unit-unit bisnis strategis, menekan kredit bermasalah, dan lainnya. Agus juga mengembangkan bisnis perseroan melalui aksi korporasi berupa akuisisi, joint venture, dan aliansi yang bersifat strategis.

CEO dan Co-Founder Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan pengalaman dan kearifan Agus akan sangat berharga dalam membina para pemimpin dan institusi Tokopedia untuk menjadi perusahaan teknologi kelas dunia. Kehadirannya akan memperkuat momentum kinerja perusahaan yang tengah memasuki tahun ke-10 mewujudkan misi pemerataan ekonomi secara digital.

Kehadiran Agus sebagai tokoh senior dalam jajaran petinggi tentunya bisa dianggap sebagai manuver yang strategis untuk mewujudkan ambisi perusahaan. Pengalamannya yang matang di bidang pemerintahan akan menjadi bekal yang cukup buat Tokopedia saat berkoordinasi dengan regulator.

Tak hanya Tokopedia, merekrut tokoh senior juga kerap dilakukan oleh perusahaan kebanyakan. Ambil contoh, UangTeman merekrut Firdaus Djaelani sebagai penasihat. Firdaus sebelumnya menjabat sebagai Kepala Eksekutif IKNB OJK dan Eks Menteri Keuangan (2013-2014) Chatib Basri kini menjadi penasihat di Modalku.

Perkembangan Tokopedia

Sebelumnya, Tokopedia mengumumkan pencapaian bisnis sepanjang tahun lalu. Sayang tidak disebutkan angka lebih detail. GMV Tokopedia diklaim tumbuh 4 kali lipat secara year on year, transaksi di luar Jawa meningkat 66% dan 25% dari total penjualan barang menggunakan same-day service.

Penjualan saldo e-money di Tokopedia diibaratkan bisa digunakan untuk melintasi tol Jakarta-Surabaya sebanyak 120 ribu kali. Total baterai yang terjual dapat menghidupkan 100 ribu motor listrik.

Untuk kategori hobi dan gaya hidup, total penjualan saldo M-Tix dapat digunakan untuk membeli tiket bioskop buat 5 kali jumlah penduduk kota Padang dan stiker yang terjual setara dengan 2 kali total penduduk kota Surabaya.

Tokopedia juga mengumumkan pendanaan senilai $1,1 miliar (setara dengan 16 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group. Pendanaan akan digunakan untuk mendorong pembangunan teknologi dan infrastruktur yang akan memberdayakan jutaan bisnis lokal untuk tumbuh dan memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Announces 16 Trillion Rupiah Funding Led by Softbank and Alibaba

Today (12/12) Tokopedia officially announces the latest funding worth of $1.1 billion (around 16 trillion rupiah). This round was led by SoftBank Vision Fund and Alibaba Group, participated also Softbank Ventures Korea and Tokopedia’s existing investors. The news has been rumored since last November.

Tokopedia plans to use the additional capital to boost technology and infrastructure development in empowering millions of customers to provide the best service.

“In the first nine years, Tokopedia focused on building the biggest marketplace in Indonesia providing the physical and digital product. Entering the tenth year, Tokopedia will turn our ecosystem into infrastructure-as-a-service (IaaS) where logistics, fulfillment, payment, and our financial service will enable trading, both online and offline. It’ll expand Tokopedia’s scale and network while increasing operational efficiency for millions of business and partners,” William Tanuwijaya, Tokopedia’s Co-founder and CEO, said.

To date, Tokopedia has reached 93% sub-district in more than 17,000 islands all over Indonesia. This year, Tokopedia’s gross merchandise value (GMV) increased by four times. Currently, Tokopedia also provides same-day delivery for 25% of the transactions occurred in its platform.

“Tokopedia provides access to more than 100 million products to all Indonesians. We support and trust the power of local entrepreneurs, and see the potential of Tokopedia’s growth increasing,” Lyda Jett said as SoftBank Investment Advisers’ Senior Investor and Tokopedia’s Board Member.

It was said earlier about the current condition of shareholders in Tokopedia. William Tanuwijaya and Leontinus Alpha Edison are said to hold less than 8% of its company shares. Softbank in total (including its affiliates) owns more than 38% of the company shares. Alibaba, through Taobao, is the second largest investor with 25% shares.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia’s Two Founders Own Less than 8 Percent of Shares

Tokopedia has reportedly raised $1 billion fresh funding that boosts the company’s valuation to $7 billion. To date, KrAsia obtains the information details, the investment is said to be led by BKPM, regarding shareholders and commissioners of the marketplace founded by William Tanuwijaya and Leontinus Alpha Edison. In a moment, both are said to own less than 8% of its shares.

There is some difference about funding information to the public and in the report. However, the table showed “authority division” of the company.

Of the many investors involved in this investment, Softbank and Alibaba become the two biggest investors. Among all rounds and funds get into Tokopedia’s pocket, Softbank in total (including its affiliations) has more than 38% shares. Alibaba, through Taobao, placed as the second biggest investor with 25%.

The domination of two is way too different compared with Gojek shareholders composition with no parties having more than 10% of its shares.

In the report, William Tanuwijaya, Tokopedia’s Co-Founder and CEO is said to own 5.6% shares, while the Co-Founder and Vice Chairman Leontinus Alpha Edison has 2.3%. In total, they have only 7.9% shares.

Board of commissioners

In addition to both co-founders, William Tanuwijaya and Leontinus Alpha Edison, the other commissioner members of Tokopedia are Eun Woo Lee (SoftBank), Lydia Bly Jett (SoftBank), Shailendra Singh (Sequoia Capital India), Wong Ka Kit, dan Joseph Tsai (Co-Founder dan Vice Chairman Alibaba Group).

The board is led by Kabir Misra, previously worked as Managing Partner of Softbank Capital. This year, even though he left Softbank Capital and build his own startup fund — worth of $250 million, Misra is said to continue his role as Tokopedia’s Head of Commissioner.

Tokopedia is one of nine unicorns receiving the largest funding in Southeast Asia, according to reports published by Google and Temasek this year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Herecom.tokopedia.tkpd

Tokopedia Umumkan Perolehan Pendanaan 16 Triliun Rupiah yang Dipimpin oleh Softbank dan Alibaba

Hari ini (12/12) Tokopedia resmi mengumumkan perolehan pendanaan terbaru senilai $1,1 miliar (setara dengan 16 triliun Rupiah). Putaran pendanaan kali ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group dengan partisipasi Softbank Ventures Korea, serta investor-investor Tokopedia sebelumnya. Kabar tentang pendanaan ini sudah tersiar sejak akhir November lalu.

Tokopedia berencana menggunakan tambahan modal tersebut untuk mendorong pembangunan teknologi dan infrastruktur yang akan memberdayakan jutaan bisnis lokal untuk tumbuh dan memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan.

“Dalam sembilan tahun pertama kami, Tokopedia fokus untuk membangun marketplace terbesar di Indonesia yang menyediakan barang fisik serta digital. Memasuki tahun kesepuluh, Tokopedia akan mengembangkan ekosistem kami menjadi infrastructure-as-a-service (IaaS) di mana teknologi logistik, fulfillment, pembayaran, dan layanan keuangan kami akan memberdayakan perdagangan, baik online maupun offline. Ini akan memperluas skala dan jangkauan Tokopedia, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional bagi jutaan bisnis dan mitra,” ujar Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya.

Sejauh ini Tokopedia sudah menjangkau 93% kecamatan di Indonesia di lebih dari 17.000 pulau. Pada tahun ini gross merchandise value (GMV) Tokopedia meningkat hingga empat kali lipat. Saat ini Tokopedia juga telah melakukan pengiriman di hari yang sama (same-day delivery) untuk 25% transaksi yang terjadi dalam platformnya.

“Tokopedia telah menyediakan akses ke lebih dari 100 juta jenis produk kepada masyarakat Indonesia. Kami mendukung dan percaya kepada kekuatan entrepreneur lokal, dan melihat potensi pertumbuhan Tokopedia akan terus berkelanjutan,” sambut Lydia Jett, Senior Investor SoftBank Investment Advisers sekaligus Anggota Dewan Tokopedia.

Pada pemberitaan sebelumnya tersiar kabar mengenai kondisi kepemilikan saham saat ini di Tokopedia. William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison disebut memegang kurang dari 8% saham perusahaan. Softbank secara total (termasuk melalui afiliasinya) memiliki lebih dari 38% saham perusahaan. Alibaba, melalui Taobao, menjadi investor terbesar kedua dengan kepemilikan 25%.

Application Information Will Show Up Here

Dua Pendiri Tokopedia Secara Total Disebut Miliki Kurang Dari 8 Persen Saham

Tokopedia baru saja dikabarkan mendapatkan pendanaan baru $1 miliar yang melambungkan valuasi perusahaan menjadi $7 miliar. Kali ini, KrAsia memperoleh detail informasi, yang disebut bersumber dari BKPM, tentang jajaran pemilik saham dan anggota Komisaris layanan marketplace yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison ini. Secara bersama, keduanya disebut memegang kurang dari 8% saham perusahaan.

Ada sejumlah perbedaan informasi pendanaan yang diungkapkan ke publik dan di laporan ini. Meskipun demikian, tabel yang dimuat di situ mengungkapkan “pembagian kekuasaan” perusahaan.

Dari sekian banyak investor yang menanamkan investasinya, Softbank dan Alibaba menjadi dua investor dengan persentase investasi terbesar. Dari sekian putaran dan sekian fund yang masuk ke Tokopedia, Softbank secara total (termasuk melalui afiliasinya) memiliki lebih dari 38% saham perusahaan. Alibaba, melalui Taobao, menjadi investor terbesar kedua dengan kepemilikan 25%.

Dominasi keduanya sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan komposisi kepemilikan Gojek yang bisa dibilang tidak ada pihak yang memiliki lebih dari 10% saham.

Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya dalam laporan itu disebut memiliki 5,6% saham, sementara Co-Founder dan Vice Chairman Leontinus Alpha Edison memiliki 2,3% saham. Secara total saham keduanya adalah 7,9%.

Anggota dewan komisaris

Selain dua orang co-founder, William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison, anggota dewan komisaris Tokopedia lainnya adalah Eun Woo Lee (SoftBank), Lydia Bly Jett (SoftBank), Shailendra Singh (Sequoia Capital India), Wong Ka Kit, dan Joseph Tsai (Co-Founder dan Vice Chairman Alibaba Group).

Dewan ini diketuai oleh Kabir Misra yang sebelumnya adalah Managing Partner Softbank Capital. Meskipun tahun ini Misra meninggalkan Softbank Capital dan mendirikan startup fund-nya sendiri senilai $250 juta, disebutkan ia tetap mempertahankan perannnya sebagai Presiden Komisaris Tokopedia.

Tokopedia adalah satu dari sembilan unicorn yang menerima pendanaan terbesar di Asia Tenggara, menurut laporan yang diterbitkan Google dan Temasek tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Buat Program Agen O2O “Mitra Tokopedia”

Tokopedia meluncurkan program agen “Mitra Tokopedia” untuk mendorong pendapatan pengusaha UMKM dengan menjual produk digital dan grosir secara online to offline (O2O). Ada aplikasi tersendiri yang perlu diunduh untuk bertransaksi dengan para pembeli dan sudah tersedia di Google Play.

Konsep ini kurang lebih sama dengan yang diusung Bukalapak. Sebelumnya Bukalapak memperbarui program Agen menjadi Mitra Bukalapak karena ada tambahan unsur teknologi digital dan tambahan layanan agar semakin komprehensif.

Untuk Mitra Tokopedia, pengusaha UMKM dapat menjual produk mulai dari grosir, pulsa, paket data, PLN, Telkom, PDAM, BPJS, voucher game, dan TV kabel. Produk grosir ini memungkinkan pembeli bisa membeli berbagai produk dengan harga grosir untuk dijual kembali.

Ada mitra logistik yang sudah bermitra dengan Tokopedia untuk melakukan pengiriman barangnya. Namun sementara ini baru tersedia untuk Mitra yang berdomisili di Bekasi. Perusahaan tidak menetapkan biaya keanggotan untuk Mitra yang tertarik bergabung.

Sebelum mulai berjualan, diharuskan melakukan verifikasi data dengan memasukkan data diri dan mengunggah KTP. Pengusaha perlu top up Saldo Mitra dalam e-wallet mereka untuk bisa berjualan.

Saldo bisa di-top up dari nominal Rp10 ribu sampai Rp10 juta untuk maksimal satu kali pengisian. Namun secara total Saldo Mitra dapat menampung hingga Rp100 juta dalam satu waktu.

Saldo Mitra ini tersimpan dalam rekening bersama (escrow account) sebagai fasilitas penampungan sementara atas dana milik Mitra Tokopedia yang disediakan perusahaan untuk memudahkan Mitra dalam bertransaksi. Mitra dapat menarik saldo sewaktu-waktu dibutuhkan.

Dari setiap transaksi yang berhasil diproses, Mitra akan memperoleh potongan harga dan cashback tergantung produknya. Misalnya untuk produk pulsa, paket data, dan voucher game akan mendapat potongan harga. Sementara produk lainnya akan mendapat potongan cashback Rp2.000 per transaksi. Promo cashback ini akan langsung masuk ke dalam Saldo Mitra.

Menghidupkan UMKM

Kemarin (13/11), dalam diskusi panel The ICON 2018 yang diselenggarakan GDP Venture, turut hadir Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya. Dalam kesempatan tersebut, William menuturkan semangat Tokopedia adalah mencegah terjadinya urbanisasi dan menciptakan pemerataan ekonomi secara digital.

“Tokopedia bukan yang pertama [untuk e-commerce] ada pemain lainnya, tapi tidak ada platform yang fasilitasi transaksi sama sekali. Paradigma yang mau kita pecahkan sedari awal adalah urbanisasi, orang di desa harus bayar harga lebih mahal untuk mendapatkan barang yang di kota besar itu tidak adil,” terangnya.

Setiap layanan yang dihadirkan perusahaan awalnya berasal dari keresahan para pengguna yang terdiri atas pengusaha UMKM dan konsumen. Ambil contoh dalam melahirkan layanan Pinjaman Modal terjadi karena 70% pengusaha UMKM yang bergabung adalah usaha pertama mereka.

Dari situ timbul masalah, untuk meningkatkan kapasitas produksi ada keterbatasan modal. Mereka tidak bisa mendapatkan modal dengan cepat, mengajukan pinjaman ke bank pun tidak diterima.

“Dari 18 bulan yang lalu kami bangun fitur pinjaman tanpa agunan untuk Makers kami dengan menggunakan credit scoring dari data penjualan mereka yang sudah kami susun.”

William menyebut saat ini Tokopedia telah menghimpun lebih dari 4 juta pengusaha UMKM dan 45 juta unique visitor per bulannya.

Application Information Will Show Up Here