Bose QuietComfort 45 Disingkap, Kini dengan ANC yang Lebih Efektif Mengeliminasi Suara Obrolan

Bose punya headphone nirkabel baru. Namanya QuietComfort 45, dan ia merupakan penerus langsung dari salah satu headphone nirkabel terpopuler Bose, QuietComfort 35 II. Apa saja pembaruan yang dihadirkan? Kalau cuma melihat kulit luarnya, kita rupanya tidak akan menjumpai begitu banyak perubahan.

Secara keseluruhan, desain Bose QC45 tampak sangat mirip dengan pendahulunya. Konstruksinya masih mengandalkan bahan plastik, tapi itu berarti bobotnya tetap enteng di angka 238 gram. Juga tidak berubah adalah mekanisme lipat pada earcup-nya, sangat memudahkan untuk disimpan dan dibawa-bawa.

Masih soal desainnya, Bose bilang bahwa mereka telah menyingkirkan jahitan dan lipatan-lipatan kecil pada bagian yang terbuat dari material lembut, serta mengganti celah-celah di antara berbagai komponen dengan transisi yang lembut. Desain QC45 lebih refined, mungkin begitu maksud yang hendak disampaikan Bose.

Beralih ke kinerja audio, Bose sama sekali tidak menyinggung adanya perubahan, sehingga bisa kita asumsikan kualitas suara QC45 sama baiknya seperti QC35 II. Yang disempurnakan justru adalah kinerja fitur active noise cancelling-nya (ANC).

Bose memang tidak menjelaskan secara mendetail apa saja yang diubah dari sistem ANC-nya, tapi yang pasti QC45 mampu mengeliminasi suara di frekuensi menengah (mid-range) secara lebih efektif. Di frekuensi ini, suara yang paling umum adalah suara obrolan manusia. Artinya, QC45 lebih bisa diandalkan di tempat-tempat seperti kereta komuter, kantor, maupun kafe.

Tidak seperti Bose Noise Cancelling Headphones 700, intensitas ANC di QC45 tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan. Pengguna QC45 hanya bisa memilih antara mode Quiet dan Aware, yang cara kerjanya bertolak belakang: Quiet akan mengeliminasi suara di sekitar pengguna, sedangkan Aware justru membiarkan suara-suara dari luar masuk. Di headphone lain, mode Aware ini biasa dikenal dengan istilah transparency atau ambient mode.

Selain kinerja ANC, penyempurnaan lain yang QC45 bawa mencakup mic yang lebih andal, Bluetooth 5.1 dengan dukungan multipoint pairing (bisa dihubungkan ke dua perangkat secara bersamaan), dan port USB-C untuk charging.

Dalam sekali pengisian, QC45 diklaim mampu bertahan sampai 24 jam pemakaian. Cukup lumayan meski masih kalah dari Sony WH-1000XM4 (30 jam). Untuk mengisi baterainya sampai penuh, pengguna QC45 butuh meluangkan waktu sekitar dua jam. Namun seandainya terburu-buru, charging selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 3 jam.

Di Amerika Serikat, Bose QuietComfort 45 saat ini telah dipasarkan seharga $330. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam dan putih, semuanya dengan finish matte.

Sumber: CNET dan Bose.

Yamaha YH-L700A Adalah Headphone Nirkabel Premium dengan ANC dan 3D Audio

Dewasa ini, headphone nirkabel tidak bisa hanya mengandalkan kualitas suara dan desain semata. Fitur ekstra macam active noise cancellation (ANC) perlahan juga mulai menjadi standar wajib yang harus dipenuhi, dan tidak jarang pabrikan turut menyematkan fitur lain yang tak kalah inovatif, seperti misalnya 3D audio berbasis head tracking.

Dua fitur inilah yang menjadi nilai jual utama headphone terbaru Yamaha, YH-L700A. Perangkat tak hanya dibekali fitur ANC yang efektif meredam suara di sekitar tanpa memengaruhi kualitas suara yang dihasilkan, melainkan juga kemampuan untuk mendeteksi pergerakan kepala penggunanya. Sederhananya, efek 3D audio yang dihasilkan bisa terkesan lebih immersive karena akan selalu disesuaikan dengan orientasi kepala pengguna secara real-time.

Teknologi 3D audio atau spatial audio berbasis head tracking bukanlah hal yang benar-benar baru. Produsen headphone Audeze bahkan sudah mengimplementasikannya sejak tahun 2018 pada sebuah headset gaming bernama Mobius, dan belum lama ini, Apple menyingkap AirPods Max yang juga mengunggulkan fitur serupa. Seperti yang kita tahu, Apple cukup sering memopulerkan suatu tren teknologi, dan sepertinya 3D audio bakal jadi yang selanjutnya.

Fitur lain yang ditawarkan YH-L700A mencakup Listening Optimizer, yang memanfaatkan mikrofon di bagian dalam earcup untuk mengukur seberapa kedap perangkat membungkus telinga. Dengan kata lain, optimasinya bakal berbeda untuk setiap pengguna karena bentuk telinga mereka berbeda satu dengan yang lainnya.

Selanjutnya ada fitur Listening Care, yang pada dasarnya bakal menjaga konsistensi dynamic range yang dihasilkan di volume apapun. Harapannya adalah supaya pengguna tidak harus menyetel musik dalam volume yang keras untuk bisa mendengarkan seluruh detail suara dengan baik.

Seperti halnya headphone modern lain yang dibekali ANC, Yamaha YH-L700A juga dilengkapi fitur ambient mode agar pengguna dapat mendengarkan suara di sekitarnya tanpa perlu melepas headphone saat dibutuhkan. Semua fitur ini dapat diakses melalui aplikasi pendamping yang tersedia di platform Android maupun iOS.

Perihal baterai, Yamaha mengklaim daya tahan baterai hingga 34 jam nonstop dengan fitur ANC aktif. Angka tersebut cukup impresif dan selevel dengan yang ditawarkan Bang & Olufsen Beoplay HX. Yang jadi problem adalah ketika fitur 3D audio-nya diaktifkan, sebab daya tahan maksimumnya bakal langsung turun menjadi 11 jam saja.

Seperti yang sudah bisa diprediksi, semua fitur ini harus ditebus dengan modal yang tidak murah. Di Australia, Yamaha YH-L700A dijual seharga AU$700, atau kurang lebih sekitar 7,5 jutaan rupiah. Harga tersebut membuatnya berada jauh di atas level headphone ANC populer macam Sony WH-1000XM4, dan sudah mendekati level AirPods Max.

Sumber: What Hi-Fi.

Bang & Olufsen Beoplay HX Unggulkan Active Noise Cancellation dan Baterai yang Sangat Awet

Tidak semua headphone noise-cancelling diciptakan sama. Basis teknologinya mungkin sama, yakni dengan mengandalkan mikrofon untuk menangkap suara luar yang hendak dieliminasi, akan tetapi kinerjanya bisa berbeda-beda.

Buat Bang & Olufsen, yang tidak kalah penting adalah bagaimana fitur active noise cancellation (ANC) itu bisa bekerja secara efisien. Secara umum, fitur ANC yang terus menyala akan mengonsumsi lebih banyak energi, sehingga ujung-ujungnya mempersingkat daya tahan baterai suatu headphone nirkabel.

Itulah mengapa headphone wireless terbaru B&O berikut ini terkesan istimewa. Dijuluki Beoplay HX, baterainya diyakini mampu bertahan selama 35 jam nonstop, dan itu dalam posisi ANC aktif secara konstan. Kalau ANC-nya dimatikan, daya tahan baterainya malah naik menjadi 40 jam.

35 jam merupakan angka yang terbilang mengesankan, terlebih di saat banyak headphone noise-cancelling lain yang hanya mampu beroperasi selama sekitar 20 jam. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi daripada yang ditawarkan oleh Sony WH-1000XM4 (30 jam). Anggaplah Anda menggunakan headphone ini selama lima jam setiap harinya, itu berarti Anda tidak perlu mengecasnya sampai sepekan mendatang.

Baterai yang sangat awet ini juga dimungkinkan berkat konektivitas Bluetooth 5.1 yang diusung, yang ternyata juga sudah mendukung fitur Google Fast pair maupun Microsoft Swift Pair. Juga sangat berguna adalah kemampuannya terhubung ke dua perangkat sekaligus dalam satu kesempatan yang sama (multipoint connectivity).

Untuk reproduksi suaranya, HX mengandalkan sepasang dynamic driver berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 22.000 Hz. Driver tersebut dikemas dalam earcup membulat dengan bantalan memory foam yang dibalut oleh kulit domba asli. Untuk bantalan kepalanya, HX menggunakan kulit sapi yang dibalut kain breathable. Konstruksi aluminium memungkinkan bobotnya ditekan sampai serendah 285 gram.

Ketimbang hanya mengandalkan pengoperasian berbasis sentuhan saja (cuma di earcup sebelah kanan), HX turut mengemas sejumlah tombol di kiri sekaligus kanan. Selain port USB-C untuk charging, HX juga dilengkapi jack 3,5 mm seandainya pengguna perlu menyambungkannya via kabel (yang termasuk dalam paket penjualan).

Berhubung ini B&O, sudah pasti harganya tidak murah. Di Amerika Serikat, Beoplay HX saat ini sudah mulai dijual dengan harga $499 — setidaknya masih lebih murah daripada Beoplay H95 yang dibanderol $800. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, putih, dan cokelat.

Sumber: The Verge.

Nokia Essential Wireless Headphones Diumumkan, Minimalis dengan Baterai yang Awet di Harga Satu Jutaan

HMD Global terus memperluas portofolio Nokia di ranah audio. Setelah menyingkap TWS baru dan speaker Bluetooth berukuran mini pada bulan September lalu, HMD kini memperkenalkan Nokia Essential Wireless Headphones, headphone jenis over-ear dengan desain yang minimalis dan daya tahan baterai yang sangat awet.

Sebelumnya, perangkat ini sudah hadir lebih dulu tapi khusus di pasar Tiongkok, dan sekarang HMD siap membawanya ke pasar global. Secara estetika, desainnya kelihatan sangat simpel sekaligus elegan. Bantalan yang tebal di bagian telinga dan kepala merupakan jaminan akan kenyamanannya, ditambah lagi bobotnya yang sangat ringan di angka 197 gram.

Supaya tetap terasa kokoh, HMD tidak lupa menambahkan material aluminium pada rangka terluar perangkat. Saat sedang tidak digunakan, perangkat juga dapat dilipat sehingga mudah dibawa-bawa.

Nokia Essential Wireless Headphones

Di balik masing-masing earcup-nya, tertanam unit dynamic driver berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Kalau berdasarkan penjelasan HMD sendiri, sepertinya driver ini di-tune agar lebih fokus ke bass, cukup wajar mengingat ini memang yang diinginkan oleh sebagian besar konsumen.

Urusan konektivitas, headphone ini sudah mengandalkan Bluetooth versi 5.0. Tentu saja pengguna juga dapat memakainya untuk berinteraksi dengan Google Assistant atau Siri via perintah suara. Pengoperasiannya sendiri mengandalkan beberapa tombol yang ditambatkan ke bagian pinggir earcup sebelah kanan.

Nokia Essential Wireless Headphones

Namun yang paling mengesankan dari headphone ini adalah daya tahan baterainya. Dalam sekalian pengisian, ia sanggup memutar musik sampai 40 jam nonstop. Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan sambungan micro USB, dan lama waktu pengisiannya diperkirakan mencapai tiga jam. Andai diperlukan, perangkat masih bisa digunakan selagi tersambung via kabel audio 3,5 mm standar.

Nokia Essential Wireless Headphones dijadwalkan hadir di pasaran mulai bulan November ini juga dengan harga 59 euro, atau kurang lebih sekitar 1 jutaan rupiah. Belum diketahui apakah HMD juga berniat membawanya ke Indonesia, akan tetapi baru-baru ini mereka sudah menghadirkan TWS barunya di sini.

Sumber: HMD Global.

Sony WH-1000XM4 Hadirkan Kinerja Noise Cancelling yang Lebih Baik dalam Kemasan yang Identik

Sony punya headphone wireless andalan baru. Perangkat bernama WH-1000XM4 ini merupakan penerus langsung dari WH-1000XM3 yang dirilis dua tahun lalu. Meski selisih umurnya cukup jauh, rupanya desain keduanya cukup identik satu sama lain.

Sony memang sepertinya tidak menerapkan perubahan yang berarti dari segi desain dan ergonomi terhadap 1000XM4, tapi toh desain 1000XM3 sendiri sudah jauh lebih sempurna ketimbang pendahulunya. Penampilannya masih kelihatan premium dan elegan, sedangkan kenyamanannya juga terjamin berkat bantalan telinga dan kepala yang gemuk.

Juga masih dipertahankan sebagai nilai jual utamanya adalah prosesor QN1 yang bertugas mewujudkan segala trik noise cancelling yang diperlukan untuk mengeliminasi suara-suara yang mengganggu di sekitar pengguna. Yang berbeda, pada 1000XM4 prosesor tersebut sudah ditandemkan dengan chip Bluetooth lain yang mampu menganalisa musik dan suara di sekitar sebanyak 700 kali setiap detiknya. Hasil akhirnya tentu adalah kinerja noise cancelling yang kian sempurna lagi.

Sony tidak lupa menyempurnakan fitur upscaling yang ditawarkan menggunakan AI hasil kolaborasinya dengan divisi Sony Music, akan tetapi kualitas suara 1000XM4 sendiri semestinya sama seperti yang dihasilkan oleh pendahulunya, sebab driver 40 mm yang digunakan memang identik.

Selain performa fitur noise cancelling yang lebih baik, 1000XM4 juga hadir membawa fitur multi pairing, yang berarti ia dapat disambungkan ke dua perangkat secara bersamaan, semisal smartphone dan laptop. Jadi ketika pengguna sedang mendengarkan musik di laptop lalu ada panggilan telepon yang masuk di smartphone, pengguna bisa langsung menerimanya dan berbicara tanpa perlu menjalani proses pairing ulang.

Fitur baru lainnya yang tidak kalah menarik adalah Speak-to-Chat. Berkat fitur ini, perangkat bisa menyetop jalannya musik secara otomatis ketika mendeteksi pengguna sedang berbicara. Sangat berguna ketika pengguna hendak berbincang-bincang sebentar dengan seseorang tanpa perlu melepas headphone-nya.

30 detik setelah mereka selesai bercakap-cakap, musik akan diputar kembali dengan sendirinya. Speak-to-Chat semestinya bisa diaktifkan atau dinonaktifkan sesuai kebutuhan, karena saya membayangkan fitur ini bisa jadi menyebalkan bagi pengguna yang hobi bernyanyi sendiri selagi menikmati lagu-lagu favoritnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sony tidak lupa menyempurnakan kualitas lima mikrofon yang tertanam pada 1000XM4 menggunakan teknologi Precise Voice Pickup. Fitur Speak-to-Chat tadi juga tidak akan eksis tanpa pembaruan di sektor mikrofon ini.

Selebihnya, Sony WH-1000XM4 tidak terlalu berbeda dari pendahulunya. Daya tahan baterainya pun sama persis, hingga 30 jam dalam sekali pengisian, dan tetap mendukung fitur quick charging. Di Amerika Serikat, perangkat ini akan segera dipasarkan seharga $350, lagi-lagi sama seperti harga jual pendahulunya saat pertama diluncurkan.

Sumber: The Verge dan Sony.

Montblanc Perkenalkan Headphone Wireless dengan Active Noise Cancelling

Sejak 2017, Montblanc telah resmi berkiprah di industri teknologi. Portofolio gadget brand asal Jerman tersebut sejauh ini mencakup dua smartwatch, yakni Summit dan Summit 2. Namun sekarang Montblanc rupanya sudah siap menyasar kategori lain, yaitu headphone.

Produk pertama mereka di ranah ini adalah Montblanc Smart Headphones. Seperti yang bisa kita lihat dari gambarnya, penampilannya terkesan mewah dan elegan, pantas untuk mengusung logo bintang khas Montblanc. Konstruksinya banyak mengandalkan bahan logam dan kulit, sedangkan kombinasi warnanya ada tiga macam.

Montblanc Smart Headphones

Tidak kalah penting untuk disoroti adalah fakta bahwa Montblanc mengaku merancang headphone ini bersama seorang ahli audio. Sosok tersebut adalah Alex Rosson, pendiri produsen headphone Audeze yang cukup populer di kalangan audiophile.

Beliau rupanya juga cukup populer di kalangan produsen jam tangan premium yang tertarik untuk terjun ke bisnis headphone, sebab Montblanc bukanlah klien pertamanya. Sebelum ini, Shinola sudah lebih dulu memercayakan keahlian Rosson perihal audio engineering. Dan selama sekitar dua tahun memimpin divisi audio Shinola, Rosson bersama timnya melahirkan beragam produk audio, mulai dari turntable, headphone sampai earphone wireless.

Montblanc Smart Headphones

Label “Smart” pada namanya merujuk pada sejumlah hal. Yang pertama adalah konektivitas wireless dan dukungan Google Assistant – perangkat bahkan dilengkapi tombol khusus untuk memanggil sang asisten pintar tersebut tanpa mengharuskan pengguna membuka ponselnya terlebih dulu.

Yang kedua, seperti halnya headphone wireless lain yang dirilis dalam satu hingga dua tahun terakhir, adalah active noise cancelling (ANC) di samping isolasi pasif yang ditawarkan earcup besarnya. Dalam satu kali pengisian via USB-C, perangkat disebut mampu beroperasi selama 20 jam nonstop.

Nama Montblanc pada dasarnya merupakan jaminan bahwa harganya sudah pasti mahal. Perangkat ini rencananya bakal dijual seharga $600, hampir dua kali lipat headphone ANC dari brandbrand audio kenamaan seperti Bose, Sony maupun Sennheiser.

Sumber: HypeBeast dan Engadget.

JBL Reflect Eternal Adalah Headphone Wireless yang Tidak Perlu Di-Charge

JBL punya headphone wireless baru. Namanya cukup mencolok: JBL Reflect Eternal, dan ini menggambarkan salah satu keunggulannya, yakni baterai yang ‘abadi’. Well, kata “eternal” mungkin terkesan hiperbolis. Saya pribadi lebih sreg dengan penggunaan kata “self-sustaining“, tapi ini jelas kurang menarik dipakai sebagai nama produk.

Menggunakan headphone ini, kita tidak perlu bingung soal charging. Semakin sering Reflect Eternal kita kenakan selagi berada di luar rumah, semakin panjang pula daya tahan baterainya. Ya, perangkat ini dapat mengubah energi cahaya menjadi listrik. Cahaya, bukan sebatas matahari saja.

JBL Reflect Eternal

Semakin terang cahayanya, semakin besar energi listrik yang bisa didapat, itulah mengapa skenario penggunaan paling idealnya adalah ketika sedang berada di luar rumah di pagi atau siang hari. Cahaya dalam ruangan pun juga dapat dimanfaatkan, dan andai benar-benar kepepet, charging via USB masih bisa dilakukan.

Teknologi yang digunakan bukan rancangan JBL sendiri, melainkan besutan perusahaan asal Swedia bernama Exeger. Diestimasikan bahwa 1,5 jam penggunaan selama di luar bisa menyuplai energi yang cukup untuk pemakaian selama 68 jam. Self-sustaining, seperti yang saya bilang.

JBL Reflect Eternal

Seperti yang sudah bisa ditebak, komponen penyerap cahayanya ini disematkan pada bagian-bagian yang terekspos, macam headband dan sisi luar earcup. Reflect Eternal sendiri mengadopsi tipe on-ear, dan di masing-masing earcup-nya tertanam driver berdiameter 40 mm.

Fitur-fitur pendukung, macam multi-point connection dengan bekal Bluetooth 5.0, mode ambient untuk mempersilakan suara luar masuk, serta dukungan terhadap Google Assistant maupun Amazon Alexa, semuanya telah tersedia sebagai standar.

Juga menarik adalah metode pemasaran yang diterapkan. JBL memilih platform crowdfunding Indiegogo untuk memperkenalkan Reflect Eternal. Harga paling murah yang bisa didapat saat ini adalah $99, sedangkan harga ritelnya diperkirakan berkisar $165.

Sumber: Exeger.

Boss Waza-Air Adalah Amplifier Gitar yang Menyamar Sebagai Headphone Wireless

Inspirasi terkadang muncul di tengah malam, dan bagi seorang gitaris, ini kerap menjadi masalah. Mencolokkan gitar elektrik ke amplifier di malam hari bukanlah suatu tindakan yang bijak, apalagi kalau ternyata sang gitaris sudah punya buah hati atau malah tetangga yang cerewet.

Solusi yang diambil sering kali adalah dengan menyambungkan headphone ke amplifier, supaya melodi yang dimainkan tidak mengganggu orang-orang di sekitar. Namun sekarang ada cara yang lebih praktis lagi, yakni dengan menggunakan headphone wireless bikinan produsen pedal gitar elektrik asal Jepang, Boss.

Boss Waza-Air

Perangkat bernama Boss Waza-Air ini bukanlah sembarang headphone wireless, melainkan yang mengemas amplifier gitar terintegrasi. Cukup tancapkan transmitter 2,4 GHz ke gitar, maka suaranya bisa langsung didengar melalui headphone, tanpa ada seuntai kabel yang terlibat.

Istimewanya, Waza-Air turut mengemas gyroscope untuk melacak posisi kepala pengguna sekaligus mewujudkan efek suara spasial (3D). Sederhananya, pengguna dapat memilih tiga mode soundscape yang berbeda. Salah satu modenya bahkan dapat menyimulasikan skenario konser di atas panggung, dengan suara dari amplifier yang terdengar dari sisi belakang.

Kustomisasi juga menjadi salah satu fitur unggulan Waza-Air. Melalui aplikasi pendampingnya di ponsel, pengguna dapat memilih lima jenis amp yang tersedia, serta mengaktifkan lebih dari 50 efek suara. Kombinasinya pun dapat disimpan, lalu diaktifkan kapan saja melalui tombol fisik pada headphone.

Boss Waza-Air

Sebagai headphone itu sendiri, Waza-Air mengunggulkan driver berdiameter 50 mm. Baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 5 jam pemakaian. Tergolong boros, tapi wajar mengingat ia juga merangkap peran sebagai amplifier gitar. Proses charging-nya sendiri memakan waktu sekitar 3 jam.

Boss Waza-Air saat ini telah dipasarkan seharga $400. Mahal memang, dan dengan dana sebesar itu sebenarnya konsumen sudah bisa membeli amplifier tradisional yang cukup mumpuni. Namun sekali lagi, kalau inspirasi datangnya selalu di tengah malam, headphone ini bakal sangat bermanfaat.

Sumber: New Atlas.

Rayakan Ultah Kelima, Master & Dynamic Luncurkan Versi Wireless dari Headphone Pertamanya

Nama Master & Dynamic mungkin belum begitu dikenal di industri headphone. Cukup wajar mengingat perusahaan tersebut baru saja merayakan ulang tahunnya yang kelima. Guna merayakan hari spesial tersebut, M&D melirik kembali produk pertama yang menjadi andalan mereka dalam membangun reputasinya, yakni headphone over-ear MH40.

Selang lima tahun sejak headphone tersebut diluncurkan, M&D akhirnya memperkenalkan versi wireless-nya. Secara fisik, nyaris tidak ada yang berbeda antara MH40 Wireless dan MH40 standar. Desainnya masih terkesan retro, dan konstruksinya pun masih mengandalkan perpaduan material-material premium seperti aluminium, kanvas, dan kulit domba asli yang membalut bantalan memory foam-nya.

Master & Dynamic MH40 Wireless

Satu-satunya perbedaan fisik yang tampak dari MH40 Wireless adalah adanya sejumlah tombol pengoperasian beserta port USB-C di earcup sebelah kanannya. Yang cukup mengejutkan adalah, bobot MH40 Wireless jauh lebih ringan ketimbang MH40 standar di angka 276 gram. Mengejutkan karena sebagai perangkat wireless, ia tentu harus mengemas unit baterainya sendiri.

Daya tahan baterainya pun terbilang cukup lumayan, dengan klaim hingga 18 jam pemakaian dalam sekali pengisian, dan ini bisa terwujud berkat penggunaan Bluetooth 5.0 yang memang lebih efisien ketimbang versi sebelumnya. Selain ketambahan Bluetooth, MH40 Wireless juga hadir membawa sepasang mikrofon beam-forming yang bisa membantu mengeliminasi suara luar selagi pengguna melakukan panggilan telepon atau berinteraksi dengan voice assistant.

Master & Dynamic MH40 Wireless

Satu detail yang membuat saya cukup bertanya-tanya adalah seputar driver-nya. MH40 Wireless mengusung sepasang driver berdiameter 40 mm, sedangkan MH40 standar dibekali driver 45 mm. Lebih besar memang tidak selalu berarti lebih baik, akan tetapi headphone kelas high-end yang ada di pasaran umumnya mengemas driver berukuran besar.

Master & Dynamic MH40 Wireless saat ini telah dipasarkan seharga $299, selisih $50 dari MH40 standar. Tiga pilihan warna yang tersedia untuk versi wireless-nya ini masih sama persis: hitam-silver, cokelat-silver, dan hitam sepenuhnya.

Sumber: Master & Dynamic.

Audio-Technica Rengkuh Tren Terkini Audio, Rilis Earphone Solid Bass TWS dan Headphone Nirkabel

Pasar audio yang diwakili oleh earphone dan headphone di ranah lokal bisa jadi lagi dalam masa ‘lucu-lucu-nya’, dengan kata lain cukup menjanjikan. Terutama di ranah wireless atau nirkabel yang diwiliki earphone TWS atau true wireless dan headphone nirkabel.

Tren hadirnya perangkat audio nirkabel ini juga dilihat Adio-Technica sebagai pasar yang menjanjikan. Dikenal sebagai produsen perangkat audio kelas premium atau untuk kalangan audiophile, kini mereka pun merilis perangkat nirkabel untuk pasar Indonesia. Bertempat di sebuah kafe di bilangan SCBD, perwakilan Audio-Technica dan distributor yaitu Axindo mengajak awak media dan penikmat audio untuk mendengarkan penjelasan produk baru ini dan hands-on (sangat singkat).

Ada 6 produk yang diperkenalkan, dengan pembagian 1 perangkat audio TWS atau true wireless, 2 perangkat headphone nirkabel dengan sound reality dan 3 headphone wireless dengan active noice cancelling.

Audio-Technica sendiri menonjolkan produk TWS mereka yang diberi kode produk ATH-CKS5TW yang memang sesuai dengan tren terkini, yaitu earphone TWS. Pasar kini dibanjiri dengan produk ini, terutama juga didorong oleh hilangnya headphone jack di beberapa perangkat ponsel.

Spesifikasi produk

ATH-CKS5TW adalah earphone yang didesin dengan model in ear, menghadirkan fitur bass yang menjadi fasilitas utamanya (selain wireless). Hadir dengan bentuk yang cukup kompak layaknya jenis earphone di segmen ini. Anda akan mendapatkan case dengan bentuk lonjong yang juga berfungsi sebagai charger. Daya tahan baterai secara total sampai 45 jam (15 jam playback time 1.5 kali tambahwan waktu dengan charge case) dan hadir dengan 3 warna, hitam, biru dan warna khaki. Solid bass adalah jargon yang cukup ditonjolkan di perangkat ini, selain itu eartip yang telah dilengkapi ring stable fit agar lebih nempel di telinga, bluetooth versi 5, codec yang kompatibel adalah aptX/AAC/SBS, IPX2 yang artinya tahan percikan air serta didukung oleh aplikasi dari Audio-Technica untuk pengaturan lewat aplikasi.

Dijual dengan harga 2.290.000 rupiah, earphone yang juga memilii ANC atau active noise cancelling ini akan bisa menjadi alternatif baru pada penikmat TWS sebagai pilihan. Terutama bagi mereka yang suka dengan bass.

Masuk ke produk selanjutnya yaitu seri headphone sound reality yaitu ATH-SR30BT, ATH-SR50BT. Keduanya dibedakan dari sisi fitur yang juga berpengaruh pada harga. Untuk dari sisi desin hampir mirip, termasuk build quality.

Dari sisi desain, keduanya cukup minimalis, denga bahan dasar utama plastik. Ada bagian besi penyangga gagang headphone. Untuk pad cukup nyaman dan bentuk pad adalah tipe over the air yang artinya akan menutupi keseluruhan kuping.

ATH-SR30BT hadir dengan fitur daya tahan baterai hingga 70 jam dan 4 warna yaitu hitam, abu, biru dan pink. Harga jualnya adalah 1.240.000 rupiah. Bisa dibilang sangat terjangkau dengan fitur wireless dan merek ATH yang dibawanya. Fitur lainnya antara lain adalah koneksi bluetooth 5.0, support AAC dan SBC untuk codec-nya, sensivitas 99db/mW dan tipenya closed-back dynamic. Headphone ini juga mendukung gesture swipe untuk beberapa fungsi panggilan dan musik.

Untuk yang ATH-SR50BT hadir dengan desain over the air, desian yang mirip dengan SR30BT namun dengan pad yang lebih nyaman serta elemen tambahan yang menurut saya lebih baik, bahkan desainnya lebih baik dari seri yang di atasnya. Ada pad penahan kepala yang cukup tebal di gagang headphone, lalu busa pad-nya juga terasa lebih nyaman dari seri SR lainnya. Ketahanan baterai memang hanya 28 jam tetapi headphone bisa dilipat untuk portabilitas yang lebih baik. Untuk fitur teknoilogi yang disematkan ada ambient control yang merupakan perpaduan dari active noise cancelling dan hear thruogh. Jadi Anda bisa memilih dua menu pilihan apakah akan mendengar suara sekitar atau mengisolasi dengan fitur ACN.

Yang paling mengejutkan adalah harganya, dijual 2.749.000 rupiah, perangkat ini jauh lebih murah dari beberapa headphone wireless lain dengan kualitas suara yang cukup mumpuni. Touch control di bagian luar pad, mendukung aptX, AAC, SBC dengan bluetooth 5.0, tersedia kabel bagi Anda yang memilih untuk menggunakan dalam mode wired, mendukung aplikasi connect app ATH serta disediakan pouch untuk memudahkan dibawa kemana saja. Warna yang disediakan ada hitam dan coklat.

Kita masuk ke 3 perangkat terakhir yaitu yang tipe ANC alias active noice cancelling. Ada ATH-ANC900BT, ATH-ANC700B, ATH-ANC500BT, semuanya adalah tipe over the air dengan pad yang cukup lembut.

Tipe yang paling rendah adalah ATH-ANC500B, produk ini dijual engan harga 1.490.000 rupiah dengan beberapa fitur seperti ketersediaan koneksi kabel meski tipe hearphone adalah bluetooth, koneksi bluetooth versi 4.2, dukungan codec SBC, dan fitur active noise cancelling. Ketahanan baterai saat digunakan sampai dengan 20 jam ketika diisi secara penuh.

Untuk tipe ATH ANC700B dilengkapi fitur swipe untuk akses menu, daya tahan baterai saat digunakan sampai dengan 25 jam, tersedia koneksi kabel, dukungan wireless bluetooth 4.1, codec yang didukung adalah aptX, AAC, SBC dan fitur noice cancelling. Dijual dengan harga 2.890.000 rupiah.

Tipe yang paling tinggi adalah ATH-ANC900BT yang hadir dengan daya tahan baterai digunakan sampai dengan 35 jam, koneksi bluetooth 5.0 lalu fitur ANC dengan model digital hybrid. Dukungan codex aptX, AAC dan SBC dan dilengkapi dengan fitur multiple microphone untuk efek noise cancelling yang lebih optimal. Dijual dengan harga 4.490.000 rupiah.

Pengalaman penggunaan

Audio Technica

Jujur, ruang dan lokasi yang ada di acara memang kurang pas untuk sesi hands-on, kita berharap saja sang distributor mau memijamkan alatnya untuk kita uji di DS Gadget Lab. Saya hanya sempat mencoba satu perangkat saja yaitu ATH SR50BT. Impresi awalnya adalah, ini headphone price deal. Desain cakep (yang saya coba warna coklat), impresi awal singkat suara juka cukup baik. Bass cukup terasa, detail juga dan highnya juga cukup, meski agak lebih bagi tipe kuping saya. Fitur ambient control juga cukup baik meski tidak sebaik yang true noise cancelling. Namun saya prediksikan cukup untuk penggunaan sehari-hari.

Selain perwarkilan dari Audio Technica ,dalam acara juga hadir salah satu reviewer audio yang aktif membahas berbagai jenis headphone yaitu Glenn Latuheru. Sebagai pelengkap, ia memberikan impresi untuk beberapa audio yang menurutnya cocok untuk selera kupingnya.

Untuk ATH-CKS5TW, Glenn memberikan impresi bahwa TWS dengan tipe in ear ini suaranya fun cocok untuk musik kekinian atau populer seperti RnB, Hip-hop atau EDM karena bass-nya cukup terasa. Selain itu vocalnya cukup kelihatan dengan trebble yang terdengar halus jadi tidak bikin capek untuk mendengarnya dalam waktu lama.

Untuk seri ATH-ANC900BT impresi yang diceritakan Glenn adalah seri yang paling oke di antara seri ACN lain, suara yang dihasilkan natural, cukup fun dengan bass yang cukup dapet dengan komposisi yang seimbang antara semuanya.

Untuk seri terakhir, pilihan jatuh pada ATH-SR50BT. Hasil suara yang meningkat dari seri perangkat sebelumnya dari ATH, cocok untuk mereka yang suka dengan hasil suara natural, dan dari sisi harga serta fitur sangat worth. Fitur sudah lengkap termasuk hear through, sudah bluetooth dan suara yang cukup baik.

Tren perangkat audio alias headphone dan earphone wireless memang sepertinya akan memasuki masa keemasan. Jika dulu harganya cukup tinggi, dengan seiring kebutuhan yang semakin meningkat, tentunya akan hadir berbagai perangkat yang lebih terjangkau dengan fitur yang cukup lengkap.