MTARGET Meluncurkan Asisten Penulis Email Berbasis AI “DIA”

Platform SaaS untuk otomasi pemasaran MTARGET resmi meluncurkan Digital Intelligence Assistant (DIA), sebuah asisten penulisan email berbasis artificial intelligence (AI). Fitur email berbasis AI yang disebut pertama di Indonesia ini didesain untuk mengatasi masalah writer’s block dan blank page syndrome yang sering dialami para penulis konten, termasuk email marketer.

Sebelumnya, pada Januari lalu, MTARGET terpilih sebagai salah satu startup Indonesia yang berpartisipasi dalam program Microsoft Founders Hub. Kemitraan ini turut berperan penting dalam mengembangkan DIA dengan dukungan dari tenaga OpenAI, perusahaan yang mengembangkan ChatGPT. Microsoft sendiri diketahui masuk sebagai jajaran investor OpenAI.

Fitur DIA sudah dapat dinikmati oleh semua pengguna MTARGET di halaman dashboard masing-masing. Asisten pintar berbasis AI ini bekerja layaknya manusia dengan menuliskan subject, preheader, dan body email sesuai perintah yang diterima. Solusi ini memungkinkan tim pemasaran untuk fokus pada strategi yang lebih besar dan menyediakan waktu untuk mengerjakan hal lain.

Dalam menggunakan fitur ini, pengguna dapat memulai dengan menuliskan prompt, kemudian sistem AI akan menampilkan kata-kata yang sesuai dengan arahan tersebut. Hasilnya pun dapat diedit dan disesuaikan kemudian. Alih-alih membuat orang jadi malas, DIA disebut akan membantu pekerja jadi lebih produktif dan menghemat waktu.

CEO MTARGET Yopie Suryadi meyakini bahwa teknologi ini dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam email pemasaran mereka. Selain itu, industri retail dan keuangan disebut sebagai dua sektor yang paling banyak merasakan manfaat solusi ini mengingat pengguna email marketing paling banyak datang dari dua sektor tersebut.

Yopie menilai produk ChatGPT dari OpenAI terbilang yang terbaik dengan hype masih mengular hingga saat ini. Meski begitu, model AI yang digunakan oleh DIA tidak bersifat conversational seperti ChatGPT. Hal ini yang membuatnya sangat cocok untuk digunakan dalam email marketing.

“Risiko tentu ada, mungkin error atau apapun. Namun, saya tidak melihat ini sebagai halangan utama karena memang diperuntukkan untuk membantu (assist) bukan untuk membuat sebuah tulisan. Tetap diperlukan skill dan kreativitas si penulis,” tambahnya.

Di global sendiri, platform email marketing pihak ketiga, Mailchimp sempat meluncurkan kampanye serupa di Super Bowl. Namun, saat ini fitur tersebut diketahui hanya untuk menulis subject, belum sampai ke tahap isi konten.

Fokus selanjutnya

Didirikan pada 2016, MTARGET merupakan rebranding dari platform SaaS pemasaran email MailTarget. Sebagai penyedia tools dan layanan email, perusahaan memahami kebutuhan industri di tiap perkembangan zaman. Saat ini MTARGET fokus pada visinya untuk menyediakan software kapabilitas email yang cepat, mudah, dan terjangkau untuk industri keuangan dan retail.

Melalui fitur email berbasis AI ini, MTARGET berupaya menunjukkan komitmennya dalam menyediakan solusi inovatif bagi bisnis di Indonesia. Dengan semakin banyak solusi yang memanfaatkan kemampuan teknologi, hal ini ditakutkan menjadi ancaman bagi eksistensi para pekerja di sektor terkait.

Seperti diketahui, Microsoft sempat mengumumkan PHK sekitar 10.000 karyawan sebagai langkah efisiensi setelah perusahaan memutuskan untuk menambah investasi ke perusahaan teknologi OpenAI. Terkait hal ini, Yopie mengakui bahwa kondisi MTARGET ketika pandemi tidak baik-baik saja. Meskipun begitu, perusahaan mempertahankan untuk tidak melakukan layoff.

Secara personal, Yopie memiliki prinsip untuk tidak diperbudak oleh teknologi, melainkan menggunakan teknologi sebagai sarana penunjang. “Bukannya mengancam, teknologi menambah value dari pekerja itu sendiri. Banyak hal-hal yang bisa dipelajari dan diimplementasikan. Seperti punya mentor atau coach pribadi di dunia kerja. Itulah yang langka di zaman sekarang,” tegasnya.

Saat ini MTARGET fokus untuk menjadi the email company sebagai identitas utamanya, Produk yang akan diluncurkan di masa depan akan sangat bervariatif, dan semuanya berpusat di email.

“Di Q1 2023 ini, kami sudah meluncurkan dua produk baru, yakni SONAR-Email Tracker (Google Chrome Extension) dan Purify-Email Database Cleansing Tools.
Fokus utama adalah mendapatkan revenue dan mempertahankan profitability. We may not be the biggest yet, but we’re definitely the best for now,” tutupnya.

Yopie Suryadi: Kegagalan Berikan Inspirasi Membangun Bisnis

Selama lima tahun terakhir Yopie Suryadi memimpin MTARGET yang merupakan startup SaaS yang fokus di otomasi pemasaran email. Meskipun kini mengklaim sudah berada dalam posisi yang aman, bahkan sudah profitable, Yopie sempat merasakan jatuh bangunnya membangun perusahaan. Demikian juga perjalanan kariernya, khususnya di industri teknologi, yang sudah ia jalani sejak tahun 2011.

Kepada DailySocial, Yopie menceritakan kegagalannya membangun startup dan depresi yang sempat mematahkan semangat dirinya untuk membangun kembali bisnis dari awal. Pun bagaimana kemudian ia bangkit dan bertahan hingga sekarang.

Berawal dari gadget

Hadirnya Yopie di industri diawali ketertarikannya dengan gadget dan perangkat teknologi terkini di awal tahun 2010-an. Meskipun saat itu proses jual-beli smartphone masih didominasi secara offline di lokasi tertentu, hal ini tidak mengurungkan niatnya menerima request pembelian dengan sistem pengantaran langsung ke rumah dan pembayaran dengan konsep Cash on Delivery (COD). Sayangnya effort yang dikeluarkan dianggap tidak setimpal hasilnya untuk menjadi suatu bisnis berkelanjutan.

Ia juga sempat membangun portal berita yang mengupas informasi seputar gadget bernama Gopego.com.

Lepas dari bisnis gadget, Yopie tertarik untuk fokus mengembangkan bisnis yang berbeda. Proyek selanjutnya adalah GDILab yang merupakan layanan analisis media sosial. Didirikan bersama Billy Boen, Jefri Dinomo dan Masas Dani pada bulan Desember 2013. Pada awal kemunculannya GDILab sudah menghasilkan beberapa deretan produk analitik, yakni Polaris (Facebook-Twitter Analytics), Iris (Instagram Analytics), dan juga GNEWS.

Di tahun 2015, GDILab melakukan spin off terhadap GNEWS untuk berdiri sendiri sebagai perusahaan. Selepas spin off tersebut, pada Mei 2016 Yopie dan Masas full exit untuk fokus di GNEWS sebagai CEO dan CTO. Billy Boen dan Jefri Dinomo tetap bertahan GDILab dan kini masing-masing menjadi CEO dan VP Product.

“Waktu itu kita masuk ke Social Media Analytics, ada satu fitur yang menurut saya bagus. Intinya adalah news aggregrator tapi berdasarkan siapa yang paling cepat, lebih awal dan siapa yang paling kredibel. Berbeda dengan agregator berita yang bisa saja berita hoax. [..] Akhirnya kita spin off itu, saya exit dari GDILab, kemudian membangun GNEWS,” kata Yopie.

Konsep awal sebagai platform pencarian berita berbasis media sosial, ternyata tidak dapat berjalan dengan baik. Pada tahun 2016, belum genap setahun berdiri, GNEWS terpaksa menghentikan operasional.

“Kita melihat waktu hanya dihabiskan untuk mengajak orang mengunduh aplikasi, menggunakan aplikasi dan sisanya mencari dana segar. Pada akhirnya karena adanya perbedaan visi dengan Co-founder lainnya dan shareholder, akhirnya GNEWS berhenti beroperasi,” kata Yopie.

Sempat mengalami rock bottom

Yopie Suryadi dan tim MTARGET / MTARGET

Penutupan GNEWS menyisakan kesedihan bagi Yopie. Kegagalan tersebut cukup memukul dirinya. Berkat dukungan sang istri, Yopie berupaya bangkit dari kegagalan dan menciptakan inovasi baru yang berbeda.

Ide yang menjadi perhatian Yopie adalah kurangnya channel distribusi konten saat ia membangun GNEWS. Peluang tersebut yang kemudian ia coba kembangkan. Melihat keberhasilan Mailchimp, layanan email marketing bernama Mail Target ( selanjutnya menjadi MTARGET) ia luncurkan.

“Yang saya lihat adalah sulit bagi platform seperti Mailchimp untuk bisa berkembang di Indonesia, karena karakteristik yang berbeda. Hanya platform lokal yang bisa menyediakan layanan yang ideal dan dibutuhkan oleh pengguna di Indonesia,” kata Yopie.

Untuk memberikan layanan yang berkualitas, Yopie menghabiskan waktu cukup lama mempelajari lebih mendalam apa itu SaaS dan bagaimana strategi layanan email marketing yang tepat untuk pengguna di Indonesia. Meskipun awalnya Yopie ingin menargetkan pasar UMKM, karena masih adanya tantangan edukasi dan pemahaman ia dan tim fokus ke segmen enterprise.

Ia mengatakan, “Waktu itu pemicu permasalahan yang saya hadapi adalah persoalan distribusi. Masih belum banyak masyarakat umum yang belum aware dengan email marketing. Padahal secara tidak langsung email sudah menjadi oksigen bagi kebanyakan masyarakat umum.”

“Saat itu memang terlihat kurang keren untuk mengembangkan platform SaaS email marketing dan ternyata hingga saat ini masih terlihat seperti itu. Setelah saya pelajari lebih mendalam, dari perjalanan karier Pendiri Mailchimp Ben Chestnut, [..] kesimpulan yang saya ambil adalah bisnis email marketing kebanyakan adalah self funded dan self sustained,” lanjutnya.

Meskipun mengklaim telah menemukan formula yang tepat, tidak berarti mereka sudah keluar dari masalah. Di awal pandemi MTARGET sempat mengalami pertumbuhan bisnis yang melambat. Menjelang pertengahan bulan April 2020, ketika bisnis mulai beradaptasi ke situasi pandemi, kondisi perusahaan pun berangsur pulih.

Menurutnya, pandemi telah mempercepat akselerasi digital, “meloncat” hingga tiga tahun. Mereka yang tadinya tidak terlalu berminat untuk mengadopsi teknologi, dipaksa untuk menggunakannya.

Yopie mengklaim hingga akhir tahun 2021 lalu perusahaan mengalami pertumbuhan positif dan telah memiliki profit.

Berkat dukungan tim dan keluarga, Yopie berhasil mengatasi tantangan saat pandemi. Sempat ditawarkan untuk bekerja di perusahaan lain, Yopie memilih tetap bersama dengan tim, membangun MTARGET yang lebih besar lagi. Keputusan tersebut, menurutnya, menjadi keputusan terbaik yang pernah ia ambil sebagai pendiri startup.

“Saya lebih memikirkan ketenangan atau kedamaian saat mengambil keputusan. Saya tidak ingin mengorbankan ketenangan tersebut dan menurut saya akan menjadi tidak worth it. Sejak saat itu saya mulai belajar untuk memahami non technical decision making,” kata Yopie.

Dukungan ke startup generasi baru

Meskipun telah berdiri sejak tahun 2017, MTARGET termasuk di jajaran startup yang tidak terlalu rutin menggalang dana. Tercatat hanya tiga kali putaran pendanaan yang diterima, termasuk dari Azure Ventures dan Prasetia Dwidharma.

Menurut Yopie, sebuah startup yang ingin tumbuh dengan baik dan profitable sebaiknya jangan terlalu fokus untuk selalu melakukan penggalangan dana. Hal itu menjadi mantra yang ia sampaikan ke startup generasi baru.

“Saat ini yang ingin saya lakukan adalah membantu startup generasi baru belajar dari kegagalan yang telah saya alami, dan pentingnya bagi mereka untuk memikirkan bagaimana mendapatkan profit sejak awal,” kata Yopie.

“Freemium” vs Berlangganan: Mana yang Cocok untuk Startupmu?

Istilah freemium, gabungan dari free + premium, merupakan salah satu model bisnis populer yang menggabungkan konsep gratis dan berbayar. Tesis freemium memberikan akses gratis bagi pelanggan dengan fitur-fitur dasar dan memberikan fitur lebih banyak bagi mereka yang bersedia membayar.

Di sisi lain, ada pula layanan yang tidak memberikan free lunch, meskipun biasanya tetap menawarkan konsep uji coba gratis. Konsep berlangganan (atau subscription), membayar biaya secara pasti per bulan atau per tahun, menjadi pilihan bisnis untuk mendulang pendapatan.

DailySocial mencoba mencari tahu apakah skema freemium atau skema berlangganan bisa menjadi model bisnis yang tepat bagi startupmu.

Freemium dan pertumbuhan bisnis

Platform yang menyasar pasar ritel (B2C), seperti Linkedin, Spotify, atau YouTube, cenderung menawarkan skema freemium bagi konsumennya. Pelanggan yang enggan berlangganan secara premium akan disuguhkan iklan secara singkat atau dikurangi fiturnya ketika mereka mengakses layanan. Hal ini dianggap solusi win-win bagi semua pihak.

Menurut CEO Mtarget Yopie Suryadi, layanan freemium populer diterapkan perusahaan yang fokus secara B2C. Konsep freemium dianggap mampu meningkatkan stickiness pengguna untuk kemudian dikonversi sebagai pengguna berbayar.

“Di Mtarget sendiri Kami menerapkan [model bisnis] freemium dan juga subscription. Dengan demikian pengguna gratis dapat menggunakan seluruh fitur kami tetapi kuotanyanya terbatas. Setelah masa free berakhir, tim kami akan membuat flow dan strategi untuk mengubah mereka menjadi paid customer,” kata Yopie.

Ia melanjutkan, “[Penerapan konsep] Freemium yang berhasil memerlukan market research dan investasi yang cukup besar. Tapi ini akan sangat menjanjikan dari sisi growth. Strategi freemium sangat tergantung dengan karakter pengguna, aplikasi, dan market region masing-masing platform.”

Pilihan freemium juga banyak dipilih aplikasi permainan sosial. Platform semacam ini merupakan contoh sempurna penerapan model ini.

Mereka umumnya menampilkan mata uang virtual yang dapat digunakan pemain membuat kemajuan melalui berbagai level dalam permainan. Seorang pemain akan diberikan mata uang gratis pada awal permainan dan dapat meningkatkan saldo koin mereka dengan menyelesaikan tugas yang ditetapkan atau hanya dengan masuk setiap hari.

Jika ingin lebih cepat mendapatkan koin virtual atau melakukan kemajuan, konsumen bisa membayar biaya-biaya yang disajikan.

Menurut CEO MainGame Anton Soeharyo, strategi freemium “berhasil” memenangkan pelanggan di berbagai industri, termasuk bagaimana para game publisher mencari model bisnis terbaik bagi konsumennya.

“Pasar gaming di Indonesia mencapai $701 juta. Mereka [konsumen] willing to pay untuk bermain dan mendapatkan pengalaman dalam permainannya,” kata Anton.

Anton mengatakan, untuk permainan sederhana, biasanya berbasis HTML5  untuk menghabiskan waktu dan mungkin bisa mendapatkan hadiah, skema berlangganan adalah pilihan yang tepat. Sedangkan untuk game RPG dan sejenisnya, maka freemium bisa menjadi pilihannya.

“Saya melihat demikian karena setelah pemain mendapatkan ‘rasa’ dan ‘pengalaman’ dalam permainannya, maka mereka condong untuk melakukan pembelian dan kemudian beralih ke premium,” kata Anton.

Skema berlangganan untuk konsumen bisnis

Berbeda dengan skema freemium, pilihan berlangganan lebih lazim ditawarkan oleh mereka yang menyasar konsumen bisnis (B2B). Skema berlangganan memberikan kebebasan penggunaan dan opsi kustomisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis, misalnya solusi-solusi berbasis SaaS.

Menurut CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma, freemium dan berlangganan hanyalah cara perusahaan menangkap lebih banyak permintaan. Ini dapat diterapkan ke berbagai segmen pengguna. Aspek menarik dari perusahaan yang menjual produk piranti lunak (software) adalah biaya marjinal dari pelanggan tambahan terkadang mendekati nol. Biaya marjinal berbeda dengan biaya untuk mendapatkan pelanggan tertentu. Biaya ini serupa dengan Cost of Goods Sold (COGS) di perusahaan brick and mortar.

“Di perusahaan perangkat lunak, biaya paling umum yang terkait dengan biaya marjinal ini adalah biaya server dan kecuali itu adalah perusahaan Artificial Intelligence (AI), biaya ini dapat diabaikan. Jika startup memiliki keunggulan ini, ia dapat menerapkan model freemium di mana mereka dapat menawarkan produk paling basic secara gratis. Ini sejalan dengan konsep pemasaran untuk membawa produk ke tangan pelanggan,” kata Arya.

Tentu saja konsep berlangganan tidak eksklusif untuk konsumen bisnis.

“Menurut saya subscription ini tidak terbatas ke [konsumen] B2B tetapi hampir semua akan masuk ke area ini. Seperti yang CEO Zuora bilang, kita masuk ke masa subscription economy,” kata Yopie.

Hal senada diungkapkan Anton. Dirinya melihat provider TV kabel yang menyasar konsumen perorangan juga menerapkan model berlangganan ke pelanggannya. Set-up box ditawarkan di luar harga langganan paket channel TV dan di dalamnya juga tersedia menu video on demand.

Pada akhirnya, menurut Arya, setiap pelanggan memiliki persepsi sendiri tentang nilai produk. Pengalaman pengguna gratis juga berharga untuk mendorong startup mengembangkan model bisnisnya.

“Contoh yang bagus dari ini adalah LinkedIn. LinkedIn menawarkan LinkedIn Premium untuk menangkap pengguna yang bersedia membayar lebih banyak fasilitas, privasi, dan status. Namun, LinkedIn juga memonetisasi pengguna gratis dengan menawarkan alat perekrutan ke perusahaan,” kata Arya.

Sebagai investor, Arya melihat ke depannya tidak menjadi masalah, apakah startup tersebut menerapkan model freemium atau berlangganan. Yang penting adalah kemampuan startup mempertahankan pelanggannya (dengan tingkat churn rendah) untuk tumbuh secara berkelanjutan dan mendapatkan nilai tambah dari pelanggan.

MTARGET Introduces Oneblink to Help SMEs with Online Shopping Page

MTarget, known as a startup that offers marketing solutions and automation tools, has launched Oneblink. A digital platform to help SMEs create pages for their products. The objective is to facilitate business players easy way to show its products to potential customers.

“Oneblink is a tool to create a mini-website for online catalogs and business menu without any difficult coding. It only takes time to register, enter the business links, then publish. Instantly, the digital marketing asset is ready,” MTARGET’s Founder & CEO Yopie Suryadi explained.

He further explained, through Oneblink, users can attach links such as Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, GrabFood, GoFood, and so on. They will also be facilitated to directly choose and buy domains for their business.

“First of all, it’s because of this pandemic. All businesses are being ‘forced’ to go digital. The digital adoption wave that used to be slow, is now getting rapid. It has to be digital or left behind. Also, there are many new businesses that arose during this pandemic. At least they must have a digital identity first. Then, learn how to do ads on social media and understand what to do these ads,” Yopie continued.

Oneblink’s features already exist in the MTARGET platform, however, to reach more users outside the corporation or enterprise MTARGET finally introduces Oneblink as another vertical focused on SMEs.

“Oneblink remains under MTARGET for now. We made this tool so easy that it could become a low-touch SaaS,” Yopi continued.

Oneblink leading feature

The concepts and features in Oneblink are not new. Face to face services like Linktree. However, Yopie is quite optimistic about Oneblink. There are also some excellent features such as unlimited links, domain customization, templates, embedded pixels, analytics, and others.

“[the differentiator] First, of course, local support. Our team is ready to help. Then on this Oneblink template can be sent to other users, therefore, it will open up opportunities for designers to design template services. From the technical side, this landing page builder feature has been very complete,” he explained.

The journey of Oneblink as one of MTARGET products is still long, they said the focus will be on product development and UI / UX, also continue on their mission to help more SMEs go digital.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MTARGET Kenalkan Oneblink, Mudahkan UKM Buat Laman Etalase Online

MTarget startup yang dikenal menyediakan solusi marketing dan automation tools memperkenalkan Oneblink. Sebuah platform digital yang dapat membantu UKM membuat halaman (web) untuk etalase produk mereka. Tujuannya agar pelaku usaha mudah ketika ingin memperlihatkan apa saja yang mereka sajikan kepada calon konsumennya.

Oneblink ini merupakan tools untuk membuat mini website yang bisa digunakan untuk katalog dan menu bisnis secara online dengan mudah tanpa perlu keahlian coding. Tinggal daftar, taruh link-link bisnis, kemudian tinggal publish. Dalam sekejap sudah ada asset digital marketing,” terang Founder & CEO MTARGET Yopie Suryadi. 

Lebih lanjut ia menjelaskan, melalui Oneblink pengguna bisa memasang tautan seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, GrabFood, GoFood, dan sebagainya. Pengguna juga akan dipermudah dengan kemungkinan untuk memilih dan membeli langsung domain untuk bisnisnya.

“Pertama-tama karena pandemi ini ya. Boleh dibilang seluruh bisnis saat ini ‘dipaksa’ untuk go digital. Gelombang go digital yang tadinya bergerak santai, sekarang jadi begitu rapid. Harus digital atau tertinggal. Ditambah pula selama pandemi ini banyak bermunculan UKM atau usaha kuliner baru. Setidaknya mereka ini harus punya digital identity dulu. Dan berikutnya mulai mempelajari bagaimana melakukan ads di social media dan paham untuk apa melakukan ads ini,” lanjut Yopie. 

Fitur ada di Oneblink pada dasarnya sudah ada di dalam platform MTARGET, namun untuk menjangkau lebih banyak pengguna di luar korporasi atau enterprise MTARGET pada akhirnya memperkenalkan Oneblink sebagai lini bisnis atau produk yang fokus pada UKM.

“Oneblink tetap berada di bawah MTARGET untuk sekarang ini. Kami membuat tools ini begitu mudah sehingga bisa menjadi low touch SaaS,” sambung Yopi. 

Yang jadi unggulan Oneblink

Konsep dan fitur-fitur yang ada di Oneblink bukan solusi baru. Secara langsung berhadapan dengan layanan seperti Linktree. Namun Yopie cukup optimis untuk Oneblink bisa bersaing. Pasalnya di dalam Oneblink juga terdapat beberapa fitur unggulan seperti unlimited link, kustomisasi domain, template, pixel embedded, analitik, dan lainnya.

“[yang menjadi pembeda] Pertama tentunya local support. Tim kami siap membantu. Lalu di Oneblink ini template bisa dikirim sesama user, jadi akan membuka peluang juga untuk para designer untuk jasa design template. Ditambah dari sisi teknis, fitur landing page builder ini sudah lengkap sekali,” terang Yopie. 

Perjalanan Oneblink sebagai salah satu produk dari MTARGET masih panjang, untuk itu mereka menyebutkan masih akan fokus pada pengembangan produk dan fokus pada UI/UX, dan terus fokus pada misi mereka untuk lebih banyak membantu UKM go digital.

MTARGET Reveives Seed Funding from Prasetia Dwidharma

The SaaS platform for marketing automation, MTARGET, receives seed funding from Prasetia Dwidharma without revealing the number. As Yopie Suryadi (Founder & CEO) told DailySocial, the cash will be used to build-up team and to increase penetration. On B2B segment.

In the run of product development and current expansion, MTARGET strives to increase growth and improve the revenue team. During 2018, the company has listed a monthly growth of 22%, with total users reached 2100. And until now it has reached more than 3000 users.

Started with email marketing automation platform named MailTarget, they are now transformed into a marketing cloud solution. They have the vision to help business interaction and brands to get more personal with users, using the right data and tools.

Last year, MTARGET has its debut in Malaysia. In terms of product marketing, they placed a business team there. It’s the same target, supporting SMEs and startups to build marketing strategy through digital channels.

Currently, MTARGET provides some leading features include email marketing, email automation, interactive form, landing page, and social media management platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MTARGET Dapatkan Pendanaan Awal dari Prasetia Dwidharma

Platform SaaS untuk automasi pemasaran MTARGET dapatkan pendanaan awal dari Prasetia Dwidharma dengan nominal yang tidak sebutkan. Menurut pemaparan Yopie Suryadi (Founder & CEO) kepada DailySocial, pendanaan ini akan dialokasikan untuk membangun tim dan memperluas penetrasi di segmen B2B.

Seiring perkembangan produk dan ekspansi yang dilakukan, MTARGET merasa perlu untuk memperkuat tim revenue dan growth. Sepanjang tahun 2018, perusahaan mencatatkan pertumbuhan bulanan mencapai 22%, dengan total pengguna mencapai 2100. Hingga saat ini telah meningkat menjadi 3000 pengguna lebih.

Berawal dari platform email marketing automation dengan nama MailTarget, kini MTARGET telah bertransformasi menjadi marketing cloud solution. Visi mereka untuk membantu interaksi bisnis dan brand menjadi lebih dekat dan personal untuk para penggunanya, melalui data dan alat yang tepat.

Tahun lalu MTARGET juga sudah mulai debut di Malaysia. Untuk memasarkan produk, tim bisnis pun sudah dibangun di sana. Sasarannya sama, membantu UKM dan startup untuk mengembangkan strategi pemasaran melalui saluran digital.

Saat ini MTARGET miliki beberapa fitur unggulan, meliputi platform email marketing, email automation, interactive form, landing page, dan socmed management.

MailTarget to Rebrand as MTARGET, Declaring Itself as “Marketing Cloud Solution”

Towards the end of 2018, SaaS email marketing platform, MailTarget, rebrands into MTARGET. The fresh title will be used effectively next year, along with plans to present more digital marketing variants. Despite new title, the previous automation won’t change much.

In the written statement, Yopie Suryadi, MTARGET’s Founder & CEO, explained the rebranding as its business metamorphosis. The change of “Mail” into “M” indicates something more extensive, related to Marketing, Mail, Mobile, and others.

Despite changing name, the email marketing feature will still be MTARGET‘s main service. However, the solution will be extensive and expected to help other issues in the digital marketing industry.

“We started to fix the system, sharpen our vision and mission, and put core values into the company. It includes changing the mindset, from selling into contributing in the business world. We apply smart selling, divide user types, and focus in the area where our contribution most needed,” he said.

One of MailTarget business achievements this year is to realize the expansion plan. The service is now available in Malaysia.

“Throughout 2018, we achieved 22% month-on-month growth, with 2100 total users. We always listen to all problem of our users. Then, we develop a feature to help and available to use by others.”

Using the new title, Yopie and team are ready to welcome the journey with a new focus, as “Marketing Cloud Solution”.

“In 2019, our service will help companies to get more personal and close to its customers through the right data and tools. We still target the business market. It’s expected, after the next fundraising we can immediately help Indonesian SMEs.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MailTarget Jadi MTARGET, Mantapkan Diri sebagai “Marketing Cloud Solution”

Menjelang akhir tahun 2018, platform SaaS pemasaran email MailTarget lakukan rebranding menjadi MTARGET. Nama baru akan digunakan secara efektif mulai tahun depan, dibarengi rencana menghadirkan lebih banyak varian produk pemasaran digital. Kendati berganti nama, layanan email marketing automation yang ada sebelumnya tidak akan banyak berubah.

Dalam keterangan tertulisnya Founder & CEO MTARGET Yopie Suryadi menerangkan,rebranding ini merupakan bentuk metamorfosis bisnisnya. Perubahan “Mail” menjadi “M” menandakan sesuatu yang lebih luas, terkait Marketing, Mail, Mobile dan lainnya.

Meski terjadi perubahan nama, fitur pemasaran email tetap akan menjadi layanan andalan MTARGET. Hanya saja solusi yang akan dihadirkan menjadi lebih luas dan diharapkan bisa membantu permasalahan lainnya di ranah digital marketing.

“Kami mulai membenahi sistem, menajamkan visi dan misi, dan menaruh core values di perusahaan. Termasuk mengubah mindset, dari berjualan menjadi bagaimana caranya kami berkontribusi terhadap dunia usaha. Kami menerapkan smart selling, membagi tipe user dan menaruh fokus di area user yang paling membutuhkan kontribusi kami,” terang Yopie.

Salah satu capaian bisnis MailTarget tahun ini merealisasikan rencana ekspansi. Layanannya kini sudah dipasarkan di Malaysia.

“Sepanjang 2018 kami mencapai growth 22% month-on-month, dengan pengguna mencapai 2100. Kami selalu mendengar apa yang menjadi masalah pengguna kami. Lalu kami kembangkan fitur yang dapat membantu dan bisa dipakai secara umum oleh yang lain.”

Dengan nama baru, Yopie dan tim siap menyongsong perjalanan startup dengan fokus baru, yakni sebagai “Marketing Cloud Solution”.

“Layanan kami di 2019 akan membantu para perusahaan untuk lebih personal dan dekat dengan para customer-nya melalui data dan tools yang tepat. Kami masih akan menyasar pangsa pasar bisnis. Diharapkan setelah fundraising berikutnya kami bisa dengan segera membantu para UKM Indonesia.”

MailTarget Selenggarakan Digitalk, Bahas Pemasaran Digital Industri Keuangan

Pemasaran digital menjadi salah satu strategi terdepan yang perlu dirumuskan oleh pebisnis. Tak terkecuali di sektor keuangan, disrupsi fintech membuat inovasi harus diimbangi dengan penyampaian ke pasar secara tepat sasaran. Tentu kita memahami, bahwa setiap unit bisnis memiliki cara yang berbeda-beda dalam melakukan pemasaran digital (digital marketing).

Ada yang mulai dengan mencari leads, membangun engagement, sampai mengelola retention; cara tersebut didesain agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Khusus untuk industri keuangan tantangannya memang unik, pendekatan pemasaran digital yang baik dapat mengakselerasi bisnis secara berkesinambungan.

Ada beberapa kanal yang sangat potensial dalam pemasaran digital industri keuangan. Salah satu yang cukup relevan adalah email marketing. Tujuan tipe pemasaran email adalah untuk melakukan engagement ke pengguna secara lebih personal. Namun email marketing saja tetap tidak cukup, masih banyak kanal yang bisa digunakan untuk optimasi jangkauan pengguna.

Tapi di balik kanal pemasaran itu, ada konsep automation yang menjadi kunci agar proses menjadi lebih efektif dan efisien. Banyak penghematan sumber daya pemasaran yang bisa didapat perusahaan dengan automation. Salah satunya dari sisi biaya dan SDM, karena perusahaan keuangan identik dengan telemarketing. Ini bisa jadi cara baru untuk mendapatkan konsumen melalui konten yang di kirimkan dengan email marketing.

Untuk membahas lebih lanjut tentang email marketing dan automation, sesi MailTarget DigiTalk Vol. 9 secara khusus akan membawakan pembahasan “Digital Marketing for Financial Industry”. Acara ini berkolaborasi Lembaga Manajemen Indonesia Banking School. Tiga pemateri yang akan dihadirkan adalah Yopie Suryadi (Founder MailTarget.co), kemudian Dr. Whony Rofianto, S.T., M.Si (dosen Indonesia Banking School), dan Egi Andriadi (Owner Markit Indonesia).

Acara tersebut akan diadakan pada Sabtu, 03 November 2018 mulai pukul 14.00 – 16.00 WIB di Auditorium Indonesia Banking School. Jl. Kemang Raya No. 35, Jakarta Selatan. Acara ini gratis tapi tempat terbatas, bagi yang berminat silakan mendaftar melalui tautan http://bit.ly/mtdigitalk9.

Digital Marketing for Financial Industry

Disclosure: DailySocial adalah media partner MailTarget DigiTalk