Smartfren dan MORPH Sepakat Menjalin Kerja Sama Mengembangkan Esports di Indonesia

Tim esports yang belum lama terbentuk, MORPH Team, mengumumkan kerja sama dengan provider telekomunikasi Smartfren. Melalui keterangan resmi disampaikan bahwa inisiatif yang diambil oleh Smartfren adalah bentuk dukungan pada skena esports Indonesia yang tengah berkembang dengan pesat.

Sebagai tim pendatang baru, divisi PUBG Mobile dari MORPH Team terbilang bisa mencatatkan prestasi yang mengejutkan di awal kemunculannya. Divisi PUBG Mobile, tercatat MORPH Team mendominasi jalannya gelaran turnamen Dunia Games League 2020 dan berhasil mengalahkan tim Bigetron Red Aliens yang lebih dulu terkenal dengan prestasinya di kancah internasional.

via: YouTube
via: YouTube

Djoko Tata Ibrahim, Deputy CEO Smartfren mengatakan, “fokus kami memang ada di layanan yang memberikan pengalaman berinternet yang luar biasa. Atlet-atlet esports terbaik Indonesia memang pantas untuk mendapatkan pengalaman terbaik ini saat mereka mengharumkan nama bangsa di kancah dunia.”

Menurut Smartfren, kehadiran fenomena mobile gamers dan mobile esports di Indonesia memerlukan dukungan dan perhatian lebih. Mengingat dalam permainan kasual maupun esports memerlukan kestabilan internet yang baik, Smartfren ingin menyediakan pengalaman bermain terbaik. Melalui produknya Smartfren menyajikan kuota internet dengan harga terjangkau yang bisa diakses dengan mudah melalui aplikasi pada smart phone Android dan iOS.

via: Smartfren
via: Smartfren

Di waktu yang sama smartfren juga tengah menggelar turnamen esports bertajuk Indonesia Esports Series Smartfren Championship 2020. Bekerja sama dengan IESPA dan Ligagame, turnamen ini mempertandingkan 4 divisi antara lain, PUBG Mobile, Dota 2, Mobile Legends, dan Auto Chess.

Sejumlah atlet esports berpengalaman mengisi roster MORPH Team. Divisi PUBG Mobile terdiri dari duo Ariezky “RensKy” Haridjaya dan Ezra “Zabrol” Haridjaya ditambah juga Herli “Jeixy” Juliansyah dan Fiqri “noMrcy” Syachputra. Jejeran nama di atas muncul dan menghentak banyak tim lain di beberapa gelaran turnamen PUBG Mobile di Indonesia. Tidak lama lagi MORPH Team juga akan berlaga dalam gelaran pemuncak esports PUBG Mobile yaitu, PUBG Mobile World League divisi East di akhir pekan mendatang.

Reza Oktovian selaku Founder dari MORPH Team menyatakan, “kerja sama dengan Smartfren ini bukan cuma kemenangan besar untuk MORPH Team, tapi lebih ke untuk semua gamers, karena akan banyak potensi esports tanah air yang bisa kita kembangkan bersama.”

Tim Megastars akan Produksi Konten Esports Eksklusif bersama Nimo TV

Organisasi esports asal India baru saja menjalin kerja sama dengan platform layanan streaming Nimo TV. Bersamaan dengan kerja sama tersebut, Nimo TV akan mempersiapkan pembuatan konten ekslusif bersama talenta dari tim Megastars.

Platform layanan streaming Nimo TV yang bermarkas di Tiongkok memang secara agresif melakukan ekspansi ke negara-negara Asia lainnya. Dengan masuknya Nimo TV ke ekosistem esports India di awal Mei 2020, Nimo TV menjalin banyak kerja sama degan streamer dan influencer untuk mempromosilkan platform dan kontennya di skena esports lokal India.

Owais | via: Instagram megastarsesports
Owais | via: Instagram megastarsesports

Pada mulanya tim Megastars dibentuk dari roster divisi PUBG Mobile dan kemudian melebarkan sayapnya ke divisi game lainnya. Meskipun Megastars adalah organisasi esports yang terbilang baru dibentuk, tetapi mereka bisa menunjukkan performa yang baik dalam beberapa turnamen PUBG Mobile di India. Catatan raihan tertinggi tim Megastars adalah lolosnya mereka ke ajang PUBG Mobile World League yang akan bergulir di tanggal 10 Juli 2020 mendatang.

Dengan dijalinnya kerja sama antara tim Megastars dan Nimo TV, maka Nimo TV adalah brand yang menjadi sposnsor pertama bagi tim Megastars. Baru-baru ini tim Megastars juga memperkenalkan roster COD Mobile dan Clash Royal.

Ada hal menarik yang dapat dicermati dari sepak terjang tim Megastars. Menurut info yang beredar, tim Megastart dikabarkan mendapatkan bantuan pemain stand in dari tim Fnatic India yaitu Mohammed “Owais” Lakhani untuk meningkatkan performa mereka di perhelatan PUBG Mobile World League mendatang. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tim Megastars memilik potensi yang cukup besar untuk bersinar di skena kompetitif PUBG Mobile di lingkup India dan global.

via: Twitter megagamingcr
via: Twitter megagamingcr

Apabila ditelisik dari sisi bisnis, pasar esports di India adalah pasar yang potensial dan masih bisa berkembang. Dengan keadaan ekonomi yang kurang lebih mirip dengan region Asia Tenggara, angka penetrasi internet dan jumlah pengguna smart phone di India menunjukan tren yang konsisten meningkat. Itulah salah satu alasan mobile esports laku keras di India. Selain Nimo TV, layanan streaming lokal India bernama Loco juga sudah menjalin kerja sama dengan tim Fnatic India dan memproduksi konten ekslusif.

Berkembangnya esports di India ditandai dan didukung juga oleh masuknya beberapa organisasi esports besar seperti Fnatic, TSM, dan bisnis lainnya.

Tren Industri Gaming Pada 2020 Menurut Newzoo

Gamer sering dianggap sebagai penyendiri. Padahal, banyak game yang mengajak para pemainnya untuk bermain bersama. Bahkan game solo player sekalipun mendorong para pemainnya untuk berkumpul, membahas tentang cerita dalam game atau strategi yang mereka gunakan. Dan sekarang, game mulai berevolusi menjadi media komunikasi bagi para pemainnya, sama seperti media sosial. Hal ini menjadi salah satu tren di industri gaming pada 2020, menurut Newzoo dalam laporan Global Games Market.

Berkat keberadaan mobile game, semakin banyak orang yang bisa memainkan game. Saat ini, tidak banyak orang-orang di rentang umur 12-30 tahun yang tidak pernah memainkan game sama sekali. Selain sebagai media hiburan, game kini juga mulai dijadikan sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi. Terutama karena platform seperti Steam dan Twitch sudah semakin berkembang. Selain itu, di media sosial, juga muncul grup yang khusus membahas tentang game. Layanan voice chat seperti Discord juga kini semakin sering digunakan.

tren gaming
Jumlah gamer terus bertambah dari tahun ke tahun. | Sumber: Newzoo

Bagi para advertisers, tren dalam dunia game ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk memenangkan hati generasi muda, yang terkenal sulit untuk dijangkau oleh media tradisional karena mereka jarang menonton televisi atau mendengarkan radio. Hanya saja, mereka harus memastikan bahwa iklan yang mereka tawarkan sesuai dengan target audiens mereka.

Saat ini, banyak orang yang menjadikan game sebagai tempat berkumpul, baik untuk merayakan pernikahan dan kelulusan ataupun untuk berkabung. Ribuan pemain World of Warcraft berkumpul dalam game untuk mengenang Byron Daniel Bernstein alias Reckful yang meninggal pada 2 Juli 2020. Memang, kebanyakan orang melakukan hal ini karena mereka tidak bisa bertemu di dunia nyata akibat pandemi virus corona. Meskipun begitu, tren itu menunjukkan bahwa game berpotensi untuk menjadi tempat berkumpul para pemainnya.

Dengan keberadaan teknologi VR atau AR, maka batas antara dunia nyata dan dunia virtual juga akan semakin mengabur. Menurut Newzoo, salah satu tren di industri gaming pada tahun ini adalah kembali populernya teknologi VR. Salah satu alasannya adalah pengumuman dan peluncuran dari game Half-Life: Alyx, yang hanya bisa dimainkan menggunakan VR. Faktanya, Oculus Quest sempat terjual habis pada Mei 2020.

Tren lain di industri gaming pada 2020 adalah munculnya bisnis model baru. Tahun ini, Sony dan Microsoft akan meluncurkan konsol barunya, PlayStation 5 dan Xbox Series X. Keberadaan konsol next-gen tersebut akan mengubah lanskap bisnis game. Sekarang, pemasukan Microsoft dan Sony dari service — seperti Xbox Game Pass atau PlayStation Now — mulai naik. Dan hal ini tampaknya masih akan terus berlanjut. Selain peluncuran konsol next-gen, cloud gaming juga menjadi perhatian perusahaan teknologi besar. Di masa depan, keberadaan cloud gaming dapat mendorong kemunculan berbagai model bisnis baru dalam dunia game.

Sumber header: YouTube

Teknologi Speaker Driver Baru Bisa Wujudkan TWS yang Berukuran Lebih Kecil Lagi

Untuk bisa menghasilkan suara, sebuah perangkat elektronik perlu dilengkapi dengan speaker driver. Mulai dari smartphone, TWS, sampai speaker besar yang masuk kategori home theater, semuanya pasti memiliki komponen speaker driver, dan mekanismenya dari dulu belum berubah, masih mengandalkan komponen voice coil yang bergetar dan menghasilkan gelombang suara.

Cara kerjanya tentu lebih rumit dari itu, dan saya hanya mencoba menyederhanakan. Satu hal yang pasti, voice coil merupakan elemen penting dalam sebuah speaker driver yang belum tergantikan selama lebih dari satu abad. Namun sebuah startup bernama xMEMS Labs berpendapat berbeda. Mereka memperkenalkan speaker driver berteknologi baru yang sama sekali tidak dilengkapi voice coil.

Speaker tersebut mereka juluki dengan nama Montara, dan wujudnya tidak berbeda jauh dari chipset smartphone maupun jenis-jenis chip lainnya. Semua komponen yang membentuk sebuah speaker tradisional, mulai dari actuator, diaphragm sampai membrannya sudah terintegrasi menjadi satu di dalam chip setebal 1 milimeter.

xMEMS Montara

Membandingkan speaker driver tradisional dengan Montara ibarat membandingkan hard disk drive model lama dengan SSD. Seperti halnya SSD, Montara tidak mempunyai komponen yang bergerak (solid state). Namun lalu muncul pertanyaan: “Kalau tidak ada gerakan atau getaran, bagaimana bisa tercipta bunyi?”

Well, di sinilah teknologi piezoelectric microelectromechanical systems (piezoMEMS) berperan. Ketika Montara dialiri tegangan listrik, material pada salah satu permukaannya bisa membengkok dan menghasilkan tekanan udara yang pada akhirnya dapat menggerakkan membran dan menciptakan suara.

Ukuran Montara yang begitu tipis dan absennya speaker cone membuatnya ideal digunakan pada perangkat seperti TWS atau smartphone. Montara sejatinya punya peluang untuk memicu lahirnya generasi baru TWS dengan dimensi yang lebih mungil lagi ketimbang yang sudah ada sekarang. Lebih lanjut, pabrikan tidak perlu pusing membuat desain TWS yang tahan air karena chip Montara ini sendiri sudah diklaim tahan air dan debu dengan sertifikasi IP57.

xMEMS Montara

Secara teknis, Montara mampu meng-cover frekuensi 20 – 20.000 Hz, yang berarti satu unit earpiece tidak memerlukan lebih dari satu unit Montara untuk bisa menghasilkan suara di seluruh frekuensi (yang dapat didengar telinga manusia). Konsumsi dayanya juga diklaim sangat rendah, dan ini tentu merupakan berita baik untuk kategori TWS.

xMEMS saat ini mengaku sudah siap mengirimkan unit sampel Montara ke sejumlah produsen perangkat audio. Produksi massalnya sendiri dijadwalkan berlangsung mulai awal tahun depan.

Ukuran TWS yang ditenagai Montara nantinya boleh lebih kecil, tapi apakah suaranya bisa setidaknya sama baiknya dengan TWS yang mengemas komponen speaker driver tradisional? Sepertinya kita masih harus menunggu sampai tahun depan untuk mengetahui jawabannya.

Sumber: VentureBeat dan xMEMS. Gambar header: Daniel Romero via Unsplash.

AESF Jalin Kerja Sama dengan Coventry University untuk Kembangkan Kurikulum Esports

Beberapa waktu yang lalu, Asian Electronic Sports Federation atau yang lebih mudah disingkat menjadi AESF mengumumkan kerja samanya bersama universitas kenamaan dari Inggris, Coventry University. Kerja sama yang dijalin antara federasi esports Asia dan institusi pendidikan menandakan penerimaan yang positif akan perkembangan esports sebagai industri global.

Semenjak didirikan AESF menjalankan komitmen dan visi akan perkembangan esports global di masa depan. Adapun kerja sama yang dijalin antara AESF dan Coventry University secara garis besar akan mencakup pengembangan kurikulum dan juga pendekatan manajemen untuk industri esports.

Dalam keterangannya, Kenneth Fok, selaku Presiden AESF menyatakan, “kerja sama ini tidak hanya akan bermanfaat bagi atlet esports saja, tetapi juga stakeholer lainnya di industri esports.”

Kenneth Fok | via: coventry.ac.uk
Kenneth Fok | via: coventry.ac.uk

Lebih jauh lagi, bagi pelajar yang memilih konsentrasi topik esports  untuk studinya akan mendapatkan kesempatan untuk turut serta menghadiri event-event yang digagas oleh AESF ataupun masih berada di bawah lingkupnya.

Dalam waktu dekat akan digelar seri pembelajaran webinar yang dikelola oleh Coventry University bersama dengan AESF. Nantinya webinar akan dipimpin langsung oleh Sebastian Lau, sebagai Director General dari AESF.

AESF bersama dengan Coventry University berencana untk menjalankan inisiatif studi dan penelitian yang berfokus ke beberapa hal yang terkait dengan industri esports. Sebagai industri yang baru dan masih terus berkembang dengan dinamis, sampai saat ini sangat diperlukan sebuah studi komperehensif mengenai good governance di dalam ekosistem esports global.

Sayangnya, seperti pada olah raga tradisional lainnya, seringkali esports juga berada di bawah bayang-bayang permasalahan match fixing. Permasalahan match fixing menjadi fenomena yang membandel dan pernah menjadi sorotan saat terjadi di level kompetisi profesional.

via: aesf.com
via: aesf.com

Jika ditilik dari sisi akademis, kerja sama yang terjalin akan berguna untuk merumuskan kursus dan pembelajaran yang lebih relevan dengan situasi yang nyata di industri esports. Pengalaman dan insight dari AESF akan menjadi bahan pembelajaran yang sangat penting bagi institusi pendidikan seperti Coventry University.

Sesuai dengan tanggapan dari Dr Simon Gérard, Course Director, MSc Sport Management, Coventry University, “kami merasa bangga dapat melakukan kerja sama jangka panjang bersama AESF, yang dapat memberikan pengalaman luar biasa bagi pelajar kami,”

 

Sirui Umumkan Lensa Anamorphic 35mm F1.8 1.33x

Pada bulan Februari 2020 lalu, Sirui yang mungkin kita kenal sebagai pembuat tripod memperkenalkan lensa anamorphic 50MM F1.8 1.33x. Lensa tersebut memungkinkan merekam video dengan aspek rasio 2.4:1 dan tersedia untuk berbagai mount kamera yaitu Sony E-mount, Fujifilm X, dan Micro Four Thirds.

Sebagai informasi, lensa anamorphic sering digunakan oleh para filmmaker untuk menghasilkan video dengan aspek rasio super lebar sehingga tampil sinematik dan bokeh yang lebih menarik dengan efek pantulan cahaya. Biasanya lensa seperti dibanderol cukup mahal, tapi Sirui 50MM F1.8 1.33x hanya dibanderol Rp11 juta dan sudah tersedia di Indonesia.

Kejutan Sirui tidak sampai disitu saja, karena mereka juga akan meluncurkan lensa anamorphic yang kedua untuk tahun ini yaitu 35mm F1.8 1.33x. Seperti sebelumnya, lensa anyar ini dirancang untuk berbagai mount kamera dengan lensa APS-C. Pengguna kamera MFT tetap dapat menggunakannya tapi menggunakan adapter untuk sistem Sony E-mount, Canon EF-M, dan Nikon Z-mount.

Saat digunakan pada kamera APS-C, lensa ini menawarkan sudut pandang 26,3mm dengan aspek rasio 2.4:1 dengan karakteristik bokeh yang berbentuk oval dan flare yang menarik. Lensa anamorphic Sirui 35mm F1.8 1.33x akan tersedia dengan harga awal US$599 atau sekitar Rp8,6 juta melalui halaman kampanye di Indiegogo pada 3 Agustus, untuk informasi lebih lanjut bisa mengunjungi situs web Sirui.

Sumber: DPreview

Traveloka is Reportedly Secured Fresh Funding, Valuation Drops at $2,75 Billion

Traveloka is reportedly secured fresh funding. As quoted from Bloomberg, the company is in the final negotiation with some investors, including Siam Commercial Bank and FWD Group – also the previous investors, GIC and East Ventures.

The agreement is subject to change and secured funding is around $250 million (3.6 trillion Rupiah). DealStreetAsia mentioned a bigger number at $100 million (around 1.4 trillion Rupiah).

Along the process, Traveloka’s valuation is estimated to drop at $2.75 billion (nearly 40 trillion Rupiah). The down round was taken due to the Covid-19 pandemic’s impact on the company’s business.

Last year, some sources reported Traveloka’s valuation to reach $4.5 billion (nearly 65 trillion Rupiah). Still, they targeted to raise new funds worth of $500 million (7.2 trillion Rupiah).

All businesses in the OTA landscape experienced a great storm due to the pandemic. In addition, Expedia (a Traveloka investor), in Q1 2020 experienced a decrease in total orders of up to 39%. Traveloka’s affiliated company in the budget hotel sector, Airy, closed its business due to unbearable business operations.

Traveloka alone has performed layoffs for its employees, although the number is not clearly stated.

Aside from Traveloka, some Indonesian unicorn startups are looking for fresh funding. Gojek is finalizing its Series F funding, while Tokopedia is reportedly in the middle of discussing a follow-on round with Temasek and Google.

Traveloka was founded in 2012 by Ferry Unardi, Albert Zhang, and Derianto Kusuma. The latest one has “exited” since November 2018 and drop the CTO position. Traveloka services are already available in several countries in Southeast Asia and Australia.

Adapting Business

Investors’ only hope is the recovery of the post-pandemic travel business. In fact, new normal is indeed being pursued in many areas, but the fear of the new wave of Covid-19 has caused many people to discourage travel – in addition to various destinations, they are yet to open due to restrictions.

The company alone does not remain silent. They try to clean up. With its assets, Traveloka launches online activity through Xperience. They also try to optimize fintech services through several products, including Paylater, which is managed by its own financial company.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

MORPH Team Adalah Juara Lokapala Melon Minor Tournament Season 1

Gelaran Lokapala Melon Minor Tournament telah usai digelar pada 26 – 28 Juni 2020 lalu. Gelaran ini berhasil menarik antusiasme yang cukup baik bagi para gamers lokal terhadap MOBA besutan pengembang lokal ini. Kompetisi 64 tim yang menjadi peserta berjalan dengan sangat keras. Setelah dua hari pertandingan berjalan MORPH Team akhirnya keluar sebagai pemenang turnamen.

Pada babak final, MORPH Team bertemu dengan tim Nirvana ft Siam. Pertandingan berlangsung dengan format best-of-5. MORPH Team memang sudah terlihat dominan sejak dari game pertama. Pada game pertama mereka berhasil memegang kendali tempo permainan, mendesak Nirvana ft Siam. Namun, walau unggul secara skor kill, namun mereka kesulitan menyelesaikan permainan, sampai akhirnya baru pada menit 25 MORPH Team bisa mendapatkan kemenangannya.

Game kedua, keadaan kembali terulang lagi. MORPH Team mendapat keunggulan sejak awal game, dan bisa terus mereka pertahankan hingga masuk fase pertengahan, namun entah kenapa mereka kesulitan menjebol pertahanan tim Nirvana ft Siam. Kejadian ini akhirnya kembali memaksa permainan hingga menit 25 dan Golem muncul. Kemunculan Golem memudahkan MORPH Team melibas tim Nirvana untuk mendapatkan game kedua.

Game ketiga, Nirvana mencoba memberikan perlawanan terbaiknya. Tapi apa mau mereka kembali tertinggal lagi, dengan skor kill 2-11 di menit 10. MORPH Team di sisi lain tinggal mencari celah untuk dapat menjebol pertahanan tim Nirvana. Bermodalkan Raksasa, MORPH Team membuat pertahanan luluh lantah, sampai akhirnya base mereka hancur di menit 19.

Dengan kemenangan ini, maka bisa dibilang MORPH Team menjadi tim pertama yang memenangkan kompetisi resmi Lokapala. Berikut daftar peringkat di Melon Minor Tournament Season 1.

Sumber: Lokapala Official
Sumber: Lokapala Official
  • Sang Juara – MORPH TEAM – Rp5.000.000,-
  • Runner-up – NIRVANA FT SIAM – Rp3.750.000,-
  • Peringkat 3 – OXYGEN – Rp2.500.000,-
  • Peringkat 4 – STRAY RISING ZET – Rp1.250.000,-

Gelaran Lokapala Melon Minor Tournament masih akan berlanjut di Season 2. Fase pendaftaran dibuka mulai dari 6 hingga 20 Juli 2020 mendatang. Pertandingan sendiri akan dimulai pada tanggal 24 – 26 Juli 2020 mendatang. Anda dapat mendaftarkan diri pada tautan berikut ini: bit.ly/lokapalaminor.

Kira-kira, akan ada kejutan apa lagi pada gelaran Melon Minor Tournament Season 2 nantinya? Apalagi Melon Minor Tournament Season 2 sudah menyertakan dua Ksatriya baru, Rajapatni dan Kanta, ke dalam turnamen. Tentunya ini akan memberikan dinamika baru ke dalam kompetisi.

The Used Car Sales Platform TiinTiin.id Secures Seed Funding Worth of 36 Billion Rupiah

TiinTiin.id.id, began its journey by introducing an online platform for used cars and motorcycles on sale. It uses the auction system, allowing registered agents to bid on desired vehicles at the best price.

In its debut, the company secured US$ 2.5 million funding or equivalent to 36 billion Rupiah. The first round was led by their own CEO Rolf Monteiro, supported by Amand Ventures and PT Luminary Media Nusantara.

Currently, TiinTiin.id applied Consumer to Business (C2B) as a business model, however, they will start adding B2B2C models after this funding, particularly for motorcycle. The plan is to be realized in Q4 this year.

They are quite optimistic about business growth, as the research showed, the used vehicle sales market in Southeast Asia will reach US$ 32 billion. On that reason, TiinTiin.id is quite ambitious for regional expansion in 2021.

TiinTiin.id was founded by Rolf X. Monteiro, a Dutch-Indonesian businessman. Previously, he was known as the founder and CEO of BeliMobilGue, a portal that offers a similar business concept. He “exit” 26 months after the business started, after the majority of shares were acquired by the OLX group. Recently, BeliMobilGue also announced a rebranding to OLX Autos as a result of the corporate action. Aside from TiinTiin.id, he also serves as CEO of SEAuto Group.

Rolf Monteiro
TiinTiin.id’s CEO, Rolf Monteiro / TiinTiin

To date, TiinTiin.id has a retail network in the Greater Jakarta area. Since it was launched at the Q2 2020, they claim to have collected nearly US$ 7 million GMV.

“Covid-19 forced buyers to reconsider buying a new car, while the used car market surged. Some people decided not to use public transportation, others might need to switch their vehicles. This led to a surge in used car sales this year. This is in line with the world trend, used car sales rose 106% in the period May to April, and 13.3% year-on-year,” Monteiro said.

In 2018, the DSResearch team presented interesting survey results related to digital platforms for vehicle purchases titled  Car Marketplace Survey 2018 report. As many as 96.02% of respondents said using a digital platform to search, buy or sell their cars. While BeliMobilGue (44.24%), CarSome (24.52%), and Carro (20.71) became the most popular platforms for selling cars.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Traveloka Dikabarkan Finalisasi Pendanaan Baru, Valuasi Turun di Angka $2,75 Miliar

Traveloka dikabarkan kembali mendapatkan pendanaan baru. Menurut sumber yang dikutip Bloomberg, perusahaan dalam negosiasi tahap akhir dengan sejumlah investor, termasuk Siam Commercial Bank dan FWD Group — juga investor terdahulu, seperti GIC dan East Ventures.

Kendati kesepakatan masih bisa berubah, dana yang akan diamankan berada di kisaran $250 juta (3,6 triliun Rupiah). Lebih besar yang dikabarkan DealStreetAsia, yakni $100 juta (sekitar 1,4 triliun Rupiah).

Untuk mendapatkan dana itu, valuasi Traveloka diestimasi turun menjadi $2,75 miliar (hampir 40 triliun Rupiah). Aksi down round ini diambil karena bisnis perusahaan yang terpukul akibat Covid-19.

Tahun lalu, beberapa sumber laporan mengestimasi valuasi Traveloka menyentuh angka $4,5 miliar (hampir 65 triliun Rupiah). Tahun lalu juga mereka menargetkan mendapatkan dana baru di angka $500 juta (7,2 triliun Rupiah).

Semua bisnis di lanskap OTA mengalami gangguan besar akibat pandemi. Selain Traveloka, Expedia (salah satu investor Traveloka), di Q1 2020 mengalami penurunan total pesanan hingga 39%. Perusahaan afiliasi Traveloka di sektor hotel budget, Airy, bahkan menutup bisnisnya karena tidak sanggup lagi menanggung operasional bisnis.

Traveloka sendiri sudah santer melakukan layoff terhadap pegawainya, meskipun tidak diumumkan secara pasti berapa banyak pegawai yang terdampak.

Selain Traveloka, sejumlah startup unicorn Indonesia memang terus mencari pendanaan baru. Gojek sedang menggenapkan pendanaan Seri F-nya, sedangkan Tokopedia dikabarkan tengah membicarakan investasi lanjutan dengan Temasek dan Google.

Traveloka didirikan pada tahun 2012 oleh Ferry Unardi, Albert Zhang, dan Derianto Kusuma. Yang terakhir, sudah “exit” sejak November 2018 dan melepas jabatannya sebagai CTO. Layanan Traveloka sudah tersedia di beberapa negara di Asia Tenggara dan Australia.

Adaptasi bisnis

Satu-satunya pengharapan investor adalah pulihnya kembali bisnis travel pasca pandemi. Nyatanya new normal memang sedang diupayakan di banyak wilayah, namun kekhawatiran hadirnya gelombang baru Covid-19 membuat banyak masyarakat mengurungkan niat bepergian – di samping berbagai destinasi juga belum membuka diri akibat pembatasan.

Perusahaan sendiri tidak tinggal diam. Mereka mencoba berbenah. Dengan aset yang dimiliki, Traveloka  meluncurkan opsi aktivitas online melalui Xperience. Mereka juga mencoba mengoptimasi layanan fintech melalui beberapa produk, termasuk Paylater yang dikelola perusahaan finansialnya sendiri.

Application Information Will Show Up Here