Pendanaan Startup Masih Sulit, 2024 Momentum Benahi Fundamental Bisnis

Meski ekonomi digital diproyeksikan tetap tumbuh dalam beberapa tahun mendatang, ekosistem startup Indonesia masih mengalami masa sulit sejak dua tahun terakhir. Beberapa indikasinya seperti PHK massal dan penutupan bisnis masih berlangsung mengawali tahun 2024. Situasi ini juga memicu penurunan iklim investasi di sepanjang tahun 2023.

Dalam sesi diskusi “Navigating the Future: Investment Outlook 2024” yang digelar oleh Aspire dan Trihill Capital, sejumlah perwakilan VC membagikan proyeksinya terkait tren pendanaan dan beberapa catatan penting bagi ekosistem startup Indonesia.

Penggalangan dana masih sulit

Menurut Partner Trihill Capital Anthony Tjajadi, likuiditas dari investor dalam negeri sebetulnya masih terbilang baik. Banyak VC masih mampu mengumpulkan dana dalam jumlah besar dari berbagai investor. Namun, ketika tech winter terjadi, sejumlah investor mulai berhati-hati untuk mengucurkan modalnya.

“Masa sulit dalam penggalangan dana masih akan terjadi dibandingkan tahun 2020, 2021, hingga awal 2022. Saya rasa investor masih menanti situasi new normal terbentuk sepenuhnya, karena mereka masih mencari tahu standar baru pada industri ini, misalnya metrik valuasinya,” paparnya.

Jika mengacu laporan AC Ventures dan Bain & Company, jumlah transaksi investasi pada paruh pertama 2023 hanya mencapai 110 kesepakatan, dibandingkan paruh kedua 2022 yang sebanyak 344. Pertumbuhan transaksi pendanaan masih didorong oleh tahap awal, sedangkan pendanaan seri B menurun.

Sementara Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyoroti tentang tren penurunan ticket size pendanaan di beberapa tahapan. Nilai pendanaan seri A tercatat merosot signifikan dari rata-rata $10 juta menjadi $5,8 juta yang membuat nilai valuasi startup ikut turun.

Menurutnya, para founder mungkin menghadapi dilusi yang lebih tinggi. Mereka harus menyerahkan persentase kepemilikan saham lebih besar kepada investor. Namun, bagi startup awal tingginya porsi kepemilikan investor sangat krusial mengingat tahap ini cenderung belum punya hasil yang pasti sehingga potensi return menjadi lebih rendah.

“Mungkin ada total sekitar 125 kesepakatan pendanaan di Indonesia, dan kita telah melihat penurunan pada putaran di berbagai tahap. Valuasinya juga ikut turun. Artinya, dilusi [saham] yang dikorbankan oleh founder kini jadi jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Saya pikir kepemilikan sangat penting pada pendanaan tahap awal karena potensi exit tidak akan setinggi sebelumnya,” tutur Patrick.

Perusahaan teknologi besar perlu buktikan profitabilitas

Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat memberikan pendapat lain perihal profitabilitas yang belum mampu diraih perusahaan teknologi Indonesia yang sudah melantai di bursa saham. Hal ini menimbulkan keraguan pasar terhadap potensi perusahaan teknologi di masa depan.

Setidaknya hingga kuartal III 2023, di sektor besar e-commerce dan on-demand, sejumlah perusahaan, seperti GoTo, BliBli, dan Bukalapak, belum ada yang mencetak keuntungan.

“Kita perlu melihat mereka meraih keuntungan terlebih dulu sebelum pasar mau mengubah persepsi mereka tentang [bisnis] teknologi di Asia Tenggara. Bagi startup tahap awal, ini menjadi momentum untuk membangun fondasi bisnis yang tepat. Dan ketika pasar membaik, [generasi selanjutnya] startup tahap awal yang dibangun dengan baik akan berkembang,” jelas Abraham.

Ia memproyeksikan 2024 sebagai tahun bearish bagi sektor teknologi. Menurutnya, berbagai kesepakatan pendanaan yang terjadi di sepanjang tahun 2020, 2021, dan 2022 banyak mengalir ke startup yang belum siap, baik dari model bisnis maupun produk. Konsekuensinya, mereka tidak bisa meraup margin. Karena model bisnis dan produknya.

“Namun, saya melihat akan ada banyak inovasi yang terjadi di segmen grassroot. VC akan terus berinvestasi, terutama pada tahap awal,” tambahnya.

Sektor potensial maupun yang alami kemerosotan

Baik Anthony dan Patrick sepakat bahwa bisnis tradisional dan B2B akan menjadi sektor yang potensial bagi investor. Sektor yang kini banyak dipenuhi oleh pemain D2C atau ritel ini disebut menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas.

Sementara bicara sektor lain, “Periode 2020-2021 adalah tahun yang baik bagi fintech. Namun, tahun lalu fintech mengalami penurunan. Pasar banyak bicara jumlah pengguna atau GTV, tetapi apakah mereka fokus pada keuntungan atau benar-benar sudah mendapat keuntungan dari penggunanya? Saya pikir pasar mulai sadar [fintech] punya banyak pengguna, tetapi tidak ada keuntungan di dalamnya. Lalu, apa untungnya bagi kami [investor]?” tambah Anthony.

Kendati begitu, sanggah Abraham, penurunan minat investor terhadap fintech tak berarti membuat sektor ini gagal. Ia berpendapat, kegagalan gelombang pertama fintech tidak berarti tidak memiliki peluang di masa depan.

Perubahan Kedua UU ITE Atur Sejumlah Ketentuan Baru

Perubahan kedua Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) telah diteken Presiden Joko Widodo pada 2 Januari 2024. Namanya berubah menjadi UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Sebagaimana dimuat di laman JDIH Setneg, UU ITE 2024 ini mengungkap tiga alasan atas revisi kedua ini. Pertama, sebagian masyarakat mengaku keberatan terhadap beberapa ketentuan pidana. Misalnya, Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 28 ayat 21 yang sudah beberapa kali diajukan ke Mahkamah Konstitusi untuk Uji Materi.

Kedua, perubahan pertama, yakni UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang dianggap belum dapat menuntaskan masalah. Ketiga, sejumlah pasal dinilai multitafsir sehingga subjek yang seharusnya bukan menjadi target, bisa terkena sasaran.

Perubahan versi 2024

Menurut laman JIDH Kemenko Maritim, UU ITE 2024 memuat tujuh (7) pasal baru meliputi Pasal 13A, 16A, 16B, 18A, 27A, 27B, dan 40A. Beberapa di antaranya mendapat respons positif karena mengatur penggunaan tanda tangan elektronik termasuk perlindungan anak.

Pasal 13 diubah; mengakui penggunaan tanda tangan elektronik. Dijelaskan dalam Pasal 13A, Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSE) dapat menyelenggarakan layanan berupa:

  1. Tanda Tangan Elektronik
  2. Segel elektronik
  3. Penanda waktu elektronik
  4. Layanan pengiriman elektronik tercatat
  5. Autentikasi situs web
  6. Preservasi Tanda Tangan Elektronik dan/ atau segel elektronik
  7. Identitas digital; dan/ atau 
  8. layanan lain yang menggunakan Sertifikat Elektronik. 

Pasal 17 ayat (1) diubah; di antara ayat 2 dan ayat 3 disisipkan ayat 2a.

  1. Ayat 1 memuat Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik atau privat.
  2. Ayat 2 memuat pihak yang melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/ atau pertukaran Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.
  3. Ayat 2a memuat Transaksi Elektronik yang memiliki risiko tinggi bagi para pihak menggunakan Tanda Tangan Elektronik yang diamankan dengan Sertifikat Elektronik.

Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 16A dan Pasal 16B terkait pelindungan anak, mencakup mekanisme verifikasi pengguna anak dan mekanisme pelaporan.

  1. Dalam Pasal 16A ayat 1, PSE memberikan pelindungan bagi anak yang menggunakan atau mengakses Sistem Elektronik.
  2. Dalam Pasal 16A ayat 2, Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelindungan terhadap hak anak sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai penggunaan produk, layanan, dan fitur yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh PSE.
  3. Dalam Pasal 16B ayat 1, pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16A dikenai sanksi administratif.
  4. Dalam Pasal 16B ayat 2, sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa (a) teguran tertulis, (b) denda administratif, (c) penghentian sementara, dan/ atau (d) pemutusan akses.

Reaksi negatif

Perubahan kedua UU ITE menuai reaksi keras masyarakat. Menurut pakar demokrasi digital dan pendiri SAFEnet Damar Juniarto, revisi kedua ini tidak menjawab akar permasalahan mengapa UU ITE perlu direvisi sejak awal. Hal ini karena pasal-pasal terkait pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan ancaman masih tetap ada meski telah diubah serupa dengan pasal KUHP Nomor 1 Tahun 2023.

“Padahal, Presiden Jokowi sebelumnya menyatakan akan meminta legislatif untuk merevisi UU ITE jika menimbulkan ketidakadilan. Alih-alih menghapusnya, Komisi 1 DPR dan Kominfo justru tetap mempertahankan pasal-pasal bermasalah tersebut. Ini bisa mengancam kebebasan berekspresi dan memicu potensi kriminalisasi,” kritik Damar dalam laman LinkedIn-nya.

Ia menyebut beberapa tambahan pasal dan ayat baru yang berpotensi memicu masalah, di antaranya (1) Pasal 27B tentang ancaman pencemaran nama baik, (2) Pasal 28 ayat 3 tentang disinformasi yang menimbulkan kerusuhan, dan tambahan ayat 1 dalam Pasal 43 yang memuat pemberian kewenangan kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil untuk melakukan sensor online, take down, dan penghapusan akun media sosial, penutupan rekening bank, dan lainnya.

“Dari sini, saya cenderung menilai bahwa kita masih perlu setidaknya masih perlu setidaknya satu kali merevisi UU ITE untuk menyelesaikan permasalahan ketidakadilan di dalamnya.”

Artopologi Kawinkan Seni dan Blockchain untuk Utilisasi dan Keaslian Karya

Nyatanya, kolaborasi antara seni dan teknologi telah lama dipraktikkan. Sejumlah kelompok seni di Indonesia bereksperimen kreasi dengan menggabungkan elemen new media art, sains, dan teknologi. Tak cuma perihal kreasi, teknologi juga mulai dimanfaatkan sebagai akses alternatif bagi pegiat dan penikmat karya seni.

Platform marketplace menjadi pendekatan yang paling memungkinkan untuk memperkenalkan karya seni rupa, tak hanya melalui galeri, pameran, atau art commission. Artopologi adalah salah satu platform serupa di Indonesia dengan mengadopsi teknologi blockchain sebagai nilai tambahnya.

  • Artopologi didirikan oleh Intan Wibisono (CEO) pada 2022; seorang penikmat karya seni rupa yang sebelumnya berkarier lama sebagai praktisi komunikasi yang sempat bekerja di Bukalapak dan Edelman.
  • Mengembangkan platform pasar seni rupa yang terkurasi dan terhubung dengan blockchain; memperjualbelikan produk lukisan, patung, dan instalasi seni yang disertai dengan sertifikasi digital.
  • Memperoleh pendanaan pra-awal dari Ideosource dengan nominal yang tidak disebutkan pada Oktober 2022.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, Intan mengaku mulai menggali lebih dalam soal pemanfaatan dan potensi nilai blockchain dan produk turunannya ketika tengah booming saat pandemi. Proof of Concept (POC) pertamanya diperkenalkan di ajang Indo NFT Festiverse.

“Ternyata POC kami berhasil, kami dapat pelajaran-pelajaran baru. Lalu, kami mulai serius menggarap platform Artopologi, kami lakukan observasi dan testing juga,” ucap Intan.

Blockchain dalam jejak karya dan keaslian

Dalam paparannya, Intan menilai bahwa karya seni rupa perlu akses ke pasar mainstream, di mana mungkin selama ini terbatas pada galeri atau pameran. Sementara, jumlah galeri yang ada belum mampu menangkap semua potensi. Berdasarkan laporan OPUS di 2020, subsektor seni rupa tercatat menyumbang PDB nasional sebesar Rp2,238 triliun pada 2017.

Selain itu, ia menyebut disrupsi di industri kesenian belum semasif sektor lain dan prosesnya pun cukup kompleks. Kompleksitas ini mengacu pada aspek logistik, terutama bicara soal distribusi penjualan karya seni rupa yang bentuknya beragam. Penanganannya berbeda dengan barang yang umum dijual di marketplace.

Dari pemetaan masalah ini, Artopologi berupaya memberi akses alternatif ke pasar yang lebih luas dan nilai tambah dengan blockchain untuk terlibat dalam jejak karya dan keaslian karya—tantangan lainnya yang sering terjadi di industri seni. “Kami mengombinasikan marketplace dan blockchain karena concern kami tidak cuma soal jual-beli karya, tetapi juga aspek jejak karya dan keaslian untuk melindungi seniman dalam jangka panjang.”

Artopologi menggunakan jaringan blockchain Polygon di dalam platformnya. Untuk memperoleh sertifikat digital dari karya yang dibeli, pengguna harus memiliki crypto wallet terlebih dahulu.

Pengguna dapat mengeksplorasi berbagai bentuk karya seni rupa di platform ini, mulai dari lukisan, ilustrasi, patung, fotografi, hingga instalasi.

Proses kurasi dan penanganan produk

Ada tiga layanan pada platform Artopologi, yaitu penjualan karya seni rupa berbentuk fisik, penjualan karya seni rupa dengan sertifikat digital (blockchain-based), dan database untuk rekam jejak karya dan seniman. Segmen pasarnya adalah B2C (pembelian maupun sewa yang ditangani oleh art handler) dan B2B (menangani kebutuhan pemilik brand dengan melibatkan karya seni yang ditangani art advisor).

Intan menegaskan bahwa ia tidak membatasi karya seni yang ingin diperjualbelikan di platform Artopologi. Namun, ia menempatkan kurator dalam prosesnya sebagai verifikator. “Kami harus punya tanggung jawab untuk menjaga kredibilitas dan nilai dari karya seni yang ada di Artopologi. Makanya, kami memverifikasi rekam jejak dan portofolio seniman.”

Sertifikat keaslian pada instalasi seni / Sumber: Artopologi

Salah satu karya fisik di Artopologi yang berbasis blockchain adalah instalasi seni dari limbah besi bernama ARTificial Ree. Instalasi ini dibuat oleh Yayasan Terumbu Rupa yang digagas oleh seniman Teguh Ostenrik; telah dibeli oleh sejumlah kolektor dan ditempatkan di laut Bali Utara.

Merefleksi penurunan industri Web3 di dunia, Intan mengaku situasi ini tidak begitu berdampak terhadap bisnisnya. Namun, bagi segmen retail, situasi tersebut bisa berdampak pada awareness dan menurunnya kepercayaan publik. Industri Web3 dituntut agar lebih rasional.

“Kami merilis [produk] sesuai kebutuhan pasar sehingga tahun ini kami akan banyak fokus pada revenue traction. Tujuan kami adalah bisa profitable dan scalable dalam jangka panjang. Apalagi, tahun lalu kami sempat banyak lakukan test pasar untuk capai product-market fit,” tuturnya.

Intan juga belum mempertimbangkan untuk menggalang pendanaan baru. Targetnya saat ini adalah mengejar profitabilitas untuk membuktikan bahwa model bisnisnya dapat diperluas.

Sebelumnya, Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) memproyeksikan bahwa NFT akan memainkan peran penting terhadap pengembangan ekosistem industri kreatif, terutama di sektor seni. Sejumlah seniman, kreator, dan korporasi mulai memanfaatkan NFT untuk mengutilisasi dan momentiasi karyanya.

Berdasarkan laporan “Statista Digital Economy Compass 2022“, terdapat 1,25 juta pengguna NFT di Indonesia, juga negara terbesar ke-8 di dunia. Di posisi pertama ada Thailand dengan 5,65 juta pengguna.

Pengembang Tenaga Surya SUN Energy Peroleh Pinjaman Senilai Rp326 Miliar

Pengembang proyek tenaga surya PT Surya Utama Nuansa (SUN Energy) memperoleh pendanaan dalam bentuk pinjaman jangka panjang senilai $21 juta (sekitar Rp325,7 miliar) dari DEG, lembaga keuangan asal Jerman.

Ini adalah pinjaman kedua dari DEG yang diteken pada Oktober 2023. Sebelumnya, pada 2021, SUN Energy memperoleh pendanaan seri A sebesar Rp360 miliar, salah satunya dari TBS Energi Utama, yang juga mendirikan perusahaan patungan motor listrik Electrum.

Menurut keterangan di situs resminya, dana tersebut akan dipakai untuk membiayai tambahan kapasitas sebesar 50 MW di lebih dari 50 lokasi proyek baru untuk pembangkit listrik tenaga surya atap komersial dan industri di Indonesia.

Didirikan pada 2016, SUN Energy mengembangkan dan menyewakan instalasi photovoltaic (PV) solar ke perusahaan dan industri, seperti pusat perbelanjaan, dengan perjanjian sewa jangka panjang. Hingga saat ini, perusahaan telah mengamankan kontrak proyek dengan total kapasitas sebesar 280MW, di mana 89 proyek sudah selesai, 3 proyek berlokasi di luar negeri, dan sisanya tersebar di 25 kota di Indonesia.

Lebih lanjut disampaikan DEG, Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi terbarukan dan dampak pembangunan yang didorong oleh upaya elektrifikasi di daerah pedesaan dan luar Pulau Jawa. Hal ini sejalan dengan upaya SUN Energy dalam mengembangkan solar panel.

Selain itu, investasi ini juga berkontribusi terhadap strategi DEG dalam mendukung transformasi energi ramah lingkungan di Asia. Selain mendukung pelaku usaha muda dan inovatif di negara-negara berkembang, ini menjadi langkah penting dalam upaya Indonesia mendorong bauran energi terbarukan pada 2030.

“Transaksi ini terutama berkontribusi pada goal ke-7 SDG terkait penyediaan energi yang terjangkau dan bersih, dan goal ke-13 terkait aksi iklim,” demikian pernyataan DEG.

PV surya atap komersial dan industri masih merupakan segmen muda dan berkembang yang memiliki peran penting dalam rencana Indonesia untuk meningkatkan pangsa Energi Terbarukan hingga 20% hingga tahun 2030.

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi bauran energi baru terbarukan baru mencapai 12,5% pada paruh pertama 2023, meleset dari target yang ditetapkan tahun lalu di level 17,9%. Target ini disebut tidak tercapai karena sebagian besar commercial operation date (OCD) pembangkit EBT diperkirakan baru bisa dieksekusi setahun setelahnya.

Selain SUN Energy, beberapa startup pengembang solar panel di Indonesia antara lain Xurya, Suryanesia, dan SolarKita.

Klaim Profit Semester Lalu, Komunal Raih Pendanaan Baru

Startup fintech Komunal mengumumkan pendanaan seri A+ senilai $5 juta (sekitar Rp85 miliar) yang dipimpin Sumitomo Corporation Equity Asia dengan partisipasi dari Jafco Asia, Skystar Capital, Sovereign Capital, dan Gobi Partners.

Komunal akan mendorong inklusi keuangan melalui digitalisasi Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang disebut punya jangkauan hyperlocal pada masyarakat setempat. Perusahaan juga akan memperluas produk dan layanan dan mendorong kemitraan dengan lebih banyak BPR, khususnya di luar Jawa dan Bali.

“Kami percaya digitalisasi BPR adalah kunci untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Kami akan terus berinovasi untuk memberikan dampak lebih besar bagi masyarakat Indonesia, khususnya UMKM di kot tier 2 dan tier 3 yang masih underserved,” ujar Co-Founder dan CEO Komunal Hendry Lieviant dalam keterangan resminya.

Disampaikan pula pencapaian bisnisnya, Komunal mengklaim telah membukukan keuntungan pada kuartal III dan kuartal IV pada tahun 2023. Komunal tercatat menyalurkan pinjaman dan deposito senilai Rp9 triliun, naik hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2022.

Lewat KomunalP2P, perusahaan menyalurkan pinjaman Rp3,8 triliun ke lebih 1.300 proyek UMKM di mana 86% berasal dari luar kawasan Jabodetabek. Sementara lewat DepositoBPR by Komunal, perusahaan menyalurkan dana deposito senilai Rp5,2 triliun ke lebih dari 330 BPR dan BPRS di Indonesia.

Sekadar diketahui, BPR Prima Dadi Arta diakuisisi 100% oleh Komunal pada November 2021. BPR ini menjadi percontohan sekaligus laboratorium inovasi untuk mendorong efisiensi operasional dan integrasi dengan ekosistem Komunal.

Hingga saat ini, Komunal telah bermitra dengan 376 BPR di seluruh Indonesia dan menyalurkan pinjaman usaha ke UMKM yanh mayoritas berada di kota tier 2 dan tier 3. Melalui DepositoBPR by Komunal, perusahaan menempatkan deposito di ratusan BPR secara digital tanpa tatap muka.

“Komunal memberdayakan BPR dengan platfom one-stop banking-as-a-service atau BaaS yang akan berperan penting memperluas ketersediaan kredit untuk UMKM, yang juga dapay membuka potensi ekonomi di kota tier 2 dan 3,” ungkap Alan Tang, perwakilan Sumitomo Corporation Equity Asia.

Pemerataan penyaluran pinjaman usaha masih menjadi salah satu tantangan pelaku industri fintech. Berdasarkan data Fintech Report 2022-1H23, total penyaluran pinjaman masih terpusat di Pulau Jawa. Per semester I 2023, pinjaman yang tersalurkan di Jawa mencapai Rp88,9 triliun, sedangkan di luar Jawa baru mencapai Rp24 triliun.

Pelaku industri dituntut untuk meningkatkan pemerataan penyaluran, termasuk berkolaborasi dengan berbagai sektor untuk menjangkau segmen-segmen yang belum terlayani, khususnya UMKM.

Application Information Will Show Up Here

SIRCLO dan Shopify Umumkan Kolaborasi Solusi untuk Perkuat Pasar Lokal

Dua startup di sektor e-commerce, SIRCLO dan Shopify mengumumkan kemitraan strategis untuk memperkuat platformnya dan dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan bisnis di Indonesia. Dalam kesepakatan tersebut, Shopify akan mengintegrasikan infrastruktur teknologi miliknya dengan layanan teknologi SIRCLO, yakni SWIFT Omnichannel.

Disampaikan dalam keterangan resminya, keduanya berupaya mentransformasikan pengalaman ritel online agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan di pasar yang terus berubah. Kolaborasi ini juga disebut mampu melayani bisnis di berbagai skala, mulai dari pemula, menengah, hingga perusahaan besar.

“Tujuan kami adalah menyederhanakan operasi dan pengelolaan pada perdagangan ritel untuk seterusnya,” tutur Bharati Balakrishnan selaku Country Head & Director untuk Shopify India dan Asia Tenggara.

Balakrishnan menambahkan, kolaborasi ini memberikan solusi lokal, komprehensif, dan terukur bagi pemilik usaha kecil dan menengah, serta perusahaan besar yang mengelola bisnis di seluruh marketplace dan memiliki situs web D2C.

Sebagai informasi, SIRCLO adalah startup e-commerce enabler yang menawarkan solusi di segmen enterprise, entrepreneur, dan new retail. Berdasarkan keterangan di situs resminya, solusi SIRCLO telah digunakan oleh sekitar 1000 korporasi, 1 juta pemilik usaha, dan menjangkau 25 juta pengguna akhir.

Sementara, Shopify adalah platform e-commerce dan website builder asal Kanada dan beroperasi di Indonesia sejak 2013. Di global, Shopify telah menjangkau jutaan merchant dari 17 negara.

Lokalitas untuk jangkau global

Lebih lanjut, pihaknya menjelaskan sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh pelaku bisnis lewat solusi terintegrasi SIRCLO dan Shopify, antara lain:

    • Toko online dapat disesuaikan dengan identitas merek mereka.
    • Tools untuk membantu menyederhanakan kegiatan operasi.
    • Jangkauan global bagi pelanggan dan digital marketing tool yang diklaim tepat sasaran.
    • Peningkatan keterikatan dan loyalitas pelanggan.
    • Teknologi yang diklaim scalable dan mampu mendukung perusahaan terkemuka di kawasan global.

Kemitraan ini berfokus pada pelokalan,  SIRCLO mengaku memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan pasar lokal. Maka itu, kolaborasi ini menjadi strategi Shopify untuk mengakomodasi kebutuhan khusus bisnis dan konsumen di Indonesia lewat pendekatan solusi pemasaran digital, metode pembayaran hingga jasa ekspedisi.

“Dengan sepuluh tahun keahlian SIRCLO di bidang e-commerce Indonesia, kami bertekad memberikan layanan unggul yang disesuaikan dengan kebutuhan unik pasar lokal. Kami memastikan pelaku ritel online di Indonesia punya akses terhadap kapabilitas commerce global,” ungkap CTO SIRCLO Muliadi Jeo.

Sektor e-commerce masih menjadi penggerak ekonomi digital di Indonesia dengan proyeksi kontribusi 75% dari total Gross Merchandise Value (GMV) $110 miliar pada 2025 berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2023. Sementara, jumlah UMKM di Indonesia yang telah go digital tercatat telah mencapai 22,68 juta.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kemenkes Umumkan Hasil “Regulatory Sandbox” pada 14 Platform Healthtech

Kementerian Kesehatan melalui unit Digital Transformation Office (DTO) mengumumkan sebanyak 14 platform layanan kesehatan yang telah melewati uji coba Regulatory Sandbox.

“Tadinya ada 15, tetapi 1 [platform] akan tutup akhir tahun ini,” ujar Setiaji, Chief DTO Kemenkes pada saat membuka Konferensi pers “Pemberian Rekomendasi Program Regulatory Sandbox”, Kamis (21/12).

Disampaikan Setiaji, ke-14 platform ini telah melewati berbagai proses, mulai dari live testing, simulasi, hingga pengecekan administrasi. Hasilnya pengujiannya dibagi dalam tiga kategori status, yaitu “Direkomendasikan”, “Direkomendasikan Bersyarat”, dan “Perbaikan”.

“Namun, tidak ada yang lolos kategori ‘Direkomendasikan’, hanya lolos bersyarat dan perlu perbaikan,” tambah Setiaji. Berikut daftar 14 platform yang telah melalui uji coba:

Sumber: DTO Kemenkes / Diolah kembali oleh DailySocial

Disampaikan pula, ke-6 platform dengan status Direkomendasikan Bersyarat, diberikan waktu 3 bulan sejak hari ini untuk melakukan penyesuaian pada layanannya. Mereka juga berhak memakai logo Kementerian Kesehatan dengan status “Dibina Kemenkes”, yang berarti masyarakat tidak perlu ragu lagi untuk mengakses layanan kesehatan lewat platform ini.

Sementara, ke-8 platform dengan status Perbaikan, diberikan waktu 6 bulan sejak hari ini untuk melakukan perbaikan pada layanannya. Mereka berhak memakai logo Kementerian Kesehatan dengan status “Diawasi Kemenkes”, yang berarti status ini akan dicabut apabila tidak ada perubahan selama periode waktu yang diberikan.

Dalam melakukan pengujian sandbox ini, Kemenkes menggunakan enam aspek uji yang terdiri dari:

  1. Fungsionalitas; menguji apakah fitur dapat berjalan dengan baik.
  2. Keamanan; mencakup praktik keamanan untuk perlindungan data.
  3. Privasi data; mencakup keamanan data pribadi hingga data medis.
  4. Uji spesifik klaster; tata kelola terkait fitur tertentu, seperti telemedis, peresepan, dan penyampaian informasi medis.
  5. Inklusivitas; menguji apakah inovasinya inklusif, tak hanya dari sisi teknologi (bandwith untuk akses layanan), fitur untuk disabilitas.
  6. Integrasi; kemampuan platform dan aplikasi untuk terintegrasi dengan Satu Sehat.

Setiaji mengungkap sebagian besar platform tersebut mendapat catatan minor terkait aspek inklusivitas untuk kalangan disabilitas. Misalnya, apakah aplikasinya memiliki fitur text-to-voice atau fitur untuk meningkatkan kontras warna layar untuk kaum tuna netra.

Dihubungi secara terpisah, Setiaji mengungkap bahwa masih ada 17 klaster lagi yang  pengujian sandbox-nya akan dibuka pada tahun depan. Misalnya, klaster industrial dan inovasi. “Pada umumnya, aspek pengujiannya tetap sama, akan disesuaikan dengan solusi pada klaster tersebut,” ujarnya lewat pesan singkat kepada DailySocial.id.

Ekosistem Web3 Indonesia Optimistis Proyeksikan Bisnis Tahun Depan

Pemuda asal Semarang, Ghozali Everyday jadi fenomena pada tahun 2022. Dalam sekejap, ia mengantongi miliaran Rupiah dari foto selfie yang dijual di platform OpenSea. Obyek berbasis non-fungible token (NFT) pun jadi bulan-bulanan para peminat aset digital maupun yang sekadar penasaran.

Euforia NFT tak bertahan lama saat kenaikan suku bunga acuan dan inflasi menghantam global. Peminatnya menurun, nilai NFT dan kripto ikut merosot. Harga koleksi Bored Ape Yacht Club dilaporkan terjun bebas dari jutaan dolar AS jadi puluhan ribu dolas AS. Tak jauh berbeda, harga terendah foto Ghozali di OpenSea tinggal 0,03 ETH dari harga terendah sebesar 0,13 ETH per 2022.

Volume transaksi perdagangan aset kripto juga dilaporkan terus menurun selama tiga tahun terakhir. Sempat tembus di angka Rp859,4 trilun pada 2021, total transaksinya kembali turun ke Rp306 triliun pada 2022, dan per September 2023 nilainya tinggal Rp94,4 triliun.

Pasar Indonesia mengenal blockchain awalnya lewat kripto, lalu berkembang ke proyek lainnya, misalnya NFT. Baik kripto dan NFT cenderung banyak diminati oleh segmen ritel atau individu. Sebagai aset digital yang diperdagangkan, nilainya sangat fluktuatif sehingga berisiko tinggi. Alhasil, fluktuasi ini membentuk sentimen negatif di kalangan masyarakat.

“Tak bisa dimungkiri, kondisi bull market terjadi pada tahun 2020 hingga 2022. Ini ditandai dengan kenaikan harga, orang-orang fokus untuk menghasilkan jutaan dolar dalam semalam lewat kripto sehingga menciptakan mindset bahwa produk Web3, seperti kripto dan NFT adalah speculative asset,” ujar CEO Gaspack Novrizal Pratama saat diwawancarai DailySocial.id.

Pada tulisan ini, DailySocial.id menyoroti tentang refleksi industri blockchain dan proyeksinya dari sejumlah pemain dan asosiasi.

Sorotan tren 2024

Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) dan Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) menyatakan terus aktif mendorong adopsi blockchain, termasuk di Kementerian atau lembaga terkait untuk mengatasi isu di tingkat nasional. Salah satunya proyek pembuatan Central Bank Digital Currency (CBDC), Digital Rupiah.  Upaya lainnya adalah edukasi dan literasi untuk meningkatkan kualitas SDM.

Asih Karnengsih, Direktur Eksekutif ABI-Aspakrindo mengakui bahwa industri blockchain mengalami perlambatan sementara yang dipicu oleh fluktuasi dan perubahan minat pasar. Namun, faktor ini adalah hal yang wajar mengingat industri ini masih terbilang baru.

“Siklus ekosistem Web3, jika dianalisis secara teknis, mengalami hal serupa dalam periode tertentu. Penurunan minat dibutuhkan dalam sebuah siklus untuk memastikan pihak-pihak di dalam ekosistem ini dapat berkontribusi secara positif, tidak cuma mengikuti tren yang sifatnya sementara. Fase ini menjadi momentum bagi para pengembang teknologi untuk mengeksplorasi inovasi,” ucap Asih kepada DailySocial.id.

Berdasarkan data Kominfo per September 2023, terdapat sebanyak 1.629 perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan pengembang teknologi blockchain di Indonesia. Adapun, Asosiasi memetakan industri Web3 berdasarkan model usaha sebagai berikut:

Ekosistem Blockchain di Indonesia / Sumber: Asosiasi Blockchain Indonesia

Sementara, VP of Operations Upbit Indonesia Resna Raniadi memperkirakan adopsi beberapa tren Web3 masih berlanjut meski industrinya sempat jungkir balik. Menurutnya, tren peralihan internet generasi Web2.5 (mencakup kripto, NFT, AI, hingga metaverse) ke Web3 akan terus berlangsung.

Kemudian, NFT disebut masih akan memainkan peran terhadap transformasi industri kreatif, terutama dalam hal kepemilikan karya seni digital maupun barang koleksi lain. NFT banyak diadopsi oleh seniman maupun kreator untuk memonetisasi karyanya kepada penggemar dan kolektor.

“Tahun 2023 telah memberikan gambaran yang menarik tentang perkembangan dunia cryptocurrency. Dengan pertumbuhan proyek baru dan adopsi blockchain, industri ini terus bergerak maju. Meski ada tantangan yang perlu diatasi, peluang baru dan inovasi terus bermunculan,” ujar Resna dalam keterangan resminya.

Transformasi industri kreatif

Asosiasi menilai daya tarik utama NFT tak hanya terletak pada bukti kepemilkan untuk memastikan asal usul suatu produk digital, tetapi juga pintu pengembangan ekosistem digital yang lebih transparan. Ini menjadi unsur penting bagi sektor seni dan game.

Senada dengan hal itu, Co-Founder dan CEO Artopologi Intan Wibisono berujar bahwa penggunaan blockchain sebetulnya dapat membantu melacak rekam jejak dan keaslian sebuah karya. Di samping itu, NFT punya peran untuk memberi akses ke pasar luas dan tidak terkungkung oleh batasan lokasi. Keduanya dianggap sering menjadi isu utama, baik bagi seniman maupun penggemar karya.

Concern kami bukan cuma soal transaksi jual-beli, tetapi upaya melindungi [ekosistem] dalam jangka panjang. Industri kesenian belum ada disrupsi teknologinya, [jika ada] disrupsinya sangat kompleks. Makanya, kami coba menggabungkan blockchain ke dalam marketplace,” tutur Intan saat berbincang dengan DailySocial.id.

CEO Gaspack Novrizal Pratama menambahkan, pemanfaatan NFT memberi seniman dan kreator kesempatan untuk memonetisasi karyanya tanpa melibatkan pihak ketiga. Sebagian besar hasil penjualan masuk ke kantong mereka. “Kami ingin empowering mereka supaya tidak hanya dihargai sebagai commission artist saja.”

Hasil penjual karya digital NFT di Gaspack / Sumber: Gaspack

Sejumlah seniman, kreator, dan korporasi mulai memanfaatkan NFT untuk mengutilisasi karya, baik untuk tujuan monetisasi karya maupun mempererat hubungan dengan penggemarnya. Berdasarkan laporan “Statista Digital Economy Compass 2022“, terdapat 1,25 juta pengguna NFT di Indonesia, juga negara terbesar ke-8 di dunia. Di posisi pertama ada Thailand dengan 5,65 juta pengguna.

Beberapa seniman atau kreator, musisi Isyana Sarasvati merilis koleksi NFT Mystery di mana pemiliknya bisa merasakan pengalaman ruang sinestetik antara audio-visual dari karya-karyanya. Bumilangit juga memanfaatkan NFT untuk mengutilisasi ekosistem semestanya yang berkaitan dengan film, games, dan komik digital. Beberapa yang sudah dirilis adalah 346 unit NFT  Gundala dan 381 unit NFT Sri Asih.

Blockchain pada enterprise

Private blockchain adalah jaringan blockchain yang adopsinya mungkin belum sepopuler public blockchain. Secara sentimen, pemahaman pasar terhadap blockchain juga kebanyakan merujuk pada produk public blockchain, seperti kripto dan NFT. Namun, dari sisi permintaan, kebutuhan private blockhain sangat besar.

Padahal, private blockchain dan public blockchain memiliki perbedaan utama pada siapa yang dapat mengakses dan berpartisipasi di dalam jaringan. Public blockchain terbuka untuk siapa saja, sedangkan private blockchain hanya dapat diakses oleh pengguna tertentu.

Salah satu use case-nya adalah pengelolaan aset (treasury management) berbasis digital berbasis blockchain. Disampaikan Co-CEO D3 Labs Tigran Adiwirya, solusi ini memungkinkan perusahaan untuk melacak aset anak usahanya, mulai dari pencatatan, lokasi, hingga aktivitas perpindahannya. Solusi ini disebut dapat memudahkan perusahaan melakukan audit.

Ia juga menilai bahwa blockchain sebetulnya tidak sekompleks dari apa yang diketahui orang, karena pada dasarnya hanya teknologi pencatatan yang dikelola secara terdesentralisasi. Blockchain juga dapat diaplikasikan ke sektor-sektor yang sifatnya lekat dengan kebutuhan data, misalnya rekam medis pada sektor kesehatan.

“Kami berada di persimpangan antara fintech dan blockchain, antara Web2 dan Web3. Maka itu, kami sedang kalibrasi karena sering disalahpahami [sebagai produk blockchain]. Dibilang Web3, tidak juga karena tidak ada elemen kripto. Adopsi solusi pada enterprise tidak secepat retail. Ada faktor compliance. Perceive complexity terhadap blockchain juga beragam. Jadi harus ada [pemain] yang mendorong industrinya.” papar Tigran.

Outlook E-commerce 2024: Akankah Jadi Tahun Realisasi Keuntungan?

2023 seolah menjadi tahun terjal yang dihadapi industri e-commerce Indonesia. Berbeda dengan sebelumnya, saat pelaku e-commerce masih mengeksplorasi layanan, fitur, dan model bisnis — kini mereka fokus untuk mencapai keuntungan.

Pada tahun ini, sektor e-commerce diestimasi menyumbang Gross Merchandise Value (GMV) sebesar $62 miliar berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2023. Secara total, GMV ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tembus $110 miliar pada 2025 dengan porsi 75% masih disetor oleh e-commerce. Jelas menandakan sektor ini masih menjadi motor penggerak ekonomi digital di Indonesia.

GMV E-commerce Indonesia (dalam miliar dolar) / Sumber: e-Conomy SEA 2023

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menilai pelaku industri kini memantapkan fokus layanan/produk dan model bisnis yang tepat. Dalam skala makro, ruang pertumbuhannya juga masih sangat besar mengingat penetrasi e-commerce diperkirakan baru sekitar 20%.

Peningkatan penetrasi e-commerce sejalan dengan kenaikan penetrasi internet di Indonesia yang diproyeksi mencapai 70%-80%. Bima menyebut masih banyak wilayah di luar tier 1 yang belum terjangkau atau belum pernah berbelanja online. Laporan e-Conomy SEA 2021 sempat mencatat ada sekitar 21 juga pengguna internet baru saat pandemi, sebanyak 72% berasal dari luar kota besar.

Dinamika di 2023

Dalam perkembangannya selama lebih dari 10 tahun, industri e-commerce telah mengeksplorasi berbagai pendekatan, mulai dari B2C, B2B, atau C2C. Selama periode itu, ada hampir 10 platform e-commerce gulung tikar karena tak mampu bersaing dalam jangka panjang, sebut saja Blanja.com, Elevenia, dan JD.id.

Kini industri e-commerce menyisakan lima pemain teratas antara lain Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Bukalapak dengan fokus utama memperkuat bisnis inti dan mencapai keuntungan tahun ini. Berbagai upaya telah diambil untuk mendorong efisiensi lewat restrukturisasi karyawan dan pengurangan bakar uang pada promo belanja dan subsidi ongkos kirim.

Sorotan kami di sepanjang 2023:

  • Grup GoTo memangkas hampir 2.000 karyawan selama dua tahun terakhir, dilanjutkan dengan spinoff aplikasi GoPay (unit keuangan) dan divestasi GoPlay dan GoTix (unit bisnis hiburan).
  • Sejak tahun lalu, Shopee pivot strateginya untuk fokus mengejar profitabilitas dibandingkan pertumbuhan bisnis; juga telah merumahkan lebih dari 500 karyawan pada awal tahun ini.
  • Bukalapak melakukan PHK gelombang kedua pada akhir Juli 2023; lini bisnis Mitra masih jadi fokus utama, sedangkan di lini Marketplace, fokus pada produk yang punya take rate dan margin tinggi, yakni produk digital (pulsa dan game).
  • Blibli masih menggenjot ekspansi gerai omnichannel untuk mengakomodasi pesanan di berbagai kanal penjualan, termasuk penambahan 14 gerai consumer electronic dan gudang baru dengan dukungan AI untuk menghemat pengemasan barang.

Dalam pernyataan resminya, manajamen GoTo sempat mengungkap perubahan strateginya dengan fokus pada segmen budget consumer dan menekan insentif biaya pengiriman dengan memanfaatkan kapabilitas logistik sendiri. Strategi ini ditempuh untuk menjaga pangsa pasarnya, tetapi berdampak terhadap penurunan GTV e-commerce sekitar 9% (YoY) di Q3 2023.

Strategi efisiensi ini dirasa belum dapat merealisasikan keuntungan mengingat Blibli, Bukalapak, dan GoTo masih mencatatkan kerugian bersih dan EBITDA disesuaikan negatif, setidaknya hingga Q3 2023.

Platform EBITDA yang disesuaikan
Blibli -Rp817 miliar
Bukalapak -Rp95 miliar
Tokopedia -Rp974 miliar
Shopee (Asia) -$306,2 juta

Sumber: Laporan keuangan Q3 2023

“Dulu industri masih mengeksplorasi model bisnis dan fitur, sekarang lebih mengarah ke marketplace. Pemain e-commerce terus fokus mengembangkan revenue channel yang pas untuk meningkatkan profitabilitasnya, harus fokus di channel apa. Saya melihat offline dan online akan berjalan beriringan, mereka harus memanfaatkan semua channel,” tutur Bima saat dihubungi DailySocial.id.

Lanskap e-commerce di 2024

Resminya kemitraan GoTo dan TikTok untuk menggabungkan bisnis e-commerce menjadi salah satu aksi korporasi yang tak terduga jelang penutupan tahun ini. Kemitraan strategis ini adalah buntut pelarangan TikTok untuk memfasilitasi transaksi jual-beli di platform media sosialnya.

Bagaimana kongsi Tokopedia-TikTok dapat mengubah lanskap dan persaingan industri e-commerce di tahun 2024?

Sejak beberapa tahun terakhir, Shopee terus memimpin transaksi yang ikut terdongkrak berkat fitur live shopping. Berdasarkan laporan Momentum Works di 2022, Shopee mendominasi perolehan GMV sebesar $47,9 miliar di Asia Tenggara, diikuti Lazada ($20,1 miliar), Tokopedia ($18,4 miliar), Bukalapak ($5,3 miliar), TikTok Shop ($4,4 miliar), dan Blibli ($2,2 miliar).

TikTok diketahui berupaya menguasai dominasinya di Asia Tenggara melalui layanan e-commerce, Indonesia menjadi pasar utamanya. Compas Market Insight mencatat TikTok Shop membukukan penjualan produk FMCG hingga Rp1,33 triliun pada periode 1 September 2023-1 Oktober 2023 (sebelum ditutup). TikTok juga punya basis pengguna besar di Indonesia, yakni sekitar 125 juta pengguna.

Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menyoroti dua poin besar dari kemitraan strategis GoTo dan TikTok. Pertama, langkah strategis ini untuk mengalahkan Shopee yang saat ini menduduki pangsa teratas e-commerce di Indonesia. Kedua, upaya untuk mengembalikan pengalaman bermedia sosial sekaligus berbelanja online. 

“[Namun], dampaknya bagi industri, [kemitraan] ini akan menciptakan [gap] yang jauh dengan kompetitor lainnya, seperti Lazada, Blibli, apalagi Bukalapak. Persaingan akan mengerucut antara Shopee dan Tokopedia dengan ekosistem milik masing-masing. Siapa yang punya ekosistem paling komplit dan disukai pengguna, mereka akan memenangkan persaingan,” jelasnya dihubungi DailySocial.id. 

Masuknya TikTok ke e-commerce lokal secara langsung mengindikasikan rivalitas kuat dari grup raksasa internet global, yakni ByteDance (Tiongkok) dan Sea Group (Singapura). Sementara, dari kacamata GoTo, kolaborasinya dengan TikTok dapat mendorong bisnis Tokopedia untuk menyeimbangkan segmen traditional e-commerce dan transaksi yang bersifat impulsif.

Dari sudut pandang konsumen, pengalaman tersebut dapat meningkatkan jumlah dan loyalitas pengguna bagi platform masing-masing. Tinggal bagaimana Tokopedia dan TikTok saling mensinergikan fitur dan layanannya dalam satu aplikasi. “Selama ini, Tokopedia punya ekosistem yang cukup lengkap dan besar, dari pembayaran hingga logistik. Namun, salah satu kelemahan di Tokopedia adalah fitur live shopping-nya masih kalah dari Shopee,” tambah Huda.

Fenomena live shopping marak diminati di Indonesia karena didorong faktor viralitas dan harga yang murah. Tren ini pertama kali dipopulerkan oleh Alibaba pada 2016 yang berhasil menarik lebih dari 500 juta penonton. McKinsey, dalam laporannya, mencatat GMV dari live shopping oleh brand dan influencer pada periode 2017-2020 tumbuh hingga 280% p.a.

TikTok Shop Tokopedia
“Beli Lokal” jadi uji coba awal kemitraan Tokopedia dan TikTok

Terlepas itu semua, Huda menilai bahwa pemerintah perlu melakukan penyesuaian aturan yang sudah ada, merujuk pada Permendag No. 31 Tahun 2023 yang baru diterbitkan beberapa bulan lalu. Ia mengkhawatirkan kesepakatan dua pemain dominan ini bisa memicu gap yang tebal antar platform Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) lainnya.

Ia berujar, penyesuaian ini diperlukan untuk menekan potensi predatory pricing sehingga  dapat melindungi UMKM atau pedagang offline. Aturan terkait kategori produk impor dan minimum harga telah dimuat dalam Permendag yang baru, tetapi perlu penyesuaian pada pengetatan impor. Misalnya, penambahan tagging produk di seluruh platform PMSE, tidak hanya Tokopedia, TikTok, atau Shopee.

“Inovasi yang semakin cepat akan menciptakan model bisnis yang selalu diperbarui dan menyentuh langsung ke masyarakat. Regulasi yang terlalu tebal akan membuat regulator kebingungan menempatkan posisi platform. Jangan sampai posisi Tiktok dan Tokopedia bermasalah ke depannya. Perlu ada penyesuaian regulasi, terutama terkait jenis perizinan.”

Upaya Gaspack Mendukung Penciptaan Nilai Karya Seni Lewat Platform Web3

Sejak tahun 2020, Gaspack memulai perjalanannya untuk memajukan kreator dalam negeri dan mendukung penciptaan nilai atas karya-karya mereka. Misi ini direalisasikan lewat pengembangan platform komik digital, juga dukungan pendanaan dari sejumlah VC dan angel investor.

Sekilas mengenai startup Gaspack:

  • Didirikan oleh Irzan Raditya (CEO Kata.ai), Novrizal Pratama (CEO) dan Sunny Gho (Chief Creative Officer). Baik Novrizal dan Sunny telah lama berkecimpung di industri kreatif, khususnya Sunny yang juga Colorist di Marvel Comics.
  • Memiliki dua model bisnis, yakni platform penerbitan komik digital berbasis non-fungible token atau NFT (B2C) dan aplikasi Gaspack (B2B) sebagai penghubung antara brand, kreator atau seniman, dengan super fans.

Dalam bincang virtual dengan DailySocial.id, Novrizal Pratama memiliki keyakinan penuh terhadap pengembangan selanjutnya pasca-merosotnya pasar kripto dan NFT sejak beberapa tahun terakhir.

Tentang hak kepemilikan dan monetisasi

Menurut Rizal, monetisasi karya selalu jadi batu sandungan di Indonesia karena banyak seniman atau kreator yang masih dibayar dalam bentuk commission (pesanan). Gaspack mencoba mengubah model monetisasinya dengan fokus utama pada hak kepemilikan dan intellectual property (IP). Contohnya, sumber monetisasi utama berasal dari penjualan komik NFT dengan porsi 50%-70%, sedangkan royalti adalah sumber kedua.

“Di awal 2021, saya dan Sunny sempat ngobrol tentang banyaknya kreator di Indonesia dan karyanya bagus-bagus. Cuma mereka tidak punya wadah. Saat itu, kripto dan NFT sedang booming di sini dan kami juga sedang dalami produknya. Ternyata, banyak kreator yang memperkenalkan karyanya lewat NFT. Kami pikir ini jadi kesempatan menarik. How can we help these artists and creators through platform?” tuturnya saat membuka perbincangan.

Dari sini, Rizal dan Sunny ikut mengajak Irzan Raditya, Co-Founder Kata.ai yang juga meminati NFT. Saat ini, Irzan menduduki posisi Chairman di Gaspack.

Komik digital yang dipublikasikan di Kometh / Sumber: Gaspack

Singkat cerita, sebelum memulai Gaspack, mereka meluncurkan proyek pilot NFT bernama JPG People karya Debbie Tea. Proyek ini disebut sukses dengan penjualan hingga $1,5 miliar dalam 48 jam. Mayoritas penjualan masuk ke kantong kreator. “Kami melihat NFT menjadi medium yang tepat, dan ini bisa jadi solid business case. Kenapa tidak kita menjadikannya model bisnis yang sustainable dan scalable dalam jangka panjang.”

“Kometh” dan “Gaspack App”

Debut Gaspack dimulai lewat platform komik digital “Kometh”. Ada sekitar 7-8 proyek komik NFT yang diterbitkan pada awal 2022, salah satunya Azuki yang terjual sebanyak 17.000 kali. Platform Kometh ditargetkan untuk segmen B2C yang mempertemukan dengan kreator dengan pembeli individual atau fans.

Kometh memungkinkan kreator untuk menerbitkan dan menjual karyanya secara langsung kepada pembaca atau fans. Pembeli dapat memanfaatkan token NFT untuk mengakses komik di Kometh.

“Alasan kami fokus ke komik adalah ini sebuah produk kolektibel. Bukan hanya dibaca, tetapi juga dikoleksi. Ada value apalagi kalau unitnya terbatas. Komik sebagai body of work dari IP. Ada storytelling, ada pengenalan karakter, yang mana bisa dikembangkan menjadi game, film, atau merchandise. Komik jadi entry point yang bagus untuk IP.”

Gaspack juga mengembangkan model B2B untuk mendorong adopsi Web3 secara signifikan. Lewat Gaspack App, pemilik brand bekerja sama dengan kreator atau seniman untuk mengembangkan program loyalitas lewat produk kolektibel. Dengan begitu, brand maupun kreator dapat selalu terhubung dengan komunitas fans atau penggunanya.

Contohnya, produk kolektibel yang dirilis oleh merek susu Ultra Milk. Ada 85 ribu produk kolektibel Ultra Milk yang dapat ditemukan di Gaspack App. Menariknya, Rizal menyebut Gaspack App memudahkan klaim aset NFT tanpa perlu kripto. Menurutnya, langkah ini diambil untuk menyasar segmen yang tidak familiar dengan penggunaan kripto. Selain itu, ia menilai pembelian aset digital umumnya memakan proses panjang.

Collectible Ultramilk / Sumber: Gaspack

“Fokus pemilik brand adalah membuat orang-orang untuk masuk dan tetap di dalam ekosistemnya. Program loyalitas kalau dijalankan dengan efektif sebetulnya bisa lebih murah spending-nya dibandingkan memakai iklan. Dampak dari retensi customer lebih besar dibandingkan akuisisi.”

Menanti pasar Web 3 membaik

Rizal juga menambahkan sedang menyiapkan IP baru yang dapat dirilis sewaktu-waktu apabila kondisi pasar Web3 sudah membaik. Produk ini dirancang agar bisa kebal dari hantaman pasar yang volatil, dan tidak akan berdampak ke bisnis.

“Kami berpikir bagaimana caranya membuat produk yang bisa sustain dan tahan terhadap hantaman pasar. Kami sudah siapkan beberapa secret weapon yang kami tahan dulu sampai pasarnya membaik.

Sempat anjlok hingga 90%, nilai NFT dilaporkan mulai kembali meningkat menjelang akhir 2023. Menurut laporan Bitcoin.com, penjualan NFT pada pekan awal Desember naik 57% menjadi $316 juta dibandingkan pekan sebelumnya. Rinciannya, penjualan NFT berbasis NFT masih mendominasi volume penjualan dengan kenaikan 171,8%, diikuti NFT ETH (6,6%).

Gaspack juga mengungkap minatnya untuk menggalang pendanaan awal tahun depan. Sebelumnya, Gaspack telah mengantongi investasi pra-awal dari eMerge, serta partisipasi 500 Global dan Tokoin pada Maret 2023.

“Penggalangan dana awal ini membutuhkan momentum karena saat ini [iklim investasi] lagi dry. Jadi, kami harap momentum ini bisa direalisasikan sejalan dengan membaiknya situasi pasar.” Tutupnya.