Pentingnya Mengoptimalkan Aplikasi di Google Play

Aplikasi mobile yang didesain secara native untuk berjalan di sistem operasi ponsel pintar memang menjadi representasi yang paling menarik untuk menyuguhkan layanan digital, kendati bukan satu-satunya opsi, karena model berbasis situs juga masih sangat relevan sampai saat ini, terlebih dengan perkembangan yang ada, termasuk Progresive Web Apps. Para pemilik layanan banyak yang memutuskan untuk mengembangkan aplikasi berdasarkan beberapa alasan mendasar, salah satunya memungkinkan traksi yang lebih tinggi untuk pengguna dan kontrol lebih luas yang dapat diberikan terhadap layanan yang disajikan.

Survei menyebutkan, dengan studi kasus yang melibatkan sebanyak 516 pengguna ponsel pintar di Indonesia, banyak yang memilih aplikasi mobile untuk mengakses berbagai tipikal layanan digital ketimbang menggunakan website, kendati untuk beberapa layanan seperti berita masih banyak yang memilih mengakses situsnya secara langsung.

Survei JakPat tentang perbandingan penggunaan mobile apps dan mobile web / JakPat
Survei JakPat tentang perbandingan penggunaan mobile apps dan mobile web / JakPat

Lalu temuan selanjutnya juga menarik untuk ditelisik lebih dalam, tentang mengapa mereka lebih menyukai mengakses layanan digital menggunakan aplikasi. Ada beberapa faktor, kemudahan, kenyamanan, kecepatan, akses offline, keamanan, dan desain menjadi beberapa pertimbangan utama pengguna.

Faktor-faktor yang membuat pengguna memilih menggunakan mobile apps / JakPat
Faktor-faktor yang membuat pengguna memilih menggunakan mobile apps / JakPat

Beberapa faktor di atas tentu penting untuk menjadi perhatian pengembang aplikasi, sehingga mampu disesuaikan saat proses pengembangan produk. Memang ada strategi khusus untuk meningkatkan eksposur aplikasi di marketstore, dan ini sangat perlu dilakukan. Layaknya website yang perlu SEO (Search Engine Optimization) karena sudah banyaknya jumlah situs yang ada, aplikasi di marketstore pun sama jumlahnya sudah sangat banyak, sehingga harus ada sesuatu yang membuat aplikasi tersebut memiliki daya tarik.

Di artikel ini akan dibahas beberapa hal teknis mendasar yang perlu diperhatikan oleh pengembang sehingga membuat aplikasinya lebih maksimal ketika bertanggar di marketstore, khususnya Google Play. Poin-poin yang dijabarkan merupakan hasil diskusi dalam pagelaran Google Playtime SEA 2017 yang digelar pada Kamis (02/11) lalu di Singapura.

Unsur visual

Ini menjadi salah satu bagian yang paling penting diperhatikan, karena akan sangat mempengaruhi impresi pengguna dan pengalaman pengguna. Beberapa hal yang harus disesuaikan termasuk:

  1. Desain aplikasi dan navigasi yang intuitif, memungkinkan pengguna secara alami memahami cara kerja dengan alur yang didesain.
  2. Memberikan dukungan untuk perangkat dengan berbagai standar ukuran layar.
  3. Tidak menggunakan aset yang melanggar hak cipta.
  4. Tidak menggunakan konten yang mengandung unsur sensitif.

Aksesibilitas

Poin ini berkaitan dengan bagaimana pengguna dapat menyatu dengan aplikasi, memastikan pengguna memiliki profil yang dipersonalisasi sehingga memungkinkan mereka untuk merasa memiliki. Ada beberapa hal yang dapat dioptimalkan di sini, di antaranya:

  1. Pemanfaatan layanan SSO (Single Sign-on) seperti Facebook Login, Google+ atau Azure Active Directory dapat menyederhanakan pengalaman pengguna, agar tidak dipusingkan dengan jumlah akun yang banyak. Selain itu standardisasi di dalamnya membantu aplikasi melengkapi unsur keamanan yang harus dicapai.
  2. Jika harus menghimpun data pengguna, pastikan terlebih dulu meminta izin.

Kehandalan

Performa aplikasi secara langsung berpengaruh kepada kenyamanan pengguna. Pendekatannya ada dua hal yang paling krusial, yakni:

  1. Buatlah aplikasi dengan ukuran seminimal mungkin, pun jika pangsa pasarnya adalah pengguna dengan ponsel berspesifikasi tinggi.
  2. Pilih layanan server dengan skalabilitas mumpuni.

Pengujian

Traksi pengguna lebih sering tidak bisa diprediksikan, oleh karenanya penting bagi pengembang untuk melakukan pengujian. Salah satu pendekatan populer ialah dengan A/B Testing, yakni meluncurkan versi Alpha atau Beta sebelum peluncuran versi penuh dari aplikasi.

Dalam teknik pengembangan produk, cara ini disebut dengan Minimum Viable Product, meluncurkan aplikasi dengan fitur utama seminimal mungkin untuk mengetahui respon pengguna.

Publikasi

Ketika mempublikasikan aplikasi di Play Store juga ada beberapa hal yang dapat dilakukan pengembang untuk memaksimalkan potensi unduhan oleh pengguna, di antaranya:

  1. Melakukan pengujian desain ikon. Jika unduhan aplikasi kecil, bisa jadi ikon aplikasi yang tampil di Google Play kurang menarik, atau kurang representatif dengan layanan yang ingin disuguhkan.
  2. Hindari penggunaan kata kunci yang tidak relevan pada deskripsi dan metadata.
  3. Hindari penggunaan istilah atau kata yang mengandung unsur merek lain, karena justru akan semakin menenggelamkan hasil pencarian untuk aplikasi yang dipublikasikan.
Tatanan ikon dan deskripsi aplikasi di Google Play / Pixabay
Tatanan ikon dan deskripsi aplikasi di Google Play / Pixabay

Umpan Balik

Menurut banyak survei, rating dan umpan balik pada aplikasi memang menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan pengguna dalam memilih dan mengunduh aplikasi. Dari latar belakang itu sering kali pengembang nakal mengakalinya dengan membuat testimoni dan penilaian dengan akun palsu. Cara tersebut bisa jadi efektif untuk “menjebak” pengguna, akan tetapi jika kualitas aplikasi tidak berbanding justru akan menjadi senjata makan tuan, pengguna tidak akan mempercayai lagi dengan produk dari pengembang terkait.

Kunci Pengembangan Startup adalah Fokus pada Cakupan Pasar dan Terus Bereksplorasi

Di ajang Google Playtime SEA 2017 (02/11), selain sesi keynote dari tim Google APAC, juga diadakan sesi panel diskusi dari rekanan pengembang terpilih. Salah satu sesi diskusi panel membahas ekosistem dan karakteristik pengembang di beberapa negara di Asia Tenggara. Ada empat pemateri yang dihadirkan, pertama Indonesia yang diwakili Touchten Games, Malaysia diwakili Kurechii, Vietnam diwakili Amanotes, Thailand diwakili Ookbee, dan Filipina diwakili MochiBits.

Masing-masing startup menceritakan tentang bagaimana produk mereka mampu beradaptasi dengan ekosistem pasar lokal dan regional dengan strategi dan pendekatan yang unik. Sebagai pemateri hadir Co-Founder & COO Touchten Rokimas (Roki) Soeharyo. Ia menceritakan tentang bagaimana startup yang didirikan bersama kakak kandung dan seorang saudaranya dapat berkembang hingga kini memiliki sekitar 50 pegawai.

Sebagai pengembang produk digital berbasis game, salah satu yang digarisbawahi Roki ialah pentingnya untuk memiliki keunikan dalam inovasi yang digulirkan. Touchten didirikan dari tahun 2009, sekurangnya sudah lebih dari 50 game yang berhasil diselesaikan.

Spesialis mobile game berkategori makanan

Ramen Chain, Warung Chain, Japan Food Chain, Desert Chain adalah beberapa judul produk unggulan dari Touchten. Roki menyebutnya sebagai Food Chain Series. Produk tersebut terbukti banyak diminati sejak seri pertama dikembangkan, lalu dilanjutkan dengan varian lain di kategori yang sama. Seri game tersebut kini sudah diunduh lebih dari 8 juta kali oleh pengguna. Namun untuk mencapai titik itu tidak dengan cara yang instan, terdapat riset mendalam dan berbagai perhitungan untuk mengatur strategi.

“Biasanya dalam proses pengembangan dari founders sudah memiliki guidelines tentang tema game apa yang akan dikembangkan. Setelah dipresentasikan kepada tim, biasanya masing-masing anggota akan diminta untuk presentasi dalam pitching ide. Dari seluruh ide yang masuk akan diseleksi sesuai dengan riset pasar dan temuan lain untuk pertimbangan,” ujar Roki.

Ketika produk sudah jadi dan berhasil diluncurkan di Google Play, proses monitoring tetap akan terus dilakukan untuk mengetahui ketertarikan pengguna dan segmentasi yang tepat untuk pemasaran. Karena kadang produk aplikasi tertentu akan sangat ramai di negara A, namun kurang diminati di negara B.

“Produk yang kami kembangkan pada awalnya diluncurkan global, karena dari situ kami akan tahu pasar negara mana yang lebih suka. Seperti contohnya Food Chain Series, awalnya kami mengira pasar Amerika yang akan lebih banyak menggunakan, tapi ternyata asumsi tersebut salah, yang lebih banyak menggunakan ada di Asia. Sehingga dalam seri selanjutnya produk aplikasi pun disesuaikan dengan pasar tersebut. Fokus pada cakupan pasar menjadikan kita lebih mengerti secara kental apa yang dibutuhkan user,” lanjut Roki.

Memiliki game berseri ini juga tidak diputuskan begitu saja. Traksi game pertama yang sangat tinggi, dan mendapatkan antusias luar biasa menjadikan Touchten mengembangkan lebih banyak lagi game tentang makanan. Di lain sisi juga menjadi branding yang bagus untuk Touchten sebagai pengembang game spesialis kategori makanan.

Persepsinya semua benci iklan, pengembang dituntut kreatif

Dari tiga pilihan populer monetisasi produk apps atau games, yakni model iklan, in-app pruchase atau premium, Touchten lebih banyak mengusung model iklan, karena kebanyakan game yang diterbitkan dapat diunduh pengguna secara gratis. Roki juga menyadari tentang sebuah persepsi bahwa pada dasarnya pengguna mobile tidak suka dengan iklan. Cukup mengganggu pengalaman saat menggunakan aplikasi. Dari situ strategi kreatif dibutuhkan, agar proses bisnis tetap berjalan, namun kenyamanan pengguna tetap diutamakan.

Roki menjelaskan, “Kalau kita sedang asyik bermain, terus keluar pop-up iklan pasti akan sangat terganggu, kami menyadari itu. Apa yang kami lakukan menampilkan iklan itu secara halus, misalnya dalam sesi tertentu di permainan ada sebuah billboard yang menyatu dengan tampilan sebuah perkotaan, di sana iklan tersebut dipasangkan. Jadi lebih ke pendekatan native advertising. Prisipnya selama iklan itu tidak mengganggu pengguna, dapat dimaksimalkan developers untuk mencari uang.”

Belum lama ini Touchten juga mengeksplorasi “gaya baru”, menjalin kerja sama dengan Deddy Corbuzier untuk mengembangkan game berjudul “Fist of Rage”. Diceritakan Roki, ini adalah sebuah kolaborasi mutualisme. Deddy dianggap memiliki personality dan follower yang kuat, sedangkan Touchten memiliki kapabilitas untuk pengembangan produk digital interaktif.

“Kerja sama dengan Deddy Corbuzier adalah sebuah win-win collaboration. Dari sisi Deddy dengan adanya produk digital yang interaktif dia bisa lebih engage dengan followers dan komunitasnya, sedang dari sisi Touchten tentu terbantu dengan sebaran pengguna dari komunitas yang dimiliki Deddy. Selebriti sudah seharusnya open dengan yang seperti ini, sekarang konsumen semua ke mobile, dan game menjadi salah satu media paling interaktif untuk menjangkau pangsa pasar masa kini,” jelas Roki.

Penguatan ekosistem menjadi wujud komitmen yang sangat berarti

Google Playtime adalah acara tahunan untuk pengembang di platform Android
Google Playtime adalah acara tahunan untuk pengembang di platform Android

Selain bersama Roki, DailySocial juga sempat berbincang dengan Calvin Kizana selaku Founder & CEO Picmix dan Andi Taru Nugroho selaku Founder & CEO Educa Studio yang turut diundang secara khusus untuk menjadi peserta di acara ini. Secara singkat mereka mengungkapkan bahwa ekosistem mobile yang ada saat ini begitu berarti bagi para pengembang. Cakupan pasar yang sangat besar membuat inovasi menjadi lebih mudah didistribusikan kepada pangsa pasar.

“Google Playtime 2017 spesial bagi saya, karena yang mendapatkan undangan adalah developer terpilih. Di sini banyak insight yang saya dapat, termasuk salah satu yang paling menarik tadi berkaitan dengan pemaparan data saat ini sudah ada 2 miliar pengguna aktif bulanan di Google Play. Menjadi trigger kami untuk terus mengkreasikan produk,” ujar Andi.

Sedangkan Calvin mengungkapkan, “Acara tahunan Google Play ini sangat berguna bagi pelaku startup seperti saya. Banyak masukan menarik, informasi tentang tools dan tips pengembangan yang disampaikan dari para expert. Di lain sisi, acara ini sangat membantu kami sebagai ajang networking untuk mendekatkan diri dengan Google dan rekan startup lainnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Strategi Google Bangun Ekosistem Pengembang Lokal yang Sehat

Google Playtime SEA (Southeast Asia) kembali diselenggarakan untuk kali ketiga membawa visi membantu pengembang aplikasi dan games di platform Android mengembangkan bisnis mereka. Bertempat di Singapura, rangkaian acara ini menyajikan berbagai informasi dan pengetahuan menarik. Setidaknya ada 250 rekanan pengembang yang diundang secara eksklusif di acara ini, banyak di antaranya dari Indonesia, seperti perwakilan Touchten, Picmix, dan Educa Studio.

Membuka sesi awal, Regional Director Google Play APAC James Sanders mengungkapkan beberapa fakta menarik. Sejauh ini telah ada lebih dari 2 miliar pengguna Android aktif yang menghasilkan lebih dari 82 miliar instalasi apps atau games di perangkat. James menilai bahwa ini merupakan momentum yang sangat baik untuk diteruskan penetrasinya, dengan didukung inovasi produk di Google Play oleh pengembang.

Agenda yang akan dilakukan untuk membangun ekosistem

Untuk meningkatkan pencapaian baik tersebut, ada dua pendekatan yang akan dimaksimalkan yakni membangun ekosistem pengembang lokal dan membawa ekosistem pengembang yang telah mapan untuk tidak hanya membawa dampak ekonomi di lokal saja, melainkan juga di kawasan regional dan global. Di SEA sendiri, revenue yang diperoleh pengembang produk aplikasi di Google Apps terpantau mengalami peningkatan yang cukup fantastis setiap tahunnya, pertumbuhannya mencapai 150 persen YoY.

Regional Director Google Play APAC James Sanders
Regional Director Google Play APAC James Sanders

Apa yang ingin dilakukan Google terhadap pengembang lokal ialah membantu mengembangkan ekosistem dari sisi bisnis. Keseimbangan antara inovasi produk dan kecakapan bisnis dinilai akan membangun ekosistem lokal yang lebih sehat. Salah satu yang sudah direalisasikan beberapa waktu lalu di Indonesia ialah kompetisi Google Play Indonesia Games Contest dan program pendampingan bisnis Google Developer Launchpad Indonesia.

Di sesi diskusi, DailySocial sempat menanyakan seputar strategi mengelaborasikan materi yang sudah dimiliki Google dengan kurikulum pendidikan formal. Kendati tidak menampik kemungkinan tersebut sangat mungkin terjadi, namun saat ini belum ada agenda khusus. Namun disadari betul bahwa jalur akademik bisa menjadi cara yang efektif untuk membangun ekosistem pengembang di suatu negara, karena secara kompetensi pun mobile developer masih sangat relevan dengan kebutuhan saat ini.

Mudahkan akses masyarakat untuk konsumsi konten premium

Upaya lain yang dilakukan Google ialah memperbanyak opsi pembayaran konten premium di Google Play. Disampaikan James, saat ini Google Play sudah mendukung 135 varian kartu kredit, 140 pembayaran via carrier billing di 55 negara, dan persebaran 700 ribu giftcard di 30 negara. Angka tersebut akan terus ditingkatkan untuk memicu penguatan model bisnis yang dijalankan pada aplikasi. Di Indonesia, Google sudah bekerja sama dengan hampir semua operator seluler unggulan untuk mengakomodasi sistem pembayaran melalui potong pulsa.

Jika melihat data yang ada, dibandingkan layanan digital lain, aplikasi Google Play memang yang paling banyak dibeli. DailySocial beberapa waktu lalu mengadakan survei ke lebih dari 1000 pengguna ponsel pintar di Indonesia, hasilnya menempatkan pembelian apps dan games di urutan teratas. Tahun ini disampaikan bahwa growth atau pertumbuhan pembelian di Google Play meningkat 20% (untuk konten premium), sedangkan untuk konten berlangganan angkanya meningkat 2x lipat.

Hasil survei DailySocial
Hasil survei DailySocial

Beberapa hal yang dapat dioptimalkan pengembang lokal

Masih di sesi yang sama, Head of Business Development Google Play SEA Kunal Soni menambahkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketertarikan pengguna terhadap karya aplikasi lokal. Menurut hasil survei, ketika aplikasi mendapatkan rating buruk, 50% pengguna mengatakan alasannya seputar bugs atau performa aplikasi yang kurang stabil.

Terkait kepuasan pengguna, masih berdasarkan survei komentar pengguna, sebanyak 60% mengatakan bahwa kecepatan performa aplikasi, desain dan kegunaan menjadi poin yang banyak di-mention sehingga mereka memberikan rating yang cukup bagus. Secara teknis ada beberapa hal yang dapat dioptimalkan. Google sendiri memiliki standar teknis yang dapat menjadi pertimbangan para pengembang.

Nantikan artikel reportase selanjutnya dari perjalanan Google Playtime SEA 2017. Stay tune!

Penerimaan Masyarakat Terhadap Layanan Virtual Berbayar dan Pembayaran Digital

Seiring dengan peningkatan pengguna internet untuk mengakses berbagai layanan virtual membuat banyak bisnis digital mulai mengadopsi cara virtual dalam proses pembayaran. Pertanyaan besarnya tentu apakah masyarakat Indonesia sebagai konsumen sudah terbiasa atau setidaknya mau untuk menggunakan model pembayaran virtual. Isu klasik masih seputar kepercayaan pengguna pada mata uang digital. Namun untuk membuktikan anggapan tersebut, DailySocial mencoba melakukan survei bekerja sama dengan JakPat untuk mengetahui pemahaman pengguna smartphone di Indonesia terhadap barang dan cara pembayaran virtual.

Survei ini melibatkan 1051 responden dari seluruh wilayah Indonesia yang menggunakan smartphone untuk aktivitas sehari-hari. Dari jawaban responden didapatkan beberapa temuan, pertama seputar layanan virtual yang paling umum digunakan. Sebanyak 45,39% dari responden mengaku pernah melakukan pembelian atau pembayaran untuk Google Play Store, kendati persentasenya juga nyaris berimbang dengan yang tidak pernah melakukan pembelian sama sekali, yakni 42,15%. Menarik, pasalnya untuk pembayaran sendiri sebenarnya sudah banyak opsi yang bisa dipilih, mulai dari potong pulsa, voucher, ataupun transfer bank manual.

Gambar 1

Lalu survei juga mencoba mendalami tentang pemahaman masyarakat tentang barang virtual. Dalam survei tersebut diberikan beberapa opsi pilihan, rata-rata mendefinisikan sebagai sebuah layanan yang diakses melalui internet atau berbentuk digital. Persentase lain juga menunjukkan, bahwa apa yang disebut dengan barang virtual rata-rata diketahui mulai dari layanan games dan apps yang biasa digunakan.

Gambar 2

Penetrasi internet dan penggunaan smartphone sendiri selalu digadang-gadang menjadi landasan mendasar untuk improvisasi layanan digital. Salah satunya peluncuran model transaksi virtual yang diusung oleh berbagai jenis layanan online, yang paling banyak oleh layanan on-demand dan e-commerce. Fungsionalitasnya secara sederhana ialah menampung jumlah kredit uang tertentu ke layanan dompet digital yang dimiliki pengusung layanan. Banyak keuntungannya bagi bisnis, salah satunya loyalitas pengguna.

Saat ini sudah ada beberapa layanan dengan tipikalnya masing-masing. Dari yang ada, GO-PAY menjadi yang paling banyak digunakan, disusul oleh voucher Google Play dan TokoCash. Sayangnya karena ada isu seputar lisensi e-money, beberapa layanan dihentikan sementara, termasuk TokoCash, GrabPay, dan BukaDompet. Karena jika layanan tersebut sudah memutar transaksi di atas 1 miliar rupiah, maka harus memiliki perizinan dari BI.

GAMBAR 3

Lalu bagaimana dengan kecenderungan masyarakat saat ini berkaitan dengan layanan pembayaran. Masih dari responden yang sama, sebagian besar masih menempatkan metode tunai atau cash pada peringkat pertama, disusul menggunakan ATM atau kartu debit. E-money, kartu kredit dan virtual currency masih ada di prioritas yang terakhir.

Gambar 4

Angka ini tentu masih akan fluktuatif, mengingat ada banyak inovasi yang terus digencarkan oleh pengusung layanan –termasuk menawarkan kelebihan lebih dan keuntungan lainnya, seperti program reward.

Selain empat temuan di atas, masih ada banyak lagi hasil survei mengenai penerimaan masyarakat terhadap barang dan pembayaran virtual. Laporan selengkapnya dapat diunduh secara gratis di Virtual Goods and Digital Goods Survei 2017.

Sebelas Bulan Beroperasi, Iruna Fokus pada Improvisasi Teknologi

Di Indonesia, industri logistik masih sangat relevan untuk dieksplorasi. Potensinya sangat kuat, menyokong proses bisnis untuk industri lain –baik digital seperti e-commerce maupun bisnis ritel konvensional. Keyakinan ini yang menjadikan beberapa pemain baik lokal maupun internasional terus mencoba berinovasi menawarkan pendekatan baru.

Salah satunya Iruna. CEO Yan Hendry Jauwena menyampaikan bahwa saat ini masih ada gap yang cukup signifikan dalam kaitannya dengan adopsi teknologi, khususnya ketika berbicara dukungan industri logistik untuk e-commerce. Hal tersebut karena adopsi teknologi di lini logistik tidak sekencang proses bisnis lain yang didukungnya.

Berbicara tentang inovasi teknologi, baru-baru ini Iruna memperkenalkan sebuah sistem baru yang diberi nama “Moving Hub System”. Diterapkan untuk mengoptimalkan pengaturan rute transportasi logistik untuk efisiensi pengantaran barang.

“Sistem tersebut memanfaatkan armada van kami yang ada saat ini sebagai moving hub untuk exchange point bagi riders kami setelah melakukan pick up sebelum melakukan delivery,” jelas Hendry.

Moving Hub System di wilayah Jabodetabek ini didesain untuk menggantikan pola Hub and Spoke pada kurir yang ada pada umumnya. Alasan Iruna tidak menggunakan Hub and Spoke karena untuk tujuan efisiensi biaya dan kecepatan pengiriman.

Perjalanan pengembangan produk selama 11 bulan beroperasi

Salah satu produk yang telah diselesaikan oleh Iruna adalah Iruna Power Seller, yakni sebuah aplikasi mobile yang didesain untuk menjadi dasbor bisnis bagi pelanggan. Mencakup sistem pelayanan end-to-end dari Iruna, mulai dari layanan channel management, fulfillment center, dan last mile delivery. Semua dapat dipantau melalui satu aplikasi tunggal tersebut.

Screen Shot 2017-10-31 at 11.43.19 AM

Selain itu ada juga teknologi LEANBOX Technology, yang terdiri dari tiga sistem utama, yakni Warehouse Management System, Transport Management System, dan Rider Application yang dilengkapi dengan e-signature dan visual receiver image capturing function. Untuk pembaruan teknologi dari Iruna, rata-rata baru diterapkan untuk operasional bisnis yang ada di Jakarta dan Surabaya.

[Baca juga: Rencana Ekspansi Lalamove dan Tuntutan Industri Logistik di Indonesia]

“Saat ini Iruna sudah melayani pelanggan baik e-commerce platform seperti Tokopedia, Blibli, Sale Stock dll. Selain itu Iruna juga mengakomodasi pengiriman untuk toko online, penjual di Instagram dan korporasi. Rata-rata ada 15 ribu order per minggu didominasi wilayah Jabodetabek dan kota besar di Indonesia, kiriman Iruna terjauh sudah mencapai Labuan Bajo,” ujar Hendry.

Saat ini salah satu agenda lain Iruna ialah menjalin kerja sama strategis dengan beberapa pemain logistik seperti JNE, Lion Parcel, ESL, Atri Express  dan beberapa lainnya untuk memperkuat layanan last mile delivery.

Tengah mempersiapkan ekspansi dan pendanaan

Ekspansi akan menjadi agenda utama di tahun 2018, dan Iruna memiliki pendekatan unik, yakni memulai dengan mematangkan operasional dari sisi teknologi. Hal ini dilakukan mengingat ekspansi yang akan digalakkan adalah model kemitraan strategis.

Hendry menjelaskan, “Ekspansi yang akan diusung adalah model partnership dengan berbagai pihak, termasuk para pemain logistik tanah air yang juga merupakan anggota dari asosiasi terkait untuk pemenuhan kebutuhan fleet dan warehouse. Iruna nantinya akan lebih memberdayakan kekuatan teknologinya sehingga tetap menjadi perusahaan light asset tetapi sarat di sisi tech development khususnya di area logistics operational for collaboration.”

[Baca juga: Platform e-Logistik Iruna Resmi Beroperasi, Siap Gelontorkan Investasi Awal 260 Miliar Rupiah]

Untuk akselerasi bisnis, Hendry menceritakan bahwa saat ini pihaknya telah diskusi dengan beberapa pemodal ventura dan investor untuk pendanaan lanjutan. Namun sayangnya saat ini informasi tersebut belum bisa dibagikan lebih detail.

Application Information Will Show Up Here

Suksesi Kepemimpinan di Paktor Group

Akhir tahun 2016 lalu, startup penyedia platform online dating Paktor mengumumkan akuisisinya atas pengembang aplikasi live streaming 17 Media. Akuisisi tersebut dilakukan dalam bentuk penyuntikan modal, sehingga Paktor Group mendapatkan ekuitas mayoritas di sana. Salah satu tindak lanjut dari akuisisi tersebut ialah perpindahan Joseph Phua selaku CEO Paktor Group menjadi CEO M17 Group yang membawahi langsung Paktor dan 17 Media.

Setelah memegang dua kepemimpinan, akhirnya grup perusahaan memutuskan untuk menunjuk Ng Jing Shen, yang sebelumnya bertindak sebagai CTO Paktor, menjadi CEO. Joseph sendiri akan fokus memimpin M17 Group bersama Shang Koo yang berperan sebagai CFO. Susunan kepemimpinan disebut sangat penting bagi Paktor untuk meneruskan tradisi positif yang berlangsung. Sejak tahun 2013, Paktor mengklaim sudah menjadi perusahaan yang menuai profit.

Hal tersebut diklaim mendorong kepercayaan para investor. Sampai saat ini pihaknya sudah berhasil membukukan pendanaan senilai $53 juta, MNC Media Group menjadi salah satu konglomerasi lokal yang turut berpartisipasi dalam kucuran pendanaan tersebut. Selain digunakan untuk memperkuat posisinya di sejumlah negara, pendanaan tersebut juga digunakan untuk target ekspansi, salah satunya ke wilayah Korea Selatan.

“Mengelola bisnis Paktor untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang membutuhkan proses rencana yang penuh pemikiran dan matang. Saya telah bekerja bersama Jing Shen sejak aplikasi Paktor didirikan, saya percaya penuh pada keahliannya, pengertian terhadap sistem teknologi dan nilai-nilai perusahaan, dilengkapi dengan pemahaman yang dalam mengenai tren pasar yang terus berubah, membuat Jing Shen menjadi pilihan terbaik untuk memimpin perusahaan kami secara efektif,” ungkap Joseph.

Dari sisi produk, ada beberapa perombakan terhadap aplikasi mobile Paktor yang dinilai lebih menyempurnakan aplikasi sesuai dengan product market-fit, salah satunya ditunjukkan dengan pertumbuhan pengguna dan pendekatan monetisasi yang lebih efektif.

Struktur Bisnis M17 Group / Paktor
Struktur Bisnis M17 Group / Paktor

Menurut data statistik yang dimiliki Paktor Group, saat ini ada total 19,5 juta pengguna layanan secara global. Di Indonesia sendiri, Paktor memiliki sekitar 3,5 juta pengguna dengan rasio pengguna pria dan wanita berimbang. Rata-rata umur pengguna di Indonesia adalah antara 26-40 tahun. Angka ini turut menjadikan Indonesia sebagai basis pasar terbesar Paktor, dan menjadi indikasi penerimaan masyarakat terhadap layanan atau aplikasi kencan online.

“Kami melihat bahwa terdapat ruang yang masih besar sekali untuk pertumbuhan online dating. Jelas sekali bahwa online dating dan aplikasi kencan akan terus berkembang di Indonesia. Kami juga memiliki rencana untuk meluncurkan beberapa fitur baru untuk pasar ini, kami akan memberikan update ketika sudah siap,” terang Joseph.

Sedangkan untuk 17 Media, salah satu strategi yang diterapkan ialah dengan memiliki talenta/bintang yang stabil. Pendekatannya dengan menjalin kerja sama khusus dengan para bintang untuk berbagai kegiatan pemasaran. Termasuk menjalin kemitraan dengan Tashi Media untuk proses perekrutan dan pengelolaan talenta yang akan berunjuk gigi di aplikasi 17 Media.

Application Information Will Show Up Here

Memahami Dasar-dasar “Data Science” untuk Bisnis (Bagian 3)

Pada tulisan seri pertama sudah dijelaskan mengenak dasar teori dan komponen pendukung Data Science. Kemudian dalam seri kedua telah dijelaskan pula konsep Big Data sebagai salah satu keluaran dari ilmu Data Science. Tulisan ketiga ini akan membahas seputar penerapan konsep data driven dalam bisnis, yakni memahami tentang keuntungan bisnis membangun awareness seputar pengelolaan data serta kiat memanfaatkan data yang ada sehingga menghasilkan insight berharga.

Tujuan utama bisnis adalah pertumbuhan profit, dan untuk mencapai goal tersebut diperlukan berbagai pendekatan baik yang dilakukan dalam lini internal bisnis maupun eksternal. Lalu apa peran Data Science yang dapat dioptimalkan bisnis untuk mencapai tujuan tadi. Misalnya untuk meminimalkan risiko finansial. Sebagai contoh dalam bisnis e-commerce, memanfaatkan representasi data dengan metode Time Series Anomaly Detection dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi fraud secara real-time.

Manfaat lain untuk memberikan efisiensi dalam sistem dan proses produksi. Menggunakan beberapa tipe analisis (akan dibahas kemudian), pemangku keputusan bisnis dapat melihat tren data yang ada, kemudian menciptakan sebuah proses yang lebih efisien dan terstruktur. Kemudian manfaat lain dari penerapan Data Science dalam bisnis adalah untuk meningkatkan penjualan, dengan menemukan cara terbaik untuk strategi up-sell dan cross-sell, meningkatkan loyalitas konsumen, hingga mengoptimalkan konversi dari setiap kanal promosi. Dan masih banyak manfaat lainnya.

Tipe analisis data dalam bisnis

Setelah bisnis memiliki awareness akan data –sebut saja sudah mengakomodasi pengelolaan data secara optimal—lalu apa langkah selanjutnya? Yakni memilih pendekatan analisis sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai. Dalam konsep Data Science ada beberapa tipe analisis data yang paling sering digunakan untuk kebutuhan bisnis, di antaranya:

  1. Descriptive Analytics; analisis ini mengacu pada histori data sekaligus data yang ada saat ini. Umumnya digunakan untuk menjawab pertanyaan semacam “Apa yang terjadi dengan ABC?”, “Apa yang terjadi jika XYZ?”, dan sebagainya.
  2. Diagnostic Analytics; analisis ini digunakan untuk menyimpulkan kejadian berdasarkan lansiran data terkait. Digunakan untuk menjawab pertanyaan semacam “Mengapa ABC terjadi saat XYZ?”, “Apa yang salah dengan strategi DEF?”, dan sebagaiya.
  3. Predictive Analytics; analisis ini mencoba menyimpulkan sebuah tren dan kejadian di masa depan mengacu pada data-data historis yang ada. Model ini cenderung lebih kompleks dari dua tipe sebelumnya, karena memerlukan pemodelan dan analisis yang lebih mendalam.
  4. Prescriptive Analytics; analisis ini digunakan untuk mengoptimalkan proses, struktur dan sistem melalui informasi yang dihasilkan dari Predictive Analytics. Pada dasarnya memberi tahu kepada bisnis tentang hal apa yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi kejadian yang ada datang.

Untuk merealisasikan implementasi analisis bisnis, umumnya bisnis dihadapkan pada dua kendala. Pertama ialah menemukan sumber daya/talenta yang berkompeten. Dan yang kedua tentang bagaimana cara mengomunikasikan hasil analisis. Strategi pepnyelesaiannya bisnis dapat membangun budaya kerja yang menerima produk analisis. Edukasi kepada setiap pegawai juga harus diprioritaskan, untuk memutuskan atau melakukan sesuatu yang terukur, berdasarkan data dan analisis.

Tentang Business Intelligence

Berkaitan dengan optimasi data, mungkin istilah Business Intelligence (BI) dewasa ini menjadi perbincangan hangat, pasalnya banyak perusahaan ataupun startup mulai membangun divisi khusus berkaitan dengan BI. Kendati sama-sama memiliki cara dengan mengoptimalkan data, BI secara definisi sedikit berbeda dengan Data Science. Perbedaannya dengan Data Science ialah pada pendekatan, teknologi dan fungsinya. Tujuan utama BI adalah mengonversi data menjadi insight bisnis yang dapat digunakan pemimpin bisnis atau manajer dalam membuat keputusan yang terukur.

BI umumnya terdiri dari data yang bersifat transaksional, yang secara natural data tersebut dilahirkan dari sebuah proses bisnis. Pengelolaan data tersebut dapat menjawab beberapa pertanyaan, misalnya dari data penjualan dan pemasaran dapat dijawab pertanyaan “Taktik pemasaran seperti apa yang lebih efektif? Mengapa?”, dari data personalia dapat dijawab pertanyaan “Siapa karyawan yang paling produktif? Dan mana yang paling tidak produktif?”, dan lain sebagainya.

Perbedaan lainnya antara BI dan Data Science, termasuk pada sumber data. Konsep BI hanya mengelola data terstruktur saja, untuk keluarannya pun BI menuntut adanya laporan (biasanya berupa dashboard) yang memvisualisasikan data untuk dibaca orang yang bahkan tidak memahami konsep pengelolaan data.

Merekrut talenta data untuk bisnis

Ada beberapa kualifikasi penting yang harus dipenuhi oleh seorang Data Scientist atau Business Analyst yang akan direkrut untuk memenuhi kebutuhan bisnis, kemampuan utama yang dibutuhkan –dalam hal ini hardskill atau kemampuan teknis—meliputi:

  1. Analisis Kuantitatif; termasuk di dalamnya pengetahuan tentang permodelan matematika, statistika, simulasi, dan peramalan. Kemampuan matematika menjadi dasar kemampuan analisis dan manipulasi data.
  2. Kemampuan Pemrograman; pada dasarnya untuk mengelola data semua dilakukan dengan sintaks pemrograman tertentu –misalnya R, SQL, Python dll—maka kemampuan pemrograman menjadi salah satu komponen kunci yang harus dipahami.
  3. Pengetahuan Bisnis; ini sangat kustom, pemahamannya bergantung bidang bisnis apa yang ditangani, karena untuk menjadikan hasil analisisnya lebih mudah dipahami dan relevan.

Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menempatkan tim Business Analyst dalam sebuah divisi khusus untuk mengakomodasi seluruh kebutuhan berkaitan dengan data. Beberapa di antaranya menempatkan pada setiap divisi bisnis, karena disadari kebutuhan data untuk masing-masing area berbeda, dan kadang butuh keahlian khusus untuk mengoperasikan, atau bahkan membaca data yang ada.


Di seri keempat nanti, akan dibahas bagaimana teknik ekstraksi data sehingga menghasilkan sebuah inisght yang bermanfaat. Simak terus DailySocial untuk seri artikel selanjutnya tentang Memahami Dasar-dasar “Data Science” untuk Bisnis.

Baca juga:

Digital Summit SEA 2017 Fokuskan Diskusi pada Masa Depan Ekonomi Digital Nasional

Digital Summit SEA 2017 akan digelar, membawa bahasan utama bertajuk “The Future of Digital Economy”. Dalam acara ini akan dihadirkan lebih dari 200 pemimpin bisnis, baik dari kalangan korporasi maupun startup. Setiap sesi akan membahas beberapa hal yang menyokong ekonomi digital, termasuk di dalamnya tentang teknologi, inovasi dan disrupsi. Konferensi ini akan berlangsung pada tanggal 8 November 2017 mendatang.

Tema utama yang diambil tersebut mengacu apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo:

“Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan ekonomi digital, sehingga negara tidak boleh tertinggal dalam perkembangannya.”

Secara spesifik juga ada beberapa hal yang akan menjadi pembahasan, di antaranya seputar pemasaran digital, iklan digital, mobile, tren pembayaran, kecerdasan buatan, mixed reality, big data, IoT, hingga komputasi awan. Bahasan ini dinilai akan menjadi kombinasi yang sangat kuat untuk mempersiapkan masa depan bisnis dari sudut pandang konsumen yang sudah banyak beralih menjadi digital-savvy.

Pembahasan spesifik mengenai berbagai lini bisnis juga akan didiskusikan oleh para ahli, termasuk perkembangan digital untuk bisnis ritel, travel, properti, finansial, telekomunikasi, perbankan, dan beberapa lainnya. Memahami berbagai celah disrupsi memungkinkan para pemain bisnis sekaligus inovator melihat berbagai peluang yang ada, untuk menghadirkan cara-cara baru dalam mengakselerasi bisnis bebarengan dengan tren perkembangan yang ada saat ini.

Ada dua hal yang menjadi fokus dalam Digital Summit SEA, pertama untuk menghubungkan industri dengan inovasi terbarukan dan yang kedua memberikan kesempatan bagi para pengembang (inovator, pembuat produk hingga startup) memahami kondisi industri yang ada saat ini, sehingga memberikan inspirasi untuk menghadirkan model layanan teknologi yang lebih sesuai. Kesempatan untuk melakukan networking juga sangat tinggi, mengingat ada sesi khusus yang akan diselenggarakan di luar dari acara konferensi dan diskusi.

Simak informasi lengkap Digital Summit SEA melalui situsnya di https://www.digitalsummitsea.com.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Digital Summit SEA 2017 Jakarta.

Tahun Ini BRI Indocomtech Hadirkan Area Khusus B2B

BRI Indocomtech 2017 akan kembali dihadirkan untuk yang keenam kalinya. Kali ini akan membawakan tema “Digital Smart Living” merepresentasikan sebuah pola gaya hidup masyarakat terutama di perkotaan yang membutuhkan peranti teknologi mobile dengan akses internet tanpa batas, yang  dapat mengelola aktivitas pekerjaan, kesehatan, keuangan, keamanan, dan hiburan, hanya dari genggaman tangan.

Acara ini akan terdiri dari beberapa agenda utama, yakni berupa pameran produk dan layanan teknologi, seminar bisnis teknologi, dan kompetisi permainan game. Acara ini diselenggarakan APKOMINDO bekerja sama dengan Traya Events dan didukung penuh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). Ditargetkan acara ini akan diikuti oleh lebih dari 300 eksibitor, baik dari dalam dan luar negeri, mulai dari bidang telekomunikasi, komputer, software, games, smartphone, hingga aksesoris.

“BRI Indocomtech 2017 akan menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para produsen, peritel, komunitas, dan pecinta gadget serta para pengembang aplikasi solusi dan teknologi di Indonesia untuk melihat perkembangan terbaru di dunia TIK. Tema Digital Smart Living yang melekat pada pameran akan menggambarkan tren yang sedang berkembang saat ini dan sebagian besar bisa dinikmati oleh para pengunjung,” ujar Presiden Direktur Traya Events Bambang Setiawan.

Tahun ini hadirkan area khusus untuk B2B

Nuansa berbeda ingin dihadirkan dalam BRI Indocomtech 2017, karena tahun ini akan dihadirkan area khusus B2B dengan nama I3Expo di Assembly Hall. I3Expo merupakan area bagi para pengusaha TIK di Indonesia untuk bisa menjalin atau memperkuat jaringan bisnis dengan para pemain industri dari luar negeri. Program business matching ini juga akan diselenggarakan untuk menggali dan memperluas kesempatan bisnis antara pengusaha lokal dan para pengusaha internasional tersebut untuk bisa bermitra.

Selain pameran, I3Expo juga menghadirkan topik seminar dan workshop teknologi yang ditujukan bagi para startup dan perusahaan. Dengan menghadirkan lebih dari 15 topik di antaranya mengenai cloud data center, ERP, network security, fintech, hingga digital marketing. I3Expo diharapkan bisa menjadi wadah untuk memfasilitasi para pelaku industri untuk menjalin hubungan dan kolaborasi bisnis yang potensial antara  pengusaha di bidang teknologi IT dan digital.

Acara BRI Indocomtech 2017 sendiri akan digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 1 – 5 November 2017. Untuk informasi lebih lanjut seputar acara, kunjungi laman resminya melalui tautan http://www.indocomtech.net.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner BRI Indocomtech 2017.

AiChat Berencana Membawa Platform “Chatbot-as-a-Services” ke Indonesia

Produk berbasis Artificial Intelligence (AI) akhir-akhir ini cukup ramai digulirkan, khususnya untuk produk berbasis chatbot. Sejumlah korporasi sudah mulai mengutilisasinya, terutama untuk kemudahan otomasi. Di Indonesia pun perkembangannya juga cukup pesat, beberapa waktu lalu pemain industri seperti perbankan dan telekomunikasi mulai memperkenalkan mesin chatbot mereka yang ditujukan untuk pelayanan pelanggan yang reliable.

Melihat peluang tersebut, salah satu pengembang layanan chatbot asal Singapura bernama AiChat berencana memperluas basis bisnis mereka ke Indonesia. AiChat menyediakan platform yang mereka sebut dengan chatbot-as-a-services. Memungkinkan perusahaan mengelola chatbot pada kanal messaging apps populer. Saat ini fungsionalitas AiChat meliputi chatbot untuk layanan pelanggan, sistem e-commerce, pemasaran, CRM, dan analisis data.

Untuk berekspansi ke Indonesia, disadari betul bahwa akan ada dua tantangan yang sangat mendasar. Pertama chatbot sendiri masih dalam tahap pengenalan awal di Indonesia. Yang kedua ialah seputar persaingan. Di Indonesia sudah ada beberapa startup pengembang layanan chatbot untuk kebutuhan korporasi.

“Ya, kami sadar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi secara regional, jumlah pemain AI telah meningkat. Seperti semua teknologi baru, kami yakin adopsi hadir dengan kepercayaan dan kejelasan. Strategi kami sederhana, yakni terus menghadirkan dampak pada bisnis dengan chatbots yang efektif untuk mampu dioptimalkan dalam menghadirkan konversi dan memaksimalkan ROI klien kami,” ujar Co-Founder AiChat Matthew Low.

Matthew mengungkapkan langkah ekspansi ini diprakarsai melalui kemitraan strategis yang sebelumnya sudah dijalin dengan beberapa perusahaan di Indonesia. Selain di Indonesia, ekspansi ini juga akan ditargetkan ke kawasan regional. Saat ini pihak AiChat sedang melakukan perekrutan khusus untuk memulai operasi di Indonesia.

Beberapa job yang tengah diupayakan AiChat untuk memulai operasional di Indonesia / e27
Beberapa posisi yang tengah diupayakan AiChat untuk memulai operasional di Indonesia / e27

Pendekatan yang diambil

AI membuat layanan yang digarapnya menjadi lebih pintar. Seperti layanan chatbot pada umumnya, AiChat mendesain sistemnya untuk mampu memahami percakapan kontekstual dan mengingat pertanyaan yang diajukan oleh pengguna. Ini memungkinkan pengalaman perpesanan yang dipersonalisasi dipetakan berdasarkan interaksi pengguna sebelumnya dengan bot.

Secara lebih mendetail Matthew masih enggan mengungkapkan rencana pasti peresmian ekspansi di Indonesia, termasuk strategi bisnis seperti apa yang akan dilakukan di sini.

“Jika Anda melihat dari penggerak pertama, tidak ada satu vertikal atau industri yang mendominasi adopsi chatbot. Meskipun demikian, kekuatan kunci AiChat ada pada layanan pelanggan, bots dan layanan yang berorientasi pada pemasaran. Sedangkan untuk e-commerce menggabungkan beberapa fungsionalitas untuk menghadirkan agen yang cerdas,” ungkap Matthew.