Seni Menjual Harus Dimiliki Setiap Founder Startup

Salah satu DNA dalam proses bisnis adalah “seni menjual”. Mulai dari bisnis tersebut dimulai atau membangun inti dari dalam, hingga memastikan produk sampai ke tangan konsumen dengan tepat. Sangat mustahil bisnis akan berjalan tanpa adanya pemahaman tentang cara untuk menjual tersebut.

Dimulai dari menjual visi untuk lingkup internal

Ketika sebuah ide dicetuskan, seorang founder perlu meramu susunan yang tepat untuk memastikan roda bisnis berputar dengan baik. Apa yang perlu ia lakukan? Tak lain menjual visi, baik kepada orang lain sebagai mitranya maupun kepada investor untuk dapat mengakselerasi bisnisnya.

Menjual visi ini menjadi hal yang sangat krusial, pada dasarnya membangun bisnis juga membutuhkan chemistry –sebuah keinginan dan semangat yang sama untuk membawa apa yang telah dirintis ke suatu titik.

Kendati demikian ada cara pragmatis yang dapat dipilih oleh founder. Namun dapat dijadikan pertimbangan, bahwa cara pragmatis akan mengantarkan rekanan yang dipilih pada titik pengguguran kewajiban. Artinya seorang tersebut hanya akan berjalan bagaikan robot, mereka bekerja dengan apa yang diperintahkan. Kecil kemungkinan aktif memberikan sumbangsih untuk improvisasi bisnis yang dibangun.

[Baca juga: 5 Cara Menjadi Orang yang Berpengaruh]

Menjual visi adalah untuk memberikan sebuah kepercayaan. Terlebih bagi startup, umumnya di fase awal tidak ada yang bisa dipamerkan, selain visi tadi. Visi yang dijual adalah sesuatu yang ingin dilihat oleh founder startup tentang bisnisnya di masa mendatang.

Dilanjutkan membawakan produk ke tangan konsumen

Ketika seseorang mulai melangkah dengan bisnisnya, hal yang akan ditemui di lapangan adalah tidak ada orang yang akrab dengan produk yang dikembangkan. Mengapa ini penting untuk menjadi penegasan, karena sering kali pengusaha gagal mengingat ini karena mereka menghabiskan sepanjang hari setiap hari memikirkan produk mereka, dan bagi mereka itu mudah dipahami.

Kenyataannya ketika menunjukkan produk kepada orang lain untuk pertama kali tidaklah mudah. Meskipun mereka dapat melihat bahwa itu baru dan mengesankan, mereka tidak tahu apa yang mereka lihat. Di sini tantangan muncul, lagi-lagi tentang menjual. Solusinya hanya dua, membuat apa yang disampaikan mudah dimengerti atau membuatnya menjadi sangat menarik.

[Baca juga: 8 Strategi Pemasaran Produk untuk Generasi Z]

Seni menjual yang sangat umum adalah dengan melempar ide dan latar belakang tentang solusi yang ditawarkan. Membuat sebuah garis besar masalah yang mungkin dihadapi konsumen dengan cara yang paling ringan. Menceritakan sebuah cerita masih menjadi cara yang efektif untuk menarik perhatian audiens, dan lebih mudah untuk dihubungkan daripada daftar fakta dan gambar.

Semakin penuh warna, bermakna dan sederhana membuat penjelasan, semakin mudah diresapi. Pastikan untuk menjaga agar tetap singkat dan relevan, menguraikan setiap ciri khas produk hingga menyulut kegembiraan pengguna. Dan pada akhirnya, harus ada dorongan penjualan atau komitmen. Beberapa orang sering kali terlihat tertarik pada sebuah produk, namun tidak memiliki minat untuk membeli.

Seni menjual ini sangat dinamis, bahkan bisa dikatakan tidak ada teori tentang bagaimana memenangkan orang atau konsumen dengan strategi yang pasti. Semuanya serba tambal-sulam, dengan maksud sangat bergantung dengan kejelian “sang penjual” dalam membaca keadaan, memberikan penjelasan dan menekankan penawaran.

Memahami Peran Sentral VP Engineering di Startup

Urusan engineering tidak bisa disepelekan startup digital atau bahkan perusahaan masa kini yang ingin memanfaatkan keuntungan dari penetrasi pengguna internet dan ponsel pintar. Unsur teknis –berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi—telah menjadi DNA bisnis. Untuk itu kini VP Engineering atau CTO (Chief Technology Officer) kerap disuguhkan dalam peran sentral dalam inti bisnis. Mereka harus memahami proses bisnis hingga kebutuhan pengguna akan optimasi layanan.

Pada prinsipnya VP Engineering bertanggung jawab lebih dari sekedar urusan teknis pengembangan produk, namun juga perlu kemampuan untuk mengelola tim, mengatur alur pengembangan produk hingga menentukan kapan sebuah fitur akan dirilis. Namun karena satu dan lain hal, peran VP Engineering biasanya justru disibukkan dengan urusan yang lebih sempit. Wajar saya, karena umumnya akan berubah seiring dengan perkembangan tim dan produk dalam startup tersebut.

Untuk itu sangat penting bagi startup memahami sebenarnya apa peran seorang VP Engineering dalam sebuah startup. Hal ini berkaitan dengan tren yang ada saat ini. Individu (founder) biasa hadir dengan sebuah ide –mereka tidak memiliki kemampuan teknis teknologi, sehingga memfokuskan pada bisnis. Kepercayaan bab teknologi pun dilimpahkan kepada seorang VP Engineering yang direkrut.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang seorang VP Engineering:

Perencanaan produk

Di lapangan nyatanya VP Engineering benar-benar difokuskan dalam teknis eksekusi pembuatan produk. Namun sejatinya dalam perencanaan produk juga perlu dilibatkan bersama Product Manager. Beberapa hal dapat dipertimbangkan VP Engineering dalam perencanaan produk, misalnya untuk memberikan masukan terkait dengan ketersediaan data atau skala produksi pengembangan produk.

Pada dasarnya apa yang disarankan VP Engineering dalam proses perencanaan ialah menggambarkan batasan ataupun kemampuan yang dapat dijangkau dalam proses tersebut. Hal ini untuk membantu CEO atau pihak manajemen lainnya memahami tentang persiapan atau ekspektasi teknis terkait pengembangan suatu produk. Kejelian VP Engineering dibutuhkan untuk memastikan proses pengembangan produk menjadi seimbang. Ia perlu memahami kapan harus merilis produk baru, menggantikan produk lama dan sebagainya. Strategis dalam urusan teknis.

Membangun tim dan kultur di dalamnya

Peran penting lain dari seorang VP Engineering adalah mengupayakan integritas tim produk (teknis) secara baik, dan membangun kultur produktif di dalamnya. Pengembangan produk masa kini dituntut untuk dapat berjalan secara berkelanjutan, sehingga mekanisme dan strateginya perlu dijaga sehingga menghasilkan workflow yang baik. Kemampuan tentang manajemen pengembangan perangkat lunak yang dimiliki VP Engineering akan berperan penting di sini.

[Baca juga: Pengembangan Produk Startup Cocok Menggunakan Metodologi Agile dan SCRUM]

Ia juga tidak bekerja sendiri, dalam unit produksi yang lebih kecil perlu mempercayakan kepada bawahannya yang melaporkan secara langsung. Oleh karena itu, seorang VP Engineering harus dapat menentukan siapa manajer terbaik bagi tim tersebut, memperkerjakan mereka, dan mampu mengasuh keterampilan itu dari waktu ke waktu. Membangun tim yang kuat bukanlah hal yang statis. Startup berkembang dengan cepat, dan tim teknik perlu mencapainya.

Sebagai CEO, perlu juga mengetahui bagaimana seperti apa VP Engineering yang bekerja optimal? Cara termudah untuk menilai VP Engineering di luar kualifikasi di atas kertas adalah dengan melihat tim yang ada dan sebelumnya, termasuk melihat apakah mereka memenuhi jadwal rilis yang dijadwalkan? Apakah mereka memiliki proses yang masuk akal (vs. serampangan)? Apakah ada banyak perselisihan (yaitu, gesekan yang tidak produktif vs kreatif) di antara tim?

Memastikan eksekusi pengembangan produk berjalan baik

Hasil akhir yang diharapkan dari tim yang dipimpin VP Engineering adalah produk berkualitas. Namun tidak semata-mata mengembangkan produk saja, namun perlu penyesuaian dan penekanan agar semua berjalan seperti yang sudah dijadwalkan oleh manajemen. Di sini peran VP Engineering harus mampu mengakomodasi proses pengembangan perangkat lunak secara benar.

[Baca juga: Kisah Mendirikan Startup sebagai CTO]

VP Engineering juga perlu piawai ketika harus menyelesaikan “kekacauan” yang terjadi dari hal yang tidak diinginkan. Misalnya di awal peluncuran sistem berjalan dengan baik, namun seiring banyaknya pengguna bugs mulai muncul. Berpikir untuk melakukan perbaikan, eskalasi dan strategi lain seiring dengan pertumbuhan pengguna menjadi salah satu mental yang perlu dimiliki VP Engineering. Bahkan kapan pun kejadian itu terjadi, prioritasnya ialah kenyamanan pengguna sistem.

Dari berbagai peran tersebut, startup digital memang harus memiliki seorang VP Engineering sedini mungkin. Banyak startup tahap awal percaya bahwa mereka tidak memerlukan VP Engineering karena tim teknik mereka cukup senior atau mungkin terlalu kecil. Tapi pada akhirnya akan sulit mengakomodasi peran-peran penting di atas. VP Engineering yang kuat menyediakan tulang punggung untuk fungsi teknik yang tahan terhadap tekanan bisnis sembari menetapkan budaya dan proses yang tepat untuk kualitas produk yang akurat.

Sepak Terjang Angon Digitalkan Proses Beternak di Indonesia

Jika waktu kecil akrab dengan permainan Tamagochi, itu adalah konsep yang paling mudah untuk menjelaskan bagaimana cara kerja Angon. Startup berbasis di Yogyakarta ini mencoba merambah dunia pertanian dengan pendekatan digital. Persisnya mereka berusaha menjadi jembatan antara orang yang ingin beternak (member), peternak rakyat, dan sentra peternakan.

Untuk mengetahui secara lebih gamblang bagaimana proses bisnis hingga visi Angon, DailySocial berbincang dengan Founder & CEO Angon Agif Arianto. Dalam pemaparannya, ide Angon muncul dari kegemaran Agif beternak sejak ia berada di bangku SMA. Dari hobinya tersebut ia menemui banyak permasalahan yang dialami oleh peternak maupun masyarakat yang baru memulai beternak.

Masalah yang muncul itu misalnya terkait kebutuhan bibit berkualitas. Karena pasar umumnya didominasi oleh tengkulak, kadang peternak yang tidak jeli malah mendapatkan bibit yang kurang bagus. Proses selanjutnya ialah perawatan, hal yang tidak mudah juga untuk dilakukan. Butuh pengetahuan, pengalaman dan kemampuan baik agar hewan ternak mendapati kecukupan nutrisi untuk bertumbuh.

Pun ketika hewan ternak sudah siap untuk dijual, permainan tengkulak “nakal” pada matai rantai peternakan kadang membuat harga jual kurang layak bagi petani. Tidak sesuai dengan effort yang dilakukan untuk membuat hewan tersebut menjadi gemuk.

Salah satu sentra peternakan rekanan Angon / Angon
Salah satu sentra peternakan rekanan Angon / Angon

“Pengalaman selama berjibaku dalam dunia peternakan inilah yang mendorong saya ingin membantu para peternak. Saya juga merasa bahwa Indonesia adalah negara yang sangat berpotensi swasembada daging. Namun hingga saat ini daging-daging yang dikonsumsi kebanyakan masih diimpor dari luar.”

Bagi masyarakat umum, Angon hadir bagi mereka yang tidak memiliki waktu dan kemampuan beternak untuk berinvestasi dalam peternakan. Seakan-akan seperti merawat hewan virtual sejak telur hingga menjadi besar. Masyarakat yang menjadi member cukup membeli hewan ternak, lalu membayar biaya peternakan per tiga bulan. Mereka akan mendapat laporan perkembangan, sekaligus dapat mengawasi hewan ternak mereka di dashboard aplikasi Angon.

Angon tidak menggunakan mekanisme crowdfunding

Angon bukan sekedar ingin menghadirkan bisnis untuk kepentingan ekonomi, melainkan juga ada misi sosial yang diemban. Yakni memberdayakan kaum peternak rakyat, dan sangat memperhatikan kesejahteraan mereka. Peternak rakyat mendapatkan upah bulanan secara rutin dan berbagai tunjangan. Upah ini didapat dari biaya perawatan yang dibayarkan member.

Peternak juga mendapatkan upah dari pengolahan kotoran hewan ternak. Tidak hanya upah yang layak, Angon juga peduli dengan kompetensi peternak. Peternak rakyat akan dibekali kemampuan dan keahlian dalam bidang peternakan melalui pelatihan. Hal ini dilakukan untuk menyetarakan kompetensi peternak sesuai dengan standar peternak Angon Indonesia.

Mesin produksi pakan ternak milik Angon / Angon
Mesin produksi pakan ternak milik Angon / Angon

“Pada dasarnya Angon merupakan pet shop yang mana kepemilikan hewan ternak 100% dimiliki oleh peternak online, member Angon, atau di Angon disebut dengan peternak pasif. Angon hanya merawatkan, menjualkan di saat waktu panen. Untuk itu Angon berbeda dengan kebanyakan ternak online yang kini marak beredar yang merupakan crowdfunding.”

Sistem crowdfunding ini akan mengambil keuntungan dari bagi hasil sesuai penjualan, tidak mengambil untuk dari penjualan ternak, Angon mengambil keuntungan murni dari biaya perawatan. Jadi, ketika hewan ternak member Angon dijual, member akan mendapatkan uang sebesar harga hewan ternak itu, tanpa potongan sepeser pun. Sehingga apa pun hasilnya, baik saat bobot ternak bertambah secara maksimal atau tidak, untuk proyeksi terburuk, hasil penjualan menjadi milik member seutuhnya karena ternak secara legal merupakan milik member.

Potensi dan keuntungan yang coba diberikan Angon

Sejauh ini sudah terdapat 11 ribu domba yang di Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Jumlah member sendiri saat ini mencapai lebih dari 2000 orang, terdiri dari 54,15% pria dan 45,85% wanita dengan peternak pasif terbanyak terdapat pada rentang umur 18-24 tahun (27,5%) dan 25-34 tahun (33,5%). Data yang menarik, selama anggapannya sektor pertanian hanya diminati oleh kalangan 40 tahun ke atas.

Dari data tersebut, Angon optimis memproyeksikan potensi akan mencapai 10,2 juta ekor ternak, 1,02 juta member dan 204 ribu Peternak Rakyat yang terakomodasi. Jumlah ekor ternak ini terdiri dari jumlah ternak yang terdapat di SPR atau mobile sentra yang kemungkinan akan bekerja sama dengan Angon Indonesia.

“Ada banyak keuntungan menjadi member Angon. Pertama, kepemilikan hewan ternak yang terjamin. Kepemilikan ternak dibuktikan kepada member dengan memberikan SKTB (Surat Kepemilikan Ternak Berjangka) saat member membeli ternak. Dengan adanya surat ini ditambah dengan ternak yang memiliki chip dengan nomor seri, hewan ternak member tidak akan tertukar, tidak akan digelapkan baik oleh peternak atau pihak mana pun.”

Agif melanjutkan, “Selain itu, saat member membeli ternak dan menitipkan hewan ternaknya untuk diternakkan oleh Angon Indonesia, member akan membayar sejumlah uang sebesar 1,3% dari harga hewan yang menjadi biaya asuransi. Biaya asuransi ini menjadi cara Angon Indonesia memberi jaminan keamanan untuk meminimalkan kerugian member jika hewan sakit lalu mati. Dengan membayar asuransi tersebut, member memiliki hak untuk mengklaim hewan ternak dan mendapatkan hewan ternak yang baru.”

Rencana improvisasi jangkauan layanan

Tim Angon bersama para mentor di Indogo Startup Nation / Angon
Tim Angon bersama para mentor di Indigo Startup Nation / Angon

Dalam jangka dekat, Angon ingin menyediakan fasilitas yang lebih mumpuni bagi member seperti live streaming dengan deep screening yang mampu menganalisis identitas hewan dengan jelas untuk diakses sehingga member bisa melihat perkembangan hewannya dengan jelas. Akhir bulan Juli ini pun, Angon Indonesia akan membuka Farm House untuk kandang yang terletak di Bogor. Farm House ini dimaksudkan menjadi wahana edukasi dan rekreasi bagi siapa pun, termasuk member atau orang-orang yang ingin belajar lebih banyak tentang domba.

“Ya, Angon ini founder-nya luar biasa, sangat passionate bervisi besar dan mampu mengeksekusinya,” ujar Ery Punta Hendraswara selaku Dep. Executive General Manager Digital Service Division Telkom, yang menangani langsung program Indigo Creative Nation. Sebagai informasi bahwa Angon adalah salah satu startup yang diinkubasi oleh program Indigo.

Ery melanjutkan, “Di progran Indigo Angon berawal dari tahapan validasi ide sampai saat ini juga terus memvalidasi bisnisnya. Timnya tidak kenal lelah selalu penuh energi, dan salah satu yang penting adalah tim ini punya kemauan untuk dimentori. Kemampuan utk belajar hal baru dan un-learn cara-cara lama juga mendukung startup ini untuk terus berkembang. Ini yang kita perhatikan.”

“Angon sangat menarik, karena basic-nya sudah menjadi peternak sudah dari 2008. Dari situ dia kepikiran untuk mendigitalkan beberapa proses bisnis yang ada. Bagus, karena sebagai peternak ia [Agif] aware dengan perkembangan teknologi. Secara konsep bisnis dasar sudah sangat matang, dan kini dilanjutkan dalam mekanisme digital. Sangat optimis dengan kemajuan Angon,” ujar Saga Iqranegara sebagai salah satu mentor di Jogja Digital Valley menilai bagaimana Angon ke depannya.

Application Information Will Show Up Here

Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product

Arikel seri sebelumnya telah membahas tentang Product Management dan Product-Market Fit untuk menemukan sekaligus memvalidasi tipikal produk yang tepat. Sedikit mengulas kembali, bahwa simpulan definisi produk adalah solusi yang ditawarkan untuk memecahkan masalah. Pada seri ini, akan dibahas tentang bagaimana startup menguji solusi yang ditawarkan, sehingga mengetahui sejauh apa penerimaan masyarakat.

Teknik tersebut disebut dengan Minimum Viable Product (MVP). Sesuai namanya, MVP merupakan hasil pekerjaan paling minimalis yang dapat disajikan ke calon pengguna dengan tujuan mendapatkan banyak pelajaran ketertarikan dan masukan calon pengguna. Sederhananya seperti ini, sebut saja startup memiliki visi untuk mengembangkan produk ABC dengan fitur X, Y, Z. Startup hanya perlu meluncurkan X (dianggap sebagai fitur paling penting) untuk segera dikenalkan ke pasar.

Beberapa pertimbangan mendasar mengapa MVP diperlukan sebelum produk tersebut benar-benar dijadikan adalah untuk mengurangi risiko, meningkatkan kemungkinan untuk sukses, mendapatkan timbal balik lebih cepat, mengurangi kompleksitas hingga mengukur proses pengembangan.

Mulai mengembangkan MVP

MVP dibuat setelah startup benar-benar mengetahui visi produk yang akan dikembangkan, biasanya masih bersifat ide dan konseptual. Project Manager, membuat daftar fitur atau prioritas pengembangan sesuai dengan urgensinya. Hal pertama yang harus setelah ada daftar prioritas tersebut, lakukan penjajakan setiap fitur yang akan dikembangkan dengan mempertemukan antara asumsi dan risiko yang mungkin terjadi.

Sebagai contoh sebuah startup akan mengembangkan sebuah platform mobile untuk pembelajaran jarak jauh. Salah satu fitur di dalamnya ialah adanya konten interaktif untuk pembelajaran siswa secara mandiri. Asumsinya dengan adanya konten tersebut siswa tidak bergantung dengan guru dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Dan risikonya adalah jika para siswa menanggap konten konvensional seperti buku lebih nyaman digunakan untuk belajar harian.

Namun itu masih sebatas estimasi, sehingga perlu dilakukan pengujian. Sebelum melakukan pengujian, pastikan startup telah mengidentifikasi variabel untuk memvalidasi keabsahan ide yang digagas. Paling mudah dengan menentukan faktor keberhasilan dengan angka numerik. Misalnya jika meneruskan contoh produk sebelumnya, validasinya bisa berupa: jika konten mendapatkan rating minimal 4 dari 80% pengguna maka dikatakan disukai.

Sehingga didapatkan formula sebagai berikut: Kami melihat <pengguna> memiliki <masalah yang <dihadapi>. Kami dapat membantu mereka dengan <solusi yang ditawarkan>. Kami tahu kami sedang mengerjakan hal yang benar jika <ukuran keberhasilan>.

Contoh penerapan formula yang sama dengan studi kasus Uber, oleh Frankie Le Nguyen
Contoh penerapan formula yang sama dengan studi kasus Uber, oleh Frankie Le Nguyen

Strategi implementasi MVP

Pada dasarnya MVP tidak harus berupa barang siap pakai atau aplikasi prototipe yang dapat dioperasikan –walaupun jika memungkinkan cenderung akan lebih baik dalam memberikan gambaran kepada konsumen. Dalam konsep pengembangan produk sejauh ini dikenal beberapa tipe implementasi populer penyampaian MVP, di antaranya:

  • Concierge
  • Wizard of Oz
  • Landing Pages
  • Videos
  • Crowdfunding
  • Single Feature MVP
  • Paper Prototypes
  • Customer Interviews

Dari beberapa bentuk implementasi MVP di atas, penggunaannya sangat bergantung dengan karakteristik produk yang ingin diperkenalkan dan disampaikan ke calon pengguna. Untuk format video misalnya, dapat digunakan untuk menjelaskan sebuah konsep yang cenderung sulit dipahami oleh pengguna, bisa jadi karena itu adalah hal yang baru. Video yang dibuat harus menggambarkan antarmuka yang mirip dengan konsep produk yang dikembangkan. Contoh startup populer yang menggunakan model ini dalam MVP adalah Dropbox.

Kemudian Landing Page atau sebuah halaman website tunggal untuk memberikan penjelasan dan gambaran dari proof-of-concept dari produk. Selain informasi produk secara umum, di sini pengembang juga dapat memberikan kanal respons untuk mengetahui ketertarikan calon pengguna. Contoh startup yang mengimplementasikan model ini adalah Buffer. Mereka melihat ketertarikan pengguna dengan menambahkan sebuah kolom email untuk pemberitahuan ke calon pengguna ketika produk benar-benar siap untuk dicoba.

Tren yang ada saat ini adalah dengan meluncurkan fitur terbatas pada aplikasi. Seperti yang dilakukan Foursquare pada awal pengembangan. Ia hanya mengaktifkan sebuah fitur utama untuk mengeliminasi kebingungan pengguna sekaligus memfokuskan pengguna pada layanan utama yang mereka miliki, yakni check-in di suatu tempat.

Hasil akhir yang diharapkan dari proses ini ialah memberikan perspektif yang benar-benar baru bagi tim produk dari sisi konsumen yang akan menjadi pangsa pasar. Dari sini tim pengembang dapat bergerak lebih cepat, mengetahui secara eksplisit mengenai apa yang harus disesuaikan dan apa yang harus ditambah sesuai dengan masukan pengguna. Product Manager akan berperan sentral dalam proses MVP, untuk menentukan iterasi dan mengatur komunikasi dengan pengguna untuk memastikan masukan yang diberikan terjaring dengan baik.

Penerimaan Masyarakat Indonesia terhadap Layanan On-Demand

Ragam jenis layanan on-demand saat ini menjadi sangat akrab bagi masyarakat Indonesia, khususnya di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar dan sebagainya. Debutnya diawali dengan jasa transportasi, namun kini telah merambah ke jenis yang lain seperti kirim paket, pesan makanan, jasa belanja, jasa kebersihan, hingga layanan perawatan diri.

Kendati masyarakat mulai nyaman dengan layanan yang bisa dikondisikan dengan sentuhan di ponselnya, namun berbagai masalah masih dihadapi oleh penyedia layanan on-demand, mulai dari penyesuaian regulasi hingga penerimaan layanan konvensional terhadap kehadirannya. Namun justru yang menarik adalah bagaimana konsumen di Indonesia beradaptasi sangat cepat dengan berbagai jenis layanan on-demand.

Belum ada satu dekade layanan on-demand menjadi populer. Meratanya layanan tersebut salah satunya didukung ekspansi besar-besaran yang dilakukan oleh sang unicorn GO-JEK. Melihat makin meratanya akses layanan on-demand di Indonesia, secara khusus DailySocial bekerja sama dengan JakPat melakukan survei tentang tanggapan masyarakat tentang layanan on-demand.

Dari 1024 responden pengguna ponsel pintar di Indonesia, 71,08 persen mengaku pernah menggunakan layanan ojek berbasis aplikasi, sedangkan 63,10 persen pernah menggunakan taksi online. Aplikasi on-demand yang digunakan didominasi GO-JEK (85,22%), Grab (66,24%), Uber (50,06%), dan sisanya dengan persentase yang sangat minim adalah layanan sejenis yang diinisiasi oleh pemain lokal.

Survei layanan on-demand, tren penggunaan transportasi online / DailySocial
Survei layanan on-demand, tren penggunaan transportasi online / DailySocial

Selain itu ada salah satu temuan menarik lainnya, yakni bagaimana aplikasi on-demand populer mampu menggeser popularitas layanan pesan antar makanan yang sebelumnya ada. Sebut saja layanan GO-FOOD yang memiliki persentase penggunaan lebih banyak dari pada KFC Delivery dan McDelivery. Beberapa layanan lain seperti GrabFood, FoodPanda, Klik-Eat juga mulai mendapatkan perhatian masyarakat ketika ia membutuhkan jasa pemesanan makanan.

Fleksibilitas dan kenyamanan menjadi kunci pertumbuhan

Dalam survei juga ditanyakan tentang apa yang membuat mereka nyaman dengan layanan on-demand, mayoritas menjawab karena fleksibilitas yang ditawarkan. Mereka bisa melakukan pemesanan layanan kapan saja di mana saja. Selain itu alasan yang mendominasi lainnya ialah membantu mereka memenuhi berbagai kebutuhan tanpa harus pergi ke luar, baik dari rumah ataupun kantor. Dan tentu biaya yang lebih efisien turut menjadi daya tarik masyarakat sehingga menggandrungi Grab dan kawan-kawannya.

Faktor yang melandasi popularitas layanan on-demand di Indonesia / DailySocial
Faktor yang melandasi popularitas layanan on-demand di Indonesia / DailySocial

Tanggapan masyarakat tentang dampak sosial yang ditimbulkan layanan on-demand

Pro-kontra tentang penerimaan layanan on-demand masih terus bergulir hingga saat ini. Di beberapa daerah seperti Yogyakarta berbagai penolakan masih santer diserukan para pemain konvensional. Namun menariknya masyarakat justru menilai hadirnya layanan seperti GO-JEK akan membawa dampak sosial yang positif.

Penilaian masyarakat tentang kehadiran layanan on-demand dan dampak sosial yang ditimbulkan / DailySocial
Penilaian masyarakat tentang kehadiran layanan on-demand dan dampak sosial yang ditimbulkan / DailySocial

Sebagian besar responden survei tidak khawatir tentang hadirnya layanan berbasis aplikasi yang akan “mengganggu” model konvensional yang telah ada sebelumnya. Justru mayoritas meyakini bahwa hadirnya layanan tersebut akan memberikan ragam kesempatan baru (khususnya kesempatan kerja) bagi banyak masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan, secara umum masyarakat menanggapi baik merebaknya berbagai jenis layanan yang dapat diakses melalui aplikasi mobile.

Selain beberapa fakta data di atas, masih banyak lagi temuan yang ada dalam survei, seperti: (1) persentase penggunaan layanan on-demand lain selain transportasi, (2) metode pembayaran yang digemari, hingga (3) improvisasi yang diharapkan masyarakat untuk penyedia layanan. Untuk selengkapnya, unduh laporan “On-Demand Services Survey in Indonesia 2017”.

Sebagai media yang memberikan wawasan tentang perkembangan bisnis digital di tanah air, DailySocial juga mengabarkan berita, analisis hingga opini tentang layanan on-demand di Indonesia.

Angon.id Berikan Jembatan antara Investor dan Peternak

Angon.id memulai debutnya sejak Oktober 2016. Menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech), perusahaan rintisan binaan Indigo ini mencoba memberikan layanan online untuk menghubungkan antara peternak rakyat dengan masyarakat urban. Jika pernah mendengar tentang konsep bisnis startup pertanian iGrow, konsepnya hampir sama, perbedaannya pada objek investasi, yakni peternakan sapi dan domba.

Angon.id memungkinkan masyarakat umum untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Menggunakan layanan aplikasi Angon.id, pengguna cukup menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan untuk disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis Angon.id. Dari penjelasan tim Angon.id, rata-rata investor mendapatkan return of investment (ROI) sekitar 5-10 persen per tiga bulan.

Dipimpin Co-founder & CEO Agif Arianto, saat ini Angon telah mengakomodasi lebih dari 11 ribu hewan ternak yang dikelola Sentra Peternakan Rakyat (SPR) yang dimiliki oleh mitra bisnis dan dimiliki oleh tim Angon.id. SPR tersebut kini tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Semarang, Bogor, Sukoharjo, hingga Sumbawa.

Proses kerja aplikasi Angon.id

Bagi investor yang ingin beternak di Angon.id, setelah mengunduh aplikasi pengguna diwajibkan melakukan upgrade profil menjadi full-services, yakni memastikan semua informasi data diri terisi dengan baik. Kemudian harus mengisi saldo TMoney untuk melakukan transaksi. Secara khusus, saat ini Angon.id juga telah menggandeng layanan fintech milik Telkom (TMoney) untuk mendukung sistem transaksi di aplikasi secara penuh.

Ketika sudah masuk ke dalam aplikasi, pengguna akan ditemani asisten virtual bernama Pak Arto. Asisten virtual tersebut akan memberikan arahan kepada pengguna. Mulai dari memilih jenis hewan yang dipilih, hingga memberikan informasi seputar investasi dan pemrosesan transaksi. Keanggotaan di Angon.id sendiri terdiri dari tiga jenis, yakni Member Angon, Member Peternak dan Member Investor Kandang/Bibit, masing-masing memiliki keterlibatan yang berbeda.

Salah satu sudut tampilan aplikasi Angon.id / Angon.id
Salah satu sudut tampilan aplikasi Angon.id / Angon.id

Ingin capai 50 SPR di tahun 2020

Melalui aplikasinya, Angon.id mengharapkan bahwa adanya investasi ke akar rumput dapat mendorong terjadinya distribusi peredaran uang yang saat ini banyak terpusat di kota. Sehingga masyarakat desa di daerah dapat hidup sejahtera tanpa harus pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, yakni salah satunya dengan menjadi peternak. Cita-cita Angon.id, di tahun 2020 mendatang setidaknya akan ada 50 SPR yang masuk dalam jaringannya, hal ini sejalan dengan misi membantu pemerintah menyiapkan lapangan pekerjaan menghadapi bonus demografi ditahun tersebut.

Untuk menjamin kualitas layanan, mengacu pada standardisasi ISO 9001, Angon.id secara konsisten melakukan sertifikasi kepada para peternak rakyat sebagai bentuk meningkatkan daya saing kualitas yang dapat diterima secara global. Guna mencapai sertifikasi tersebut, salah satu yang diunggulkan dalam Angon.id adalah peternak berpengalaman dan bibit ternak yang sehat.

Secara garis besar apa yang dikelola Angon.id ialah menciptakan peluang kerja sama antara peternak dengan masyarakat sebagai investor. Dengan proses ini, produktivitas peternak diharapkan terus meningkat untuk menjamin kesejahteraan para peternak itu sendiri, dan memberikan keuntungan pula bagi para investor.

Application Information Will Show Up Here

Seri Pengembangan Produk #2: tentang Product-Market Fit

Pada seri sebelumnya telah dibahas mengenai Product Management dan Product Manager dalam sebuah proses pengembangan.

Selanjutnya akan dibahas mengenai kondisi Product-Market Fit. Secara sederhana, Product-Market Fit dapat tercapai bila solusi yang tepat diciptakan untuk pasar yang tepat. Sifat Product-Market Fit adalah memvalidasi gagasan ide produk yang dirancang. Sehingga jika melihat dari definisi tersebut, untuk mencapai Product-Market Fit kuncinya startup harus mampu memecahkan masalah konsumen dengan proses bisnis yang dimilikinya.

Dalam proses ini pengukuran menjadi kunci untuk menilai apakah produk yang dikembangkan sudah mencapai Product-Market Fit atau belum. Terkait dengan pengukurannya, setiap produk akan memiliki cara yang berbeda-beda, sangat bergantung pada bagaimana produk tersebut didistribusikan dan digunakan oleh masyarakat.

Umumnya pada sebuah produk digital startup, standar pengukurannya seperti pada jumlah orang yang menggunakan produk/layanan, tingkat pertumbuhan pengguna produk/layanan dari waktu ke waktu, hingga kepuasan pelanggan terkait dengan produk/layanan yang diberikan.

Bagi startup, untuk melakukan penyusunan diperlukan validasi untuk setiap hipotesis yang dimiliki. Misalnya beberapa contoh capaian Product-Market Fit untuk startup yang sudah besar saat ini. Pertama Dropbox, hipotesisnya bisnis akan memberikan versi gratis layanan dengan kapasitas tertentu untuk mendapatkan jumlah konsumen yang banyak. Maka dari hipotesis tersebut Dropbox akan mencapai Product-Market Fit jika sekian persen pengguna yang mau membayar untuk kapasitas penyimpanan yang lebih besar.

Kemudian contoh lagi hipotesis Groupon. Dengan layanannya bisnis memberikan diskon besar dalam jangka waktu singkat untuk mendapatkan sejumlah pelanggan baru. Maka Groupon akan mencapai Product-Market Fit bila secara konsisten dapat meyakinkan bisnis untuk membuat kesepakatan diskon dengan layanannya untuk menarik pelanggan baru, dan mampu mengulangnya untuk ragam bisnis dan area.

Bersiap untuk mencapai Product-Market Fit

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membawa startup mencapai Product-Market Fit. Sebelum membahas teknis dan skemanya terkait dengan produk (akan dimasukkan dalam pembahasan Minimum Viable Product di seri berikutnya), ada beberapa analisis pragmatis yang perlu dilakukan. Pertama ialah memahami pasar –di dalamnya terdapat ragam variabel terkait calon pengguna. Pengamatan juga perlu dilakukan secara detail, tidak hanya terpaku pada prakiraan nilai semata, namun harus benar-benar mengerti sampai pada level segmentasi pasar.

Prinsipnya untuk pasar, semakin spesifik semakin fokus bisnis dan produk startup dikembangkan. Selain melakukan pengamatan langsung, hal yang bisa dilakukan untuk identifikasi pasar adalah berdiskusi dengan para pakar. Umumnya investor ataupun mentor memiliki pandangan yang jelas terkait dengan pasar. Mengapa pandangan seputar pangsa pasar penting? Ini akan dikorelasikan dengan proses yang dikerjakan dalam Product Management, saat Product Manager berkumpul dengan orang Business Development untuk memastikan produk tersebut mencapai Product-Market Fit.

Value Proposition untuk mencapai Product-Market Fit

Ada satu komponen bisnis yang sangat berhubungan dengan Product-Market Fit adalah Value Proposition. Yakni tentang nilai apa yang akan diberikan oleh startup kepada segmen pasar. Untuk mendapatkannya cara yang paling valid ialah berkomunikasi langsung dengan calon konsumen, melalui metode wawancara ataupun survei. Terkadang membutuhkan proses dalam iterasi tertentu, sehingga mampu terdefinisikan dengan baik unsur penting yang akan menjadi DNA produk.

Seri Pengembangan Produk #1: tentang Product Management dan Product Manager

Salah satu hal krusial dalam startup adalah terkait dengan pengembangan produk. Sebagai sebuah bisnis yang memiliki inovasi berkelanjutan, startup dituntut untuk bisa selalu melakukan pembaruan fitur. Untuk memastikan proses itu terjadi, penting untuk memahami tentang dua hal, yakni Product Management dan peran Product Manager di dalam sebuah startup.

Ketika berbicara pada skala startup –di dalamnya terdapat proses bisnis yang berjalan untuk berjuang pada revenue—produk dapat didefinisikan sebagai sebuah solusi pada permasalahan yang dialami konsumen. Sifat produk berbeda dengan tools internal atau software custom, karena produk umumnya dinikmati oleh konsumen yang heterogen dan banyak. Lalu unsur apa saja yang membuat sebuah produk itu bagus?

Pada teknis pengembangan, produk berada pada irisan antara teknologi, bisnis dan pengalaman pengguna. Dan inti dari produk yang berkualitas ialah harus bermanfaat, diinginkan konsumen, memiliki daya guna dan layak untuk digunakan. Product Management adalah sebuah proses untuk mengakomodasi pengembangan produk sehingga mendapatkan tujuan tersebut. Sehingga Product Management dapat dikatakan proses memaksimalkan nilai bisnis dari suatu produk.

Peran Product Manager

Secara mendasar Product Manager (dalam hal ini untuk produk digital) pastinya orang yang memahami tentang struktur pemrograman –setidaknya tahu tentang algoritma dan coding. Meskipun demikian, peran utamanya lebih ke soal berbagai keputusan saat pengembangan produk, sehingga Product Manager harus memahami secara umum stack teknologi yang dikelola.

Kriteria product manager yang baik oleh Frankie Le Nguyen
Kriteria product manager yang baik oleh Frankie Le Nguyen

Tanggung jawab seorang Product Manager termasuk menuliskan requirement (seperti user story) yang mendeskripsikan fitur dari produk. Wireframe dan perincian fungsionalitas juga dibuat olehnya, untuk memastikan tim produk memahami setiap detil untuk proses pengembangan. Untuk membuat kebutuhan tersebut, kadang seorang Product Manager juga perlu untuk turun langsung ke pangsa pasar, melakukan analisis pasar hingga wawancara untuk memvalidasi masalah yang ingin diselesaikan.

Seperti yang telah digambarkan pada definisi Project Management, prosesnya merupakan irisan dari beberapa komponen. Hal tersebut berimplikasi pada tugas seorang Product Manager untuk mengondisikan tim internal dalam sebuah perusahaan, tidak hanya tim pengembang, namun termasuk tim penjualan, pemasaran hingga tim dukungan. Sselain untuk menyatukan visi, seorang Product Manager juga harus memahami ragam perspektif yang dimiliki oleh orang-orang tersebut.

Setelah produk mulai dikembangkan tim developer, desainer dan lainnya, tugas Product Manager selanjutnya ialah melakukan pengukuran, baik pengukuran atas kemajuan proses, kesesuaian terhadap spesifikasi hingga status pengujian. Proses tersebut juga harus dibarengi dengan analisis kinerja produk secara berkelanjutan. Proses pengawasan juga tetap perlu dilakukan untuk memastikan roadmap produk tetap terjaga dan prioritas pekerjaan dapat teratur.

Di fase akhir ketika produk sudah siap dipasarkan, Product Manager biasanya akan disibukkan bersama tim Business Development untuk menentukan harga hingga peramalan pangsa pasar. Ketika produk sudah sampai di pasar, tugas Product Manager belum usai. Ia tetap harus melakukan analisis pembelian, penggunaan hingga menetapkan strategi implementasi di sisi klien.

Seorang Product Manager yang baik

Seorang Product Manager yang baik bukan orang yang terlalu memfokuskan sebagian besar waktunya pada masalah internal saja. Ia tetap harus memahami karakteristik pasar dan konsumen, hingga memvalidasi calon pelanggan. Prioritas yang diperlukan adalah pada hasil keluaran produk yang dihasilkan.

Kecakapan komunikasi menjadi hal yang penting dimiliki. Selain untuk mampu menjangkau pihak luar, juga penting untuk dapat mengkomunikasikan pemahaman tentang produk kepada seluruh tim. Seorang Product Manager mau tidak mau harus memiliki ketangkasan berpikir dan memperhatikan detil.

Sampai sini dapat disimpulkan bahwa sebuah produk adalah sebuah solusi yang mampu memecahkan masalah secara kolektif. Product Management digunakan untuk dapat menciptakan produk yang berfokus pada misi tersebut. Seorang Product Manager bertugas mengelola proses tersebut secara mendetil.

Produk Aplikasi Lokal di Mata Masyarakat Indonesia

Secara konsisten, produk aplikasi lokal makin menunjukkan kualitas tatkala menghadapi persaingan dengan para pemain dari luar. Selalu menarik ketika berbicara seputar persaingan produk digital, karena sekat persaingannya sangat tipis dan hampir tidak ada. Juga ditambah riuhnya jumlah aplikasi di mobile marketplace yang kian tak terbendung.

Dalam berbagai pembahasan persebaran produk aplikasi, Indonesia selalu dikatakan unggul dalam kaitannya dengan potensi pasar. Tentu mudah ditebak, hal itu berlandaskan pada adopsi ponsel pintar yang tak kalah santer dengan pertumbuhan penduduk yang kini mencapai seperempat miliar orang.

Namun dengan inovasi yang tak henti, kini pengembang lokal mulai bisa berunjuk gigi memenuhi ragam kebutuhan aplikasi digital masyarakat. Bersama dengan JakPat, DailySocial mencoba melakukan survei kepada 1018 responden pengguna aplikasi ponsel pintar untuk mengetahui minat mereka terhadap aplikasi lokal.

Salah satu temuan pertama dari survei tersebut, bahwa kepercayaan pengguna terhadap aplikasi lokal berangsur terus meningkat seiring dengan kualitas yang ditunjukkan oleh para pengembang. Secara lebih spesifik, pengguna lebih melihat dari sisi manfaat. Selama aplikasi lokal tersebut memiliki daya guna tinggi, maka ia akan menggunakan.

1

Sangat minim pengguna yang mempertahankan penggunaan aplikasi lokal karena faktor lain, seperti brand lokal, aplikasi lebih memiliki taste lokal dan lain sebagainya. Secara lebih lanjut faktor tersebut di atas dapat direpresentasikan pada aplikasi lokal yang banyak diunduh pengguna. Dari survei tersebut, GO-JEK menjadi yang paling favorit, dilanjutkan oleh aplikasi e-commerce dan online marketplace.

2

Jelas saja, jika menghubungkan dengan faktor daya guna, GO-JEK menyajikan banyak fungsionalitas sebagai aplikasi on-demand, sedangkan aplikasi di peringkat selanjutnya memberikan kemudahan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Secara persentase kategori layanan transportasi dan belanja terlihat menguasai, namun demikian secara perlahan kategori lain juga mulai memperlihatkan angkanya. Sebagai contoh di sini aplikasi permainan dan berita lokal yang banyak diminati oleh masyarakat.

3

Beberapa temuan di atas mengindikasikan bahwa terdapat harapan besar dari capaian yang telah ditorehkan oleh aplikasi lokal. Sebut saja GO-JEK yang berada di peringkat pertama, di Indonesia pun ia harus bersaing langsung dengan pemain besar di level global. Adanya angka yang cukup manis untuk kategori aplikasi permainan juga menjadi indikasi menarik, bahwa konten kreatif yang dibuat pengembang lokal berhasil memukau minat pangsa pasar di negerinya sendiri.

Harapannya angka-angka di atas masih akan terus bertumbuh signifikan ke depan, dan makin memperlihatkan kualitas aplikasi yang dihasilkan pengembang lokal.

Untuk mengetahui hasil survei secara lebih mendetail, unduh hasil laporan tentang “Local Indonesian Apps Survey 2017”.

Temukan juga ragam aplikasi dan karya digital dari startup Indonesia.

Beberapa Inovasi Startup Menarik yang Menggunakan Pemrosesan Pintar

Kecerdasan buatan menjadi salah satu tren teknologi yang saat ini sedang sangat bertumbuh, termasuk di lanskap startup di Asia Tenggara. Pada praktiknya memang banyak peluang yang dapat dijadikan peluang produk berbasis kecerdasan buatan. Dalam sebuah sesi Create Stage Echelon Asia Summit 2017 di Singapura beberapa waktu lalu, secara khusus dikompetisikan startup di bidang deeptech, startup dengan produk berbasis kecerdasan buatan.

Sebagai inspirasi sekaligus menelisik tren ke depan seputar teknologi, DailySocial mencoba menyajikan apa saja startup yang berhasil masuk lolos kualifikasi dalam bidang deeptech dan apa inovasi yang dibuat.

AiChat – Chatbot untuk Bisnis

Dalam vertikal produk berbasis kecerdasan buatan, chatbot menjadi salah satu yang paling populer saat ini. AiChat sendiri secara spesifik mencoba membantu bisnis untuk mengotomatiskan beberapa proses, seperti Customer Services, Marketing, E-Commerce Transaction, hingga Data Analytics.

01 Potensi chatbot dari presentasi tim AiChat DailySocial - Randi Eka

Melalui chatbot modern (saat ini disematkan melalui Facebook Messenger), AiChat berusaha menyelesaikan tiga permasalahan utama yang ada di korporasi. Pertama terkait dengan integrasi kanal komunikasi, selama ini cenderung terfragmentasi sehingga sulit untuk dikelola, terutama dari sisi masukan data.

Kemudian hal tersebut dilanjutkan kepada permasalahan kedua yang ingin dipecahkan, yakni untuk membawa korporasi pada tren insight-driven. Salah satu pembeda yang ingin dihadirkan AiChat ialah dukungan bahasa di negara Asia Tenggara dalam mendesain bot komunikasi.

Saat ini AiChat dipasarkan melalui dua cara, yakni Strategic Partnership dan Licensing dengan jangka waktu per 6 dan 12 bulan.

AiCar – Solusi Efisiensi Sumber Daya Mobil

Dikembangkan oleh Aidentify Inc., AiCar merupakan sebuah terobosan solusi pintar untuk diterapkan pada mobil. Sedikit berbeda, tatkala para pemain di kecerdasan buatan mengembangkan Self-Driving Car atau Connected Car, karena AiCar mencoba mengembangkan solusi Self Diagnostic Technology modern yang membantu pengguna untuk mendapatkan informasi kesehatan mobil secara keseluruhan.

02 AiCar solusi pintar untuk pengelolaan sumber daya mobil DialySocial - Randi Eka

Apa yang dikerjakan AiCar ialah menempelkan sebuah perangkat pintar untuk menjadi mekanik di mobil. Proses kerjanya ialah mendeteksi sinyal yang tidak normal dan memberikan analisis informasi kepada pengguna secara cepat melalui perangkat ponsel dan lainnya.

Flax Scanner – Meringkas Proses Digitalisasi

Startup ini mencoba memadukan dua algoritma pintar untuk layanannya, yakni Image-based Deep Learning dan Language-based Deep Learning. Sehingga memungkinkan proses Scan & OCR (Optical Character Recognition) untuk dokumen kertas. Tidak hanya itu, solusi yang dihadirkan juga mampu melakukan analisis layout, klasifikasi semantik dan koreksi.

03 Flax Scanner hadirkan solusi andal untuk digitalisasi paperworks DailySocial - Randi Eka

CryoWerx – Kotak Makan Pintar

Latar belakang pengembangan solusi ini adalah untuk memaksimalkan penjualan produk makanan, terutama di jam-jam ketika para konsumen sulit untuk melakukan mobilitas ke luar untuk membeli makanan. Kontak makan pintar yang dihadirkan hampir mirip dengan almari es atau pendingin makanan/minuman yang biasa ditemui saat ini. Perbedaannya akses untuk mendapatkan makanan di dalamnya ialah menggunakan proses transaksi melalui aplikasi mobile.

04 CryoWerx mencoba maksimalkan penjualan makanan dengan kotak makan pintar DailySocial - Randi Eka

Semua proses pemesanan dan sebagainya diproses saat pengguna melakukan transaksi melalui aplikasi. Setelah selesai hingga proses pembayaran dan lain sebagainya, pengguna tersebut dapat mengunjungi ke kotak makan pintar dan melakukan scanning kode khusus yang dibuat melalui aplikasi ke dalam kotak pintar tersebut. Sistem analisis juga disematkan ke dalam sistem penjualan yang dimiliki oleh restoran atau tempat penjualan makanan.

Igloohome – Kunci Pintu Pintar untuk Bisnis Properti

Pada layanan penyewaan properti seperti Airbnb, ada sebuah permasalahan mendasar, namun sering diabaikan, padahal permasalahan tersebut mengikis efisiensi proses transaksi yang ada, yakni proses pengambilan dan pengembalian kunci. Hal ini membuat sebuah inovasi bernama Igloohome muncul, menghadirkan sebuah perangkat engsel pintu pintar yang terintegrasi.

05 Igloohome untuk solusi pintu pintar DailySocial Randi Eka

Cara kerjanya, ketika seseorang telah menyelesaikan transaksi untuk penginapan, maka akan di-generate sebuah kode satu kali pakai untuk masuk ke dalam rumah/kamar tersebut melalui kanal admin. Kemudian pengguna dapat menggunakan kode tersebut untuk membuka pintu. Menyadari kondisi lapangan, kunci pintu yang dibuat tidak menggunakan konektivitas internet, namun menggunakan sistem yang mirip dengan konsep token internet banking.

Untuk mengakselerasi bisnis, Igloohome menjalin kerja sama khusus dengan bisnis seperti Airbnb, HomeAway dan lainnya di Asia Tenggara.

SmartPeep – Video Analisis untuk Keamanan Rumah

Pada umumnya rumah saat ini sudah dilengkapi dengan CCTV untuk memantau kondisi sehari-hari. Namun adanya CCTV umumnya sebatas merekam aktivitas yang terjadi, belum sampai pada proses antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kejahatan. Untuk menyempurnakan sistem tersebut, SmartPeep dihadirkan.

06 SmartPeep mampu analisis gerak-gerik mencurigakan dari tangkapan CCTV DailySocial - Randi Eka

Cara kerjanya dengan melakukan analisis dari hasil tangkapan video kamera CCTV. Deteksi termasuk pada aktivitas orang di gerbang (melompat), aktivitas orang di sekitar rumah dan juga aktivitas pintu gerbang. Dengan analisis ini, SmartPeep mencoba memberikan notifikasi untuk antisipasi kepada pemilik rumah.