Belajar dari Perjalanan Awal Setipe Hingga Diakuisisi Lunch Actually Group

Salah satu kehebohan di lanskap sartup Indonesia pada bulan ini adalah kabar akuisisi layanan perjodohan online Setipe oleh Lunch Actually Group Singapura. Implikasinya Setipe akan menjadi unit bisnis di bawah kelolaan Lunch Actually Group dan CEO Setipe Razi Thalib akan memimpin operasional Lunch Actually Group di Indonesia. Bergabungnya Setipe ke Lunch Actually Group ditargetkan mampu mendukung langkah untuk mendominasi industri perjodohan (online dan offline) di Indonesia.

Akuisisi ini justru menjadi kabar baik, pasalnya memberikan dampak kemitraan dan strategi bisnis yang lebih besar bagi kedua belah pihak. Terlebih founder-nya pun turut diboyong untuk berpartisipasi memimpin bisnis di basis startup didirikan. Sehingga layak untuk dicermati tentang pertimbangan apa yang dipikirkan oleh sang founder sehingga memilih untuk bergabung dengan perusahaan tersebut, dan apa kiatnya sehingga startup yang sudah didirikan dari nol dapat dilirik oleh perusahaan besar dari luar.

Untuk membahas topik tersebut, DailySocial akan menghadirkan langsung CEO Setipe Razi Thalib untuk berbagi tips dan kesan membawa Setipe dari awal didirikan hingga sekarang diakuisisi oleh Lunch Actually. Razi akan berbincang pada sesi #SelasaStartup bertemakan “#Startuplife: From Seed Funding, To Acquisition” yang akan diselenggarakan pada 23 Mei 2016 mulai 18.00 WIB bertempat di DailySocial HQ – Jln Tebet Timur Dalam II No. 14 (http://dly.social/map).

Acara ini dapat diikuti secara gratis oleh para penggiat startup atau siapapun yang tertarik untuk mempelajari bisnis digital dari perjalanan Setipe. Informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi laman http://dly.social/dswithrazi.

Cermati Optimis Platform E-Commerce Mampu Tingkatkan Penetrasi Produk Finansial

Demi memantapkan diri sebagai platform e-commerce produk keuangan, Cermati terus berusaha menghadirkan ragam layanan di dalamnya. Yang terbaru adalah layanan online untuk pendaftaran asuransi mobil sebagai hasil kemitraan dengan beberapa perusahaan, termasuk Simasnet, Adira Insurance, MNC Insurance dan beberapa lainnya. Tidak hanya berhenti di situ, menurut pemaparan Co-Founder & CEO Cermati Andhy Koesnandar pelebaran sayap bisnis masih akan terus digencarkan.

“Tujuan Cermati adalah menjadi portal e-commerce produk keuangan yang lengkap. Asuransi online adalah langkah kita untuk expand di luar produk perbankan. Kami sangat positif dengan market Indonesia di tahun 2017,” ujar Andhy penuh rasa optimis.

Memaparkan tentang capaiannya, Andhy turut menceritakan, bahwa saat ini situs Cermati rata-rata mendapat kunjungan 3 juta konsumen setiap bulannya. Di tahun 2016 Cermati telah memfasilitasi produk keuangan dengan kisaran nilai hingga 100 miliar rupiah, dan angka tersebut diyakini akan berkembang pesat di tahun 2017. Produk yang menjadi primadona saat ini adalah kartu kredit dan pinjaman. Kedua produk tersebut juga yang menjadi portofolio awal Cermati.

Dari survei yang pernah dilakukan DailySocial untuk lanskap fintech Indonesia di tahun 2016, platform agregator (13%) menempati urutan terpopuler ketiga setelah payment (43%) dan peer-to-peer lending (17%). Selain Cermati ada beberapa pemain lainnya, misalnya CekAja, PasarPolis, AturDuit, Bareksa dan sebagainya. Banyaknya pemain di sektor tersebut tak lain karena pangsa pasar yang sudah mulai aware dengan layanan tersebut.

[Unduh Selengkapnya: Indonesia’s Fintech Report 2016]

Menanggapi potensi pasar untuk produk finansial yang didapat secara online, Cermati sangar percaya diri bahwa penggunanya di Indonesia akan terus meningkat.

“Pasti (terus meningkat), layanan online seperti Cermati menawarkan kemudahan untuk mendapatkan informasi produk keuangan yang lebih transparan dan lengkap, jadi lebih convenient untuk masyarakat Indonesia yang ingin mendapatkan produk keuangan yang terbaik untuk mereka,” papar Andhy.

Salah satu alasannya, menurut Andhy, karena produk keuangan adalah produk yang kompleks dan susah dimengerti. Selain itu produk keuangan adalah produk yang dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia. Dengan pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia yang mendekat ke USD5000 per tahun dan penetrasi teknologi finansial yang semakin luas, Cermati percaya bahwa finansial inklusi akan berakselerasi di beberapa tahun ke depan.

Terkait dengan tantangan di industri tersebut Andhy juga menyampaikan pendapatnya, “Rendahnya penetrasi produk keuangan adalah tantangan dan kesempatan untuk Cermati. Tantangan karena kami harus membantu menjelaskan produk keuangan yang relatif kompleks dan kesempatan karena masyarakat yang bisa dijangkau masih luas.”

Sebagai salah satu well-funded startup di Indonesia –terakhir pendanaan didapat dari Orange Growth Capital, menyusul pendanaan sebelumnya oleh East Ventures dan Beenos Plaza—Cermati terus berambisi melengkapi platformnya dengan ragam layanan keuangan yang dibutuhkan masyarakat. Di lain sisi, pihaknya juga mengaku akan mengikuti regulasi yang ada, pasalnya produk keuangan seperti yang disajikan Cermati memang cukup “peka” dan butuh payung hukum yang jelas.

“Sejauh ini OJK baru mengeluarkan peraturan yang mengatur fintech di bidang peer-to-peer lending. OJK masih menggodok peraturan untuk pemain fintech dengan jenis yang lain. Cermati sebagai salah satu perusahaan fintech dengan jenis bisnis agregator siap untuk mengikuti peraturan yang dibuat oleh OJK, karena peraturan dari OJK akan membantu industri fintech untuk berkembang secara sustainable,” pungkas Andhy.

Realisasi Visi Startup Fintech Taralite melalui Pengembangan Algoritma Analisis Pengguna

Salah satu kategori bisnis fintech paling bergema di lanskap digital tanah air adalah peer-to-peer lending. Dengan ragam spesifikasi layanan yang disajikan, bisnis ini memberikan solusi terpadu untuk peminjaman dana. Jika dilihat demografinya saat ini, antara satu pemain dengan pemain lainnya yang pekat membedakan adalah segmentasi pasar dituju. Dari beberapa layanan peer-to-peer lending yang kian eksis saat ini ada Taralite.

Taralite didirikan sejak tahun 2015 lalu, fokusnya memberikan pinjaman modal kepada segmen pedagang online yang umumnya tidak dapat difasilitasi oleh perbankan. Para merchant dari online marketplace C2C seperti Tokopedia, Lazada hingga penyedia jasa Travel yang menjadi bagian dari OTA seperti AiryRooms menjadi sasaran Taralite. Strategi ini nyatanya berjalan lancar, terbukti hingga saat ini lebih dari 1000 peminjam telah terjaring platform Taralite.

Keyakinan itu juga yang melandasi konglomerasi fintech asal Jepang SBI Group. Beberapa waktu lalu pihaknya menggelontorkan pendanaan kepada Taralite senilai $6,3 juta (atau senilai Rp 84 miliar rupiah).

Menjadi the next Capital One versi Indonesia

Pendanaan dari SBI Group tersebut akan difokuskan Taralite untuk mengembangkan tim Research & Development dengan tujuan mengembangkan algoritma pintar untuk menjadi one stop shop platform layanan peminjaman biaya modal.

“Yang dimaksud dengan R&D mengembangkan algoritma internal perusahaan yang bertujuan untuk menganalisis kredit. Alogirtma ini penting untuk dikembangkan supaya memberi hasil terbaik. Salah satu keuntungan algoritma yang akurat kita bisa kasih pinjaman dengan bunga yang lebih murah, karena yang gagal membayar jadi lebih sedikit. Algoritma yang akan dikembangkan menjadi penyempurnaan dari otomatisasi analisis kredit yang sudah dimiliki Taralite,” jelas CEO Taralite Abraham Viktor kepada DailySocial.

Alogoritma tersebut menjadi krusial bagi Taralite jika melihat pangsa pasar dan visi bisnis yang ditargetkan. Pihaknya menginginkan menjadi seperti Capital One di Amerika. Capital One beberapa dekade lalu mengeluarkan produk kartu kredit untuk golongan “sub-prime” –yakni kategori kalangan masyarakat yang sulit mendapatkan akses layanan perbankan seperti kartu kredit, biasanya bank menolak karena faktor kepercayaan dll.

Cara yang dilakukan Capital One tersebut menjadi inspirasi Taralite untuk pengembangan layanannya, menargetkan kepada kalangan “sub-prime” (atau Taralite sering menyebutnya under-served) yang membutuhkan pinjaman modal.

“Kami melakukan apa yang Capital One dan Ant Financials lakukan beberapa tahun yang lalu. Mereka berkomitmen untuk melayani segmen yang kurang terlayani dan tumbuh kuat dari sana. Mereka berkembang dari hanya satu penawaran produk ke dalam one stop shop untuk pelanggan yang mereka layani. Kami ingin mengikuti jejak mereka dan fokus untuk melayani segmen yang kurang terlayani di Indonesia,” sambut Viktor.

Terkait dengan regulasi, Viktor menyampaikan bahwa saat ini Taralite sedang dalam proses pendaftaran izin ke pihak terkait, dalam hal ini OJK. Peraturan untuk peer-to-peer lending sendiri juga sudah diterbitkan pemerintah sejak tahun Desember 2016 lalu.

“Terkait dengan regulasi pemerintah saat ini sudah memiliki aturan, artinya secara hukum sudah mengizinkan permain-permain seperti kita (peer-to-peer lending), dan saat ini kami sedang dalam proses untuk apply-nya,” pungkas Viktor.

Modalku Lakukan Ekspansi ke Surabaya

Startup digital penyedia layanan peer-to-peer lending Modalku hari ini mengumumkan ekspansinya ke Surabaya. Sebelumnya salah satu pionir startup fintech ini telah mengukuhkan kegiatan operasinya di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Dari data yang kami dapatkan, Modalku telah menyalurkan sekurangnya Rp154 miliar kepada 275 UKM di Indonesia.

Terkait dengan ekspansinya ke Surabaya, Co-Founder & COO Modalku Iwan Kurniawan mengungkapkan, “Kami melihat potensi besar di Surabaya. Menurut data terakhir Kemenkop saja, jumlah UMKM Indonesia sudah lebih dari 56 juta. Surabaya adalah kota terbesar nomor dua di Indonesia dan pasar UKM setempat sedang berkembang pesat. Namun, masih banyak UKM lokal yang sulit berkembang karena kurang modal usaha.”

Modalku terlihat sangat ambisius untuk mencapai targetnya. Pasalnya ekspansinya ke Bandung dilakukan kurang lebih 4 bulan yang lalu, bersamaan dengan rilis aplikasi Modalku versi Android. Untuk berekspansi, Modalku membuat kantor perwakilan di wilayah setempat, karena perlu adanya tim yang didedikasikan untuk mendukung proses peminjaman modal di wilayah setempat.

Sebelumnya strategi kemitraan juga telah dilakukan oleh Modalku. Dijalin bersama Indosat Ooredoo, platform Modalku memberikan pengguna Indosat akses yang lebih luas terhadap produk keuangan berbasis teknologi digital. Kemitraan lain juga dijalin bersama Sinar Mas

“UKM merupakan tulang punggung ekonomi negara. Mereka menyumbang 60.3% dari pendapatan negara dan memperkerjakan 97% dari tenaga kerja nasional. Namun sayangnya kebutuhan modal usaha UKM sering kurang cocok dengan produk pinjaman yang ditawarkan institusi keuangan konvensional. Dengan ekspansi Modalku ke Surabaya, kami berharap dapat meneruskan visi kami memberdayakan UKM lokal serta ikut memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia,” tambah Iwan.

Modalku menyediakan layanan peer-to-peer lending berbasis teknologi finansial, UKM berpotensi dan pencari investasi alternatif dipertemukan lewat pasar digital. Dengan mendanai pinjaman yang dibutuhkan UKM Indonesia untuk berkembang, pemberi pinjaman Modalku mendapatkan alternatif investasi dengan tingkat pengembalian tertentu. Di sisi lain, UKM peminjam mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa agunan dengan tenor jangka pendek dan proses online yang mudah dan cepat.

Rencana ekspansi Modalku tidak berhenti sampai di sini saja. Disampaikan bahwa ke depan Modalku akan terus melebarkan jangkauan kantor perwakilan di kota-kota lain di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Fitur Hop On di UberMotor Mungkinkan Pengguna Pesan Langsung dari Pengemudi Terdekat

Uber menghadirkan fitur Hop On bagi pengguna layanan UberMotor di Jakarta. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk dapat memulai perjalanan tanpa harus melakukan pemesanan terlebih dahulu, melainkan cukup menghampiri pengemudi UberMotor terdekat.

Untuk proses penggunaannya, setelah menemukan pengemudi terdekat, melalui aplikasi Uber (yang sudah diperbarui), pengguna cukup mengetikkan alamat tujuan pada opsi uberHOP yang tersedia. Kemudian sistem akan memberikan sebuah kode PIN berupa angka untuk selanjutnya diberitahukan kepada si pengemudi. Selanjutnya pengemudi akan menggunakan kode tersebut untuk menerima pemesanan secara langsung.

Selain itu proses tersebut juga bisa dilalui melalui SMS, dengan mengetikkan kode “UBER [spasi] Nomor Hp” dan dikirimkan ke 2000. Selanjutnya akan dikirimkan tautan yang berisi kode untuk ditunjukkan kepada pengemudi guna memulai pesanan. Untuk alamat tujuan akan diinputkan secara pada aplikasi yang dimiliki pengemudi.

Saat ini baru bisa digunakan untuk UberMotor dan pembayaran hanya bisa dilakukan secara tunai.

Application Information Will Show Up Here

Strategi kumparan Menjajaki Kerja Sama dengan Media Online

Bercita-cita untuk memperkuat integritas pemberitaan dan memerangi berita bisnis palsu di Indonesia, kumparan dan SWA menjalin kolaborasi. Salah satu hasil kolaborasi ialah publikasi konten berita SWAOnline untuk di platform kumparan. Kerja sama ini merupakan kemitraan pertama yang dibangun oleh kumparan dengan media lainnya di Indonesia.

Hugo Diba selaku CEO kumparan mengatakan, “Di samping semakin meningkatnya jumlah pengguna media sosial, tidak ada yang benar-benar mengubah industri media dalam 18 tahun belakangan. Sebagai media, kami memiliki tanggung jawab untuk menjadi lebih dari sekedar entitas bisnis. Kami juga harus menjadi penggerak yang mendorong bangsa dengan informasi-informasi yang terpercaya. Inilah cara kerja kemitraan kami dengan SWA.”

Kerja sama ini menjadi unik, lantaran keduanya sama-sama media online, namun melimpahkan konten publikasi di salah satu pihak. Menanggapi soal ini, CMO kumparan Andrias Ekoyuono memaparkan skema model bisnis yang diterapkan:

“kumparan adalah distribution & monetization channel tambahan bagi media. Memang ada bisnis model yang terjalin yang diharapkan akan memberikan keuntungan kepada media yang bekerja sama. Untuk detailnya dibicarakan bersama dalam kerangka kerja sama strategis.”

Andrias juga menjelaskan, kumparan ingin menghadirkan kanal distribusi lain untuk konten mereka. Sejauh ini selain ditampilkan di laman online milik media terkait, konten biasanya dipublikasikan melalui kanal lain seperti media sosial atau platform agregator, kumparan ingin hadir sebagai kanal tambahan untuk distribusi dan monetisasi.

Disebutkan gagasan lain dari kemitraan ini adalah untuk menjadikan SWAOnline lebih teramplifikasi dan mengambil alih perhatian dari website-website lain yang menyebarkan berita-berita hoax karena alasan-alasan politik ataupun cerita-cerita melenceng lainnya.

“kumparan ingin memberikan konten berkualitas ke audience yang tepat, sehingga kumparan membuka kerja sama dengan media lain yang memang memiliki konten-konten untuk segmen audience tertentu,” lanjut Andrias.

Masih akan menjalin kerja sama dengan beberapa media online lainnya

Andrias juga mengatakan bahwa selain dengan SWAOnline, kumparan juga akan menjalin kemitraan yang sama dengan beberapa media online lain. Sudah ada dalam pipeline, namun untuk saat ini belum bisa disebutkan secara detail media online mana yang akan bergabung berikutnya. Konten yang sudah ada dari media dianggap tepat dihadirkan ke dalam kumparan, karena sudah melalui proses moderasi yang kuat dari editorial dan memiliki kredibilitas untuk disajikan ke audience.

“Misinya kumparan delivery the quality content to right audience. Dari sana ada banyak hal yang bisa kita bincangkan, misalnya terkait kualitas, setiap pembaca memiliki ekspektasi yang berbeda. Dari sisi kumparan, kami ingin menghadirkan konten tanpa data fake atau hoax. Sehingga ada beberapa lapis filter yang kami terapkan,” ujar Andrias.

Jadi saat ini komposisi pembuat konten di kumparan terdiri dari in-house journalist, user generated dan juga media online.

“Kalau dari media kami menanggap sudah berkualitas. Kalau dari user kami memfasilitasi dari tim internal moderasi. User juga diberi kesempatan melaporkan konten yang kurang bermanfaat. Dari sisi teknologi juga terus bergerak untuk menjaga kontennya,” pungkas Andrias.

Application Information Will Show Up Here

Penolakan IPO dan Ditinggalkan Co-Founder Berakhir pada Penutupan Layanan Guvera

Setelah mendapatkan penolakan hingga pemblokiran pengajuan IPO dari ASX (Australian Securities Exchange –bursa efek di kawasan setempat), layanan streaming musik Guvera kondisinya kian kacau. Kegiatan operasionalnya makin “mangkrak” dan mulai dihentikan secara masif. Sementara itu salah satu Co-Founder Claes Loberg dikabarkan juga telah mengundurkan diri sebagai direktur, pun demikian dengan rekannya Steve Porch yang mulai menyerah. Sehingga saat ini tinggal Darren Herft yang ada di jajaran direktur.

Namun tak menyerah begitu saja, sejak awal tahun lalu dengan dorongan investor (karena berhutang atas pengembalian investasi hingga $1,8 juta), Guvera sempat melakukan pivot sebagai sebuah layanan advertising untuk layanan hiburan. Bernama DragonFli layanan tersebut akan difokuskan untuk pengguna di Indonesia, India dan Tiongkok.

Aplikasi Guvera yang ada di mobile marketpalce juga sudah di-rebranding menjadi DragonFli. Dari informasi yang terdapat di laman aplikasi Guvera di Google Play mereka akan mengubah sebagian besar layanan mereka. Yang semula hanya layanan streaming musik sekarang dikombinasikan dengan informasi dengan brand. Lengkap dengan playlist yang direkomendasikan brand tersebut.

Guvera Limited tercatat telah mengumpulkan total investasi $185 juta selama 2008 hingga 2016, dari sekurangnya 3000 pemegang saham. Untuk membangun kembali Guvera, Herft meminta dua relawan dari jajaran investor untuk membantu operasional bisnis. Sehingga ditunjuk Messrs Loberg dan Porch untuk mengisi posisi tersebut. Masing-masing memiliki kepemilikan saham 11,5 persen dan 6,5 persen.

Herft, Loberg dan Brad Christiansen mendirikan Guvera pada tahun 2008 dan meluncurkan situs MP3 dua tahun setelahnya. Seiring dengan perkembangan model penikmat musik, Guvera bertransformasi menjadi layanan streaming, bekerja sama langsung dengan perusahaan label musik untuk lisensi. Model bisnis yang ditawarkan freemium, dan berhasil memikat 17 juta pengguna di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri Guvera hadir sejak 4 Februari 2014. Layanan musik asal Australia tersebut juga terus melakukan optimasi layanan, salah satunya dengan melakukan kerja sama dengan brand dan melakukan pembaruan aplikasi. Terakhir aplikasi diperbarui pada versi 3.0 dan diresmikan di Jakarta pada akhir Maret 2016 lalu. Pembaruan terakhir membawa fitur sosial di lini aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Coowry Mungkinkan Konversi Pulsa Sebagai Alat Pembayaran Layanan Digital

Model digital payment baru kembali hadir di Indonesia. Bernama Coowry, produk fintech yang baru berekspansi ke Indonesia ini mencoba menghadirkan solusi end-to-end untuk memungkinkan transaksi mikro seperti pembelian di marketplace, konten digital atau pembayaran produk afiliasi lainnya dilakukan secara mudah menggunakan pulsa seluler. Salah satu dasar pengembangan Coowry untuk memecahkan kompleksitas dan biaya micro-payment (layanan seperti app marketplace) yang ada dalam ekonomi digital saat ini.

Solusi yang ditawarkan Coowry mencoba membuat pemrosesan micropayment mudah dan tanpa melibatkan banyak komponen, yakni bekerja sama dengan operator telekomunikasi sebagai agen pertukaran dan transaksi. Selain itu kemudahan akses juga menjadi concern dalam pengembangan, Coowry tidak didesain sebagai aplikasi, karena yang diperlukan hanya melakukan aktivasi menggunakan nomor seluler yang dimiliki.

“Operator telekomunikasi sangat mendukung, tidak hanya di Indonesia atau Asia Tenggara, namun juga para pemain regional di Amerika dan Eropa membantu sistem penyebaran kami. Di Asia Tenggara, kami didukung oleh Axiata dan di Indonesia kami beroperasi dengan XL Axiata, Indosat Ooredoo, Telkomsel dan Tri,” ujar CEO Coowry David Moreno kepada DailySocial.

Untuk proses transaksinya pun tidak dikenakan biaya sama sekali. Ketika pengguna membeli barang seharga Rp10.000, maka nilai yang sama juga akan ditransfer ke merchant secara realtime. Batasan pembayaran bisa dilakukan dengan minimal transaksi senilai Rp1000.

Dua permasalahan pembayaran mikro yang ingin diselesaikan dengan Coowry

David turut menceritakan apa yang menjadi tujuan dari pengembangan produknya tersebut. Ada dua hal yang ia paparkan, yakni terkait dengan efisiensi dan aksesibilitas dalam pembayaran digital. Efisiensi pembayaran dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan transaksi bernilai kecil. Misalnya untuk membeli aplikasi dengan harga Rp20.000, pada umumnya pembeli akan berpikir kembali ketika harus melakukan pembayaran dengan nilai tersebut, namun dikenakan biaya transaksi yang nilainya hampir sama.

“…minimnya metode pembayaran di Indonesia dan tingginya komisi yang dikenakan menjadi permasalahan yang ingin kami selesaikan, terutama untuk jumlah kecil…”

Kemudian aksesibilitas juga ingin diberikan kepada para pemilik merchant untuk memberikan pilihan model transaksi yang lebih terjangkau. Termasuk ketika membutuhkan kegiatan seperti memberikan cashback atau pengembalian dana. Dengan sistem transfer pulsa atau pembayaran menggunakan pulsa akan lebih memudahkan penyampaiannya. Dinilai lebih efektif juga ketimbang menggunakan platform lain, yang tak sedikit harus menambahkan biaya berlangganan.

Pada awalnya fokus bisnis Coowry pada transaksi penjualan barang dan jasa digital, seperti game, aplikasi dan konten digital. Namun ketika melihat tren positif dari bisnis e-commerce di Indonesia, sehingga akan turut menjadi fokus penawaran model transaksi berikutnya.

“Belum. Kami baru memulai operasi kami dan kami sedang membangun di Indonesia,” ujar David menerangkan kehadiran kantor perwakilannya di Indonesia.

Cara kerja Coowry sebagai layanan pembayaran

Ada dua cara untuk mengaktifkan nomor ponsel di layanan ini, melalui website atau melalui aplikasi Coowry yang saat ini sudah bisa diunduh di Google Play. Pengguna hanya perlu memasukkan nomor ponselnya, kemudian melakukan otentikasi melalui OTP (One-Time Password) via SMS. Setelah itu pengguna akan masuk ke halaman pengelolaan layanan. Di halaman tersebut pengguna dapat melakukan transaksi, termasuk mengubah pulsa menjadi nominal kredit Coowry. Selanjutnya proses transfer atau transaksi juga bisa langsung dilakukan, baik melalui web ataupun aplikasi.

Pedagang dapat langsung menerima kredit dari pulsa yang sudah dikonversi. Bahkan untuk merchant atau pemilik paltform, Coowry juga menyediakan dokumentasi API yang bersifat publik, untuk memungkinkan dielaborasi dengan sistem untuk penambahan metode pembayaran menggunakan potong pulsa.

“Kami pikir Indonesia memiliki kondisi yang sempurna untuk layanan seperti Coowry. Dengan populasi yang sangat besar, terutama orang muda dengan salah satu tingkat aktivitas dan konsumsi digital tertinggi. Selain itu, operator telekomunikasi sangat mendukung dan sangat terbuka dalam menangani masalah pembayaran dengan pendekatan diferensial Coowry,” pungkas David.

Application Information Will Show Up Here

Weekend Inc Akan Luncurkan Moselo, Aplikasi Chat-Commerce untuk Layanan Jasa

Baru-baru ini Weekend Inc mengumumkan inovasi terbarunya. Bernama Moselo, aplikasi berbentuk chat-commerce ini akan menghubungkan penyedia jasa dengan konsumennya. Saat ini Moselo masih dalam tahap pengembangan dan pengujian, direncanakan akan diluncurkan dalam versi beta awal Juli 2017 mendatang. Kendati demikian, melalui situs resminya Moselo sudah mulai menghimpun penyedia jasa yang berminat menjadi bagian dalam layanannya.

Setidaknya ada enam jenis jasa profesional yang akan ditawarkan melalui Moselo, yakni jasa kecantikan, fotografi, videografi, desain interior, desain fashion dan jasa hiburan.

Menyederhanakan proses pemesanan jasa di satu platform

Co-Founder & CEO Weekend Inc. Richard Fang menceritakan bahwa proses bisnis yang ingin dibawa Moselo pada dasarnya menyesuaikan kebiasaan orang ketika hendak memesan layanan jasa. Termasuk pemilihan platform chatting sebagai medium. Pada umumnya ketika memilih layanan jasa orang pasti akan bertanya terlebih dulu terkait detail penawaran, bahkan beberapa butuh berkenalan dulu supaya merasa lebih nyaman.

“Kami melihat dan mengalami sendiri problem yang ada ketika kita mau menggunakan jasa seseorang (misalnya make-up artist, desainer gaun, dll), dimulai dari mencari penyedia jasa yang kita suka di Instagram/Facebook lalu dilanjutkan chatting di WhatsApp/LINE, sampai ke proses pembayaran DP atau full-payment yang masih manual. Ini semua sangat menguras tenaga baik dari sisi calon customer dan penyedia jasa. Maka dari itu kami menghadirkan solusi Moselo, jadi semua proses di atas bisa kita lakukan hanya dalam satu app saja,” ujar Richard.

Varian fitur yang tersedia pada aplikasi Moselo

Ada empat fitur utama yang telah ditanamkan pada aplikasi Moselo. Pertama Portofolio, fitur ini didesain untuk memperlihatkan portofolio dari jasa yang ditawarkan oleh penyedia (disebut dengan Expert). Kedua ada Auto Reply, fitur ini akan meringankan beban Expert dalam menjawab hal yang sering menjadi pertanyaan oleh calon konsumen. Pertanyaan-pertanyaan umum (FAQ) dapat didefinisikan dalam sistem sehingga dapat terjawab secara otomatis.

Tampilan aplikasi Moselo
Tampilan aplikasi Moselo

Kemudian yang ketiga fitur Pre-Defined Action, sebuah fungsionalitas yang dapat digunakan untuk mengatur tombol di keyboard secara kustom menyesuaikan dengan tipikal layanan atau pertanyaan yang sering diterima Expert. Dan yang terakhir ada In-Chat Order & Payment, yakni sebuah fitur yang memungkinkan konsumen dapat dengan mudah melakukan pemesanan langsung di ruang chat. Proses pemesanan tersebut dieksekusi secara otomatis oleh sistem, tanpa harus dikelola manual oleh Expert.

Otomatisasi yang dalam aplikasi diharapkan akan memberikan efisiensi kepada Expert. Mereka hanya perlu menjawab ketika ada pertanyaan spesifik dari calon konsumen. Dengan begitu Expert memiliki lebih banyak waktu untuk menjalankan bisnisnya dan berkreasi.

“Pada tahap ini kami akan fokus pada bidang jasa dulu. Kami ingin melakukan validasi  terhadap kebiasaan orang yang menggunakan berbagai macam app untuk mencari, bertanya sampai melakukan transaksi menjadi satu app saja. Kami rasa ini dasar yang penting bagi Moselo untuk bisa scale di masa depan,” tutur Richard menerangkan plan ke depan dari Moselo.

Untuk operasional, nantinya akan ada fee (nominal belum disebutkan) yang dikenakan pada penyedia jasa ketika ada transaksi melalui Moselo, untuk membiayai proses payment gateway.

Squline Optimalkan Strategi B2B untuk Pasarkan Layanannya

Startup pengembang layanan kursus online bahasa asing Squline terus berupaya mematangkan strategi ekspansi bisnisnya dengan menyasar sektor B2B (Business-to-Business). Kerja sama terbaru dijalin bersama Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) untuk mematangkan kualitas pemahaman bahasa asing para Taruna di tempat tersebut. Pendekatan seperti ini dinilai efektif memicu penggunaan platform Squline secara lebih intensif.

“Kami melihat bahwa kebutuhan kemampuan bahasa asing di sisi swasta, institusi, dan pemerintahan terjadi peningkatan sangat besar setiap tahunnya. Sebagian besar dari mereka memilih belajar dengan cara yang kurang efektif karena terbentur oleh pekerjaan, atau tugas sehari-hari mereka,” ungkap CEO Squline Tomy Yunus.

Kerja sama berbasis B2B sendiri sudah dimulai hampir 4 tahun belakangan ini oleh Squline. Upaya ini telah berhasil membawakan  Squline lebih dari 1000 siswa yang belajar bahasa asing setiap harinya. Improvisasi juga terus dilakukan, salah satunya dengan dukungan guru asing profesional di bidang bahasa.

Tomy melanjutkan, “Menurut kami, ini merupakan peluang bagi Squline sebagai solusi belajar bahasa asing seara online dengan menawarkan kemudahan akses belajar dan felksibilitas jadwal belajar, tentunya dengan didukung oleh tenaga pengajar asing profesional. Oleh karena itu, mulai tahun ini kami aktif untuk melakukan ekspansi bisnis kami dengan menyasar segmen B2B.”

Menindaklanjuti kerja sama dengan Squline ini, Direktur Poltekip Dr. Suprapto menyampaikan, “Ke depannya seluruh taruna Poltekip akan dibekali dengan pelatihan bahasa asing terutama Bahasa Inggris. Pelatihan Bahasa Inggris berbasis online akan menjadi pilihan yang efektif mengingat jadwal kegiatan taruna yang cukup padat. Karena dengan pelatihan bahasa inggris berbasis online yang dipandu oleh guru profesional kegiatan akan berjalan lebih efektif dan efisien.”

Proses penandatanganan kerja sama Squline - Poltekip
Proses penandatanganan kerja sama Squline – Poltekip

Squline sendiri bisa dikatakan sebagai startup perintis kursus online belajar bahasa asing pertama di Indonesia, didirikan oleh Tomy Yunus dan Yohan Limerta pada tahun 2013. Saat ini ada tiga varian bahasa yang dapat dipelajari, yakni Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin dan Bahasa Jepang. Layanan yang diberikan mengombinasikan kelas interaktif tatap muka via video call dan konten pembelajaran multimedia.