Pemerintah Jajaki Sistem Crowdfunding untuk Danai UMKM Go Digital

Platform e-commerce memberikan peluang yang lebih besar untuk mengakselerasi bisnis berbasis perdagangan, akselerasinya untuk membawa bisnis ke pangsa pasar global pun dianggap lebih menjanjikan. Hal tersebut yang dipercayai Kementerian Koperasi dan UKM. Pihaknya kini tengah merancang strategi untuk membawa UKM go-digital melalui skema e-commerce. Konsepnya cukup unik, yakni dengan crowdfunding.

Bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) sebagai pengembang platform, Kementerian akan merintis sebuah sistem crowdfunding atau urun dana milik pemerintah untuk mendanai proyek-proyek yang dikembangkan UMKM berbasis perdagangan digital. Saat ini prosesnya tengah dalam pematangan, Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Braman Setyo mengaku sedang berkoordinasi dengan para peneliti di perguruan tinggi untuk efektivitas pengembangannya.

“Tujuan pendirian platform tersebut adalah untuk meminimalkan cost (bunga) yang akan muncul apabila sebuah platform crowdfunding dimiliki oleh swasta,” ujar Braman.

Inisiatif ini dilakukan bersama dengan dirilisnya paket Paket Kebijakan Ekonomi XIV yang membahas detail seputar roadmap e-commerce, termasuk pada bagian investasi. Penyiapan sistem tersebut (crowdfunding) disampaikan Braman sudah masuk pada perencanaan anggaran kementeriannya di tahun 2017. Sedangkan konsep kebijakannya akan dibahas dalam fokus grup diskusi dan akan dibicarakan dalam waktu dekat dengan pemangku kepentingan meliputi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Kemenkominfo, dan instansi terkait.

“Hal itu dilakukan mengingat sasaran dari Paket Kebijakan XIV tentang e-commerce lebih utama untuk mencarikan pembiayaan murah bagi startup capital, menciptakan iklim usaha yang mendukung dari sisi pajak, perlindungan konsumen, pendidikan, logistik, dan infrastruktur,” ungkap Braman.

Crowdfunding sedang tahap pematangan aturan oleh OJK dan BEKRAF

Skema penggalangan dana untuk bisnis UKMKM sendiri saat ini masih masuk ke dalam agenda OJK dan BEKRAF untuk mematangkan. Selama ini sistem tersebut dinilai belum memiliki kejelasan dalam hal legalitas, OJK belum memiliki aturan spesifik terkait dengan hal tersebut. Menurut OJK aturan tersebut menjadi krusial, karena taruhannya adalah perlindungan konsumen.

“Jika aturan dikeluarkan nanti kami akan diutamakan perlindungan konsumen, yaitu baik pemberi pinjaman maupun yang mendapat pinjaman,” ungkap Peneliti Eksekutif Senior dari Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis OJK Hendrikus Passagi di awal tahun saat isu regulasi crowdfunding mulai mengudara.

Bagi OJK ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sistem crowdfunding. Pertama ialah adanya hak pemberi pinjaman untuk mengakses data peminjam. Kemudian transparansi pelaku usaha dalam memberikan rincian data pribadinya. Dan yang ketiga platform harus menjembatani proses itu semua, baik dari sisi peminjam ataupun pemberi pinjaman, sehingga mudah mengetahui prosesnya.

TRAFI ingin Sajikan Solusi Pintar untuk Mobilitas Masyarakat Jakarta

Pada permasalahan tata kota, isu transportasi menjadi salah satu yang paling krusial, terlebih jika mengambil studi kasus kota seperti Jakarta. Hal tersebut yang ingin coba disasar oleh startup asal Lithuania, TRAFI. Menggunakan pendekatan berbasis digital, dengan mengumpulkan dan mengintegrasikan beragam informasi seputar transformasi publik, TRAFI mencoba memberikan sajian analisis yang relevan untuk masyarakat yang melakukan mobilitas di Jakarta.

Disampaikan oleh Country Manager TRAFI Indonesia Dimas Dwilasetio dalam pengenalannya dengan DailySocial, misi TRAFI adalah smartest urban mobility planner. TRAFI mengkombinasikan algoritma sains dengan informasi trafik lalu-lintas yang terhubung dengan data dan laporan pengguna. Akurasinya dinilai mampu mencapai 200% memberikan informasi yang pas bagi pengguna komuter di Jakarta.

Menurut Dimas, hal tersebut sesuai dengan kebutuhan warga ibukota. Umumnya kesulitan terbesar soal transportasi ialah memilih moda yang sesuai untuk bisa mencapai tujuan secara tepat waktu. Saat ini untuk melakukan perjalanan di ibukota pilihannya sudah semakin banyak, mulai dari transportasi umum konvensional hingga layanan on-demand. Polanya jika ingin mengetahui ketersediaan masing-masing layanan, pengguna harus membuka aplikasi berbeda dan melakukan analisis secara mandiri.

Permasalahan tersebut yang ingin dikelola TRAFI. Dengan aplikasi tunggal semua informasi tersebut disajikan. Estimasi pun ditampilkan untuk mendapatkan pilihan terbaik mencapai destinasi tujuan.

Hadir di Indonesia sekitar pertengahan tahun ini, TRAFI memperkenalkan dirinya sebagai sistem informasi real-time untuk pelacakan jadwal dan posisi transportasi umum di Jakarta, khususnya TransJakarta dan KRL Commuter Line. Aplikasi memberikan update jika terjadi keterlambatan jadwal atau kondisi perjalanan angkutan tersebut saat ini. Dengan data tersebut maka diharapkan pengguna dapat mengatur sebuah perencanaan mobilitasnya.

TRAFI didesain menjadi sebuah aplikasi yang dapat dimanfaatkan secara online dan offline. Beberapa fitur yang disematkan di antaranya pencarian rute, penjadwalan transportasi, peta pergerakan kendaraan real-time, informasi kendaraan yang datang di jadwal berikutnya, berita lalu lintas terkini, dan menu pelaporan untuk memberitahu TRAFI terkait kondisi pada rute transportasi oleh pengguna.

Dibutuhkan integrasi antar layanan untuk menciptakan smart urban solution

Kenyataannya permasalahan tata kota di ibukota tak sesederhana itu. Menciptakan pola tata kota pintar tak bisa dilakukan hanya dalam satu arah. Perlu adanya sebuah desain integrasi layanan yang menyeluruh. Permasalahan transportasi sendiri disebabkan (salah satunya) karena banyaknya pengguna jalan dengan berbagai kepentingan yang memilih memanfaatkan kendaraan pribadi, dengan dalih kelayakan, ketersediaan dan sebagainya. Apa yang disediakan TRAFI dapat menjadi salah satu pilihan aliran informasi.

Pengembangan solusi berbasis smart city yang mengatur berbagai hal, termasuk transportasi, tengah digencarkan di Jakarta. Masih sebatas menampung dan menganalisis informasi, tetapi arahnya menjurus pada pengaturan berkelanjutan tata kota yang lebih dinamis.

Ketika beragam layanan publik dapat tersatukan memberikan rujukan jelas seputar kondisi di masyarakat yang ada saat ini, maka strategi terbaik untuk tatanan kota pun bukan cuma isapan jempol saja. Di sini peran serta berbagai pihak perlu disinergikan.

Application Information Will Show Up Here

PicMix Jalin Kerja Sama dengan Camera360, Intergasikan SDK Perkaya Fitur Pengolahan Foto

Aplikasi pengelola gambar berbasis media sosial yang dikembangkan oleh startup lokal PicMix hari ini mengumumkan kerja samanya dengan pengembang aplikasi pengolah foto populer asal Tiongkok bernama Camera360. Ketentuan kerja sama ini berujung pada integrasi SDK (Software Development Kit) yang dimiliki Camera360 ke dalam platform PicMix.

Integrasi tersebut memungkinkan pengguna PicMix mengelola foto melalui smartphone dengan kekayaan tools dan filters yang dimiliki Camera360. Kerja sama ini dijalin menyusul akselerasi pengembangan produk dan fitur PicMix yang kabarnya tidak lama lagi akan diperbarui. Selain itu minat yang tinggi pengguna smartphone di Indonesia dalam melakukan photo editing dinilai menjadi langkah strategis dalam memberikan kenyamanan pengguna PicMix.

Dalam sambutannya Founder sekaligus CEO PicMix Calvin Kizana menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan persatuan sempurna bagi PicMix. Setelah memperkaya dengan pengalaman photo editing, langkah berikutnya yang akan menjadi fokus ialah menggandeng komunitas PicMix untuk memaksimalkan pemanfaatan fitur tersebut, sembari memperluas penggunaannya.

Pun demikian diungkapkan oleh Founder dan CEO Camera360 Xu Hao, salah satu ketertarikan yang ia lihat dari PicMix adalah basis komunitas yang dimiliki. Ke depan pihaknya akan turut terlibat dengan komunitas PicMix untuk mendapatkan target pasar yang luas untuk produk, filter serta fitur fotografi untuk dalam pasar pengguna smartphone di Indonesia.

Sejak diluncurkan sejak tahun 2012 dengan bendera perusahaan Inovidea Magna Global dan mampu bertahan di tengah persaingan aplikasi yang ada saat ini, sepak terjang PicMix memang tidak bisa diragukan lagi. Terakhir PicMix mengatakan bahwa pihaknya secara serius terus meningkatkan kapabilitas social-commerce yang dimiliki, tak lain untuk kepentingan monetisasi. Selain itu pengembangan dan integrasi dengan layanan game turut menjadi fokus.

PicMix dan Camera360 merupakan dua startup yang sama-sama mendapatkan dukungan dari Gobi Partners. Pendanaan dari Gobi Partners terakhir didapat oleh PicMix pada bulan April tahun ini. Dari pendanaan seri A yang didapat sebesar $3 juta, Gobi Partners berpartisipasi sepertiga dari nilai total tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Pendanaan, Pendekatan dan Perspektif Angel Investor Terhadap Startup di Indonesia

Angel investor saat ini menjadi salah satu tipe penanam modal yang banyak membantu startup digital di Indonesia untuk berkembang, terutama di fase awal. Dari sisi kuantitas, minat pemodal dengan gaya yang terkesan lebih “personal” ini pun terpantau terus bertambah. Tak mengherankan, karena sektor digital kini tampak sexy untuk menjadi perhatian pebisnis. Mengulas tentang sejauh mana pandangan seorang angel investor terhadap startup di Indonesia, DailySocial mencoba mendiskusikannya bersama Michael Tampi.

Selain berinvestasi secara personal, Michael saat ini juga tergabung dalam Kinara Indonesia, lembaga investasi yang memfokuskan pada pendanaan sektor UMKM.

Michael Tampi / Dok. Pribadi
Michael Tampi / Dok. Pribadi

Mengawali perbincangan kami mencoba menggali pendapat pribadinya sebagai angel investor terkait dengan perkembangan lanskap startup digital tanah air yang ada saat ini.

“Melihat perkembangan selama 5 tahun ini, percepatan perkembangan startup digital di Indonesia terjadi begitu signifikan dalam 3 tahun terakhir. Success story Kaskus, Tokopedia, dan Go-Jek menurut saya menjadi trigger terbesar. Potensi market yang selalu didengungkan karena besarnya jumlah penduduk Indonesia pun menjadi daya tarik startup lokal maupun luar negeri masuk di Indonesia,” ujar Michael.

Tak luput Michael juga mengomentari pertumbuhan startup lokal dari sisi kualitas. Kendati dari sisi jumlah berkembang sangat pesat, menurutnya harus diakui bahwa dari kualitas masih sangat kurang. Masih banyak ide startup yang mengadopsi dari kreativitas yang ada di luar negeri, padahal tidak semua konsep tersebut siap terap di Indonesia. Fokus untuk membuat sebuah startup digital yang benar-benar menjadi problem solver dari masalah yang ada di Indonesia perlu ditekankan kembali.

Pendekatan investasi dan mekanisme pendanaan oleh angel investor

Sedikit berbeda dengan venture capital atau jenis pemodal lain yang berbentuk lembaga, angel investor umumnya memiliki mekanisme yang lebih personal, tidak begitu bersifat struktural atau birokratif. Bagi Michael faktor kepercayaan kepada founder menjadi kunci dari keputusan berinvestasi. Beberapa hal yang dilihat oleh angel investor dalam menilai tim pendiri meliputi (1) apakah memiliki passion dan pengalaman di bidang terkait, (2) apakah memiliki komposisi yang tepat dalam membentuk tim, dan (3) bagaimana visi mereka terhadap bisnis yang dibuat.

Poin lain yang turut menjadi perhatian adalah bagaimana skabilitas dari bisnis yang dikembangkan tersebut. Dan yang tak kalah penting adalah penilaian terhadap perencanaan bisnisnya, apakah masuk akal atau tidak. Berbagai konsep tersebut menjadi pertimbangan penting, karena kebanyakan angel investor mendukung startup di tahap early stage. Nama besar seperti Facebook atau Tokopedia di tahap awal pendirian bisnisnya juga didukung oleh pendanaan angel investor untuk akselerasi bisnis.

“Baik di dunia maupun di Indonesia, peran angel investor sangat penting di ekosistem startup digital. Khusus di Indonesia, menurut saya diperlukan pula upgrade bagi angel investor yang selama ini terbentuk sebagai investor konvensional di sektor real, untuk bisa mendapatkan sharing knowledge mengenai risiko, ekosistem digital, dan juga pengalaman berinvestasi di early stage startup digital,” ungkap Michael.

Di tahap awal, startup sering terlalu berlebihan memfokuskan pada ide

Dari perjalanan Michael dalam berkolaborasi dengan startup dalam berbagai kesempatan, termasuk pitching, sering ia temui antusiasme pada ide produk. Menurutnya hal tersebut baik, namun seringkali terlalu berlebihan, sehingga tidak tervalidasi dengan target konsumen. Sejatinya para pelaku bisnis di early stage perlu untuk bisa fokus pada customer behaviour.

“Kita bisa belajar dari Alibaba mengalahkan eBay di Tiongkok, di mana Jack Ma sangat fokus dengan local customer insight, dan meyakini bahwa konsep Silicon Valley yang dibawa eBay belum tentu cocok dengan behaviour dan keinginan customer lokal di Tiongkok. Untuk di Indonesia yang potensinya sangat besar, kita bisa melihat local hero seperti Go-Jek yang bahkan pesaing terdekatnya dari luar yaitu Grab,” ungkap Michael.

Selain terkait dengan validasi dan customer behaviour, ada hal lain yang menurut Michael perlu ditingkatkan, yakni terkait dengan data. Startup di early stage kebanyakan belum memanfaatkan big data untuk melakukan analisis konsumen mereka. Analisis tersebut dibutuhkan untuk bisa mendapatkan insight bagi produk yang fit untuk pangsa pasar. Bagi Michael, pemanfaatan big data di startup akan sangat membantu menggerakkan bisnis dan investasi ke arah yang benar.

Industri startup digital kini semakin terlihat menjanjikan. Potensinya dalam menumbuhkan perekonomian nasional tak diragukan lagi. Sejalan dengan itu, banyak hal yang harus diteruskan, diperbaiki dan diselaraskan. Seperti yang menjadi harapan Michael terhadap ekosistem startup yang ada di Indonesia saat ini.

“Saya berharap kolaborasi seluruh stakeholder untuk membangun ekosistem dunia digital, berfokus pada peningkatan kualitas engineer, mentorship, dan menghasilkan produk-produk yang menjawab permasalahan lokal untuk kemudian dapat diduplikasi bahkan menembus regional serta dunia,” pungkas Michael.

Dapatkan Pendanaan Rp 28,2 Miliar, Layanan Pencari “Pekerja Kasar” Helpster Ekspansi ke Indonesia

Startup asal Thailand penyedia layanan pencari kerja yang spesifik ditargetkan untuk blue collar worker (tipe pekerja kasar, seperti buruh pabrik, office boy, penjaga gudang dll) bernama Helpster baru-baru ini mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $2,1 juta (atau senilai Rp 28,2 miliar) yang dipimpin oleh Convergence Ventures dengan partisipasi Wavemaker Partners dan beberapa investor strategis lainnya. Pendanaan ini akan difokuskan Helpster untuk mengembangkan produk guna melakukan ekspansi ke Indonesia.

Helpster sendiri saat ini belum genap berumur satu tahun, didirikan pada Januari 2016 oleh Mathew Ward dan John Srivorakul, layanan ini ingin menghubungkan bisnis di kategori industri F&B, Hospitality, Events, dan Logistics kepada jaringan pekerja, baik untuk diperkerjakan secara tetap ataupun temporer. Layanan ini juga didesain untuk menyiasati kebutuhan perusahaan untuk pemenuhan tugas jangka pendek yang mendesak, misalnya untuk membantu menyukseskan sebuah pagelaran dan sebagainya.

Dari riset yang dilakukan Helpster, setidaknya ada sekitar 100 juta orang dengan perputaran uang mencapai $200 miliar untuk sektor tersebut di Asia Tenggara. Pertumbuhan pengguna internet dan smartphone yang signifikan dinilai menjadi kesempatan untuk menyusun kembali cara baru dalam memenuhi kebutuhan pencarian “pekerja kasar” tersebut.

Tantangan ekspansi ke Indonesia –edukasi pengguna untuk menjangkau blue collar worker

Kendati persentase pengguna internet di Indonesia sudah melebihi 125 juta, namun dapat diprediksikan secara kasat mata bahwa umumnya internet digunakan untuk kebutuhan hiburan dan komunikasi informal, seperti mengakses media sosial atau mobile messenger. Beberapa layanan khusus di internet dinilai baru menjangkau segmentasi pengguna tertentu, umumnya well-educated users.

Ketika berbicara mengenai membawa layanan untuk blue collar worker, maka tantangannya justru pada cara untuk menjangkau kalangan tersebut secara menyeluruh. Namun yang dilakukan Helpster juga unik, karena mereka mencoba melakukan pendekatan dari kedua sisi, dari pekerja dan dari perusahaan yang membutuhkan jasa tersebut.

Situs Helpster kini telah tersaji dalam Bahasa Indonesia
Situs Helpster kini telah tersaji dalam Bahasa Indonesia

“Kami memulai Helpster setelah berbicara panjang-lebar dengan beragam bisnis yang masih menjadikan proses perekrutan sebagai tantangan dalam proses bisnis. Mereka mencari solusi yang memungkinkan untuk mendapatkan pasokan tenaga kerja yang besar dengan cepat dan biaya efisien. Metode tradisional seperti informasi di selebaran atau melalui lembaga penyalur tenaga kerja dinilai kurang memuaskan dari sisi kualitas tenaga kerja yang diperolah. Misi Helpster adalah mengubah cara tersebut,” ujar Co-Founder Helpster Mathew Ward.

Tak mudah memang mengubah cara manual ke arah yang lebih digital. Dari situ Helpster mulai melakukan berbagai strategi serius untuk percepatan adopsi pengguna. Setelah resmi meluncur di Thailand pada April lalu, saat ini sudah terdapat 35 staf di Bangkok dan Jakarta. Perekrutan Pear Moskwa (sebelumnya sebagai Head of GrabTaxi Thailand) sebagai CEO juga didorong untuk menjadi gebrakan yang dapat mencerahkan.

Menurut Adrial Li selaku Managing Partner Convergence Ventures, dengan pertumbuhan bisnis F&B dan Hospitality di Indonesia memberikan kesempatan besar kepada aplikasi Helpster untuk berkembang di wilayah ini.

Helpster sendiri saat ini sudah menyajikan situs berbahasa Indonesia. Pengguna disajikan dalam dua jenis akses, melalui portal web dan aplikasi (Android dan iOS).

Application Information Will Show Up Here

Melihat Efektivitas Iklan Mobile dari Pola Pengguna Aplikasi di Indonesia

Bagi pengembang aplikasi mobile, salah satu kanal pendapatan yang paling umum digunakan ialah melalui iklan. Memang tak banyak pilihan untuk sebuah aplikasi yang diluncurkan secara gratis, umumnya pendapatan pengembang diambil dari konten premium, penjualan merchandise atau iklan. Tetapi metode iklan paling banyak diminati, selain bekerja otomatis, iklan juga memberikan nilai yang cukup signifikan ketika aplikasi mendapatkan jumlah unduhan dan penggunaan yang tinggi.

Namun jika melihat dari perspektif pengguna, apakah iklan sejatinya efektif? Ada dua sudut pandang jika kita membahas seputar kebermanfaatan iklan mobile ini, dari sisi pengembang dan dari sisi pengiklan. Dari sisi pengembang sudah jelas iklan menjadi income menjanjikan. Namun dilihat dari sisi pengiklan, hal ini perlu ditelisik lebih lanjut. Mobile advertising menjadi salah satu fokus survei yang dilakukan JakPat baru-baru ini. Dalam survei tersebut tersaji hasil menarik dari ratusan responden pengguna smartphone di Indonesia

(1) Melihat konten iklan tapi mengabaikan –strategi penempatan iklan untuk kenyamanan pengguna

Dari total responden survei tersebut, 88 persen mengaku ketika menggunakan aplikasi mobile yang terkoneksi dengan internet, mereka sering kali menemui iklan digital yang muncul. Kebanyakan mereka melihat secara seksama adanya iklan ketika penempatannya di atas, di bawah dan dalam bentuk pop ads. Kendati demikian, kebanyakan dari mereka (tepatnya 94 persen responden yang mengatakan menyadari adanya iklan) merasa terganggu. Sebanyak 77 persen terganggu oleh pop ads, 68 persen oleh iklan yang tidak bisa di-skip dan 24 persen dari iklan yang muncul di atas atau di bawah laman aplikasi.

Hal ini memberikan sedikit pemahaman kepada kita sebagai pengembang aplikasi untuk lebih jeli dalam menaruh tata letak iklan pada aplikasi. Dari persentase tersebut, bisa dikatakan bahwa iklan yang muncul sudut atas dan bawah aplikasi masih cukup dimaklumi, tidak membuat pengguna aplikasi merasa terganggu. Namun pada dasarnya kesabaran pengguna tersebut akan berbanding lurus dengan kualitas konten aplikasi yang dikembangkan. Jika aplikasi berbobot atau memiliki daya tarik yang tinggi, iklan pun akan dimaklumi untuk ditunggu. Namun sebagai aplikasi rilisan baru, maka hal ini perlu dipertimbangkan.

(2) Efektivitas iklan terhadap capaian pemasaran masih tergolong rendah di Indonesia

Hanya 20 persen dari total responden yang mengaku melihat iklan dengan berbagai alasan membuka tautan yang disajikan. Ada berbagai alasan mengapa pada akhirnya pengguna tersebut memilih untuk menuju ke tautan yang diberikan dalam iklan, alasan paling dominan karena iklan tersebut menyajikan informasi yang berguna atau menarik. Selain itu beberapa orang membuka tautan iklan dikarenakan penasaran dengan konten yang disajikan pada iklan tersebut. Sisanya dikarenakan “kecelakaan” (salah sentuh).

Pengalaman tersebut turut memberikan beberapa masukan terkait dengan user interface dalam aplikasi oleh pengguna. Beberapa pengguna mengaku kerap terjadi salah sentuh sehingga iklan tersebut terbuka. Sebagian besar mengaku karena tombol “close” yang susah diakses dan keterbatasan ruang gerak jari untuk menyembunyikan lagi iklan tersebut. Di sisi lain dapat disimpulkan, bagi pengiklan dua hal yang dapat dipertimbangkan ketika menyusun konten adalah buatlah informasi semenarik mungkin sehingga terlihat berguna. Atau desain sebuah konten yang menarik sehingga membuat orang penasaran untuk membuka.

Patut menjadi catatan, cara-cara yang “membohongi” pengguna cenderung merusak reputasi brand tersebut. Artinya jika konten yang benar-benar menarik, tidak bersifat “menipu” atau “clickbait“. Karena kekecewaan konsumen sasaran akan mengakibatkan stigma negatif terhadap suatu brand.

(3) Jadi, apakah mobile advertising dapat dijadikan pilihan untuk berkampanye iklan di Indonesia saat ini?

Bagan hasil survei berikut ini kami pikir cukup memberikan simpulan untuk demografi konsumen di Indonesia.

Hasil survei JakPat bertajuk "Mobile Advertising: An Effective Promotion Channel?"
Hasil survei JakPat bertajuk “Mobile Advertising: An Effective Promotion Channel?”

CloudKilat Rilis Kilat Iron, Teknologi Container Berbentuk PaaS

Penyedia layanan komputasi awan lokal CloudKilat yang berada di bawah naungan Infinys System Indonesia baru-baru ini memperkenalkan produk terbarunya bernama Kilat Iron. Kilat Iron merupakan sebuah layanan PaaS (Platform as a Service) yang terintegrasi dengan IaaS (Infrastructure as a Service) untuk menjalankan dan mengotomatisasi horizontal dan vertical scaling aplikasi di cloud server.

Berbeda dengan layanan virtual machine umum seperti Kilat VM yang terbatas dalam proses konfigurasi spesifikasi infrastruktur, Kilat Iron memungkinkan pengguna untuk merancang topologi arsitektur yang ingin digunakan. Skema ini juga mengizinkan pengembang untuk memilih bahasa pemrograman, aplikasi server, basis data, load-balancing, SSL, dan elemen lainnya.

Ekosistem arsitektur Kilat Iron bersifat elastis sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan server secara otomatis, sehingga lonjakan traffic yang tak terduga bisa diatasi dengan segera tanpa berdampak serius pada layanan. Kustomisasi ini bisa dieksekusi hingga ke tingkat CPU dan RAM yang digunakan dengan dukungan teknologi Cloudlet yang menjadi acuan dari environment server. Tiap elemen dari environment mengonsumsi satu buah Cloudlet, sementara satu Cloudlet setara dengan 128MB RAM, dan 400MHz prosesor.

Untuk menggunakan layanan ini, pengguna dapat memilih pembayaran berdasarkan dua skema, yakni Reserved dan Dynamic. Perhitungan pembayaran dapat dilakukan berdasarkan dua skema yang tersedia, yakni Reserved dan Dynamic. Reserved mengizinkan pelanggan untuk memesan Cloudlet pada saat pembuatan environment, sehingga dapat mengetahui resource minimum yang tersedia untuk aplikasi yang dikembangkan. Sementara di skema Dynamic, resource tambahan dapat secara otomatis digunakan sesuai kebutuhan aplikasi dengan memanfaatkan fitur auto vertical scaling.

Kilat Iron sediakan lingkungan pengelolaan berbasis web yang dinamis / CloudKilat
Kilat Iron sediakan lingkungan pengelolaan berbasis web yang dinamis / CloudKilat

Seperti halnya produk sebelumnya, Kilat Plesk, Kilat Iron juga disesuaikan bagi para pengembang aplikasi yang kurang memiliki kemampuan mengelola jaringan infrastruktur. Karena dengan berbasis web, dasbor Kilat Iron didesain untuk mampu mengatur dan memonitor seluruh aplikasi server dengan UI/UX yang sangat intuitif. Pengembang juga dapat melakukan deploy kode pemrograman dari sumber manapun menggunakan GIT dan SVN hanya dalam beberapa langkah saja. Fitur ini menjadi krusial untuk produk online yang membutuhkan perbaruan dengan segera tanpa mengganggu kenyamanan para penggunanya.

liteBIG Messenger Andalkan Fitur dan Layanan Korporasi untuk Tetap Bertahan

Jika melihat bagaimana layanan mobile messenger berkembang saat ini di Indonesia, dominasinya secara kasat mata sudah semakin jelas. Platform seperti WhatsApp, LINE, Telegram, BBM dan Facebook Messenger tergolong yang paling banyak digunakan. Di balik hingar-bingar itu semua, sejatinya masih ada pengembang layanan mobile messenger lokal yang hingga kini masih bertahan. Nama seperti LiteBIG Messenger dan Catfiz menjadi yang masih bertahan sampai sekarang.

Mencoba menggali informasi seputar traksi layanan lokal tersebut, DailySocial mewawancarai CEO liteBIG M. Tesar Sandikapura. Sejak tahun 2014 aplikasi messenger ini sudah mulai diperkenalkan ke publik, menargetkan sekurangnya 80 juta pengguna di Indonesia.

“Untuk pemain lokal saya bisa katakan kompetitor kami belum ada yang ditakuti. Kami saat ini memang mengincar pengguna WhatsApp dan Telegram agar bisa beralih ke liteBIG. Kami sangat ingin liteBIG Messenger bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Tesar.

Keyakinannya didasari dengan paket fitur “lebih” yang akan ditawarkan. Fitur unggulan liteBIG dinilai bisa menjadi trigger agar masyarakat Indonesia berpindah menggunakan liteBIG Messenger.

Berperang memperebutkan traksi pengguna

Startup yang tahun lalu mendapatkan funding dari seorang pengusaha lokal dengan identitas dan nilai yang tidak disebutkan secara spesifik ini memang harus berjuang keras untuk menumbuhkan traksi pengguna. Berkaitan dengan traksi, saat ini liteBIG mengaku baru saja menembus 500 ribu pengunduh pada awal bulan November ini. Dari jumlah pengguna tersebut, kisaran pengguna aktif 10-20 persen. Ditargetkan tahun depan bisa menembus angka 5-10 juta unduhan.

“Strategi kami tentu dengan mengejar kualitas produk kami setara WhatsApp dan Telegram. Fitur ke depannya akan banyak mengincar kebutuhan komunitas besar yang jumlah member-nya 5000 lebih/grup. Dalam waktu dekat kami akan banyak melakukan roadshow ke komunitas-komunitas tersebut,” ungkap Tesar.

Tren saat ini layanan messenger banyak yang membuka API (Application Programming Interface) untuk akses pengembangan kepada pihak ketiga dan juga pembentukan sistem chatbot. Kedua hal tersebut turut akan disematkan pada pembaruan liteBIG mendatang.

Masuk ke ranah korporasi tawarkan private messenger platform

Untuk solusi korporasi, liteBIG memiliki Whitelabel Messenger Enterprise, merupakan aplikasi mobile yang memberikan solusi komunikasi dengan menyediakan layanan untuk suatu organisasi/perusahaan dalam skala kecil maupun besar. Selain menawarkan kecepatan komunikasi, kolaborasi dan penyebaran data dan informasi antar karyawan, whitelabel messenger enterprise didesain juga untuk menawarkan keamanan data yang lebih baik lagi.

Revenue stream kami ada di beberapa kategori, yakni B2B, B2G dan B2C. Selain produk publik, kami juga menyediakan kebutuhan messenger untuk kalangan korporasi. Korporasi tersebut nantinya dapat menggunakan engine kami untuk kebutuhan internal messenger mereka secara on-premise dan tentu lebih privat. Untuk B2C, ke depannya kami akan ada fitur payment dan berkolaborasi dengan banyak merchant pembayaran dan e-commerce.”

Terkait dengan kustomisasi untuk korporasi (B2B) ini, saat ini sudah ada dua portofolionya yang siap terap, yakni FIFGROUP Messenger dan Mentimun Ngobrol. FIFGROUP didesain untuk kebutuhan komunikasi intend antara kantor pusat dengan dealer, fitur seperti broadcast pesan melalui sistem back office hingga pembagian aplikasi untuk pengguna kantor pusat dan dealer disematkan. Sedangkan Mentimun adalah salah satu portofolio yang didesain untuk kebutuhan komunikasi bisnis di ranah online marketplace.

Kebiasaan pengguna messenger berkaitan dengan kultur

Tesar menerangkan dalam kurun 10 tahun ke depan diperkirakan messenger apps akan menjadi semacam SuperApps, artinya messenger merupakan salah satu aplikasi yang akan terus digunakan oleh pengguna smartphone. Tren pengguna messenger di seluruh dunia terus meningkat, karena messenger adalah salah satu kebutuhan dasar bagi para pengguna smartphone dalam berkomunikasi. Sangat mungkin operator telekomunikasi akan tergantikan dengan fungsi messenger yang semakin canggih dan murah.

Messenger juga terlihat akan berevolusi menjadi aplikasi One Stop Services, pengguna cukup memasang messenger tetapi sudah mampu memenuhi banyak kebutuhan, seperti membeli tiket, pemesanan hotel, layanan transportasi, e-commerce, online payment, bahkan juga dapat menghubungi customer services dari banyak perusahaan besar.

Jika melihat pangsa pasarnya seperti di Indonesia, mengupayakan sebuah layanan messenger seperti menanamkan sebuah kultur di masyarakat. Ketika mereka menyukai, maka lambat-laun akan terus bertumbuh secara alami. Tantangannya justru untuk memulainya. Bagaimana mengemas kesesuaian fitur, keandalan produk dan kemudahan adopsi oleh masyarakat terhadap suatu layanan messenger.

Application Information Will Show Up Here

Menegaskan Kembali Visi BEKRAF untuk Startup Indonesia

Pada sebuah kesempatan di pagelaran Puncak Startup Pitch Day, BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) kembali menegaskan visi dan strateginya untuk tingkatkan kualitas dan kuantitas industri ekonomi kreatif lokal. Disampaikan Wakil Kepala BEKRAF Ricky Joseph Pesik, sebagai lembaga setingkat kementerian yang masih sangat baru, ada beberapa tantangan yang saat ini coba dipatahkan. BEKRAF masuk ke wilayah yang sedang menjadi tren dengan pemahaman yang berbeda, tak lain seputar startup di Indonesia.

Bagi BEKRAF startup merupakan sebuah paradigma baru, dikatakan sebagai versi yang lebih eksklusif dari UMKM yang umum dikenal sebelumnya. Nilai eksklusif tersebut didukung adanya model bisnis dan pendekatan yang lebih modern, terlebih kebergantungannya dengan unsur digital. Ada dua aspek yang begitu mendominasi perbedaan tersebut, yakni startup memiliki financial engineering (terkait dengan funding, valuasi dan sebagainya) dan dihadapkan langsung dengan persaingan global (internet membuat sekat persaingan menjadi kabur).

Langkah strategis yang dirilis BEKRAF sebagai lembaga pemerintahan

Tepatnya ada 16 sub-sektor ekonomi kreatif yang ditangani oleh BEKRAF, yang terbagi ke dalam 6 fungsi. Dengan berbagai keterbatasan tentu akan memakan waktu yang sangat lama untuk mengusung suksesi di seluruh bidang. Dari fakta tersebut BEKRAF menyadari bahwa diperlukan sinergi dengan stakeholder lain yang memiliki lini sama dengan tujuan tersebut. BEKRAF mencoba menjadi lembaga penghubung anter kementerian untuk bersama-sama membangun ekosistem startup Indonesia.

Dalam kesempatan pertemuan ini juga hadir para perwakilan dari berbagai deputi yang ada di tubuh BEKRAF. Dari Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan hadir Abdur Rohim Boy Berawi menyampaikan tentang bagaimana pendekatan berbasis edukasi dan riset menjadi komponen penting untuk merealisasikan ekosistem startup nasional. Saat ini pihaknya mengaku tengah berfokus pada penyusunan data, untuk dapat memetakan berbagai aspek dan kebutuhan pengembangan industri secara tepat. Visinya ke open data, dan saat ini tengah bekerja sama dengan BPS (Badan Pusat Statistik).

Sebagai langkah mengakselerasi pengumpulan data tersebut, BEKRAF kini memiliki sebuah aplikasi survei bernama BISMA (BEKRAF Information System Mobile Application). Selain itu pihaknya tengah gencar bekerja sama dengan kampus-kampus ternama sebagai pusat peneliti ekonomi. Selain itu di Deputi Akses Permodalan, Badan Ekonomi Kreatif yang diwakili Fadjar Hutomo turut memaparkan visinya. Program yang paling ingin ditonjolkan adalah HIVI (How to Invest In).

Aplikasi mobile dinilai menjadi medium persebaran informasi yang tepat oleh BEKRAF
Aplikasi mobile dinilai menjadi medium persebaran informasi yang tepat oleh BEKRAF

Program HIVI bertujuan untuk memberikan akses sekaligus edukasi kepada investor yang berminat melakukan investasi ke industri kreatif nasional. Sebagian besar isunya saat ini adalah kurangnya informasi terkait dengan jalur investasi, kesenjangan tersebut yang ingin diminimalkan. BEKRAF menyadari betul, bahwa dengan APBN yang dimilikinya, hampir tak mungkin dilakukan pendanaan langsung. Dari situ pendekatan yang diambil adalah strategi sebagai “mak comblang”.

Beberapa pagelaran diadakan bekerja sama dengan pemodal ventura, baik lokal maupun internasional. Pendekatan kepada angel investor pun terus digencarkan. Sehingga mampu membantu startup untuk melakukan scale-up mengimbangi inovasi yang dirilisnya. Pihaknya juga menyadari betul, bahwa investasi melalui perbankan memiliki kompleksitas dan banyak berbenturan dengan aturan yang berlaku. Sebagai konwledge based economy, suntikan pendanaan dianggap perlu untuk mendorong perkembangannya.

Dukungan bagi startup yang bersifat langsung

Dukungan yang dapat dinikmati langsung untuk operasional startup nyatanya juga dibutuhkan. Menanggapi hal ini, seperti disampaikan Direktur Fasilitasi Infrastruktur TIK Muhammad Neil El Himam, BEKRAF akan memberikan dukungan berupa infrastruktur fisik dan infrastruktur TIK. Infrastruktur fisik akan berupa bangunan seperti co-working space yang mendukung insan kreatif berkarya. Sedangkan infrastruktur TIK mencakup kebutuhan seperti hosting, software dan sebagainya. Menjadi concern karena software legal untuk produktivitas masih menjadi kendala secara umum di lanskap startup Indonesia.

Pemasaran turut menjadi hal yang ingin dibenahi oleh BEKRAF. Menhariq Noor selaku Kasubdit Pasar Segmen Bisnis dan Pemerintahan menyampaikan bahwa isu yang ada saat ini adalah ketidaksesuaian “kemasan” produk yang sebenarnya mampu memberikan nilai lebih terhadap suatu produk dan layanan. Oleh karenanya branding dan packaging akan banyak diupayakan pengembangannya. Hal ini selaras dengan unsur HKI yang semestinya menjadi prioritas sebuah industri kreatif.

Menurut Ari Juliano Gema selaku Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi, HKI seharusnya menjadi ciri khas ekonomi kreatif. Pendaftaran HKI dan sertifikasi produk menjadi program yang terus digencarkan. Tahun ini ditargetkan adanya 1000 pendaftaran HKI dan 5000 sertifikasi produk. Mendukung langkah ini, aplikasi pengetahuan Biima dikembangkan, untuk mendampingi kanal konsultasi yang bersifat langsung. Memerangi pembajakan juga menjadi langkah antisipatif yang sedang terus digencarkan.

Industri butuh kepastian, lebih dari sekedar perencanaan

Ketika masuk ke ranah praktik, maka upaya yang “terasa” akan lebih bermakna dalam mendukung kegiatan industri kreatif. Berlaku sebagai garda terdepan pemerintah, BEKRAF harus mampu memetakan regulasi, memberikan solusi dan pilihan, mana yang sifatnya mendukung dan mana yang akan merusak stabilitas. Pada dasarnya kita dihadapkan pada sebuah sistem ekonomi dari kultur internet. Orang banyak bilang sebagai sharing economy, ada pula yang menyebutnya sebagai optimized economy. Definisinya sama, yakni bagaimana perekonomian dapat terdorong dengan perkembangan digital yang ada saat ini.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Regulasi Pendanaan Bisnis E-Commerce Rampung Secara Menyeluruh April 2017

Pada sebuah acara startup pitching, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan & Daya Saing UMKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rudy Salahuddin memaparkan tentang rancangan regulasi untuk bisnis e-commerce di Indonesia. Rencananya aturan tersebut akan dirilis bersama dengan paket kebijakan ekonomi ke-14 yang akan disampaikan oleh presiden. Salah satu yang dibahas dalam presentasinya adalah terkait dengan pendanaan.

Dalam regulasi terkait dengan pendanaan, pemerintah memberikan kategori secara spesifik. Dibagi dari sumber pendanaan, terbagi menjadi beberapa bagian, yakni KUR, hibah inkubator, CSR, universal service obligation, angel atau seed capital dan pembukaan investasi.

Rancangan akses pendanaan bisnis e-commerce dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Rancangan akses pendanaan bisnis e-commerce dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Bisnis e-commerce melibatkan banyak pihak, dan pertumbuhannya derastis di pasar Indonesia. Regulasi yang pas dianggap penting untuk mendampingi, agar tidak terjadi kesimpangan dalam berjalannya proses ekonomi yang tergerak.

Peta jalan e-commerce 2016-2019

Regulasi yang akan dirilis tertuang dalam Rancangan Peraturan Presiden bertajuk “Peta Jalan E-Commerce 2016-2019”. Tak hanya seputar pendanaan, aspek lain pun turut diatur dalam aturan tersebut. Perpajakan, perlindungan konsumen, pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM), logistik, infrastruktur komunikasi, keamanan siber dan pembentukan manajemen pelaksana akan menjadi poin-poin di pasal-pasar yang tertuang.

Dengan kata lain, pemerintah ingin mengatur secara menyeluruh industri yang mulai men-disrupt tatanan perdagangan yang ada saat ini. Hal ini penting, karena sektor perdagangan secara umum memberikan porsi besar pada pergerakan sistem ekonomi di suatu negara. Terlebih untuk bisnis e-commerce adopsinya sudah menyeluruh di Indonesia. Untuk itu hal-hal yang kaitannya dengan kepentingan masyarakat berhak pendapatan pengawalan yang pas.

SDM menjadi penopang bisnis, diperlukan kualitas yang sesuai

Salah satu rumusan regulasi mengatur tentang pendidikan dan SDM. Untuk menghasilkan SDM unggul, pemerintah berencana menggandeng KADIN untuk membentuk sebuah sistem kurikulum terpadu yang membawa pada lulusan vokasi untuk mendapatkan insight mendalam pada proses ekonomi digital. Sasaran utamanya adalah sekolah kejuruan. Dari fakta yang dipaparkan, lulusan SMK yang ada saat ini justru banyak yang tidak siap kerja, terlebih dalam industri modern seperti e-commerce.

Dengan memberikan pengarahan yang sesuai dibungkus dalam kurikulum pendidikan, dinilai efektif untuk meningkatkan kualitas SDM. Sehingga ketika terbuka banyak lapangan kerja dari industri digital yang bertumbuh, stok tenaga kerja dapat dipenuhi oleh para lulusan dalam negeri.