Menciptakan Hype Peluncuran Startup

Konsultan pemasaran dan branding yang menangani klien startup sering kali mendapatkan pertanyaan tentang bagaimana strategi untuk produk sebuah startup mulai dipublikasikan di pasar agar menciptakan sebuah hype yang besar di masyarakat. Pengalaman itu juga yang menjadi salah satu tantangan perusahaan konsultan bernama Chop Dawg. Menurut para konsultan di sana, ini menjadi sebuah pertanyaan yang sulit karena setiap startup dan produk yang akan dipasarkan memiliki tipe yang berbeda.

Setiap ide ataupun jenis produk akan memiliki strategi pemasaran tersendiri, termasuk bagaimana produk tersebut diluncurkan agar mendapat sambutan baik dari pangsa pasar. Namun secara garis besar para konsultan di Chop Dawg setuju bahwa terdapat beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan startup ketika hendak mempublikasikan produk atau bisnisnya.

Pastikan branding dan desain antar muka sudah siap

Jangan pernah mempublikasikan sebuah startup/bisnis ketika brand produk atau user interface dari produk belum bisa ditunjukkan. Orang akan tertarik terhadap startup ketika mendengar cerita pertama tentang apa yang sedang ia kerjakan. Setidaknya di sini startup perlu untuk bisa menceritakan brand produk dan tampilan produk yang di hasilkan seperti apa.

Hal ini sekaligus untuk memastikan orang lain paham betul mengenai produk yang akan diciptakan. Meski mungkin belum selesai secara sempurna fungsionalitas produknya, setidaknya orang lain bisa membayangkan produk tersebut akan menjadi seperti apa. Jangan biarkan produk prematur dipublikasikan secara luas dan besar-besaran. Ini akan menjadi strategi yang buruk untuk ke depan.

Risiko yang akan dihadapi ketika pelaku startup tidak bersabar akan hal ini adalah orang-orang akan hilang antusiasnya ketika nantinya produk itu benar-benar sudah siap. Sekeren apa pun produk tersebut, akan membutuhkan waktu yang lama untuk kembali mengajak pengguna untuk melihat lebih dekat produk atau brand yang dikembangkan.

Jangan melakukan publikasi tentang startup sebelum proses pengembangan produk dimulai

Bayangkan jika sebuah startup saat ini mempublikasikan tentang rencana produknya ke khalayak umum, namun baru enam sampai sepuluh bulan lagi produk tersebut jadi. Apakah yakin bahwa para konsumen/pembaca akan mengingat produk tersebut? Ini akan menjadi sebuah effort yang kurang efisien, karena pada ujungnya tim harus melakukan publikasi ulang tentang apa yang sudah disampaikan di depan.

Hype suatu startup sendiri akan hadir bersamaan dengan awal produk/bisnis tersebut dipublikasikan. Ketika orang bisa langsung menginisiasi produk dengan baik dan tertarik, maka ia akan kembali atau menunggu layanan tersebut. Dan sangat disarankan sebuah startup untuk melakukan publikasi ketika produk atau layanan yang dikembangkan sudah mendekati fase siap tersebut.

Ketika mempublikasikan sebuah startup harus diikuti dengan tanggal rilis produk yang pasti, dan tidak terlalu lama. Ini tidak hanya akan memancarkan energi antusias pemilik startup, namun benar-benar bisa memberikan kepada pasar rasa penasaran untuk segera menunggu tanggal tersebut. Di fase ini bahkan juga sangat disarankan startup memberikan versi beta atau uji penggunaan kepada beberapa pengguna terpilih.

Pastikan sudah tahu bagaimana menceritakan startup dengan benar

Ini adalah bagian yang paling krusial. Ketika sebuah startup sedang mengembangkan sebuah produk, startup juga perlu membangun sebuah cerita dari produk tersebut. Mampu menceritakan dengan baik tentang startup dan produk yang diusung adalah bagian terpenting dalam pemasaran startup. Ini penting, untuk bisa membuat orang lain mendengarkan dengan baik apa visi dari startup dan produk yang dikembangkan.

Cerita di sini meliputi bagaimana orang nantinya akan menggunakan produk tersebut apa, apa yang akan menjadi keuntungan dari penggunaan produk tersebut dan tentu saja visi ke depan startup. Cerita ini merupakan kunci untuk membangun hype startup, membuat orang tertarik untuk tahu lebih tentang apa yang dilakukan oleh startup dan hal tersebut diyakini memberikan dampak positif bagi pengguna nantinya.

Namun tiga hal tersebut di atas bukanlah sebuah patokan pasti. Seperti yang sudah di sampaikan di depan, bahwa pada dasarnya setiap produk dan startup memiliki karakteristik berbeda untuk menciptakan hype dalam peluncurannya.

Langkah Telkomsel Seriusi Bisnis T-Cash

Penetrasi penggunaan smartphone dengan teknologi canggih di kalangan masyarakat Indonesia kian meningkat. Berbagai layanan yang berkembang makin membuat masyarakat nyaman melakukan berbagai hal dari sentuhan layar ponselnya. Potensi ini pula yang membuat Telkomsel makin mantap untuk meneruskan pengembangan dan pemasaran layanan mobile payment yang dimilikinya T-Cash. Namun apakah pangsa pasar di Indonesia secara umum sudah siap dengan teknologi ini, dan bagaimana Telkomsel harus menginisiasi persebaran layanan ini?

Dalam sebuah kesempatan jumpa pers Minggu lalu membahas khusus tentang T-Cash, GM Digital Payment and Banking Product Development Telkomsel Herman Suharto memperlihatkan optimisme perusahaan terhadap layanan ini. Dibubuhkannya fitur Near Field Communications (NFC) pada T-Cash (diberi nama T-cash Tap) membuat Telkomsel optimis untuk menggarap pasar yang lebih luas. Setelah saat ini beroperasi di Jabodetabek, tahun ini ditargetkan 4 kota lain (Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar) akan segera disinggahi.

Keuntungan T-Cash untuk Telkomsel masih belum seberapa

Dari pemaparan Herman dalam presentasinya disebutkan Average Revenue Per User (ARPU) T-Cash berada di kisaran Rp 66.000,- per bulan. Jika saat ini sudah ada 300.000 pengguna, artinya pemasukannya sekitar Rp 19,8 miliar. Dan untuk trafik per tahun artinya Telkomsel mendapat Rp 237,6 miliar. Belum terlihat signifikan bagi bisnis Telkomsel jika keuntungan sepanjang 2014 (laporan yang sudah diterbitkan) sebanyak Rp 66,25 triliun.

Artinya Telkomsel benar-benar harus bertaruh jika memang memutuskan untuk berinvestasi lebih dalam menyebarkan bisnis tersebut. Jika dibandingkan dengan operator pesaing, Indosat Ooredoo dengan layanannya Dompetku, penetrasinya masih cukup jauh. Dompetku sendiri berhasil membukukan pemasukan Rp 2,5 triliun sepanjang 2015. Ada yang perlu dibenahi tentang edukasi pengguna dan persebaran layanan, mengingat pengguna Telkomsel masih diklaim menjadi yang terbanyak di Indonesia.

T-Cash menjadi entitas terpisah dari bisnis operator Telkomsel

Setelah sebelumnya santer terdengar isu spin-off T-Cash dari Telkomsel, Herman turut menyinggung hal tersebut dalam pemaparannya. Dari pihak T-Cash menyatakan bahwa telah siap untuk menjadi entitas bisnis tersendiri. Berbagai hal bahkan sudah disiapkan, termasuk struktur organisasi yang akan menjadi pionir penggerak bisnis T-Cash. Dengan fitur utama yang telah dimiliki T-Cash saat ini, yakni e-money, purchase online dan pay-on-mobile dinilai telah mampu untuk menjadi revenue generation terpisah bagi perusahaan.

Selain itu T-cash Tap yang sudah mengantongi lisensi dari Bank indonesia sebagai layanan uang elentronik turut meyakinkan tim T-Cash untuk mulai merintis bisnis secara mandiri. Rekanan merchant yang telah menggunakan T-Cash yang semakin luas juga menjadi indikator kematangan bisnis oleh perusahaan.

Dengan keuntungan yang dihasilkan yang belum signifikan, akan sangat riskan bagi T-Cash untuk perkembangan layanan mobile payment Telkomsel. Karena masih banyak hal yang harus dielaborasi antara layanan Telkomsel dengan T-Cash untuk mencapai target pengguna. Tahun ini saja ditargetkan 5-6 juta pengguna baru menggunakan T-Cash.

Ingin bermitra dengan Apple Pay dan Samsung Pay jika resmi masuk ke Indonesia

Teknologi serupa sudah diterapkan pemain besar smartphone dunia dalam handset-nya, oleh Apple dan Samsung. Telkomsel sendiri (khususnya divisi T-Cash) juga siap untuk melakukan kemitraan dengan Samsung Pay ataupun Apple Pay ketika mereka sudah masuk pasar Indonesia. Samsung sendiri tengah menginisiasi kehadirannya di Asia Tenggara, namun belum ada kabar pasti apakah Indonesia akan masuk ke daftar ekspansi mereka atau tidak.

Menggandeng Apple Pay atau Samsung Pay artinya akan menjadi kombinasi dua arah. Pihak Apple/Samsung akan mempersiapkan teknologi melalui handset-nya, sedangkan T-Cash harus mempersiapkan operasional lainnya untuk transaksi. Bisa menjadi sebuah simbiosis mutualisme, karena pemain luar yang masuk ke Indonesia setidaknya harus menggandeng pemain lokal yang memiliki izin untuk mengelola transaksi keuangan, dalam hal ini Telkomsel sudah mengantongi izin dari BI.

Teknologi yang digunakan oleh Apple dan Samsung tak jauh beda, yakni menggunakan NFC. Namun jika melihat dari sisi Apple atau Samsung, mereka pasti menginginkan sebuah pendekatan yang lebih umum, artinya tidak membatasi penggunaan operator seluler tertentu, karena kemitraan dengan pihak lokal bisa saja dijalin dengan instansi perbankan. Namun tak menutup kemungkinan juga dengan basis pengguna Telkomsel yang sudah sangat besar. Yang jelas ujung-ujungnya saat kerja sama ini terjadi, maka teknologi yang dikembangkan T-Cash mungkin akan mangkrak.

T-Cash harus fokus pada persebaran akses dan pengguna

Memiliki ekosistem pengguna smartphone yang tinggi bukan berarti penggunanya siap terap dengan pembaruan teknologi canggih yang dibubuhkan. Untuk saat ini, bagi siapapun pemain di mobile/electronic payment via smartphone tantangan utamanya adalah memperluas basis pengguna dan melakukan edukasi pasar. Jika mengambil khasus T-Cash, memperluas pangsa pasar dan memfokuskan kepada pengguna dapat menjadi strategi andal ketimbang harus melakukan spin-off ataupun jalinan kerja sama dengan pemain baru.

Terlalu menguras energi jika entitas bisnis harus dibangun dari awal. Potensi T-Cash tak lain hadir dari kekayaan pengguna operator seluler yang dimiliki Telkomsel. Basis pengguna Telkomsel yang luas cenderung memberikan nilai positif bagi T-Cash untuk melebarkan kerja sama dengan mitra merchant di daerah.

Application Information Will Show Up Here

Pendaftaran Festival StartUpLokal Medan 2016 Telah Dibuka

Tren berkembangnya startup digital di Indonesia belum banyak terasa di luar kota-kota besar di Jawa, termasuk di Medan yang dikenal dengan jiwa kewirausahaannya. Kendati demikian, banyak potensi yang sebenarnya bisa dikembangkan ke arah bisnis digital di Medan, baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun pangsa pasar. Untuk itu Clapham Collective bersama Komunitas StartupLokal berinisiatif untuk mengadakan “Festival StartupLokal Medan 2016”.

Pagelaran tersebut akan berlangsung selama dua hari, pada tanggal 12-13 Februari 2016 di Clapham Collective Co-Working Space Medan. Beberapa pemateri akan dihadirkan dalam acara ini, di antaranya:

  • Darwis Taniwan – Aplaus
  • Andy Zain – Kejora
  • David Soukhasing – ANGIN
  • Herry Budiman – Gorry Gourmet
  • Melisa Irene – East Venture
  • Lily Suriani – BerryBenka
  • Anwar Yunus – Deal Medan
  • Chris Angkasa – Clapham Collective

Para pematri akan membawakan diskusi seputar ekosistem startup, m-commerce, tren dan kultur startup masa kini, layanan on-demand, serta mengulas tuntas berbagai kesempatan startup digital untuk berkembang di Kota Medan.

Poster Clapham Print File_A3_result

Selain mendengarkan dan berdiskusi mengenai paparan dari pemateri, para pelaku startup yang hadir juga diberikan kesempatan untuk melakukan pitching serta berinteraksi langsung dengan para investor yang didatangkan dalam acara tersebut, melalui sesi Community Presentation dan Investor Speed Dating. Ini akan menjadi peluang yang baik juga bagi startup untuk memperkenalkan bisnisnya dan bertemu pelanggan, komunitas, hingga co-founder jika dibutuhkan.

Beberapa nama investor yang akan meramaikan acara ini di antaranya ANGIN Indonesia, Crystal Horse Investments, East Ventures, GEPI, Ideosource, dan Little Lights Capital. Sedangkan komunitas startup yang akan berpartisipasi termasuk BerryBenka, Brodo, Coniolabs, Deal Medan, Dilo dan beberapa nama lainnya.

Pendaftaran saat ini telah dibuka melalui formulir online berikut. Disarankan pelaku startup di Medan yang hendak hadir di acara ini bisa menggunakan atribut startup yang dimiliki (misalnya t-shirt dengan logo startup).

Menjadi kesempatan emas karena ini menjadi kesempatan terbaik bagi startup lokal di Medan untuk memulai basis bisnis dengan persaingan yang masih cenderung lengang.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Festival StartUp Lokal Medan 2016

Program Akselerator Indigo Batch Pertama Tahun 2016 Diikuti 9 Startup Terpilih

Lanskap startup tanah air masih akan terus menggelora. Dari sisi pengembang dan juga pendukung perkembangan startup (dalam hal ini termasuk investor) masih terus semangat berkolaborasi mengembangkan potensi bisnis digital Indonesia. Semangat ini salah satunya ditunjukkan oleh Telkom dan MDI Ventures dalam mengusung program akselerator Indigo 2016.

Hari ini program akselerator Indigo batch 1 tahun 2016 resmi dimulai. Setelah sebelumnya sejak November tahun lalu telah masuk lebih dari 100 aplikasi, akhirnya 9 tim siap untuk dibina dan dimatangkan.

Deputi Eksekutif General Manager Telkom Digital Ery Punta mengatakan bahwa 9 startup tersebut terpilih setelah melalui serangkaian proses wawancara dan mengenal lebih dekat startup dan sang pendiri. Startup terpilih akan dibagi menjadi tiga stage yang disesuaikan dengan fase perkembangan startup.

Berikut daftar startup dan kategori pembagian stage-nya:

  1. Product Validation Stage (product market fit): JKN App, Rumah Sinau (rumahsinau.org), dan Bigalia (bigalia.com).
  2. Business Model Validation Stage (traction): Zelos (zelos.id), Kartoo (kartoo.co), Minutes (minutesapps.com/barber), dan Trax Center (trax.center).
  3. Acceleration Stage (scaling up): Paket ID (paket.id) dan Sonar Platform (sonar.id).

Menanggapi mulainya program Indigo di tahun 2016, CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengungkapkan:

“Batch tahun lalu menjadi indikator untuk kita semua bahwa program seperti ini memainkan peran yang sangat penting dalam membangun ekosistem kewirausahaan.”

Nicko juga menambahkan bahwa sedari pengamatannya ia melihat bahwa program akselerator Indigo mampu menghasilkan sinergi yang baik antara startup dan para pendukung di belakangnya. MDI Ventures juga berkomitmen untuk membuat program tahun ini lebih sukses dari tahun sebelumnya. Bagi MDI program ini menjadi prioritas utama dari kerja sama bersama Telkom Group.

Sementara itu pihak Telkom mengatakan bahwa dibaginya proses akelerasi ke dalam beberapa stage memungkinkan startup untuk dapat bergabung ke dalam program kapan saja, dalam fase apa saja. Ery mengungkapkan:

“Akan sangat menarik untuk melihat startup di Acceleration Stage dalam batch kali ini. Startup ini telah terbukti mampu menciptakan pendapatan yang signifikan, bahkan sebelum masuk ke program kami. Idenya kami akan menciptakan sinergi untuk pendapatan yang lebih besar dengan jaringan luas yang dimiliki Telkom Group.”

Telkom berharap bahwa batch kali ini akan mampu menghasilkan bibit-bibit perusahaan rintisan sukses, seperti beberapa startup yang telah lolos di tahun sebelumnya, yang benar-benar mampu membangun bisnis berkelanjutan dengan memecahkan masalah nyata di masyarakat.

Kemendag Siapkan Aplikasi Pengaduan Konsumen di Platform Mobile

Sebagai wujud untuk memberikan rasa nyaman untuk konsumen produk di Indonesia, Kementerian Perdagangan (Kemendag) baru-baru ini mengumumkan tengah mempersiapkan sebuah aplikasi pengaduan konsumen. Aplikasi tersebut direncanakan akan mulai dipublikasikan pada 1 Maret 2016 mendatang di platform Android dan iOS. Peluncuran aplikasi mobile ini dianggap efektif untuk memastikan konsumen meluncurkan keluhan kepada pihak yang tepat.

Di tanggal peluncuran nanti, pemilik handset Android dan iOS dapat melakukan pencarian di Store dengan kata kunci “pengaduan konsumen”. Selain aplikasi khusus, Kemendag juga akan meluncurkan layanan khusus via WhatsApp untuk kebutuhan tersebut. Kedua inisiatif ini dilakukan dalam rangka memperingati Bulan Pengaduan Konsumen, yang akan dirayakan secara berurutan mulai Februari hingga Maret mendatang.

Dalam perayaan Hari Konsumen Nasional terdapat dua konsentrasi utama berbasis digital yang akan menjadi bagian terpenting edukasi masyarakat. Yakni seputar e-commerce dan produk elektronik. Sosialisasi tentang layanan konsumen untuk produk tersebut akan dikencangkan bulan ini. Hal ini sejalan dengan makin meningkatnya traksi pengguna e-commerce dan peminat produk-produk digital.

Langkah tersebut di atas dilakukan bukan tanpa tujuan. Menurut Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tata Niaga (PKTN) Widodo, pihaknya ingin mengajak konsumen menjadi lebih kritis dan pelaku usaha untuk lebih baik serta bertanggung jawab dalam menjalankan usahanya. Terlebih di era e-commerce, semua dilakukan melalui perantara dunia maya.

Sejumlah instansi, asosiasi, dan lembaga perlindungan konsumen akan dilibatkan dalam inisiatif ini. Diharapkan mampu memberikan rumusan yang tepat tentang sistem pengaduan konsumen yang akan dikembangkan. Sehingga berdampak langsung bagi kebaikan masyarakat.

GNEWS Kini Bisa Diakses Melalui Browser

Platform pencarian berita berbasis media sosial GNEWS baru-baru ini mengumumkan beberapa pembaruan untuk layanannya. Pembaruan pertama, GNEWS mengusung tagline baru yakni “Remarkably New”. Pembaruan berikutnya saat ini GNEWS dapat diakses melalui situs, baik dari mobile ataupun dari komputer. Sebelumnya GNEWS hanya dapat dinikmati dari aplikasi mobile yang tersedia untuk platform Android dan iOS.

Selain itu GNEWS juga mengusung tampilan baru yang lebih sosial. Pada tampilan baru GNEWS, pengguna dapat mengetahui topik-topik apa yang sedang marak diperbincangkan (trending topic). Tidak hanya itu, pengguna juga dimudahkan dengan ketersediaan berita yang relevan dengan topik-topik yang ada. Untuk memaksimalkan pengalaman pembaca, tim GNEWS juga menyediakan fitur kategori, yang berisikan pemberitaan sesuai dengan kategori yang dipilih.

GNEWS Website

CEO GNEWS Yopie Suryadi optimis GNEWS yang baru dapat dimanfaatkan sesuai visi yang tercantum dalam tagline, yaitu GNEWS dengan identitas baru dan sebagai platform yang memanjakan masyarakat dalam mencari berita sesuai dengan topik yang diminati.

GNEWS merupakan search platform untuk mendukung PR & Marcomm Professionals, Brand Managers, Strategic Planners at Creative Agencies, Talent Managers, Jurnalis, hingga Political Campaign Strategists, untuk mencari dan mengumpulkan berita yang relevan dan terakurasi dari media sosial. Dengan didukung oleh machine learning analytics technology yang dinamakan GENESIS.

Sebelumnya pada pertengahan tahun lalu, GNEWS memutuskan untuk melakukan spin-off dari induknya GDIlab. Waktu itu, disampaikan oleh Yopie, GNEWS memutuskan untuk berdiri sendiri sebagai perusahaan dengan dalih agar jauh lebih fokus dengan pengembangan bisnisnya. GDILab sendiri akan terus mengepakkan sayap dengan produk analytics-nya.

Setelah sukses melakukan pembaruan versi 2.1, GNEWS kini juga terlihat makin matang dari sisi platform. Yopie mengungkapkan bahwa timnya mengusahakan untuk selalu melakukan pembaruan di versi Android dan iOS per dua minggu.

Layanan Direktori Perjalanan Postcard & Tag Luncurkan Aplikasi untuk iOS

Layanan social travel directory Postcard & Tag baru saja merilis aplikasi mobile perdananya untuk platform iOS. Langkah ini dinilai menjadi bagian strategis dalam pengembangan bisnis Postcard & Tag, karena ketergantungan pengguna layanan digital terhadap smartphone terus meningkat. Bersama dengan meluncurnya aplikasi untuk perangkat Apple ini, Postcard & Tag turut merilis beberapa pembaruan dan penyesuaian fitur untuk pengguna mobile.

Portal yang resmi diluncurkan pada Mei 2015 lalu di Indonesia ini memiliki misi untuk memudahkan pengguna mencari tahu berbagai destinasi wisata, merencanakan perjalanan, dan berbagi foto-foto tentang objek wisata yang dapat menginspirasi pengguna lain di dunia. Tidak hanya objek wisata, hotel yang baru berdiri, butik-butik menawan, atau restoran yang sedang hype turut dirangkum dalam media sosial baru ini.

Beberapa pembaruan di aplikasi mobile yang diusung Postcard & Tag di antaranya penyesuaian user experiences untuk perencanaan perjalanan. Pengguna akan disajikan sebuah fitur untuk membuat album wishlist dari perjalanan impiannya. Seiring dengan bertumbuhnya pengguna, fitur hasil ulasan objek wisata, hotel, resto dan berbagai hal terkait wisata lainnya turut disajikan.

Terobosan utama yang ingin diusung dengan aplikasi mobile ini ialah untuk memudahkan pengguna mengunggah gambar yang didapat ketika melakukan perjalanan. Selain itu aplikasi mobile juga dibekali dengan fitur pemetaan untuk melakukan geo-mapping guna mempermudah pengguna menemukan lokasi yang akan ditambahkan dalam  kreasi album yang diunggah, maupun dalam sistem pencarian.

Post & Tag Mobile App

“Salah satu prioritas kami dalam pengembangan Postcard & Tag untuk memastikan bahwa wisatawan dapat menikmati pengalaman dengan smartphone yang mudah dan user-friendly, dan untuk memudahkan mereka mengunggah sesuatu yang mereka temukan dalam perjalanan,” ujar Ruth Thomason, CEO dan Co-founder Postcard & Tag.

Di aplikasi baru ini, pengguna juga dimungkinkan untuk membuat sebuah penyaringan hasil rekomendasi tempat wisata yang disesuaikan dengan kategori atau anggaran yang dimiliki. Turut dirilis juga Tag yang lebih representatif untuk memudahkan pencarian sesuai dengan preferensi pengguna. Aplikasi juga diintegrasikan dengan berbagai media sosial populer. Untuk mempermudah pengguna mencari tempat inap yang sesuai, tersedia layanan pesan hotel yang terhubung dengan sistem Agoda.

Arkos Sajikan Layanan On-demand Jasa Logistik Truk

Masih seputar layanan on-demand. Kali ini memfokuskan pada jasa armada angkut (truk). Sebuah startup bernama Armada Kosong (Arkos) baru-baru ini mulai mengumumkan keberadaannya. Solusi Arkos ingin mempertemukan pemilik barang dengan penyedia armada truk atau transportasi angkutan barang lainnya. Melalui situsnya, saat ini layanan Arkos sudah mulai beroperasi menghimpun pengguna, baik dari sisi konsumen ataupun penyedia jasa angkut.

Direktur Utama PT Armada Kosong Indonesia Antoni Tampubolon dalam keterangannya menceritakan tentang latar belakang pengembangan solusi Arkos. Ia melihat sering kali di jalanan banyak truk berlalu-lalang tanpa adanya muatan di bak. Bagi Antoni, selain membuat jalan makin riuh, membuat operasional truk tersebut kurang efisien. Truk tetap menghabiskan bahan bakar padahal tanpa muatan.

Dari situlah Arkos dikembangkan. Diharapkan ketika sebuah truk mengantarkan barang, ketika hendak pulang bisa mencari tahu apakah ada barang yang bisa sekalian diangkut dalam perjalanan pulang. Sehingga ongkos operasional truk bisa ditekan, dan membuat pemilik armada (baik personal maupun perusahaan) lebih diuntungkan.

Antoni juga menceritakan, bahwa isu tidak hanya ada di pemilik truk, akan tetapi juga dari sisi konsumen. Karena sering kali konsumen mengalami kesulitan ketika hendak mencari jasa angkutan, terutama untuk muatan yang besar. Dengan menemukan jasa logistik di sekitar lokasi, dinilai akan memberikan efektivitas bagi konsumen, karena diyakini biaya jasa pun pasti lebih terjangkau.

Saat ini sistem baru bisa diakses melalui website, namun tim Arkos mengaku tengah menyiapkan aplikasi untuk platform Android dan iOS untuk memperkaya pengalaman pengguna terhadap layanan. Selain itu aplikasi nantinya juga akan dibekalkan kepada sopir truk sebagai navigasi dan informasi pengiriman barang.

Terkait proses pendaftaran dan penentuan harga, pengusaha truk dapat memberikan harga proporsional sesuai dengan kapabilitas layanan yang diberikan. Jasa truk juga disajikan ke pelanggan berdasarkan lokasi terdekat. Dari pengalaman pengguna turut dihimpun sebuah sistem rating untuk memberikan justifikasi kualitas layanan yang diberikan oleh penyedia layanan armada angkut.

Tak ingin mengambil risiko dengan isu regulasi. Setiap penyedia armada yang akan bergabung di Arkos saat melakukan pendaftaran harus sudah berbadan usaha. Hal ini sebagai inisiatif agar tidak terbentur dengan perundangan-undangan tentang jasa angkutan barang yang ada di kementerian terkait. Selain itu adanya informasi yang detil tentang badan usaha armada pengangkut, dinilai akan memberikan rasa aman lebih kepada konsumen yang hendak mempercayakan barang kepada armada tersebut.

Kemendag Jalin Kerja Sama dengan Alibaba dan Google untuk Bawa UKM Go Internasional

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) terlihat makin serius untuk mengajak Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk dapat bersaing di era digital seperti saat ini. Salah satu terobosan teranyar yang dilakukan Kemendag ialah dengan menjalin kerja sama dengan pemain global, dalam hal ini bersama Google dan Alibaba.

Kedua pemain internasional tersebut dinilai akan memberikan dampak strategis untuk perkembangan UKM di ranah digital. Kerja sama dengan Google akan dioptimalkan membantu produk Indonesia merangkul pasar internasional yang lebih luas dengan platform pemasaran Google. Rencananya Google Adwords akan digunakan untuk mendongkrak laju gerak UKM untuk menumbuhkan profitabilitas dan pangsa pasar global.

Sedangkan dari sisi Alibaba, pemerintah ingin menginisiasi proses pemasaran produk makanan dan minuman baik secara Business-to-Business (B2B) dan Business-to-Consumer (B2C). Kesuksesan Alibaba di ranah e-commerce dinilai mampu memberikan insight dan solusi terbaiknya untuk industri lokal.

Proses kerja sama saat ini sedang dalam tahap negosiasi, terkait harga dan sasaran pangsa pasar, begitu diungkapkan oleh Irjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Nus Nuzulia Ishak. Ketika kerja sama ini sudah berjalan, nantinya berbagai produk lokal akan ditunjang Google untuk ditampilkan melalui kanal iklan yang dimiliki sesuai dengan target pasar di berbagai negara.

Benefit kemitraan dengan Alibaba adalah diterbitkannya sertifikasi perdagangan yang memberikan jaminan keamanan makanan dari Indonesia untuk melenggang ke ranah internasional. Selain itu dapat lebih melonggarkan dari sisi perpajakan dan bea masuk produk. Ditargetkan untuk fase awal nanti, setelah persiapan kerja sama rampung, ada 10 pengusaha asal Indonesia yang lolos sertifikasi Alibaba.

Secara umum pemerintah menargetkan bisa mencapai angka penjualan $10 juta tahun ini dan $50 juta di tahun depan dari kerja sama bersama Alibaba. Pemerintah meyakini bahwa digitalisasi proses bisnis ini menjadi langkah yang tepat untuk menyasar pangsa pasar internasional dan melenggangkan produk lokal.

Untuk itu bagi UKM yang nantinya akan bergabung dalam program ini akan disajikan mekanisme yang mudah, dengan melakukan pendaftaran secara online untuk mendapatkan akses dan legalitas dan pihak terkait. Seleksi produk dan validasi jaminan produk turut akan digulirkan dalam proses pendaftaran UKM.

Samsung Pay Siap Melenggang di Asia Tenggara

Salah satu hal yang disampaikan President & CEO South East Asia & Oceania Samsung Electronics Jeon Yong Sung adalah pihaknya akan memboyong Samsung Pay ke wilayah Asia Tenggara di tahun ini. Belum ada konfirmasi resmi apakah akan masuk ke Indonesia atau tidak, namun besar kemungkinan akan masuk, karena potensi pasar di Indonesia begitu besar. Per kuartal ketiga tahun 2015, menurut data IDC, penjualan smartphone Samsung di Indonesia mencapai 84,5 juta unit.

Kendati Samsung sudah menyatakan siap dengan infrastruktur teknologi dan skema implementasi sistem pembayaran digital tersebut, tetap saja berbagai aturan dan regulasi tetap harus dipenuhi. Contohnya adalah kerja sama dengan pihak perbankan lokal, terlebih di Indonesia. IT & Mobile Marketing Director Samsung Indonesia Vebbyna Kaunang optimis bahwa layanan tersebut bisa mendarat di Indonesia.

Sebelumnya, untuk sistem yang sama, Apple sudah mengeluarkan Apple Pay dan Google mengeluarkan Android Pay. Untuk menggunakan sistem payment seperti itu, pada umumnya pengguna diminta mendaftarkan kartu kredit yang ingin digunakan. Setelah itu smartphone bisa digunakan untuk melakukan transaksi di Point of Sales (PoS) yang mendukung pembayaran dengan kartu kredit tersebut.

Secara sederhana layanan payment tersebut mengkonversi dari yang biasanya menggesek menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture), lalu diubah dengan teknologi NFC (Near Field Communication) dan MST (Magnetic Secure Transmission) yang sudah disesuaikan dengan mesin PoS, sehingga pengguna hanya perlu mendekatkan handset-nya di dekat mesin POS. Samsung Pay sendiri menggunakan antena khusus yang tertanam di dalam handset Samsung untuk melakukan transmisi data. Sistem enkripsi yang kuat juga turut diterapkan untuk menghalang penyadap.

Beberapa kartu yang menggunakan logo MasterCard, Visa, dan American Express sudah didukung oleh Samsung Pay. Beberapa handset terbaru seperti Galaxy S6, Galaxy S6 Edge, Note 5 dan Galaxy S6 Edge Plus sudah didukung fitur Samsung Pay.

Sebelumnya ada juga Moka yang menyajikan inovasi Mobile Point of Sales (mPoS) untuk smartphone secara umum, yang diperuntukkan untuk sistem pembayaran di sektor UKM. Pengalaman pengguna yang ditawarkan juga tak jauh berbeda. Ada juga Finpay dan Tcash yang menawarkan pengalaman pembayaran via smartphone dari Telkom.