Startup Pengembang Wearable TuringSense Kantongi Pendanaan Senilai 3 Juta Dollar

TuringSense, startup pengembang teknologi wearable untuk olahraga asal Silicon Valley yang juga digawangi researcher Indonesia, mengumumkan bahwa pihaknya telah memperoleh seed funding senilai $3 juta (atau lebih dari 41 miliar Rupiah). Dalam putaran pendanaan ini terdapat beberapa venture capital yang berpartisipasi, seperti Angel Plus, ChinaRock Capital, Ideosource, SV Tech Ventures, dan Zen Water Capital. Dalam rilis yang diterbitkan TuringSense juga disebutkan bahwa beberapa pengusaha dan angel investor terlibat.

Dalam wawancara khusus dengan dua petinggi TuringSense Joseph Chamdani dan Chris Lim beberapa waktu lalu, DailySocial banyak mengulik tentang solusi yang dikembangkan startup tersebut. Produk wearable bernama PIVOT adalah produk yang saat ini tengah dimatangkan. PIVOT dirancang dengan menggabungkan kecanggihan teknologi biomekanik, sensor dan kecerdasan buatan untuk membantu atlet tenis belajar teknik bermain yang benar, menghindari cedera, dan melakukan analisis permainan.

Pendanaan yang diperoleh akan dimanfaatkan TurinSense untuk memperluas pusat pengembangan serta menguatkan strategi pemasaran dan penjualan produk PIVOT. TuringSense juga mengatakan bahwa diraihnya pendanaan ini juga akan dijadikan sebagai salah satu modal untuk memperluas cakupan produk yang dimiliki.

Disampaikan Co-Founder dan CEO TuringSense Limin He, pendanaan ini merupakan salah satu indikasi yang baik, artinya produk multi-sensor yang dikembangkan dianggap berpotensi di pasar oleh banyak pihak.

“Dana ini memberikan kami kekuatan finansial untuk memajukan tujuan kami merevolusi cara olahraga dimainkan, dipraktikkan dan dilatih dengan mengubah metode latihan yang memungkinkan sang atlet mempelajari teknik secara lebih detil sembari mengurangi terjadinya risiko cidera,” ujar Limin He.

Managing Partner Ideosource Andi S. Boediman mengatakan pihaknya meyakini solusi inovatif TuringSense memiliki potensi besar dalam berbagai hal, termasuk potensinya dalam pasar Internet of Things (IoT). Andi juga mengatakan bahwa produk PIVOT yang dimiliki TuringSense akan banyak diminati di pasar Asia, karena di pasar ini solusi untuk kebutuhan olahraga dan kesehatan cukup berkembang dan diminati masyarakat.

Andi menambahkan minat TuringSense untuk membuka lebih banyak pusat pengembangan dapat disinergikan dengan komunitas pengembang game di Asia yang saat ini begitu bertumbuh di pasar dunia. Dalam wawancara DailySocial dengan Joseph Chamdani yang menjadi CTO TuringSense, dikatakan bahwa TuringSense akan membuka pusat pengembangan di wilayah Asia, khususnya di Indonesia.

Kioson Fasilitasi UMKM Lakukan Pendekatan Digital

PT Kioson Komersial Indonesia, sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bisnis online, hari ini mengumumkan secara lebih luas kehadirannya ke ranah publik. Sebelumnya Kioson dikenal sebagai perusahaan yang menjembatani Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di kota-kota lapis kedua Indonesia untuk melakukan digitalisasi layanan jual beli. Dengan mengumumkan kehadirannya secara lebih luas, Kioson berharap dapat menjangkau kalangan UMKM lebih luas di Indonesia.

Menceritakan latar belakang pendirian Kioson, Founder Kioson Roby Tan mengungkapkan:

“Kioson didirikan untuk memberikan solusi bagi UMKM yang usahanya menurun di tengah kondisi ekonomi yang makin terpuruk. Hal tersebut disebabkan penguasaan teknologi yang masih tertatih-tatih serta keterbatasan dalam persaingan dengan retailer modern yang saat ini banyak bermunculan. Untuk ke depannya, kami berharap Kioson dapat mendorong retailer UMKM menjadi e-tailer atau retailer yang menjalankan bisnis e-commerce.”

Kioson mengklaim dirinya sebagai perusahaan e-commerce pertama di Indonesia yang melibatkan pedagang UMKM melalui sistem belanja online yang aman dan menguntungkan. Setiap UMKM akan diberikan fasilitas perangkat tablet sebagai sarana bertransaksi. Kioson menjalin relasi dengan semua pihak dalam rantai perdagangan, baik supplier, retailer maupun pelanggan untuk dapat melakukan transaksi secara online. Saat ini dikabarkan telah lebih dari 1.000 tablet yang sudah terinstalasi di toko-toko yang menjadi mitra Kioson.

Sistem yang didirikan Kioson berusaha untuk mengerti local value yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia dalam berbelanja, yaitu tetap ingin berinteraksi langsung antara penjual dan pembeli (karena adanya unsur saling percaya), senang barang murah namun berkualitas, adanya komunikasi yang terjalin dari proses pembelian barang hingga sampai ke tangan pembeli.

Hal tersebut dinilai menjadi landasan fundamental Kioson, karena penjual dan pembeli bertemu di mitra Kioson yang ada bentuk fisiknya (toko/kios), dan barang-barang yang ditawarkan secara online jauh lebih murah. Kioson selalu memberikan update melalui SMS, mulai dari transaksi pembelian, proses penerimaan uang, pengiriman barang hingga barang sampai ke tangan pembeli.

“Kioson merupakan perusahaan yang membuka akses bagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki rekening bank/kartu kredit untuk melakukan transaksi berbelanja online. Selain itu Kioson secara umum didirikan dalam rangka mengedukasi dan meramaikan bisnis e-commerce di Indonesia. Berdasarkan hasil survei tentang kebiasaan masyarakat Indonesia, terdapat 64% penduduk Indonesia yang belum dapat mengakses Internet (Euro Monitor 2015), 60% tidak memiliki rekening bank dan 95,5% tidak memiliki kartu kredit (Vela 2014). Segmen masyarakat tersebutlah yang menjadi target Kioson,” ujar Chief Executive Officer Kioson Jasin Halim.

Solusi Peringatan Dini Banjir dan Robot Pengendali Listrik Juarai Dicoding IoT Challenge

Salah satu perkembangan yang kini dirasakan dari peradaban internet adalah konektivitas berbagai perangkat elektronik. Tidak hanya sebatas ponsel pintar dan komputer, sekarang mobil, televisi, mesin industri, dan berbagai alat sensor lainnya dapat terhubung satu sama lain. Konsep tersebut yang disebut dengan Internet of Things (IoT). Guna menggalakkan solusi berbasis IoT di Indonesia, Dicoding bekerja sama dengan Intel Indonesia dan Geeknesia beberapa waktu lalu menyelenggarakan Internet of Things Innovation Challenge.

Dalam IoT Innovation Challenge tersebut, pemenang diraih oleh Gookkis Studio dengan prototipe sistem deteksi dini “Waspada Banjir” dan Laboratorium Kontrol Cerdas dan Robotika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan robot pengendali stop kontak listrik “NitBotIoT”. Kedua solusi tersebut dikembangkan dari masalah keseharian dan/atau musiman yang sering dialami masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi yang disampaikan Co-Founder Dicoding Narenda Wicaksono bahwa inovasi IoT yang dikembangkan diharapkan membantu kehidupan masyarakat.

NitBitIoT berikan efektivitas pemakaian listrik dan mencegah korsleting

Salah satu masalah sederhana yang sering dihadapi masyarakat adalah lupa memutus sambungan listrik perangkat elektronik. Efek yang ditimbulkan dari kelalalaian ini tidak hanya sekadar pemborosan konsumsi listrik, tetapi juga berisiko menyebabkan bencana kebakaran jika terjadi hubungan arus pendek (korsleting). Melihat masalah ini Niam Tamami dari Laboratorium Kontrol Cerdas dan Robotika PENS mengembangkan solusi melalui pengendali stop kontak listrik berbasis teknologi Internet of Things, yaitu NitBotIoT.

Purwarupa pengendali stop kontak ini menggunakan perangkat sensor Development Board Intel Galileo Gen 2, sensor suhu kelembaban DHT11, dan Board Relay sebagai pengendali arus listrik. Prinsip kerja Relay yang digunakan adalah relay berbasis magnet. Jika relay mendapatkan arus (kecil) maka kumparan akan membentuk medan magnet dan akhirnya bisa mengarahkan posisi saklar on ke off.

Gookkis Studio ingin otomatisasikan sistem peringatan dini banjir

Masalah lain yang menjadi langganan tiap tahun, terutama di Ibukota Jakarta adalah banjit. Mengangkat pentingnya sistem deteksi dini (early warning system) untuk masalah banjir, Gookkis Studio membuat solusi yang dinamakan “Waspada Banjir”. Sistem ini unik karena memanfaatkan sensor untuk mendeteksi ketinggian air pada sebuah bendungan dan menyebarkan informasi peringatan secara broadcast kepada masyarakat melalui aplikasi mobile. Perangkat keras yang digunakan untuk mengembangkan purwarupa “Waspada Banjir” terdiri dari hardware development board Intel Galileo Gen 1, sensor air, LCD 16×2, LED warna, dan router.

Cara kerja sistem ini adalah dengan membaca tiga buah sensor air. Masing-masing sensor tersebut akan bekerja mengindikasikan tingkat ketinggian air yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Data yang diperoleh dari sensor-sensor tersebut akan ditampilkan dalam LCD dan sekaligus juga dikirimkan ke server Geeknesia dan Parse.com untuk kemudian menampilkan peringatan melalui push notification pada aplikasi Android “Waspada Banjir”.

Solusi ini baru dikembangkan pada tahap awal. Namun Heri Kiswanto sekalu CEO Gookkis Studio meyakini bahwa inovasinya dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat dimanfaatkan secara masif untuk sistem deteksi dini terjadinya banjir.

Tema yang diperlombakan dalam IoT Innovation Challenge kali ini adalah “smart building, smart home, smart transportation”. Adapun kriteria utama pemenang dilihat dari keunikan solusi yang dibuat dan manfaatnya bagi masyarakat. Para pemenang tantangan ini berhak mendapat 20.000 XP dari Dicoding. XP merupakan experience points Dicoding yang menggunakan gamification model. XP yang dapat ditukarkan dengan berbagai rewards menarik, seperti smartphone, laptop, review aplikasi, dan hadiah-hadiah lainnya.


Disclosure: DailySocial berinvestasi di Dicoding

Program YouthSpark Bimbing Siswa-siswi di Yogyakarta Kembangkan Produk Game

Sebanyak 1.000 siswa-siswi di Yogyakarta pagi ini berkumpul di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri UGM untuk mengikuti pembukaan rangkaian acara Microsoft YouthSpark 2015. Microsoft YouthSpark merupakan sebuah ajang pelatihan dan pembangunan kapasitas teknologi bagi para pemuda, khususnya yang berasal dari kalangan marjinal. Yogyakarta menjadi pilihan karena dinilai memiliki begitu banyak anak muda kreatif yang berpotensi besar terhadap percepatan pembangunan Yogyakarta sebagai kota pintar (smart city).

Di Indonesia, Yogyakarta menjadi kota ketiga penyelenggaraan YouthSpark, setelah sebelumnya sukses menjangkau 15.000 pemuda Jakarta dan Jambi pada 2013 dan 2014.  Pada acara di Yogyakarta, para calon generasi bangsa diajak untuk mengembangkan aplikasi permainan yang berkaitan dengan pendidikan, sehingga mampu meningkatkan pola pikir logis dan kreatif.

Dalam rentang waktu November 2015 – Mei 2016 para peserta akan mengikuti serangkaian acara, mulai dari submisi ide (hari ini), seleksi, pematangan ide, hingga inkubasi pengembangan aplikasi permainan. Kodu Game Labs merupakan aplikasi utama yang akan digunakan untuk mengembangkan produk game. Selain memiliki tampilan yang menarik, aplikasi ini juga menyajikan bahasa pemrograman visual, sehingga dapat lebih bisa diadaptasi oleh anak-anak, terutama dalam hal ini peserta kebanyakan dari kalangan sekolah pinggiran dan yayasan anak (underprivileged).

Corporate Affairs Director Microsoft Indonesia Ruben Hattari dalam sambutannya mengatakan:

“Tujuan akhir YouthSpark bukan untuk melihat seberapa rumit aplikasi permainan yang berhasil dikembangkan, melainkan proses berpikir yang ada dibaliknya. Kami berharap anak-anak muda mampu memberikan ide kreatif dan strategis yang dapat diwujudkan melalui proses coding. Sebagai bentuk komitmen Microsoft terhadap program-program komunitas, CEO Microsoft Satya Nadella telah mengumumkan investasi sebesar $75.000.000 bagi YouthSpark agar dapat memperluas pemberdayaan anak-anak muda, khususnya yang berasal dari kalangan marjinal, di bidang teknologi.”

Microsoft YouthSpark merupakan sebuah inisiatif global dari Microsoft yang ditujukan untuk memberdayakan anak-anak muda dalam menggunakan teknologi, sehingga dapat membantu mereka untuk melakukan lebih banyak hal bagi diri mereka sendiri, keluarga, maupun komunitas serta masyarakat di sekitar mereka. Pada acara di Yogyakarta ini Microsoft bekerja sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) sebagai penghubung kepada peserta dan juga Microsoft Innovation Center UGM untuk melakukan inkubasi.

Go-Jek Perlu Perkuat Aturan Bisnis

Saya ingat betul tentang bagaimana guru di SD memberikan pelajaran kepribadian dengan menganalogikan sebuah pohon. Semakin pohon itu tumbuh besar dan rindang, maka semakin kuat goncangan yang akan ditimbulkan oleh angin, jadi akarnya harus kuat. Begitulah ketika saya melihat bisnis ojek berbasis aplikasi Go-Jek yang dewasa ini menjadi tren baru di tanah air. Seiring bisnis Go-Jek bertumbuh, masalah pun juga mulai bermunculan. Dan masalah yang baru-baru ini diributkan, terkait status pengemudi Go-Jek, termasuk dalam siklus bisnis Go-Jek.

Banyak pengemudi menuntut kepada pihak Go-Jek untuk menjadikannya sebagai karyawan. Beberapa di antaranya juga sempat melakukan demonstrasi di depan kantor Go-Jek, yang terletak di kawasan Kemang, untuk menyerukan tuntutannya. Sampai saat ini pengemudi Go-Jek terhadap perusahaan memang statusnya baru sebagai mitra. Para pengemudi yang memprotes tentang status tersebut, berdalih bahwa yang dilakukan Go-Jek tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

Kultur pengemudi dengan fleksibilitas dan jam kerja “bebas”

Kita akan coba menelisik lebih dekat dari dua sisi yang berbeda terkait dengan masalah status kerja sama ini. Status karyawan dalam sebuah bisnis mau tak mau harus membuat seseorang memiliki kedisiplinan penuh terhadap kebijakan yang ada, yang paling umum biasa dikaitkan dengan jam kerja.

Pengemudi Go-Jek memiliki fleksibilitas dan kontrol terkait jam kerja. Bahkan seperti yang sudah kita lihat dari pemberitaan yang banyak muncul sebelumnya, banyak yang menjadikan Go-Jek sebagai side job di waktu libur atau luangnya, untuk penghasilan tambahan.

Menjadikan pengemudi sebagai karyawan dari sisi bisnis tentu membutuhkan banyak penyesuaian. Mulai dari sistem penggajian, jaminan sosial, kompensasi hingga fasilitas harus dipikirkan ulang. Namun saya secara subyektif melihat bahwa ini akan sulit diterapkan dengan kultur yang sudah dibangun Go-Jek dari awal.

Ribuan, bahkan puluhan ribu, pengemudi yang ada saat ini akan menjadi pekerjaan besar bagi manajemen jika harus dikonversi menjadi karyawan.

Yang dibutuhkan Go-Jek adalah aturan yang kuat

Salah satu yang menjadi momentum diteriakkannya tuntutan tersebut karena Go-Jek sebelumnya dikabarkan melakukan pemotongan pendapatan yang diklaim untuk biaya seragam dan perlengkapan pengemudi. Banyak pengemudi yang menganggap itu sebagai sebuah pelanggaran dari kesepakatan yang telah ada di awal. Beberapa pihak pengemudi juga menuding manajemen kurang transparan dalam pengelolaannya.

Di awal jasa Go-Jek banyak diburu konsumen lantaran memiliki harga yang kompetitif dengan berbagai penawaran dan bonus yang diberikan. Kala itu kita menyaksikan bahwa dari potensi konsumen yang ada, mitra pengemudi bisa meraup banyak untung, kendati tarif yang diberlakukan sangat murah. Mungkin hal ini juga yang mendorong banyak orang berniat menggeluti pekerjaan ini secara penuh waktu.

Seperti tanaman yang dimanjakan dengan pupuk dan tiba-tiba dibiarkan tumbuh secara alami, konsumen Go-Jek pun terlihat mulai menurun antusiasmenya. Banyaknya protes terkait layanan dan aplikasi yang sering ditemui di media sosial. Selain itu para pengemudi yang sebelumnya jumlahnya terbatas, kini harus berkompetisi dengan pengemudi lain yang jumlahnya makin banyak. Belum lagi persaingan dengan layanan pesaing, seperti GrabBike.

Tak sedikit upaya yang sudah dilakukan Go-Jek untuk memberikan kenyamanan pekerja dan konsumen, salah satunya dengan menghadirkan asuransi untuk risiko kecelakaan sebagai penyedia layanan transportasi publik. Namun seperti konsep pohon di awal, Go-Jek sekarang semakin besar seperti pohon yang semakin rimbun. Angin bisa menerpa kapan saja. Yang diperlukan Go-Jek adalah memiliki akar yang kuat.

Berbicara tentang akar sebuah bisnis maka akan banyak komponen yang masuk di dalamnya. Mulai dari permodalan, anggota tim, hingga aturan bisnis yang harus menjadi kiblat dalam menjalankan aktivitas bisnis.

Saya begitu yakin, proses bisnis yang ada pada Go-Jek saat ini sudah pada track yang tepat, terbukti banyak sekali sistem transportasi yang mereplikasi dan menggunakan cara yang sama. Di Yogyakarta, tempat saya tinggal, juga ada O’Jack dengan sistem yang sama, menjadikan driver sebagai rekan, dan bisnisnya juga berjalan lancar.

Sistem yang bagus dapat selalu menjadi acuan berjalannya bisnis saat berbagai pihak mampu mendisiplinkan diri dengan landasan tersebut. Matangkan, komunikasikan, dan aplikasikan aturan yang ada. Lalu biarkan sistem yang baik berjalan secara alami. Sekencang apapun angin yang menerpa pohon, dengan akar yang kuat akan lebih menjamin pohon itu tetap berdiri. Kendati dedaunannya mungkin berguguran, namun selagi pohon berdiri masih mampu menghasilkan daun-daun baru yang lebih segar.

Bank Mandiri Siapkan VC Bermodal 500 Miliar Rupiah

Seiring dengan makin matangnya sistem pembayaran dan pembelanjaan digital, banyak pihak mulai serius membangun strategi visioner dalam bidang ini. Tak terkecuali Bank Mandiri yang akhirnya merealisasikan pendirian pihaknya venture capital. Mandiri Capital hadir membawa modal awal sebesar Rp 500 miliar dan akan fokus pada startup yang mengembangkan layanan pembayaran inovatif yang relevan dengan industri e-commerce.

Mandiri Capital telah mendapatkan izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dituturkan Direktur Utama Mandiri Budi G. Sadikin, pihaknya sedang dalam proses mencari pimpinan yang tepat untuk Mandiri Capital. Budi juga menuturkan bahwa potensi startup lokal untuk mengembangkan bisnis e-cash sangat potensial, sehingga pihaknya begitu bersemangat untuk berinvestasi.

Industri startup memang sedang menjadi sorotan untuk terus dipupuk guna menciptakan ekosistem kewirausahaan nasional yang matang di bidang digital. Sebelumnya pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika pernah mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan sektor swasta di Indonesia mau berinvestasi untuk startup lokal dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

OJK segera terbitkan pedoman investasi di startup

OJK juga mengharapkan perluasan cakupan investasi untuk bank domestik. Pihaknya menginginkan semua bank memfasilitasi industri startup di berbagai bidang, bukan hanya terkait pembayaran dan finansial, untuk mendapatkan pinjaman modal. Sejalan dengan hal itu OJK juga berencana mengeluarkan pedoman baru untuk terkait dengan nilai investasi modal di startup. Regulasi OJK tersebut baru akan diumumkan resmi pada akhir tahun 2015.

Selain Bank Mandiri, PT Telkom Indonesia telah terlebih dahulu mengucurkan banyan investasi untuk startup lokal. Tidak hanya untuk permodalan, Telkom juga memfasilitasi startup lokal dengan serangkaian fasilitas inkubasi dan akselerasi. Tidak hanya itu perusahaan lain seperti PT Indosat juga telah mengucurkan investasi untuk permodalan startup lokal.

Harapannya seiring makin mapannya masyarakat dengan solusi berbasis teknologi, berbagai kebutuhan yang ada mampu terfasilitasi dengan baik oleh inovasi dalam negeri. Tren kewirausahaan di bidang digital yang terus bertumbuh juga benar-benar harus didukung berbagai pihak, terutama pemerintah. Salah satunya dengan tidak memperumit kebijakan yang ada, terutama dalam kaitannya regulasi perizinan dan perpajakan yang selama ini banyak dikeluhkan.

XL Axiata Implementasikan Program Xmart City di Kota Balikpapan

Salah satu target XL Axiata (XL) dalam memajukan Indonesia ialah untuk melakukan digitalisasi layanan publik tradisional menuju berbasis komputer. Baru-baru ini XL menjalin kerja sama dengan pemerintah Balikpapan, Kalimantan Timur mengimplementasikan aplikasi digital untuk program Xmart City.

Beberapa aplikasi yang diimplementasikan di antaranya sistem reservasi rumah sakit, sistem pembayaran uji kir kendaraan bermotor dengan XL Tunai, situs untuk kegiatan sosial seperti panti asuhan, hingga dukungan promosi untuk pelaku UKM.

Program tersebut berpijak pada rancangan pemerintah mengenai Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 yang tertuang dalam Kepres No. 96/2014 melalui BAPPENAS. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan serta mendukung pertumbuhan pembangunan nasional dan daya saing Indonesia di tingkat global, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Dalam target pencapaiannya, XL membidik 3 kota untuk implementasi program Xmart City, yaitu Balikpapan, Jembrana, dan Pekalongan. Di samping kota-kota tersebut, saat ini XL sangat aktif membantu Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat untuk pengembangan kota pintar di daerah masing-masing.

Direktur Digital Service XL Ongki Kurniawan dalam sambutannya mengatakan:

“Dukungan XL untuk masyarakat Kota Balikpapan ini berdasarkan konsep Sustainable Development Goals dari PBB, yaitu dengan menerapkan 5 dari 17 sasaran. Kelimanya adalah dukungan pada sarana kesehatan, pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, inovasi, infrastruktur, serta program pemberdayaan komunitas masyarakat secara berkelanjutan.”

Ongki juga mengatakan bahwa melalui program kerja sama Xmart City seperti ini XL berharap bisa secara langsung mengenalkan manfaat besar dari keberadaan teknologi internet dan digital. Teknologi dianggap mampu menjadi solusi atas persoalan publik yang dihadapi warga dan pemerintah menyangkut kepentingan publik, serta bisa untuk meningkatkan produktivitas siapa pun penggunanya, termasuk kalangan UKM.

Walikota Balikpapan Rizal Effendi menyambut baik inisiatif tersebut:

“Kota Balikpapan terus mengalami kemajuan di segala bidang secara signifikan, dan kini menjadi salah satu kota industri utama di Kalimantan. Kami pun menyadari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menawarkan manfaat untuk bisa kita pakai guna meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam melayani masyarakat.”

Dalam implementasi sistem tersebut XL juga menggandeng beberapa institusi lokal, seperti salah satunya Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Balikpapan untuk solusi sistem reservasi rumah sakit. Dengan sistem tersebut, publik bisa mengakses informasi ruang kamar di rumah sakit setempat, terutama untuk urusan ketersediaan. Pemerintah juga diberikan akses untuk melakukan pemantauan.

Ke depannya sistem ini juga akan didesain untuk memudahkan peserta BPJS mendapatkan informasi rumah sakit untuk rujukan pasien.

Fitur Style Set di Aplikasi Stylefeed Mungkinkan Pengguna Menyusun Outfit Pakaian

Aplikasi mobile marketplace yang mewadahi brand fashion lokal Stylefeed meluncurkan fitur terbaru untuk aplikasinya. Fitur terbaru tersebut bernama Style Set. Fitur ini memfasilitasi pengguna untuk secara kreatif menyusun setelan pakaian, mirip dengan apa yang ditawarkan oleh Polyvore yang lebih dikenal. Selain itu Stylefeed juga melakukan pembaruan tampilan menghadirkan pengalaman pengguna yang lebih segar.

Untuk membuat sebuah setelan pakaian (fashion set), pengguna harus mengumpulkan atau membeli produk dengan Stylefeed Coin yang dimiliki pengguna. Dengan fitur ini, Stylefeed mengharapkan pengguna tidak hanya dapat merekomendasikan produk pakaian tertentu secara terpisah, tetapi juga dapat merekomendasikan dalam model setelan pakaian.

Stylefeed Coin sendiri bisa didapat pengguna dengan melakukan berbagai aktivitas di aplikasi, seperti melakukan share, like, hingga berkreasi membuat style set. Ketika pengguna pertama kali mendaftar, kredit koin yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk mengakses fitur tersebut.

Stylefeed Style SetSetiap Minggu Stylefeed juga akan menilai style set yang ada untuk menyusun peringkat berdasarkan yang terbaik. Bagi peraih ranking terbaik setiap minggunya juga akan mendapatkan kredit koin untuk melakukan aktivitas di aplikasi Stylefeed.

Pada mulanya Stylefeed ingin menjadi “Instagram-nya” brand fashion lokal. Stylefeed ingin mewadahi industri fashion lokal, termasuk desainer indie lokal untuk meraup pangsa pasar yang lebih luas. Saat ini Stylefeed sudah tersedia untuk platform Android di Google Play dan dapat diunduh secara gratis.

Sebagai aplikasi marketplace berbasis sosial konsep yang digunakan tak jauh beda dengan Instagram atau Twitter, pengguna dapat mem-follow sebuah toko untuk mendapatkan notifikasi terkait informasi promo dan diskon.

Terkait  proses pembeliannya, Stylefeed tidak menjadi perantara. Pembeli akan di-redirect langsung ke portal e-commerce atau website yang dimiliki toko tersebut.

Aplikasi Pesan FireChat Resmikan Kehadiran di Indonesia

FireChat sebagai aplikasi pesan yang mengandalkan konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi baru-baru ini meresmikan kehadirannya di Indonesia. Aplikasi ini dapat menjadi alternatif komunikasi saat terjadi kejadian yang menghadapkan pengguna pada konektivitas Internet atau jaringan ponsel terbatas, misalnya saat bencana alam, berada di dalam ruangan konser, dan sebagainya. Aplikasi yang dapat diunduh gratis untuk Android dan iOS ini memiliki konsep mengubah ponsel pengguna menjadi router.

Aplikasi ini pertama kali diluncurkan pada Maret 2014. Sebelumnya di Brasil dan India FireChat berhasil mendapatkan traksi lebih dari 6 juta pengguna. Tahun ini FireChat berusaha membentuk pasar di Asia, khususnya untuk wilayah Jakarta dan Manila. Dikatakan Head of Global Marketing Open Garden Inc. (perusahaan pengusung FireChat) Marina Azcarate, Indonesia sangat potensial dengan solusi yang diusung. Komunikasi pesan via smartphone sudah menjadi bagian terpenting dalam keseharian.

Diceritakan juga dari pengalaman FireChat di beberapa negara, seperti Malaysia dan Hong Kong, aplikasi begitu ramai digunakan saat keadaan-keadaan kritis tertentu, seperti saat adanya demonstrasi masal dan sebagainya. Namun penggunaan aplikasi cenderung turun ketika situasi dalam keadaan kondusif.

Untuk tetap memberikan rasa nyaman, privasi juga menjadi bagian penting yang begitu diperhatikan. Sebagai sebuah aplikasi pesan publik, FireChat menjamin adanya keamanan data pribadi untuk komunikasi dua arah. Pada mulanya aplikasi ini didesain untuk menjadi sebuah chatroom platform dan saat ini fitur tersebut masih disajikan.

Untuk memperkuat jangkauan, mengingat kapabilitas bluetooth dan Wi-Fi di ponsel tidak begitu luas, Open Garden juga mengusung produk bernama GreenStone. Perangkat ini merupakan sebuah messaging beacon yang berfungsi menjadi titik temu antara pengguna FireChat. Jangkauan GreenStone tidak terlalu luas, tepatnya sekitar 3 sampai 6 meter, tetapi perangkat ini dapat menyimpan hingga 1.000 pesan terbaru dan tidak ada pengaturan rumit yang perlu diulik terlebih dulu agar bisa beroperasi.

Beberapa kustomisasi FireChat mulai diusung, salah satunya dengan meluncurkan aplikasi versi Bahasa Indonesia. Selain untuk masa bencana, aplikasi ini juga akan banyak didorong penggunaannya untuk kegiatan ekstrim, seperti petualangan di hutan atau pendakian gunung yang juga banyak dilakukan di Indonesia.