Kiprah Nayoko Wicaksono: Mengurusi Algoritma dan Menjadi “Angel Investor”

Cukup lama malang melintang di industri teknologi informasi Indonesia, Nayoko Wicaksono kini makin asyik dengan peranan sebagai angel investor dan advisor di sejumlah startup. Ia juga masih sibuk mengembangkan platform pembelajaran online Algoritma yang fokus mencetak lebih banyak talenta data scientist di Indonesia.

Kepada DailySocial, Nayoko membagikan suka duka pengalaman sebagai angel investor dan membesarkan startup.

Advisor dan angel investor

Nayoko Wicaksono saat memberikan pelatihan / Algoritma

Nayoko memulai perkenalan dengan industri startup teknologi Indonesia dengan menjadi bagian ekspansi Rocket Internet. Ketika bekerja di Emtek, dia menjadi jembatan perusahaan dengan salah satu portofolio digital terbesarnya, Bukalapak. Sisanya telah menjadi sejarah.

Berbekal pengalamannya menjadi founder startup dan mentor di sejumlah program inkubator dan akselerator, Nayoko mulai merambah sebagai angel investor. Meskipun mengklaim masih di skala kecil, ia ingin terlibat lebih dalam membantu startup baru mengembangkan bisnis mereka.

“Dengan memanfaatan disposible income, saya kemudian mulai berinvestasi kepada startup yang saya percaya. Dalam hal ini saya tertarik untuk berinvestasi setelah melihat passion dan keyakinan pendiri startup tersebut,” kata Nayoko.

Belajar dari pengalaman mendirikan startup sendiri, Nayoko melihat chemistry yang tercipta antara founder dan investor menjadi krusial saat melakukan penggalangan dana. Investor perlu diyakinkan oleh pendiri startup bahwa mereka memiliki visi dan misi yang kuat dalam membangun startup mereka. Beberapa startup yang menjadi portofolionya adalah Ajaib, ZIPMEX dan KitaLulus.

Tentu saja tidak semuanya berlangsung mulus. Nayoko menyebutkan ada startup di dalam portofolionya yang tidak sukses bertahan lama.

Kegiatan lain Nayoko adalah menjadi advisor. Dari jajaran portofolionya, Nayoko mengklaim terlibat secara langsung dan siap membantu hal-hal yang dibutuhkan para pendiri. Selain sebagai advisor independen, Nayoko juga menjadi Venture Partner Artesian, sebuah firma venture capital as a service.

Dilakukan secara paruh waktu, Nayoko membantu Artesian mengelola investasi korporasi yang ingin berinvestasi ke startup. Salah satunya adalah Amatil X milik Coca Cola. Startup yang didanai Amatil X termasuk Wahyoo dan Kargo.

“Bantuan yang saya berikan bukan hanya nasihat, namun juga networking hingga bantuan lainnya yang dibutuhkan oleh startup–memanfaatkan jaringan dan pengalaman saya sebagai entrepreneur,” kata Nayoko.

Berkembang bersama Algoritma

Algoritma data career Day / Algoritma

Didirikan bersama Co-Founder Samuel Chan, sejak tahun 2017 lalu Algoritma memiliki misi mencetak tenaga kerja data science berkualitas di Indonesia. Meskipun di awal peluncuran proses pelatihan kebanyakan dilakukan secara offline, saat pandemi kondisinya mulai beralih sepenuhnya secara online.

Pandemi telah mendorong lebih banyak masyarakat umum mempelajari dan mengikuti program yang ditawarkan Algoritma. Tercatat sejak tahun 2018  Algoritma telah memiliki sekitar 16 ribu siswa di seluruh Indonesia yang telah lulus mengikuti program pelatihan dengan kurun waktu 3 sampai 4 bulan.

“Algoritma berhasil mengembalikan dana investasi dari investor yang misi dan visinya kurang aligned. Kita melihat apakah investor tersebut membawa value atau tidak, jika tidak kami memutuskan untuk mengembalikan uang mereka dan mengembalikan kontrol perusahaan. Dengan demikian tim Algoritma bisa lebih fokus memikirkan sustainability,” kata Nayoko.

Algoritma diklaim memiliki tingkat retention yang baik. Untuk memudahkan siswa bergabung bersama Algoritma namun kesulitan untuk melakukan pembayaran, dihadirkan juga program beasiswa untuk 40 siswa setiap tahunnya.

“Kami mendapat feedback dari calon siswa yang ingin begabung dengan Algoritma namun kekurangan biaya karena pandemi tahun 2020 lalu. Algoritma sendiri menyiapkan dana sekitar Rp8 miliar untuk program beasiswa ini untuk 4 tahun ke depan,” kata Nayoko.

Algoritma juga telah menjalin kemitraan dengan berbagai universitas di Indonesia untuk memberikan kurikulum dan peluang beasiswa kepada mereka yang ingin memahami lebih lanjut tentang data science. Saat ini perusahaan telah memperluas kehadiran mereka di Singapura.

Mereka juga mengembangkan layanan dengan memberikan kesempatan kepada  lulusan terbaik bekerja sebagai data scientist di Jepang, Inggris Raya, dan  Amerika Serikat melalui sister company mereka, Supertype. Kegiatan ini telah berlangsung selama setahun terakhir.

“Harapannya kita bisa memberikan impact agar skill bisa didemokratisasi, terutama bagi mereka yang terkena dampak automasi agar bisa memiliki skill baru yang bermanfaat ke depannya,” tutup Nayoko.

Teknologi Memberi Peluang Inovasi Tanpa Batas

One of the key things in the tech business, in particular, is that you need to be able to push boundaries

– Satya Nadella, CEO Microsoft

Dunia startup sarat dengan inovasi, ekspektasi, dan peluang tak terbatas. Mereka yang sukses di industri ini adalah mereka yang mampu menghadirkan inovasi yang dibutuhkan, meski dengan cara yang out of the box sekalipun.

Platform seperti Google, misalnya, kini lebih dari sekadar mesin pencarian, Mereka telah bertransformasi menjadi salah satu perusahaan teknologi paling kuat secara global. Mereka mengembangkan solusi di industri mobile, konektivitas, bahkan telah bereksperimen di sektor bioteknologi dan kendaraan tanpa awak.

Apakah itu mendorong pertumbuhan yang lebih cepat, memenuhi kebutuhan yang muncul, atau mengatasi masalah potensi di masa depan, perusahaan inovatif telah melakukan sesuatu yang istimewa untuk mendorong batas-batas apa yang dapat dilakukan bisnis.

EzyPolis Ingin Permudah Masyarakat Akses Produk Asuransi

Startup insurtech EzyPolis hadir mencoba menawarkan kemudahan dalam proses klaim dan mendapatkan produk asuransi. Kepada DailySocial, CEO EzyPolis Ahmad Hasibuan mengungkapkan bahwa unique selling point layanannya ada pada bentuk bisnis yang ditawarkan, baik untuk B2B, B2B2C, dan B2C.

Berdiri sejak tahun 2018, EzyPolis telah menjangkau beberapa varian produk produk seperti Property Insurance, Liability Insurance, dan segera hadir asuransi kesehatan. Tersedia juga produk asuransi lainnya seperti Travel Insurance, Pet Insurance, dan akan hadir juga produk lainnya seperti Motor Vehicle dan RSA (Road Side Assistance) Insurance. Hingga saat ini Ezypolis mengklaim telah menerbitkan sekitar 750 ribu polis.

Untuk memperkuat kehadirannya, sejak 2020 EzyPolis telah menjalin kolaborasi dengan Citilink. Melalui kerja sama ini, mereka hadir untuk memberikan produk asuransi proteksi perjalanan produk baru Citilink yaitu “Royal Green”, untuk kenyamanan dan keamanan ekstra terutama di tengah masa pandemi.

“Target EzyPolis melalui kolaborasi dengan Citilink salah satunya menambah value pada keamanan, peace of mind serta mengurangi risiko ketidakpastian pada penumpang dalam pengalaman terbang domestik,” kata Ahmad.

Sebelumnya EzyPolis telah bekerja sama dengan beberapa mitra asuransi, salah satunya adalah PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) untuk produk proteksi Royal Green ini.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh lembaga riset Inventure bertajuk “Insurance Industry Outlook 2021″, sebanyak 78,7 persen dari 629 responden menganggap ancaman pandemi membuat generasi milenial semakin sadar akan kepemilikan asuransi jiwa dan kesehatan.

Hal ini menunjukkan indikator yang positif terhadap pertumbuhan asuransi untuk menciptakan “peace of mind” di berbagai lini.  Pandemi merupakan salah satu katalis dalam percepatan digital transformasi dan kondisi seperti saat ini menyadarkan manusia akan banyaknya ketidakpastian serta risiko yang mungkin timbul.

Pandemi yang telah banyak menghambat pertumbuhan startup dilihat oleh EzyPolis sebagai sebuah tantangan. Dalam hal ini pandemi justru mampu meningkatkan kesadaran masyarakat umum terhadap pentingnya asuransi. Ditunjang oleh salah satu lini produk EzyPolis yaitu kargo, selama pandemi ini justru meningkat pesat karena layanan kebutuhan pengiriman barang menjadi sangat krusial.

“Digitalisasi serta automasi pada pembelian asuransi, serta literasi digital yang terus berkembang, akan memudahkan pengolahan data nasabah yang terpusat serta menciptakan Single Customer View yang tentunya akan memberikan benefit dan nilai lebih bagi nasabah EzyPolis,” tutup Ahmad.

Kompetisi pasar

Berdasarkan data yang dikutip DSInnovate dalam laporan “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report 2021”, total gross written premiums (GWP) industri asuransi telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020, bertumbuh dengan CAGR 3,9% dari 2016.

Pemain insurtech di Indonesia sendiri sudah mulai banyak, masing-masing memiliki pendekatan yang berbeda. Terbaru ada Fuse yang baru membukukan pendanaan seri B, dengan mendigitalkan layanan keagenan asuransi mereka mengklaim berhasil membukukan GWP melebihi $50 juta atau setara Rp720 miliar pada 2020.

Daftar pemain insurtech di Indonesia / DSInnovate

Sementara itu dengan metrik yang berbeda, PasarPolis menyebut, per Agustus 2020 mereka telah menerbitkan 70 juta polis baru setiap bulan. Adapun total polis yang berhasil dirilis pada tahun 2019 mencapai 650 juta polis di negara mereka beroperasi, yakni Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Misi Wahyoo Naik Kelaskan Usaha Pemilik Warung Makan

Berawal dari ide sederhana, Wahyoo kini bertransformasi menjadi layanan terpadu yang mendukung pertumbuhan usaha pemilik warung makan atau warteg. Didirikan Peter Shearer yang dikenal sebagai serial entrepreneur, Wahyoo kini telah memiliki sekitar 12 ribu mitra di kawasan Jabodetabek.

Perusahaan telah mengantongi pendanaan jutaan dollar dari berbagai investor, termasuk Intudo Ventures, Kinesys Group, SMDV, East Ventures, Indogen Capital, Selera Kapital, dan Amatil X (Coca-Cola Amatil).

Kepada DailySocial, CEO Wahyoo Peter Shearer mengungkapkan strategi bisnis dan rencana Wahyoo memberikan social impact kepada pelaku UMKM di Indonesia, khususnya pemilik warung makan.

“Kegagalan” yang menginspirasi

Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer bersama pemilik warung makan / Wahyoo
Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer bersama pemilik warung makan / Wahyoo

Sebelum membangun Wahyoo, Peter telah bekerja di beberapa perusahaan. Salah satunya adalah advertising agency. Meskipun tidak berhasil menjadi pegawai tetap, pengalaman selama bekerja di agency tersebut memberikan inspirasi tersendiri bagi Peter untuk membangun Wahyoo.

Di sesi webinar DSLaunchpad Ultra beberapa waktu yang lalu, Peter mengungkapkan, ia sempat kembali bekerja di perusahaan keluarga, yaitu konveksi. Selain itu Peter juga beberapa kali mendirikan perusahaan, sebelum akhirnya terlibat bersama AR&Co yang fokus kepada pengembangan Augmented Reality (AR).

Dengan latar belakang periklanan, ide pertama kali yang terlintas adalah membuat warteg-warteg sebagai medium beriklan. Setiap brand dan produk bisa menggunakan warteg sebagai tempat mereka memperkenalkan ide dan brand.

Di tengah jalan, Peter menemui kendala. Tidak ada perubahan berarti di dalam dunia per-warteg-an, masih sama-sama kurang bersih, kurang teratur, dan masih sangat tradisional.

“Inilah yang mendorong saya untuk melakukan perubahan di dalam industri warung makan tradisional. Dengan kemampuan branding dan teknologi, serta passion di kuliner, menjadi fokus bagi saya membangun startup yang fokusnya membantu mereka agar warung makan tradisional bisa naik kelas,” kata Peter.

Permasalahan sosial

Warung makan binaan Wahyoo

Beberapa ide bisnis justru hadir ketika Peter mendengarkan curhatan pemilik warung. Perubahan ide awal membangun jaringan periklanan dan beralih ke menyuplai kebutuhan bahan baku adalah permintaan pemilik warung makan itu sendiri. Mereka yang bertanya langsung apakah Wahyoo juga menyuplai kebutuhan mereka seperti beras, minyak goreng, telur dan lainnya.

Selama ini mereka cukup direpotkan harus bangun di pagi hari untuk berbelanja dan melakukan banyak hal lainnya sebelum membuka warung makan.

Contoh lain adalah keluhan permasalahan keuangan karena minimnya literasi dan manajemen keuangan yang benar. Wahyoo kemudian terinspirasi mengeluarkan fitur pencatatan keuangan pada aplikasi dan berharap ke depannya akan ada (atau membantu) solusi finansial untuk mereka.

“Jadi menurut saya listen to your target audience is very important. Lalu bukan hanya mendengarkan, tapi juga mempunyai empati. Empati yang merasakan kesulitan apa yang mereka rasakan. Sehingga dengan kemampuan kita bisa membantu memberikan solusi yang nyata diperlukan bagi mereka,” kata Peter.

Ada beberapa permasalahan sosial yang terjadi pada warung makan tradisional. Masalah lingkungan terkait pembuangan sampah merupakan salah satu yang menjadi perhatian. Belum lagi masalah kesehatan tentang bagaimana mereka bisa memperhatikan kualitas produk yang benar, bagaimana konsumen bisa memahami pentingnya gizi pada makanan, dan pentingnya higienis dalam menyajikan makanan dan juga pada saat memasak.

Masalah ekonomi juga menjadi perhatian Wahyoo. Bagaimana para pemilik warung bisa maju sebagai pengusaha sehingga lebih sejahtera. Selain itu masalah pendidikan tentang bagaimana generasi mereka selanjutnya bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Yang terakhir adalah masalah literasi digital.

“Memang warung makan tradisional terlihat kecil, tapi ternyata banyak sekali permasalahan yang perlu dibenahi dan mereka perlu dibantu. Kami percaya ketika mereka terbantu, efek ekonomi, efek lingkungan, efek sosial budaya yang lebih baik akan secara otomatis membuat Indonesia lebih baik,” kata Peter.

Rencana dan target

Pendanaan Seri A Wahyoo
Michael Dihardja (CTO Wahyoo), Peter Shearer (Founder & CEO Wahyoo), Patrick Yip (Founding Partner Intudo Ventures), Daniel Cahyadi (COO Wahyoo) / Wahyoo

Ekspansi layanan yang agresif membuat bisnis Wahyoo bertumbuh kencang. Awal tahun 2020, mereka mengakuisisi Alamat.com. Dua pendiri Alamat.com saat ini bergabung dengan Peter di jajaran manajemen perusahaan, yakni Daniel Cahyadi sebagai COO dan Michael Diharja sebagai CTO.

Wahyoo juga kini mempunyai bisnis unit Bikin Tajir Group yang melahirkan produk private label untuk dipasarkan bagi para mitra Wahyoo, seperti Ayam Goreng Bikin Tajir (AGBT) dan Bebek Goreng Bikin Tajir (BGBT). AGBT sudah memiliki 350 outlet dan BGBT yang baru diluncurkan tahun ini sudah Memiliki 40 outlet yang tersebar di Jabodetabek. Mempunyai private label produk menjadi strategi Wahyoo agar para mitra bisa mendapatkan pendapatan lebih banyak lewat menu baru yang belum pernah disajikan sebelumnya oleh para mitra Wahyoo.

“Saat ini kami menargetkan [membantu] seluruh UMKM Kuliner, tidak hanya warung makan tapi juga mungkin tempat makan dan rumah makan yang skalanya kecil dan menengah. Dengan adanya infrastruktur yang sudah terbangun selama 4 tahun, dengan pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami ingin dampak yang lebih luas lagi,” kata Peter.

Application Information Will Show Up Here

Startup Bisa Memberikan Solusi Besar untuk Orang Banyak

Solving big problems is easier than solving little problems

– Sergey Brin, Co-Founder Google

Inspirasi memulai startup tidak harus datang dari ruang rapat dan anggaran yang besar. Ide terbaik seringkali datang di kegiatan sehari-hari, baik itu dalam perjalanan, di ruang tunggu dokter, atau saat antrean. Yang diperlukan untuk membuat perbedaan adalah visi untuk melihat masalah dan tekad untuk memberikan solusi terbaik.

Memberikan solusi bisa saja dimulai dari skala yang kecil. Namun demikian, agar startup bisa memberikan impact yang masif, idealnya solusi dihasilkan untuk memecahkan persoalan yang besar.

Pada satu titik, Uber, Airbnb, atau Gojek adalah startup yang terinspirasi masalah sehari-hari. Begitulah cara lahir sebagian besar ide startup yang besar dan luar biasa.

Strategi Astronaut Sinergikan Sistem Perekrutan dan Peningkatan Keterampilan

Melalui pendekatan teknologi, Astronaut menawarkan kepada perusahaan cara yang lebih aman dan efektif untuk melakukan proses perekrutan, termasuk membangun basis data telenta untuk keperluan di masa mendatang. Didirikan sejak 2016, startup ini telah membantu berbagai perusahaan korporat global dan multinasional, menyaring lebih dari 150 ribu kandidat per Juli 2021, dengan 50% di antaranya dijaring ketika pandemi.

Kepada DailySocial, Co-founder & CEO Astronaut Nigel Hembrow mengungkapkan, tahun 2020 khusus untuk pasar Indonesia sudah mencakup setengah dari total pendapatan. Masih fokus kepada korporasi, mereka memiliki rencana untuk menyasar kalangan UMKM.

Selain berfokus di Asia Tenggara, Astronaut juga memiliki klien yang tersebar di Eropa dan Selandia Baru. Pada kuartal kedua tahun ini, Astronaut telah mencatatkan pertumbuhan jumlah klien sebesar 30% di Indonesia, Singapura, dan India.

“Sekarang masih tahap awal, karena masih early success di pasar New Zealand. Nanti akan diluncurkan lebih banyak fitur terkait itu di kuartal empat mendatang,” kata Nigel.

Tim Astronaut sedang fokus pada pengembangan solusi berbasis SaaS dan PaaS agar dapat terintegrasi dengan sistem yang dimiliki perusahaan. Mereka juga sedang melakukan diskusi untuk kesempatan pembukaan job marketplace dan kanal edukasi di tahun 2022 mendatang.

Astronaut saat ini sedang melakukan penggalangan dana tahap pra-seri Adengan target $2 juta.

“Visi kami di Astronaut adalah menciptakan ekosistem tenaga kerja yang berkelanjutan di Indonesia melalui kekuatan teknologi,” kata Nigel.

Akuisisi POPSkul

Bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas Astronaut dalam meningkatkan kualitas lamaran tenaga kerja, Astronaut mengakuisisi POPSkul. Sebuah platform yang menyediakan layanan uji kompetensi dan sertifikasi keterampilan. Didirikan pada tahun 2020 oleh Chandra Marsono, POPSkul telah menggunakan dan berkolaborasi bersama Astronaut sebelum akuisisi.

Setelah akuisisi, Chandra akan menempati posisi baru sebagai Head of PR & Marketing di Astronaut.

Dengan akuisisi perdana ini, Astronaut akan terus berinvestasi mengembangkan platform POPSkul, dan mengintegrasikan sertifikat kompetensi ke dalam profil kandidat tenaga kerja di platform Astronaut.

“Tentunya, dengan bergabung bersama Astronaut, kami bisa membuat proses sertifikasi lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang, terutama selama pandemi ini,” kata Chandra.

Di pasar tenaga kerja saat ini, memiliki sertifikasi resmi adalah indikator terbaik yang banyak dicari oleh perusahaan pemberi kerja. Di sini, Lembaga Sertifikasi Kompetensi berperan sangat penting dalam peningkatan kualitas SDM. Namun, akses sertifikasi ini banyak terhalang faktor logistik, terutama di daerah kepulauan seperti Indonesia.

Pandemi dan tenaga kerja

Meskipun pandemi menimbulkan berbagai tantangan, namun ekosistem rekrutmen di Asia Tenggara dapat beradaptasi dengan baik. Berbagai universitas dan pusat pelatihan lebih membuka diri dan mengapresiasi kehadiran sistem digital yang andal dan hemat biaya, yang digunakan untuk penilaian keterampilan, wawancara, pelatihan, ujian, dan proses rekrutmen lainnya.

Adaptasi ini membawa disrupsi signifikan dalam ekosistem tenaga kerja. Pemain tradisional dipaksa mengadopsi alat digital untuk menjalankan divisi personalia mereka, dengan mengandalkan platform dan tools seperti Astronaut dan POPSkul sebagai mitra teknologi terpercaya.

Badan Pusat Statistik mencatat, terdapat 29,12 juta orang (14,28 persen) penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19, terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (2,56 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (0,76 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,77 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 (24,03 juta orang).

Menurut Kepala Pusat Statistik Pemerintah Indonesia Dr. Suhariyanto, di Indonesia sekitar 8,8% (2,56 juta) penduduk usia kerja saat ini belum memiliki pekerjaan, sementara 30 juta lulusan baru akan memasuki dunia kerja selama lima tahun ke depan. Pandemi pun akan ikut memperparah angka ini. Dengan jumlah pasokan tenaga kerja yang tinggi, perusahaan pun harus mengandalkan teknologi untuk mencari dan menemukan kandidat yang tepat.

“Sebagai platform rekrutmen berbasis mobile yang didukung oleh data, Astronaut bertujuan untuk menjadi teknologi SDM canggih yang meningkatkan kecepatan dan kualitas perekrutan,” kata Nigel.

Platform SDM di Indonesia

Di Indonesia sendiri, banyak platform edtech yang fokus pada peningkatan keterampilan. Popularitasnya turut didorong program pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas SDM, seperti pada program Kartu Prakerja — bantuan pendanaan bagi masyarakat untuk mengakses program keterampilan secara online.

Pemainnya juga sudah cukup beragam seperti Skill Academy dari Ruangguru, Rolmo untuk belajar dari role model di industri, Binar Academy dan Hacktiv8 untuk pemrograman, Cakap UpSkill, Sekolah.mu, dan masih banyak lagi.

Sementara startup yang menawarkan layanan pekerjaan juga cukup berkembang pesat, bahkan ada yang secara spesifik fokus ke kalangan kerah biru seperti Sampingan, MyRobin, AdaKerja, dan lain-lain. Tentu ini menjadi sinyal bagus untuk membantu masyarakat mendapatkan akses ke sumber perekonomian yang lebih baik.

Produk Sukses Mendukung Keberhasilan Startup

Great companies are built on great products

– Elon Musk, CEO Tesla Motors

Salah satu faktor kesuksesan startup adalah ketika menghadirkan produk yang berfungsi dengan baik dan digunakan orang banyak. Apakah itu untuk mempermudah komunikasi, melancarkan bisnis, hingga mengelola finansial.

Memang tidak mudah untuk membuat produk yang lansung bisa diterima oleh target pengguna. Dibutuhkan jalan yang panjang dan proses trial and error.

Ketika ide sudah ditemukan dan sudah divalidasi dengan dukungan data dan riset, langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah membuat prototype. Jangan lupa untuk melakukan tes sebelum produk diluncurkan ke publik.

Kenali siapa target pengguna yang ingin disasar, seperti apa kesukaan mereka dan di mana mereka berada. Seberapa penting produk yang ditawarkan akan digunakan konsumen. Ini adalah pilar penting untuk mengenal pelanggan Anda dan cara terbaik menjangkau mereka.

Justika Ungkapkan Potensi Pertumbuhan Legaltech Selama Pandemi

Ada beberapa catatan menarik yang dibagikan oleh Co-Founder dan CEO Justika Melvin Sumapung dalam sesi #SelasaStartup DailySocial.id bertajuk “The Potential of Legaltech in Indonesia”. Pertama, ia melihat pandemi telah mendorong lebih banyak masyarakat untuk melek terhadap persoalan hukum.

Selain itu konsultasi legal secara online juga semakin meningkat permintaannya. Topik yang banyak dicari adalah persoalan hukum dan regulasi yang bersinggungan dengan tren platform pinjaman online. Banyaknya kasus pinjol bodong saat ini di kalangan masyarakat menjadi perhatian tersendiri bagi mereka untuk mencari tahu dan tentunya lebih berhati-hati lagi dalam hal pemilihan platform finansial yang tepat.

Pemahaman legal

Justika’s CEO and Co-founder, Melvin Sumapung with CTO dan Co-founder, Husein / Justika

Meskipun secara traksi sebelum sepopuler platform lain seperti telemedis, namun kanal konsultasi legal berbasis teknologi dinilai memiliki tren yang menjanjikan. Sebagai platform yang menyediakan layanan tersebut Justika mencatat, kebanyakan persoalan hukum atau konsultasi yang banyak ditanyakan kepada mereka adalah persoalan keluarga. Mulai dari waris, perceraian, dan lainnya.

Saat ini, Justika fokus pada tiga bidang hukum yang sering dihadapi masyarakat, yakni hukum keluarga, hukum yang melibatkan UMKM, dan hukum properti. Perusahaan berencana untuk memperluas dan memberikan akses layanan hukum lainnya yang dibutuhkan masyarakat.

Sebagai platform yang menjembatani advokat dengan pengguna, mereka juga ingin memudahkan proses tersebut dengan biaya terjangkau. salah satu caranya adalah memberikan opsi layanan yang bisa dipilih di platform. Hal ini menurut mereka cukup efektif untuk menghindari legal action yang melibatkan pengacara.

“Kebanyakan jika sudah melibatkan pengacara dan semua berjalan secara offline, akan menghabiskan waktu dan biaya yang sangat besar. Memanfaatkan platform seperti Justika, semua persoalan bisa di mediasi secara kekeluargaan,” kata Melvin.

Untuk memberikan informasi yang lebih akurat seputar waris, Justika telah menjalin kerja sama strategis dengan platform CariUstadz guna meluncurkan Kalkulator Waris Islam. Diharapkan Kalkulator Waris Islam menjadi sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami kesulitan dalam hal perhitungan harta waris dan pendampingan dalam pembagian harta waris tersebut sesuai dengan hukum Islam.

Teknologi juga telah memudahkan Justika untuk menghubungkan advokat yang relevan dengan pengguna. Menerapkan Natural language processing (NLP), pertanyaan yang sudah disaring sejak awal, kemudian bisa menentukan kebutuhan pengguna dengan advokat yang tepat. Dalam proses kurasi ini, Justika mengklaim melakukan monitor langsung.

Pandemi dan pertumbuhan platform legaltech

Selama pandemi tercatat ada beberapa persoalan hukum lain yang kemudian banyak ditanyakan oleh pengguna Justika. Di antaranya adalah persoalan ketenagakerjaan. Mulai dari proses untuk merumahkan pegawai, kontrak kerja, hingga memberikan adjustment yang tepat untuk gaji pegawai.

Selain persoalan ketenagakerjaan, mereka juga banyak menerima permintaan dan pertanyaan seputar utang piutang usaha, kredit macet, persoalan keterlambatan pembayaran klien dan masih banyak lagi. Persoalan ini mulai banyak muncul saat pandemi.

Dalam Global Legal Tech Report yang disusun Australian Legal Technology Association dan Alpha Creates, pandemi COVID-19 adalah tantangan teratas bagi perusahaan legaltech di seluruh dunia.

Meskipun masih banyak yang dilakukan secara konvensional, namun jasa hukum berbasis teknologi hingga saat ini sudah makin banyak jumlahnya. Pandemi secara langsung telah membantu platform seperti Justika untuk bisa mempercepat pertumbuhan bisnis, menawarkan jasa hukum hingga konsultasi secara digital.

Bulan Juni lalu Justika telah mengantongi pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari Skystar Capital.

“Salah satu cara yang kemudian secara agresif kami terus lakukan adalah edukasi. Apakah itu dalam bentuk konten, webinar dan masih banyak lagi,” kata Melvin.

Gambar Header: Depositphotos.com

Mulai Bangun Startup Sekarang!

Sudah ada ratusan startup saat ini di Indonesia. Semua startup tersebut tidak langsung muncul dan menjadi besar. Semua berawal dari perusahaan kecil berisi 2-3 orang yang dimulai dari garasi.

Sebagian besar perusahaan raksasa teknologi versi Forbes dimulai sebagai startup. Facebook yang berawal dari jaringan antar mahasiswa di Harvard atau Google yang merupakan proyek penelitian dua mahasiswa Stanford hanyalah beberapa contoh.

Dengan strategi dan produk yang tepat, yang sesuai dengan target pasarnya, sebuah startup bisa berkembang dan menjadi unicorn.

Tentunya tidak mudah untuk mendirikan startup. Pertanyaan pertama yang harus Anda tanyakan pada diri sendiri adalah apakah ada yang menerapkan ide yang sama sebelumnya. Jika tidak, lalu mengapa?

Terdapat jutaan orang kreatif yang bermimpi meluncurkan startup saat ini. Beberapa dari mereka mungkin sudah meluncurkan ide yang sama seperti yang Anda pikirkan. Ada banyak startup yang gagal membangun bisnisnya di masa awal, namun jangan jadikan hal tersebut menghambat niat Anda meluncurkan sebuah startup.

The greatest lesson that I learned in all of this is that you have to start. Start now, start here, and start small. Keep it Simple.

– Jack Dorsey, Co-Founder dan CEO Twitter

Kejora-SBI Orbit Fund Invests on Bicycle Electric Motorcycle Battery Developer

In order to encourage the growth of electric motor users in the country, PT SWAP Energi Indonesia launched the “SWAP Battery System” innovation. Was founded in 2019, the SWAP Smart System intends to answer the needs of motorcyclists with high mobility who want to switch to electric motorbikes but are reluctant to spend hours charging their motorbike batteries.

In particular, the SWAP Battery System offers a 9-second battery-swapping innovation that has been distributed across hundreds of strategic points in Jakarta. Users no longer need to experience queuing processes such as filling up at gas stations; simply open the SWAP application (with a claimed savings of around 25% compared to gasoline) and immediately exchange batteries at the nearest SWAPPoin. This technology has been adapted by PT Smoot Motor Indonesia through the output of its newest smart electric motor called SMOOT Tempur.

“By switching to SMOOT motorcycles that are environmentally friendly and integrated with the SWAP Battery System, riders don’t have to worry when they have to travel long distances on electric motorcycles; they can enjoy savings in daily transportation costs while making a positive contribution through reducing air pollution,” PT Smooth Motor Indonesia’s Founder and CEO, Irwan Tjahaja said.

Claiming to have a significant difference with other similar service providers, SMOOT is referred to as a “smart” electric motor because it starts from a motor, battery, battery exchange place (SWAPPoin); everything is connected in a SWAP application. SMOOT users can always monitor the latest battery status and also the location of the motor. Nevertheless, for user’s convenience and security, SMOOT is equipped with an anti-theft system that can also be accessed through the application when the vehicle is lost or stolen.

Battery can be ordered through the application / SWAP

Investment from Kejora-SBI Orbit Fund

SWAP has received seed funding from Kejora-SBI Orbit Fund, which is a venture capital funding collaboration between Kejora Capital and SBI Holdings. In particular, since its initial launch, Kejora-SBI Orbit Fund intends to invest in startups that focus on the Indonesian market. In its debut, Kejora-SBI Orbit Fund committed to disburse $30 million.

Kejora-SBI Orbit’s Executive VP, Richie Wirjan revealed to DailySocial, in the future this SWAP will not only provide solutions for batteries, but also as an energy distribution company.

“We see that the electric vehicle currently used as one use case, then we will also look at logistics related to education and MSMEs. Therefore, we see that SWAP is more than just a battery for motorcycles. This will be the first trial for electric vehicles. In the future, we will see the use cases in several other logistics companies,” Richie said.

Electric vehicles is one of the SWAP use cases, which in the future will continue to develop into other sectors such as logistics, education and also support for MSME players,” Richie said.

His expectation on this innovation, two-wheeled EV players don’t have to create other infrastructure. They simply adopt the 9-second battery swap system from SWAP, therefore, a sharing economy can be achieved between fellow EV players in this ecosystem.

Currently, SWAP continues to communicate with several leading logistics companies in Indonesia, expecting to continue intensifying the adoption of SMOOT smart electric motors in the next 4th quarter.

Electric vehicle growth potential

Although there are still many Indonesian motorcycle users who choose gasoline based over electric ones, it is predicted that electric motorcycles will have positive growth in the future. According to BPS data in 2019, around 112,000,000 motorcycles have made Indonesia the world’s 3rd largest motorcycle market, and directly contributed to the high level of air pollution and its impact on public health.

Data statistik BPS pengguna sepda motor / Sumber : BPS
BPS statistics on motorcycle users / Source: BPS

With new electric motorcycle brands continue to emerge, the battery capacity is still relatively small and the performance is minimal, resulting in shorter mileage.

The 9-second battery swap concept offered by SWAP Energy allows drivers to always use the best performing battery without waiting for hours to charge like other electric batteries. PT Swap Energi Indonesia has conducted in-depth research for the development of battery and electric motor technology since 2019.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here