Kiprah Nayoko Wicaksono: Mengurusi Algoritma dan Menjadi “Angel Investor”

Cukup lama malang melintang di industri teknologi informasi Indonesia, Nayoko Wicaksono kini makin asyik dengan peranan sebagai angel investor dan advisor di sejumlah startup. Ia juga masih sibuk mengembangkan platform pembelajaran online Algoritma yang fokus mencetak lebih banyak talenta data scientist di Indonesia.

Kepada DailySocial, Nayoko membagikan suka duka pengalaman sebagai angel investor dan membesarkan startup.

Advisor dan angel investor

Nayoko Wicaksono saat memberikan pelatihan / Algoritma

Nayoko memulai perkenalan dengan industri startup teknologi Indonesia dengan menjadi bagian ekspansi Rocket Internet. Ketika bekerja di Emtek, dia menjadi jembatan perusahaan dengan salah satu portofolio digital terbesarnya, Bukalapak. Sisanya telah menjadi sejarah.

Berbekal pengalamannya menjadi founder startup dan mentor di sejumlah program inkubator dan akselerator, Nayoko mulai merambah sebagai angel investor. Meskipun mengklaim masih di skala kecil, ia ingin terlibat lebih dalam membantu startup baru mengembangkan bisnis mereka.

“Dengan memanfaatan disposible income, saya kemudian mulai berinvestasi kepada startup yang saya percaya. Dalam hal ini saya tertarik untuk berinvestasi setelah melihat passion dan keyakinan pendiri startup tersebut,” kata Nayoko.

Belajar dari pengalaman mendirikan startup sendiri, Nayoko melihat chemistry yang tercipta antara founder dan investor menjadi krusial saat melakukan penggalangan dana. Investor perlu diyakinkan oleh pendiri startup bahwa mereka memiliki visi dan misi yang kuat dalam membangun startup mereka. Beberapa startup yang menjadi portofolionya adalah Ajaib, ZIPMEX dan KitaLulus.

Tentu saja tidak semuanya berlangsung mulus. Nayoko menyebutkan ada startup di dalam portofolionya yang tidak sukses bertahan lama.

Kegiatan lain Nayoko adalah menjadi advisor. Dari jajaran portofolionya, Nayoko mengklaim terlibat secara langsung dan siap membantu hal-hal yang dibutuhkan para pendiri. Selain sebagai advisor independen, Nayoko juga menjadi Venture Partner Artesian, sebuah firma venture capital as a service.

Dilakukan secara paruh waktu, Nayoko membantu Artesian mengelola investasi korporasi yang ingin berinvestasi ke startup. Salah satunya adalah Amatil X milik Coca Cola. Startup yang didanai Amatil X termasuk Wahyoo dan Kargo.

“Bantuan yang saya berikan bukan hanya nasihat, namun juga networking hingga bantuan lainnya yang dibutuhkan oleh startup–memanfaatkan jaringan dan pengalaman saya sebagai entrepreneur,” kata Nayoko.

Berkembang bersama Algoritma

Algoritma data career Day / Algoritma

Didirikan bersama Co-Founder Samuel Chan, sejak tahun 2017 lalu Algoritma memiliki misi mencetak tenaga kerja data science berkualitas di Indonesia. Meskipun di awal peluncuran proses pelatihan kebanyakan dilakukan secara offline, saat pandemi kondisinya mulai beralih sepenuhnya secara online.

Pandemi telah mendorong lebih banyak masyarakat umum mempelajari dan mengikuti program yang ditawarkan Algoritma. Tercatat sejak tahun 2018  Algoritma telah memiliki sekitar 16 ribu siswa di seluruh Indonesia yang telah lulus mengikuti program pelatihan dengan kurun waktu 3 sampai 4 bulan.

“Algoritma berhasil mengembalikan dana investasi dari investor yang misi dan visinya kurang aligned. Kita melihat apakah investor tersebut membawa value atau tidak, jika tidak kami memutuskan untuk mengembalikan uang mereka dan mengembalikan kontrol perusahaan. Dengan demikian tim Algoritma bisa lebih fokus memikirkan sustainability,” kata Nayoko.

Algoritma diklaim memiliki tingkat retention yang baik. Untuk memudahkan siswa bergabung bersama Algoritma namun kesulitan untuk melakukan pembayaran, dihadirkan juga program beasiswa untuk 40 siswa setiap tahunnya.

“Kami mendapat feedback dari calon siswa yang ingin begabung dengan Algoritma namun kekurangan biaya karena pandemi tahun 2020 lalu. Algoritma sendiri menyiapkan dana sekitar Rp8 miliar untuk program beasiswa ini untuk 4 tahun ke depan,” kata Nayoko.

Algoritma juga telah menjalin kemitraan dengan berbagai universitas di Indonesia untuk memberikan kurikulum dan peluang beasiswa kepada mereka yang ingin memahami lebih lanjut tentang data science. Saat ini perusahaan telah memperluas kehadiran mereka di Singapura.

Mereka juga mengembangkan layanan dengan memberikan kesempatan kepada  lulusan terbaik bekerja sebagai data scientist di Jepang, Inggris Raya, dan  Amerika Serikat melalui sister company mereka, Supertype. Kegiatan ini telah berlangsung selama setahun terakhir.

“Harapannya kita bisa memberikan impact agar skill bisa didemokratisasi, terutama bagi mereka yang terkena dampak automasi agar bisa memiliki skill baru yang bermanfaat ke depannya,” tutup Nayoko.

Empat Hal yang Perlu Dicermati Jika Ingin Menjadi “Data Scientist”

Makin besarnya permintaan tenaga data scientist di Indonesia saat ini, ternyata tidak dibarengi dengan jumlah tenaga data scientist yang berkualitas. Hal tersebut terjadi karena Indonesia masih terbilang baru dalam hal pengolahan big data dan belum adanya edukasi yang menyeluruh soal data scientist.

Menurut Co-Founder Algoritma Nayoko Wicaksono, untuk bisa menjadi seorang data scientist yang baik dibutuhkan pengalaman serta wawasan dan pemikiran yang cukup dewasa untuk bisa mengolah dan menganalisis data yang ada.

“Karena alasan itulah mengapa banyak tenaga data scientist yang fresh graduate belum terlalu mahir melakukan analisis dan pengolahan data. Mereka yang pernah bekerja dan terbilang berpengalaman, ideal untuk menjadi tenaga data scientist yang baik.”

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, Nayoko Wicaksono yang memiliki kelas dan tempat pelatihan untuk menjadi seorang data scientist, Algoritma, memberikan beberapa tips untuk bisa menjadi data scientist yang tepat.

Diperlukan talenta yang multiskill

Pengolahan data memanfaatkan tenaga data scientist, diklaim mampu mengurangi biaya pengeluaran sebuah startup hingga perusahaan jika diterapkan dengan baik. Berbeda dengan proses pengolahan data sebelumnya yang masih menggunakan cara-cara konvensional, pengolahan data saat ini begitu kompleks, sehingga dibutuhkan talenta yang multiskill untuk bisa memecahkan solusi.

Idealnya, seorang data scientist yang baik harus memiliki kemampuan memahami matematika, statistik, hingga basic logic dan tentunya memiliki pengalaman yang luas.

Harus bisa berkolaborasi dengan semua tim

Untuk bisa menghasilkan analisis data yang tepat, seorang data scientist harus bisa melakukan kolaborasi yang baik dengan divisi lain dalam perusahaan. Misalnya, jika bagian pemasaran membutuhkan analisis untuk data soal pemasaran hingga consumer behaviour, seorang data scientist harus bisa memahami kemudian menganalisis permintaan tersebut. Untuk bisa menghasilkan analisis yang tepat, kerja sama tim dan kolaborasi yang baik mempengaruhi keberhasilan tersebut.

Hindari belajar sendiri secara online

Untuk bisa memahami apa itu data scientist, variabel apa yang mempengaruhi dan bagaimana cara tepat menganalisis suatu masalah, belajar langsung di kelas/pelatihan/kursus sangat disarankan. Hindari untuk belajar secara otodidak secara online, karena begitu banyak pemahaman hingga proses yang harus dilalui, menjadikan informasi dan pelajaran harus diketahui secara langsung dari pakar dan guru yang berpengalaman.

Tidak ada acuan atau sistem pengukur skill data scientist

Karena profesi ini masih terbilang baru, saat ini belum diketahui dengan pasti seperti apa data scientist yang paling baik. Idealnya seorang data scientist  yang berpengalaman adalah mereka yang mampu mempelajari data set perusahaan tempat mereka bekerja. Semakin baik seorang data scientist mempelajari dan menganalisis data yang ada, semakin cerdas mereka melakukan proses tersebut.

“Sekedar informasi, untuk tenaga data scientist yang masih amatir saja sudah bisa mengantongi gaji sebesar Rp10-20 juta, bisa dibayangkan berapa besar gaji yang diterima untuk seorang data scientist  “unicorn”  yang merupakan istilah bagi data scientist profesional,” kata Nayoko.

Komitmen Algoritma Tumbuhkan Ekosistem Data Scientist di Indonesia

Pada bulan Desember lalu, Algoritma sebagai penyedia layanan belajar data sains menggelar acara “Academy Launch” di Block71 Jakarta. Kegiatan ini merupakan perkenalan resmi Algoritma yang akan dimulai pada bulan Januari 2018. Acara peluncuran akademi ini dihadiri oleh beberapa pihak termasuk perwakilan Kominfo, Bekraf, dan beberapa pelaku startup teknologi. Hadir sebagai pembuka acara Hanifah Makarim, Kasubid Dana Masyarakat Direktorat Akses Non Perbankan BEKRAF. Ia menyampaikan bahwa data sains merupakan salah satu komponen terpenting untuk bisnis masa kini, termasuk bagi startup untuk memperhitungkan berbagai keputusan guna meningkatkan kepercayaan para investor.

Selain itu, Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo juga hadir menyatakan dukungan dan harapannya bagi pembinaan talenta data sains di Indonesia. Menurutnya di Indonesia yang bisa diolah sangat banyak untuk berbagai kebutuhan dan seharusnya kita bisa menggunakan data tersebut dengan tepat guna. Semuel juga menambahkan bahwa pengolahan data Indonesia belum maksimal karena kurangnya sumber daya manusia yang mampu menjalankan tugas ini dengan baik.

Dalam acara ini, Algoritma juga menghadirkan beberapa pembicara dalam diskusi panel dari perusahaan rekanan yang membahas mengenai karier dalam data. Diskusi panel yang dimoderatori oleh Nayoko Wicaksono (Managing Director Algoritma) ini mengupas bagaima­na aplikasi pekerjaan data scientist di beberapa perusahaan di Indonesia. Pembicara yang hadir dan memberikan insight adalah Norman Sasono (Co-founder & CTO Bizzy Indonesia), Irzan Raditya (CEO Kata.ai), Galvin Marne (Head of Marketing, Iflix Indonesia), Suwandi Soh (CEO Sleekr), dan Natali Ardianto (ex Co-founder & CTO Tiket.com).

Data sains banyak disebut sebagai “the new oil”. Jika beberapa tahun lalu minyak merupakan sumber daya yang paling mahal dan paling banyak dicari orang, saat ini minyak telah digantikan oleh data. Data menjadi sumber daya yang sangat mahal dan penting bagi semua jenis industri karena data dapat membantu para pengambil keputusan untuk menentukan arah bisnis. Data sifatnya sangat cepat, bervariasi, dan sangat banyak jumlahnya.

Data dapat berupa informasi mengenai data diri seorang pelanggan dan sejarah pembelian selama beberapa bulan, data pengunjung museum dalam satu minggu, data penjualan sepeda motor di Jakarta, data curah hujan, dan lain-lain. Semua jenis data ini menjadi bernilai guna apabila diolah dan dianalisis dengan benar. Untuk dapat memanfaatkan data dengan tepat guna, dibutuhkan ilmu yang dinamakan data sains. Data sains adalah pengetahuan yang dibutuhkan untuk memperoleh data, menganalisisnya, sampai melaporkan hasil data yang dapat ditampilkan dalam bentuk metrik bisnis sampai perilaku pengguna dalam perusahaan.

Algoritma adalah penyedia akademi data sains, yang bisa diikuti oleh siapa saja tanpa latar belakang pemrograman atau statistika. Dibangun dengan tujuan mengisi kekosongan antara permintaan dan persediaan data scientist di Indonesia, Algoritma melihat bahwa kesempatan ini sangat tepat untuk memperkuat ekonomi Indonesia dengan mendukung iklim bekerja berdasarkan data.

“Algoritma menyediakan pelatihan intensif data science bagi siapa saja yang tertarik menjadi data scientist dalam waktu singkat. Sebagai penyedia pendidikan data sains satu-untuk-semua, Algoritma membantu setiap siswanya bukan hanya dalam kebutuhan akademis namun juga pekerjaan,” sambut Nayoko Wicaksono, Co-Founder Algoritma.

Kurikulum Algoritma dibagi menjadi dua spesifikasi, yakni visualisasi data dan machine learning. Dalam dua spesifikasi ini, setiap siswa akan belajar menggunakan bahasa pemrograman R dan/atau Python. Setiap siswa tidak diwajibkan untuk mengambil dua spesifikasi sekaligus karena masing-masing spesifikasi mempunyai proyek yang berbeda di akhir akademi.

Sejak Juli sampai November 2017, Algoritma sudah meluluskan sebanyak 175 siswa yang merupakan gabungan spesifikasi visualisasi data dan pembelajaran mesin. Para lulusan ini berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari fresh graduates, programmer, IT manager, sales and marketing officer, risk management officer, CTO, dan CEO. Semua lulusan tersebut merupakan para siswa yang menghadiri pelatihan Algoritma yang diadakan selama 3 hari dan berhasil membangun projek untuk masing-masing spesifikasi.

Pada bulan Januari 2018, Algoritma mulai membuka kelas akademi, yakni belajar data sains secara intensif selama 6 bulan. Setiap peserta dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti spesifikasi visualisasi data atau pembelajaran mesin atau keduanya. Masing-masing kelas akan berlangsung dengan maksimal peserta sebanyak 20 orang dan setiap peserta akan dibantu oleh asisten pengajar. Iklim belajar di Algoritma didesain senyaman dan seefektif mungkin agar setiap peserta berhasil menyelesaikan proyek yang ditugaskan di akhir akademi.

Sebagai agenda awal, Algoritma juga akan mengadakan acara “Kickstart series: Building a Metrics-Driven Startup”. Acara ini akan diadakan pada 10 Januari 2018 mendatang, mulai pukul 18.00 bertempat di Kantorkuu, Agro Plaza Ground Fl., Jl. H. R. Rasuna Said. Dalam workshop ini akan dipelajari tentang bagaimana membuat sebuah dasbor visual menarik untuk menggambarkan metrik capaian sebuah bisnis. Salah satu fokusnya untuk menghadirkan data yang relevan bagi startup saat melakukan pitching ke investor. Jka tertarik untuk mengikuti  acara ini, pendaftaran masih dibuka secara online: https://goo.gl/jpBPZf

kickstartseries(fbpost)

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Algoritma.

algoritma dan Misi Mencetak Tenaga “Data Scientist” Berkualitas di Indonesia

Makin maraknya kehadiran startup hingga layanan e-commerce yang berbasis teknologi saat ini, memunculkan posisi baru yang memiliki peranan penting dalam bisnis. Mulai dari data analyst, data engineer, dan data scientist, semua posisi tersebut makin di cari namun terbilang masih sedikit jumlahnya.

Melihat potensi tersebut, algoritma, startup yang fokus kepada program dan kegiatan pendidikan untuk data scientist, hadir di Indonesia. Meskipun masih baru berjalan selama 4 bulan, algoritma memiliki visi untuk mencetak tenaga muda profesional yang ahli dalam pengolahan data.

“Saat ini untuk melihat dan mengolah data tidak cukup lagi menggunakan cara-cara lama, data semakin tidak teratur dan bersifat real-time, sehingga sudah harus dilakukan pendekatan yang lebih modern bukan lagi menggunakan cara konvensional,” kata Co-Founder dan Course Producer algoritma Samuel Chan kepada DailySocial.

Nama Samuel Chan sebelumnya dikenal sebagai Founder dan CEO HyperGrowth, yang merupakan perusahaan teknologi yang mengembangkan solusi otomasi pemasaran untuk pengiklan mobile dan perusahaan aplikasi mobile. Hypergrowth juga sempat mengembangkan Growthbot. Setelah menjalankan bisnis selama 3 tahun, Samuel memutuskan melakukan pivoting dari Hypergrowth menjadi algoritma.

Bersama tim dan formula yang diklaim terbaik, Samuel Chan dan Co-founder-nya, Nayoko Wicaksono, mendirikan algoritma sebagai platform untuk belajar dan mengenal lebih jauh data science.

“Kita telah melakukan komunikasi yang intensif dengan investor ketika memutuskan untuk melakukan pivoting. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa model bisnis yang baru lebih menjanjikan dan dengan tim yang ada saat ini memiliki potensi yang cerah untuk dikembangkan,” kata Samuel.

Aktif menggelar workshop dan kelas data science

Masih kurangnya wadah atau platform yang menghadirkan kesempatan untuk belajar soal data science dan pengetahuan terkait lainnya, tenaga data scientist asal Indonesia masih sangat minim sehingga harus mengimpor tenaga data scientist dari negara lain.

“Saya melihat lingkungan kita saat ini belum memiliki tenaga yang cukup siap menghadapi perubahan teknologi saat ini. Dengan alasan itulah tim dari algoritma ingin merubah keadaan sesuai dengan visi dan misi kita,” kata Samuel.

Saat ini algoritma telah memiliki sekitar 450 peserta yang telah mengikuti kegiatan workshop. Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di luar kota, seperti Surabaya. Sudah 13 workshop yang digelar oleh algoritma, dan dalam waktu dekat akan meluncurkan workshop terbaru tentang Python-based workshops. Secara keseluruhan algoritma menyediakan pelatihan untuk R and PYTHON juga pilihan untuk kursus dan bootcamps  data science.

algoritma juga sudah memiliki sekitar 22 klien korporasi sejak pertama diluncurkan. Meskipun masih sangat belia, algoritma disebutkan sudah memiliki tim solid berjumlah 12 orang.

“Dalam waktu 5 tahun ke depan ketika otomasi mulai menggantikan pekerjaan rutin manusia, algoritma ingin menjadi bagian dalam hal menyiapkan tenaga kerja yang handal dan terlatih,” tutup Samuel.

Plug and Play Indonesia Gelar “Demo Day” 9 Startup Batch Pertama

Akselerator startup berbasis di Silicon Valley Plug and Play Indonesia menggelar acara Demo Day untuk 9 startup yang lolos dalam program akselerator di Jakarta. Turut hadir dalam kegiatan Demo Day batch pertama tersebut Presiden Direktur Plug and Play Indonesia Wesley Harjono, Managing Partner Plug and Play APAC Jupe Tan, dan Direktur Akselerator Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono.

“11 startup yang lolos seleksi telah melalui proses penyaringan menjadi hanya 9 startup yang lolos program akselerasi Plug and Play Indonesia. Untuk selanjutnya akan kami bina dan berikan dukungan kepada 9 startup ini hingga mendapatkan deal dari investor,” kata Jupe.

Sembilan startup yang berhasil masuk ke tahap Demo Day merupakan startup yang telah berhasil lolos dari penyaringan awal yaitu sebanyak 400 aplikasi startup. Layanan yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari yang menyasar layanan transportasi, financial technology (fintech), pertanian, edutech hingga HR. Seluruh startup mendapat kesempatan untuk berkolaborasi dengan korporasi dan suntikan dana tahap awal sebesar US$50 ribu.

“Di batch pertama ini kami membuka pendaftaran startup secara umum, namun demikian dari batch pertama ini kami sudah bisa melihat, seperti apa startup yang bakal kami fokuskan untuk batch kedua Plug and Play Indonesia,” kata Wesley.

Selama 14 minggu para startup telah menerima dukungan dari Plug and Play Indonesia berupa mentorship, hingga bertemu dengan para regulator untuk melancarkan model bisnisnya.

Sembilan startup yang lolos program akselerasi Plug and Play dan berhak untuk mempromosikan bisnisnya dalam kegiatan Demo Day adalah Dana Didik, KYCK, Otospector, Bustiket, Karta, SayurBox, Brankas, Astronaut, Wonderworx.

Masih minimnya edukasi dan ketrampilan para Founder

Dalam kesempatan tersebut hadir pula salah satu mentor Plug and Play Indonesia, Sukan Makmuri, yang merupakan CTO PT Kudo Teknologi Indonesia (KUDO). Selama bertugas menjadi mentor, Sukan masih melihat kurangnya ketrampilan hingga kemampuan para Founder startup Indonesia. Hal tersebut menurut Sukan yang menjadi salah satu faktor utama mengapa belum ada startup baru yang bisa eksis dan sustainable.

“Bukan hanya model bisnis yang menjadi perhatian kami di Plug and Play Indonesia, namun juga kemampuan dan skill dari para Founder yang saat ini masih sangat minim.”

Ditambahkan Sukan, Founder yang baik idealnya harus mampu untuk melakukan kompromi dan tidak menganggap ide bisnis startup yang dimiliki adalah absolut.

“Penting bagi Founder untuk memiliki daya tahan yang kuat serta pintar untuk menentukan waktu yang tepat kapan startup dengan layanan dan produk yang dimiliki bisa diluncurkan. Timing is everything in startup world,” kata Sukan.

Selain timing, menurut Wesley, produk yang bisa memberikan solusi terbaik untuk masyarakat juga menjadi faktor penentu keberhasilan startup. Karena alasan itulah Plug and Play Indonesia melakukan proses kurasi untuk menentukan startup yang bisa memberikan solusi terbaik.

“Jika model bisnisnya sudah jelas dan bisa mengurai masalah yang ada, kami dari Plug and Play akan membantu startup binaan bertemu dengan regulator dan menjembatani layanan yang mereka berikan,” kata Wesley.

Plug and Play Indonesia Umumkan 11 Startup Ikuti Program Akselerator Batch Pertama

Plug and Play Indonesia, akselerator startup berbasis di Silicon Valley, mengumumkan 11 startup pilihan yang akan mengikuti program akselerasi batch pertama. Startup terpilih berhak mendapatkan fasilitas dari PNP Indonesia dan suntikan dana tahap awal sebesar US$50 ribu.

Sebelum terpilih, 11 startup tersebut telah menempuh proses seleksi yang ketat selama dua bulan. Secara total, lebih dari 400 startup mengajukan aplikasi ke Plug and Play Indonesia berasal dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Bali, Singapura, Malaysia, Hong Kong, India, Brazil, dan Jerman. Angka tersebut disaring hingga 50 startup untuk mengikuti tahap pitching pada Maret 2017 lalu.

Saat pitching, startup diwajibkan untuk menjelaskan profil tim, model bisnis, traction, dan rencana finansial. Setelah dinyatakan lolos, startup berhak mengikuti final pitching di hadapan PNP Indonesia, PNP Asia Pasifik, PNP Silicon Valley, dan perwakilan dari mitra perusahaan PNP Indonesia.

Saat terpilih, seluruh startup mendapat kesempatan untuk berkolaborasi dengan korporasi dan suntikan dana tahap awal sebesar US$50 ribu. Selain itu, mereka akan mendapat bimbingan 1-on-1 mentorship program oleh 60 mentor dari berbagai bidang selama tiga bulan guna mengasah kemampuan startup. Serta, fasilitas coworking space Rework di Kuningan, selama program berlangsung.

“Startup yang terpilih ini bukan dilihat dari usia berapa lama mereka telah beroperasi. Yang terpenting, mereka sudah menciptakan traction, meski usianya baru beberapa bulan. Selain itu kami juga melihat pengalaman dari tim startup itu sendiri. Sebab dari situ menjadi tugas kami untuk bantu mereka growing,” kata Accelerator Director PNP Indonesia Nayoko Wicaksono, Senin (8/5).

Berikut ini adalah 11 startup terpilih dalam batch pertama:

1. Dana Didik: platform penggalangan dana untuk pembiayaan pendidikan, menghubungkan mahasiswa kurang mampu dengan donatur yang mau mendanai, dengan minimal investasi sebesar Rp50 ribu. Adapun untuk imbal hasil yang ditawarkan adalah bagi hasil dengan bunga yang dibebankan ke mahasiswa sebesar 0%.

2. KYCK: startup yang berbasis di Singapura ini menyediakan akses kepada penyedia jasa keuangan dalam menangani proses Know Your Customer (KYC).

3. Otospector: platform penyedia jasa pengecekan mobil bekas. Perusahaan memiliki teknisi yang ahli dan berpengalaman dalam memeriksa mobil, laporan disampaikan secara objektif dan netral disampaikan melalui email.

4. Bustiket: penyedia layanan pemesanan tiket bus secara online. Sudah memiliki aplikasi namun sementara ini baru tersedia untuk pengguna Android. Mereka juga sudah bekerja sama dengan 70 operator bus yang berlokasi di Jawa.

5. Karta: penyedia layanan iklan revolusioner lewat kendaraan roda dua. Untuk pengendara kendaraan, mereka akan mendapatkan uang sesuai jarang yang ditempuh.

6. SayurBox: platform e-commerce untuk pembelian sayur mayur langsung dari produsen. Startup ini sudah berdiri sejak Juli 2016, bermitra dengan 22 petani individual dan kelompok tani berlokasi di sekitar Jawa Barat.

7. Brankas: platform manajemen finansial dengan fitur mengirim dan menerima pembayaran, melacak anggaran, dan mengelola rekening bank lewat ponsel.

8. Astronaut: startup ini berbasis di Singapura, menyediakan aplikasi untuk wawancara dengan calon pelamar kerja lewat video-selfie.

9. Bandboo: startup fintech yang bermain di sektor asuransi online asal Singapura. Layanan ini memungkinkan pengguna untuk menikmati pertanggungan asuransi tanpa harus pergi ke perusahaan asuransi.

10. Wonderlabs: merupakan portal pencari pekerja outsourcing khusus designer dan engineer. Startup ini sudah berdiri sejak 2015 di Yogyakarta.

11. Toucan: platform virtual e-wallet yang saling terintegrasi dengan layanan keuangan lainnya, memberi solusi untuk orang-orang yang belum memiliki rekening bank.

Mengupas Kendala Layanan Fintech dan Logistik E-Commerce di Indonesia

Hari terakhir kegiatan Global Ventures Summit 2017 membahas topik yang saat ini menjadi tren di Indonesia yaitu fintech dan e-commerce. Sebagai negara yang saat ini masih dikenal paling rendah literasinya terhadap finansial, hal tersebut masih menjadi kendala terbesar, terutama untuk layanan fintech lokal hingga asing yang ada di Indonesia.

Sesi diskusi yang dipandu Nayoko Wicaksono dari Plug n Play, Ninou Sarwono dari Capital Group, dan Simon Costello dari HaloMoney membahas tantangan yang dihadapi oleh layanan fintech di tanah air.

Kesulitan startup layanan fintech untuk scale-up

Tahun 2017 bisa dibilang merupakan tahun terbaik untuk layanan fintech di Indonesia. Makin maraknya layanan P2P lending, layanan keuangan dan lainnya hadir di Indonesia, menandakan potensi yang cerah bagi layanan fintech saat ini. Namun demikian bagi layanan fintech yang sudah menjalankan bisnisnya selama 1-2 tahun terakhir, saat ini mengalami kesulitan untuk melakukan scale up.

Selain scale up, kendala lainnya yang hingga kini masih dirasakan oleh semua layanan fintech di Indonesia adalah masih rendahnya rasa percaya atau trust dikalangan pengguna untuk melakukan pembayaran dan aktivitas keuangan lainnya melalui desktop dan aplikasi mobile. Di sisi lain Indonesia sendiri merupakan negara terbanyak yang masih belum memiliki akun rekening dan bank, dan minimnya kepemilikan kartu kredit.

“Saya melihat perbedaan tersebut terlihat dengan layanan fintech di AS yang lebih banyak didorong oleh pelaku startup, sementara di Indonesia operator telekomunikasi hingga bank, memiliki andil yang besar dan cukup agresif menghadirkan layanan fintech untuk pengguna,” kata Simon Costello.

Besarnya jumlah pengguna di operator telekomunikasi dan bank menjadi keuntungan lebih tentunya untuk memasarkan berbagai layanan yang ada. Simon menambahkan bahwa agar layanan fintech di Indonesia bisa eksis, harus fokus apakah ingin menjadi aggregator atau platform provider.

Dukungan pemerintah untuk layanan fintech

Layanan fintech selama ini selalu di asosiasikan dengan regulator, dalam hal ini OJK hingga Bank Indonesia. Agar semua pelaku startup yang menyasar layanan fintech bisa menjalankan bisnisnya dengan baik, dibutuhkan dukungan dan pengawalan yang cukup intensif dari regulator di Indonesia.

“Saat ini pemerintah Indonesia dan para regulator pada khususnya sudah mulai agresif membantu layanan fintech untuk menemukan formula dan regulasi yang tepat. Diharapkan nantinya akan lebih cepat dan aktif lagi regulator membuat keputusan serta kebijakan yang ada,” kata Ninou Sarwono.

Dilema layanan logistik di Indonesia

Muhamad Fajrin Rasyid dari Bukalapak, Loren Sanchez dari Linio, Krishnan dari Fabelio

Hari terakhir GVS 2017 juga menghadirkan pemain e-commerce dari Meksiko yaitu Loren Sanchez dari Linio, Krishnan dari Fabelio dan Muhamad Fajrin Rasyid dari Bukalapak. Dalam perbincangan tersebut masing-masing membicarakan tentang kendala terkait logistik di Indonesia dan Meksiko yang ternyata tidak jauh berbeda.

Luasnya wilayah di Indonesia terkadang menyulitkan layanan e-commerce untuk melakukan pengiriman barang ke pelosok di Indonesia. Kesamaan lain yang diklaim Loren Sanchez dari Linio adalah model kemitraan yang diterapkan Bukalapak dengan pihak logistik.

“Kami memiliki kemitraan dengan 10 perusahaan logistik di Indonesia. Hal tersebut memudahkan pengguna yang dengan bebas memilih perusahaan logistik mana yang ingin digunakan untuk pengantaran barang,” kata Fajrin.

Senada dengan Bukalapak, Linio juga melakukan kemitraan dengan beberapa perusahaan logistik serta memberikan kebebasan untuk pengguna melakukan pengantaran sesuai dengan perusahaan logistik pilihan.

“Karena luasnya Meksiko, terkadang para kurir kesulitan menemukan alamat karena tidak dilengkapi dengan alamat yang jelas dan kode pos. Hal tersebut yang hingga kini kasih menjadi kendala terbesar kami,” kata Loren.

Masalah lain yang kerap dihadapi Bukalapak adalah masih banyaknya penjual yang memanfaatkan media sosial. Kebanyakan dari penjual tersebut banyak yang palsu, namun berhasil menarik perhatian pembeli dengan iming-iming harga yang murah dan produk yang beragam.

“Karena penjual palsu tersebut makin rendah kepercayaan masyarakat Indonesia untuk melakukan pembelian secara online. Hal tersebut secara langsung merugikan kami sebagai layanan e-commerce yang sepenuhnya membutuhkan kepercayaan publik,” kata Fajrin.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Global Ventures Summit 2017

Kegiatan Plug and Play Indonesia Masuki Tahap Seleksi Akhir Penjurian

Setelah melakukan rangkaian acara, termasuk melakukan sosialisasi di beberapa daerah, akhirnya kegiatan Plug and Play (PNP) Indonesia telah memilih 25 startup terbaik. Para startup tersebut nantinya harus mempresentasikan karya terbaiknya di hadapan beberapa pihak, termasuk dari PNP US, PNP APAC dan perwakilan perusahaan pendukung kegiatan PNP Indonesia, dalam hal ini Astra dan BNI.

Sebelumnya dari hasil tur di Jakarta, Tangerang, Bandung dan Bali, PNP Indonesia berhasil menerima ratusan submisi startup, baik dalam negeri maupun startup luar negeri yang hendak melakukan ekspansi ke pasar Indonesia. Dari ratusan startup tersebut telah dilakukan presentasi tahap 50 besar, hingga akhirnya separo dari mereka dieliminasi dan terpilih 25 besar yang ada saat ini.

Tahap seleksi akhir 25 besar ini akan diadakan pada 12 April 2017 mendatang. Dan pengumuman peserta lolos akan disampaikan pada akhir bulan April ini. Startup yang terpilih akan dapat menikmati fasilitas coworking space gratis selama 3 bulan yang bertempat di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan. Di samping itu, Plug and Play juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan penyedia jasa yang diharapkan dapat mendukung operasional sehari-hari mulai dari konsultasi hukum sampai harga khusus untuk pembelian perlengkapan kantor.

Di penghujung program yang dijadwalkan berlangsung selama 3 bulan ini, PNP Indonesia juga akan mengadakan Demo Day guna menjembatani startup lulusannya dengan investor lokal maupun internasional. Tidak kalah penting, startup lulusan PNP Indonesia juga akan memiliki akses ke dalam komunitas teknologi di Silicon Valley Amerika Serikat.

“Salah satu tujuan utama dari accelerator program ini adalah menyiapkan startup terbaik untuk lebih mudah mendapatkan investasi di putaran berikutnya. Kami tidak melihat venture capital sebagai pesaing, melainkan kami saling melengkapi dalam ekosistem ini,” tutur Wesley Harjono selaku President Direktur Plug and Play Indonesia.

Sesuai dengan slogan yang diusung oleh Plug and Play “our passion is to see startup succeed”, PNP Indonesia terus bekerja mempersiapkan berbagai workshop dan sesi mentoring bagi para startup yang akan berpartisipasi selama 3 bulan dalam program akselerator mulai bulan Mei 2017. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 65 mentor dari berbagai bidang dan keahlian yang sudah berkomitmen untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia melalui Plug and Play.

“Dengan dukungan yang menyeluruh seperti ini, diharapkan para startup yang mengikuti akselerator program di Plug and Play Indonesia dapat fokus pada pengembangan dan pemasaran produk mereka,” tutur Direktur Akselerator di Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono.

Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk kegiatan akselerator Plug and Play Indonesia.

Plug and Play Indonesia akan Menanamkan Investasi kepada Entrepreneur “Sangat Muda”

​Hari ini, akselerator startup teknologi terkemuka Plug and Play Indonesia mengumumkan bahwa pihaknya akan menanamkan investasi kepada wirausahawan ‘sangat muda’ di Nusantara, bahkan perusahaan tersebut juga akan mempertimbangkan mereka yang masih berusia 5 tahun.

Akselerator startup yang berbasis di Silicon Valley tersebut sering menjadi perbincangan karena metode inovatif yang digunakannya dalam menemukan dan membina orang-orang yang berbakat dalam bidang teknologi. Namun, Nayoko Wicaksono, selaku direktur program lokal mengatakan bahwa Plug and Play Indonesia harus menciptakan terobosan terbaru jika pihaknya ingin menghasilkan produk-produk dan entrepreneur yang akan berpengaruh nantinya.

“Jenjang wirausahawan dimulai sejak dini. Rentang usia ini – mulai dari usia sekitar lima tahun – merupakan usia terbaik untuk menyerap pengetahuan serta melakukan pembelajaran,” terang Nayoko.

“Membangun sebuah bisnis akan memberikan pengalaman berharga yang akan membantu mengembangkan kepercayaan diri, keterampilan berorganisasi, manajemen, serta komunikasi. Anak-anak ini dapat dibina sedini mungkin untuk menjadi entrepreneur ulung di masa depan. Lagipula, kami merupakan investor yang menawarkan investasi jangka panjang yang melihat prospek hingga 30 tahun ke depan.”

Nayoko juga mengatakan bahwa misi Plug and Play di Jakarta tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan. ”Kami sangat passionate untuk membina entrepreneur terbaik 30 tahun lebih cepat daripada kompetitor. Kami ingin wirausahawan muda bisa mengejar impian mereka. Ketika Anda memiliki passion untuk melakukan sesuatu, kami percaya bahwa Anda sudah menempuh setengah jalan menuju kesuksesan.”

Di samping menanamkan investasi di startup yang dikelola anak-anak, Plug and Play Indonesia juga menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar mengenai investasi. “Kami juga memiliki koneksi dengan beberapa investor muda sukses berumur 10-15 tahun, yang menanamkan modal bersama dengan orang tua mereka yang kaya untuk membantu sesama entrepreneur,” tambah Nayoko.

Ketika ditanya apakah konsep ini akan membuahkan hasil di Indonesia, Wicaksono mengatakan:

“Mereka tidak takut gagal. Justru, sebagai pakar teknologi inheren, mereka penuh dengan rasa penasaran. Mereka mengenal teknologi sejak lahir. Fasilitas tempat belajar yang kami sediakan bagi anak-anak tersebut dipenuhi dengan berbagai tools startup dalam bentuk mainan yang akan membantu mengembangkan ketertarikan serta pembangunan usaha mereka. Kami juga memiliki koneksi mentor yang luas yang dapat menjadi guru serta pengasuh yang baik bagi wirausahawan muda tersebut.”

Lebarnya Peluang Pasar B2B dan Pentingnya Pematangan “Growth” Startup

Plug and Play (PNP) Indonesia mengadakan roadshow-nya ke Yogyakarta, Jumat (10/3). Membawa acara bertajuk “Successful Entrepreneur Core Skill”, acara ini fokus pada diskusi seputar growth yang perlu ditekankan oleh para startup di Indonesia. Diskusi dimoderatori Nayoko Wicaksono selaku Accelerator Director PNP Indonesia, dengan pemateri Irving Hutagalung selaku Audience Evangelism Microsoft Indonesia dan Keith Tan Quan-Lai selaku Co-Founder Wonderlabs.

Salah satu yang menjadi highlight dalam diskusi tersebut adalah tentang segmentasi B2B (Business to Business) yang dapat dioptimalkan startup digital. Hal ini merujuk pada hasil survei yang dilakukan Microsoft terhadap pemimpin bisnis di Indonesia, mayoritas (lebih dari 90 persen) mereka mengaku siap dan penting untuk melakukan transformasi bisnis ke digital. Menurut Irving, di sini terdapat kesempatan besar untuk “bermain”.

“…layanan seperti untuk mempermudah penanganan konsumen, kebutuhan human resources, hingga pemasaran mereka sedang butuh. Mereka (konsumen bisnis) punya uang untuk membayar itu. Itu kesempatan startup untuk hadir,” ujar Irving.

Memanfaatkan teknologi terkini, realisasi produk bertaraf korporasi akan menjadi penting. Dicontohkan penerapan Artificial Intelligence untuk ragam kepentingan berkaitan dengan konsumen.

“Contohnya menggunakan Cognitive Services APIs. Bayangkan saja jika ada startup membuat platform yang membuat iklan digital menjadi lebih dinamis. Dengan services yang sudah ada, sistem bisa mendeteksi wajah orang yang sedang mengakses, dan menentukan gender dan usia. Maka iklan yang ditampilkan akan lebih pas,” lanjut Irving.

Wonderlabs adalah salah satu startup yang sukses masuk ke dalam portofolio beberapa venture capital. Wonderlabs diinvestasi oleh SPH Media Fund (Singapore), Plug & Play (Silicon Valley) dan Click Ventures (Hong Kong).

Dalam diskusi, Keith Tan menyampaikan bahwa terdapat banyak aspek yang mendorong pertumbuhan bisnis. Salah satu yang dilakukan Wonderlabs ialah dengan merekrut talenta terbaik. Salah satu alasan markasnya di Indonesia bertempat di Yogyakarta karena Wonderlabs mampu menjaring lulusan terbaik di kota tersebut.

Kedua pembicara juga sempat menyinggung salah satu strategi growth adalah memfokuskan pada pengembangan produk inti. Sebagai bisnis yang menyajikan layanan atau produk berbasis teknologi, sebisa mungkin proses pengembangan dikonsentrasikan pada produk atau layanan tersebut.

Growth menjadi penting tatkala sebuah bisnis harus dipertanggungjawabkan. Investor memiliki agenda jelas saat mereka memilih untuk berinvestasi di suatu startup, yaitu meyakini bahwa suatu saat startup tersebut akan menghasilkan profit. Di bisnis consumer (B2C – Business to Consumer) pola “bakar uang” masih banyak dilakukan. Alasannya sederhana, demi mendulang angka capaian traksi pengguna yang besar.


Disclosure: DailySocial adalah media partner rangkaian acara Plug and Play Indonesia di Yogyakarta.