Bahasa.ai Secures Follow-on Funding Led by East Ventures

Bahasa.ai, a startup developer of the NLP / NLU platform for the Indonesian language, announced continued funding with a nominal, led by its previous investor, East Ventures. This round was attended by new investors, such as DIVA, SMDV, and Plug and Play Indonesia.

Previously, Bahasa.ai received seed funding from East Ventures with undisclosed value in August 2018. Bahasa.ai’s Co-Founder & CEO, Hokiman Kurniawan cannot reveal any further details related to this round while in contact with DailySocial.

“This round is after the seed funding and we don’t put a series. The entrance [of new investors] has started from the beginning of the year,” he said, Wednesday (1/7).

DIVA, as a publicly listed company, in its official statement wrote the Bahasa.ai’s investment was launched in April 2020 through a subsidiary company. The investment aims to strengthen one of its products, DIVA Intelligent Instant Messaging to provide a 360-degree experience to consumers, especially those who are less tech-savvy.

The entrance of Bahasa.ai, indeed, broadens user’s target segment. DIVA alone focuses on the SME segment, while Bahasa.ai supports e-commerce players, banking, and the modern retail segment.

The company’s business transformation has changed, from B2B2C to B2C, allowing access to user engagement and facilitating access to relevant products and services with faster and more accurate responses.

“Bahasa.ai has a healthy business model and a strong track record in supporting large companies and leading e-commerce players in empowering their business in digital technology, especially in the area of ​​chatbot and AI technology,” the company wrote.

The Company hopes that by connecting the company with the DIVA Group, Bahasa.ai can enter the larger ecosystem, both commercially and financially. Several companies have used the company’s service, including Dana, Tokopedia, Sinarmas Bank, Bussan Auto Finance, and Panorama JTB.

Bahasa.ai applies a neutral network algorithm that is unique to Indonesian, allowing the chatbot platform to interact with consumers in a natural way. Like talking with a personal assistant or friend.

Typographical errors, informal phrases, and Indonesian slang can be detected and predicted by Bahasa.ai because Bahasa.ai memorizes and predicts repeated behavior or frequent transactions.

Bahasa.ai offers appropriate and relevant advice for its users. Also, another capability as an advantage, the “push notification” feature that offers relevant call-to-action, based on customer profiles and existing history.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bahasa.ai Kantongi Pendanaan Lanjutan Dipimpin East Ventures

Bahasa.ai, startup pengembang platform NLP/NLU untuk Bahasa Indonesia, mengumumkan pendanaan lanjutan dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin investor terdahulunya, East Ventures. Putaran ini diikuti oleh jajaran investor baru, seperti DIVA, SMDV, dan Plug and Play Indonesia.

Sebelumnya, Bahasa.ai mengantongi pendanaan tahap awal dari East Ventures dengan nominal dirahasiakan pada Agustus 2018. Detail terkait putaran terbaru ini belum bisa dipaparkan lebih lanjut oleh Co-Founder & CEO Bahasa.ai Hokiman Kurniawan saat dihubungi oleh DailySocial.

Round ini setelah seed dan tidak kita beri seri. Masuknya [para investor] sudah dari awal tahun,” katanya, Rabu (1/7).

Mengingat DIVA adalah perusahaan terbuka, dalam keterangan resminya dipaparkan investasi ke Bahasa.ai dilakukan pada April 2020 melalui entitas anak perseroan. Tujuan dari investasi ini adalah memperkuat salah satu produknya, yakni DIVA Intelligent Instant Messaging memberikan pengalaman 360 derajat kepada konsumen, terutama segmen yang kurang melek teknologi.

Masuknya Bahasa.ai, tentunya memperluas target segmen pengguna. DIVA sendiri fokus pada segmen UKM, sementara Bahasa.ai mendukung pemain e-commerce, perbankan, dan segmen ritel modern.

Transformasi bisnis perseroan pun berubah, dari B2B2C menjadi B2C, memungkinkan akses ke user engagement dan memfasilitasi akses ke produk dan layanan yang relevan dengan respons yang lebih cepat dan akurat.

“Bahasa.ai memiliki bisnis model yang sehat dan rekam jejak yang kuat dalam mendukung perusahaan besar dan pemain e-commerce terkemuka dalam memberdayakan bisnisnya dalam teknologi digital, terutama pada area chatbot dan teknologi AI,” tulis perseroan.

Perseroan berharap dengan menghubungkan perusahaan dengan Grup DIVA, Bahasa.ai dapat memasuki ekosistem yang lebih besar, baik secara komersial dan finansial. Sejumlah perusahaan yang menjadi klien perseroan di antaranya adalah Dana, Tokopedia, Bank Sinarmas, Bussan Auto Finance, dan Panorama JTB.

Bahasa.ai mengaplikasikan algoritma jaringan netral yang unik bagi Bahasa Indonesia, memungkinkan platform chatbot untuk berinteraksi dengan konsumen dengan cara alami. Seperti halnya berbicara dengan asisten pribadi atau teman.

Kesalahan ketik, frasa informal, dan bahasa gaul Indonesia dapat dideteksi dan diprediksi oleh Bahasa.ai karena Bahasa.ai menghafal dan memprediksi perilaku berulang atau transaksi yang sering dilakukan.

Bahasa.ai menawarkan saran yang tepat dan relevan bagi penggunanya. Kapabilitas lainnya yang menjadi kelebihan adalah fitur “push notification” yang menawarkan calls-to-action yang relevan, berdasarkan profil konsumen dan riwayat yang ada.

Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 2: Memahami Program

Ada banyak keuntungan bagi startup saat mengikuti program inkubator atau akselerator. Pertama, startup mendapatkan pengetahuan komprehensif seputar bisnis dan kepemimpinan yang spesifik. Kedua, membukakan jalan kepada startup untuk bertemu dengan rekanan strategis, termasuk mitra bisnis dan investor. Yang ketiga, membantu startup menguji ulang berbagai asumsi produk dan pangsa pasar yang telah didefinisikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, setelah mematangkan persiapan pra-inkubasi/akselerasi, startup perlu mengoptimalkan keikutsertaannya dalam program. Demi mendapatkan kiat-kiatnya, kami menghubungi beberapa penyelenggara atau mentor kegiatan tersebut. Salah satunya Donni Prabowo, General Manager AMIKOM Business Park (ABP), sebuah inkubator startup berbasis di Yogyakarta.

Menurut Donni, hal mendasar yang harus benar-benar diserap founder saat mengikuti program inkubator adalah membangun entrepreneur mindset. Baru setelah itu masuk ke tahap selanjutnya, yakni validasi yang mencakup problem validation, product validation, hingga business model validation.

“Menurut kami yang paling mendasar adalah berkaitan dengan entrepreneur mindset. Kami harus menempa startup founder agar memiliki sikap mental positif, open mind, dan pantang menyerah. Integritas yang tinggi serta komitmen yang kuat sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah bisnis,” ujar Donni.

Pengembangan mentalitas juga menjadi salah satu misi yang ditekankan Hari Sungkari dalam menyusun kurikulum pra-inkubasi di BEKUP (BEKRAF for Pre-Startup). Pada akhirnya saat startup benar-benar terjun di pangsa pasar, karakter founder akan banyak menentukan arah startup. Menurut Hari, bisnis digital saat ini harus dihadapi dengan kejelian dan pola pikir terbuka, oleh karena itu ia menekankan kepada founder didikannya untuk selalu siap berubah.

“Kurikulum BEKUP mengacu pada Lean Startup, kesiapan untuk pivot sangat ditekankan di sini. Founder harus mau berubah, ketika ide yang telah divalidasi tidak menghasilkan respons di konsumen. Ini yang mau kita tekankan, karena BEKUP hadir menciptakan mentalitas founder startup yang tangkas,” jelas Hari.

Fokus pada product-market fit dan kemitraan

Dalam sebuah kesempatan wawancara, SEA Regional Manager Fenox Venture Capital, Jeff Quigley, pengusung program GnB Accelerator di Indonesia, mengatakan bahwa fokus utama program akselerator membantu startup menemukan product-market fit, bukan lagi sekadar memvalidasi ide. Salah satunya dilakukan dengan mengundang mentor dari ekosistem startup untuk membahas penguatan internal startup sampai strategi ekspansi. Penguatan tim akan berdampak pada kinerja yang semakin kencang, sementara itu strategi ekspansi membawa startup pada potensi bisnis baru.

“Tujuan akselerator memastikan startup yang lulus dari program siap untuk melakukan scale-up dan memberikan dampak di ekosistem startup. Kami memiliki prioritas untuk memastikan setiap startup memenuhi kriteria untuk penggalangan dana di tahap berikutnya,” ujar Jeff.

Managing Director Plug and Play Indonesia Wesley Harjono mengutarakan, salah satu tujuan program akselerasi juga menghubungkan startup dengan mitra korporasi dan organisasi besar lainnya, termasuk pemerintahan. Kemitraan dengan bisnis besar dinilai akan membuka peluang bagi startup binaan melakukan banyak penyesuaian bisnis, belajar dari pengalaman korporasi menghadapi pangsa pasar.

Masalah umum

Di Yogyakarta, program ABP hampir selalu berhadapan dengan startup di tahap awal (early-stage). Dari pengalaman yang ada, Donni menyimpulkan ada tantangan mendasar yang sering dihadapi startup dan dapat Dibenahi dalam program inkubator atau akselerator. Permasalahan tersebut seputar fokus bisnis, permodalan, dan akses ke pasar. Sepertinya masalah tersebut memang menjadi fenomena umum di mana-mana.

“Banyak startup gagal karena kehilangan fokus, disebabkan oleh banyak hal, salah satunya karena mereka sering menjadikan startup hanya untuk mengisi waktu luang saja, belum menjadi prioritas utama,” ujar Donni.

Berdasarkan pengalaman beberapa startup, gagal fokus tersebut juga disebabkan karena faktor permodalan. Mereka merasa harus menghidupi operasional startup dengan bekerja. Modal yang minim ini juga membuat startup merekrut anggota tim sekenanya, bukan didasarkan pada keahlian. Oleh sebab itu, program inkubator atau akselerator biasanya membantu startup dengan memberikan pendanaan tahap awal. Harapannya para founder dapat benar-benar fokus mengembangkan bisnisnya.

Terakhir adalah seputar akses ke pasar. Program inkubator atau akselerator umumnya didirikan oleh perusahaan investasi atau korporasi. Selain dengan kurikulum pendidikan dan permodalan, mereka juga hadir membawakan jalur koneksi startup kepada mitra strategis. Harapannya dapat mempercepat startup untuk mematangkan debut di pasar pasca produknya tervalidasi dengan baik.

GK-PnP Terus Jembatani Startup Binaan dan Mitra Korporasi

Melanjutkan kesuksesan program akselerasi batch pertama, Plug and Play bersama Gan Kapital (GK-PnP) kembali memperkenalkan startup pilihan mereka yang lolos dalam program akselerasi batch kedua. Dari 13 startup yang mengikuti batch kedua ini, hanya 11 startup yang diumumkan lolos ke tahap pitching di hadapan perwakilan pemerintahan dan investor.

Managing Director GK-PnP Wesley Harjono mengungkapkan, adanya persoalan internal dan alasan pribadi yang menyebabkan hanya 11 startup saja yang lolos di batch kedua ini.

“Sama seperti batch sebelumnya, kami melakukan penyaringan dan batch kedua ini hanya menampilkan 11 startup saja. Sebagai program akselerasi kami ingin membantu startup yang memiliki minat dan tentunya potensi.”

Berbeda dengan batch pertama yang fokus kepada startup fintech, di batch kedua ini GK-PnP mengklaim memiliki startup dari beragam kategori, mulai dari logistik, SaaS, hingga pengolahan limbah dan sampah.

“Ada juga startup lokal yang masih menyasar layanan fintech dengan model bisnis unik dan dibutuhkan masyarakat,” kata Wesley.

Membina kemitraan dengan korporasi

Sebagai dukungan menyeluruh kepada alumni program dan peserta batch saat ini, GK-PnP terus memperluas kemitraan dengan korporasi. Tercatat sudah ada empat korporasi yang menjadi mitra GK-PnP, yaitu BNI, BTN, Astra Internasional, dan Sinar Mas.

“Kita tidak ingin membatasi mitra dari sektor perbankan dan institusi keuangan saja. Selanjutnya kami juga akan membuka kemitraan dengan berbagai perusahaan hingga pemerintahan yang tertarik menjadi mitra GK-PnP,” kata Wesley.

Kemitraan tersebut menjadi peluang bagi startup binaan GK-PnP memverifikasi model bisnis sekaligus melakukan uji coba, sebelum layanan resmi diluncurkan.

“Karena itu kami akan menerima semua kebutuhan mitra dalam hal teknologi, dan bagaimana startup binaan GK-PnP bisa memberikan solusi tersebut. Kami ingin menjembatani kebutuhan  korporasi dengan startup,” kata Wesley.

Hingga kini sudah ada 8 pilot project yang berjalan antara startup binaan GK-PnP dan mitra korporasi.

Berikut adalah 11 startup terpilih di program akselerasi GK-PnP batch kedua:

1. Cheers Global Wallet memberikan kemudahan kepada developer mengintegrasikan e-wallet di dalam aplikasi yang dibangun secara mandiri

2. Dana Bijak merupakan layanan pinjaman online tanpa agunan yang menawarkan pinjaman mikro kepada masyarakat.

3. Datanest membantu perusahaan untuk mengolah data dengan machine learning dan artificial intelligence sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan.

4. Duit Hape merupakan sistem pembayaran dan pengiriman uang seluler independen yang dapat bekerja di semua sistem operasi, operator telekomunikasi, dan bank. Duit Hape memungkinkan pengguna untuk melakukan setoran tunai, penarikan, transfer, pembayaran cicilan, jaminan sosial, dan sebagainya.

5. Gandeng Tangan merupakan platform p2p lending yang bertujuan memberikan investasi jangka pendek untuk membantu pembiayaan UMKM.

6. Griggo: adalah aplikasi yang mengagregasi dan mengatur layanan pengumpulan serta daur ulang sampah. Startup ini pertama kali berdiri di Bali.

7. Indogold adalah platform online yang membantu pengguna melakukan investasi logam mulia secara aman dan fleksibel. Mulai dari tabungan emas dengan berat terkecil 0,001 gram, layanan cicilan untuk member, gadai emas, dan sebagainya. Indogold sebelumnya menjadi mitra eksklusif Bukalapak untuk layanan BukaEmas.

8. Manpro adalah aplikasi khusus dalam solusi bidang project management, khususnya dokumentasi proyek konstruksi.

9. Periksa.id adalah solusi untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang kesehatan menjadi lebih responsif, efektif, dan transparan. Pengguna dapat menulis resep, menyimpan catatan media, mengelola data pasien lewat platform ini.

10. Trukita adalah marketplace yang dapat digunakan untuk mencari harga terbaik dalam memenuhi kebutuhan truk dan kargo.

11. Weston menyediakan solusi sistem energi terbarukan di daerah terpencil di Indonesia. Sistem ini dapat digunakan oleh setiap rumah untuk mendapatkan akses listrik dengan sistem pembayaran pay per use berharga terjangkau.

Co-working Fintech Space Officially Launches, UnionSpace Marked Its Presence in Indonesia

Co-working space operator UnionSpace (previously known as Cre8) officially introduce its service in Indonesia by launching co-working Fintech Space in Jakarta specifically for fintech. The new office is targeted to officially operate in June 2018.

In its presence, UnionSpace partners with locals such as Indonesia’s Fintech Association (Aftech), Kejora Ventures and Gan Konsulindo. Through the strategic alliance, UnionSpace will develop partnership network includes GK-Plug and Play Indonesia and Founder Institute. Soon to be launched, a few international level startup accelerate programs.

“We are excited to be a part of business economic growth in Indonesia. One of which is in fintech. We believe that Indonesia will be a promotor for Southeast Asia’s market growth. Through Fintech Space, we support a rapid growth of fintech and an enormous wave of entrepreneurial revivals in fintech segment.” said UnionSpace’s CEO Albert Goh in the official statement.

For him, Fintech Space is expected to be a platform for collaboration among fintech stakeholders, including members of associations, regulators, finance companies, venture capital firms and the startup itself.

Besides, this venue will hold the number of fintech activities in the form of educational and sharing knowledge sessions to support capacity building of business players.

Aftech’s Chairman, Niki Luhur, added that Fintech Space could be a place for collaboration, exchange ideas and solutions as a means to create new innovations, and become the center of network development to accelerate fintech industry growth in Indonesia.

“Such public places are necessary to help accelerating fintech players work, in order to fulfill the priority of the national financial inclusion agenda for opening access to the financial services to at least 75% Indonesia’s population.” he said.

The registered members in Aftech has reached 137 people, bring together 114 fintech startup companies and 23 financial institutions.

UnionSpace itself first came up with the name Cre8 Community + Workspace. In October 2017, it receives invvestment from Kejora Ventures and Gan Konsulindo with undisclosed value. After the new investor, Cre8 in Indonesia with several other brands in Southeast Asia are fully transformed into UnionSpace.

Currently, UnionSpace is available in five locations around Jakarta, three locations in Manila and one located in Malaysia. In addition, it also has an online community platform “Enterprenity” which holds about 24 thousand users throughout the world.

Related to UnionSpace expansion, Albert Goh is targeting this year to add more than 20 locations in major Southeast Asia’s cities to be managed independently.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Resmikan Co-working Fintech Space, UnionSpace Tandai Kehadiran di Indonesia

Operator co-working space UnionSpace (sebelumnya bernama Cre8) meresmikan kehadirannya di Indonesia dengan meluncurkan co-working space Fintech Space di Jakarta khusus menaungi fintech. Kantor baru ini ditargetkan dapat beroperasi resmi pada Juni 2018.

Dalam kehadirannya, UnionSpace menggandeng mitra lokal seperti Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), Kejora Ventures, dan Gan Konsulindo. Melalui aliansi strategis ini, UnionSpace akan mengembangkan jejaring kerja sama yang mengikut sertakan GK-Plug and Play Indonesia dan Founder Institute. Juga segera meluncurkan beberapa program akselasi startup bertaraf internasional.

“Kami antusias untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ekosistem bisnis di Indonesia. Salah satunya di industri fintech. Kami percaya Indonesia akan menjadi salah satu motor bagi pertumbuhan pasar Asia Tenggara. Melalui Fintech Space, kami mendukung kemajuan fintech yang begitu pesat dan gelombang kebangkitan wirausaha di bidang fintech yang begitu besar,” ujar CEO UnionSpace Albert Goh dalam keterangan resmi.

Menurut Albert, Fintech Space diharapkan dapat menjadi wadah kolaborasi antara para pemangku kepentingan bidang fintech, meliputi para anggota asosiasi, regulator, perusahaan keuangan, perusahaan modal ventura, dan startup itu sendiri.

Di samping itu, tempat ini akan menjadi kegiatan diselenggarakannya sejumlah aktivitas fintech dalam bentuk sesi edukasi dan berbagi pengetahuan untuk mendukung peningkatan kapasitas para pelaku usaha.

Ketua Umum Aftech Niki Luhur menambahkan, Fintech Space dapat menjadi tempat kolaborasi, bertukar gagasan dan solusi sebagai sarana untuk melahirkan inovasi baru, serta menjadi pusat pengembangan jejaring untuk mempercepat pertumbuhan industri fintech di Indonesia.

“Ruang publik semacam ini dibutuhkan untuk membantu mengakselerasi kerja para pelaku fintech, agar dapat memenuhi prioritas agenda inklusi keuangan nasional yaitu membuka akses layanan keuangan kepada sedikitnya 75% penduduk Indonesia,” kata Niki.

Adapun anggota terdaftar dalam Aftech saat ini menghimpun 137 anggota, terdiri atas 114 perusahaan startup fintech dan 23 lembaga keuangan.

UnionSpace sendiri pertama kali hadir dengan nama Cre8 Community + Workspace. Pada Oktober 2017 lalu, menerima investasi dari Kejora Ventures dan Gan Konsulindo dengan nilai yang tidak disebutkan. Pasca investor baru masuk, Cre8 di Indonesia dan sejumlah merek lainnya di Asia Tenggara bertransformasi penuh menjadi UnionSpace.

Sejauh ini, UnionSpace beroperasi di lima lokasi di Jakarta, tiga lokasi di Manila, dan satu lokasi di Malaysia. Selain itu, juga memiliki platform komunitas online “Enterprenity” yang menampung sekitar 24 ribu pengguna dari seluruh dunia.

Terkait ekspansi UnionSpace, Albert menargetkan pada tahun ini dapat menambah lebih dari 20 lokasi di kota besar Asia Tenggara yang akan dikelola secara mandiri.

Plug and Play Indonesia Umumkan 13 Startup Peserta Batch Kedua

Program akselerator startup Plug and Play Indonesia mengumumkan 13 startup yang masuk ke dalam batch dua. Seluruh startup berhak mendapat pendanaan tahap awal (seed funding) sekitar US$50 ribu, workshop, 1-on-1 mentorship, coworking space, akses ke Silicon Valley, hingga peluang bekerja sama dengan rekan korporasi Plug and Play.

Yang berbeda dengan batch pertama, startup terpilih berasal dari industri yang beragam tidak hanya melulu dari layanan e-commerce saja. Ini memperlihatkan bahwa founder startup kini semakin memperhatikan solusi yang ditawarkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi industri. Oleh karena itu, startup yang dipilih Plug and Play kali ini lebih matang dari segi bisnis dibandingkan batch sebelumnya.

Tak hanya menyeleksi startup dari segi kematangan bisnis, Plug and Play juga melihat dari komitmen founder startup itu sendiri. Founder yang dipilih harus berkomitmen penuh pada startup yang dijalaninya dengan tidak memiliki lebih dari satu startup.

“Pada batch kali ini karena ekosistem startupnya sudah makin matang, maka variasi startupnya makin bermacam-macam. Berbeda dengan batch pertama, di mana pada waktu itu kematangan bisnisnya belum se-mature sekarang,” terang President Director Plug and Play Indonesia Wesley Harjono, Selasa (9/12).

Setelah diakselerasi selama tiga bulan, para startup akan dijadwalkan untuk mempresentasikan bisnis mereka ke hadapan GK – Plug and Play Expo dihadapan ratusan tamu eksklusif yang terdiri dari investor, pemerintah, C-Level Executives, dan media pada April 2017 mendatang.

Berikut 13 startup yang terpilih dalam batch dua adalah sebagai berikut:

1. Blynk: startup ini berasal dari Singapura, menyediakan platform yang membantu UKM, korporasi, dan badan pemerintahan untuk membuat aplikasi. Platform ini memungkinkan para pelaku UKM membangun aplikasi dengan fitur drag and drop dan tanpa menggunakan bahasa pemrograman.

2. Cheers Global Wallet: memberikan kemudahan kepada developer untuk mengintegrasikan e-wallet di dalam aplikasi yang dibangun secara mandiri, sehingga para pengguna dapat terhubung secara finansial.

3. Dana Bijak: merupakan layanan pinjaman online tanpa agunan yang menawarkan pinjaman mikro kepada masyarakat.

4. Datanest: membantu perusahaan untuk mengolah data dengan machine learning dan artificial intelligence sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

5. Duit Hape: merupakan sistem pembayaran dan pengiriman uang seluler independen yang dapat bekerja di semua sistem operasi, operator telekomunikasi, dan bank. Duit Hape memungkinkan pengguna untuk melakukan setoran tunai, penarikan, transfer, pembayaran cicilan, jaminan sosial, dan sebagainya.

6. Eresto: adalah layanan berbasis cloud untuk menjalankan restoran secara profesional, seperti manajemen persediaan, akuntansi, CRM, dan sebagainya dengan implementasi yang mudah.

7. Gandeng Tangan: merupakan platform p2p lending yang bertujuan memberikan investasi jangka pendek untuk membantu pembiayaan UMKM.

8. Griggo: adalah aplikasi yang mengagregasi dan mengatur layanan pengumpulan serta daur ulang sampah, startup ini berdiri pertama kali di Bali.

9. Indogold: adalah platform online yang membantu pengguna melakukan investasi logam mulia secara aman dan fleksibel. Mulai dari tabungan emas dengan berat terkecil 0,001 gram, layanan cicilan untuk member, gadai emas, dan sebagainya. Indogold sebelumnya ditunjuk menjadi mitra eksklusif dengan Bukalapak untuk layanan BukaEmas.

10. Manpro: adalah aplikasi khusus dalam solusi bidang project management, khususnya dokumentasi proyek konstruksi. Pengguna dapat mengakses dokumen atau gambar dengan mudah.

11. Periksa.id: adalah solusi untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang kesehatan menjadi lebih responsif, efektif, dan transparan. Pengguna dapat menulis resep, menyimpan catatan media, mengelola data pasien lewat platform ini.

12. Trukita: adalah marketplace yang dapat digunakan untuk mencari harga terbaik dalam memenuhi kebutuhan truk dan kargo.

13. Weston: menyediakan solusi untuk sistem energi terbarukan di daerah terpencil di Indonesia. Sistem ini dapat digunakan oleh setiap rumah untuk mendapatkan akses listrik dengan sistem pembayaran pay per use dengan harga terjangkau.

Lima Peserta Plug and Play Batch Pertama Dapatkan Investasi Lanjutan 13,5 Miliar Rupiah

Plug and Play Indonesia umumkan lima dari sembilan peserta angkatan pertama memperoleh investasi tahap lanjutan dari berbagai investor senilai lebih dari US$1 juta atau sekitar 13,5 miliar rupiah. Kelima startup itu adalah Astronaut, Brankas, DanaDidik, KYCK, dan Sayurbox.

Dalam milis yang disebar Plug and Play, tidak dijelaskan rincian nilai investasi yang diterima masing-masing startup beserta investornya. Hanya saja, sebelumnya DailySocial pernah memberitakan perolehan investasi tahap awal oleh DanaDidik dari Garden Impact Investment.

“Kami sangat bangga dengan pencapaian startup batch pertama kami. Setelah program akselerator berakhir, tidak berarti kami lepas tangan terhadap startup. Kami terus berikan dukungan, mulai dari konsultasi, memperkenalkan dengan investor dari dalam dan luar negeri, hingga membantu mereka menjalin kerja sama dengan rekan korporasi kami,” tutur Presiden Director Gan Kapital – Plug and Play Wesley Harjono, Jumat (29/12).

Selain mengumumkan investasi, Plug and Play juga umumkan kerja sama yang sudah terjalin antara startup binaannya dengan rekan korporasi Gan Kapital & Plug and Play, di antaranya Brankas, KYCK, dan Otospector. Brankas dan KYCK bekerja sama dengan BNI. Brankas disebut telah ekspansi ke pasar Malaysia.

Sedangkan Otospector, penyedia jasa inspeksi mobil bekas independen, telah teken kerja sama dengan Astra International dan Sinar Mas. Astronaut juga bekerja sama dengan salah satu unit usaha Sinar Mas yang bergerak di bidang asuransi.

Adapun Karta, penyedia jasa papan iklan sepeda motor, diumumkan telah meregistrasikan sekaligus mematenkan cara beriklan di atas motor. Tak hanya itu, Karta juga sudah hadir di delapan kota, di antaranya Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Bali, Medan dan Pontianak.

“Kami akan terus lakukan perbaikan di berbagai hal. Yang pasti, kami akan terus mendukung program Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat perekonomian digital di Asia Tenggara tahun 2020. [..] Awal tahun depan, kami akan umumkan startup yang masuk ke dalam batch kedua kami.”

Wesley menerangkan, saat ini pihaknya telah merampungkan proses seleksi untuk startup angkatan keduanya. Ada 13 peserta startup dari berbagai bidang yang akan bergabung dalam program akselerator ini dan mengikuti pelatihan selama kurang lebih tiga bulan. Dia juga menjanjikan, GK – Plug and Play akan mengadakan dua program akselerator setiap tahunnya.

Plug and Play Indonesia Gelar “Demo Day” 9 Startup Batch Pertama

Akselerator startup berbasis di Silicon Valley Plug and Play Indonesia menggelar acara Demo Day untuk 9 startup yang lolos dalam program akselerator di Jakarta. Turut hadir dalam kegiatan Demo Day batch pertama tersebut Presiden Direktur Plug and Play Indonesia Wesley Harjono, Managing Partner Plug and Play APAC Jupe Tan, dan Direktur Akselerator Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono.

“11 startup yang lolos seleksi telah melalui proses penyaringan menjadi hanya 9 startup yang lolos program akselerasi Plug and Play Indonesia. Untuk selanjutnya akan kami bina dan berikan dukungan kepada 9 startup ini hingga mendapatkan deal dari investor,” kata Jupe.

Sembilan startup yang berhasil masuk ke tahap Demo Day merupakan startup yang telah berhasil lolos dari penyaringan awal yaitu sebanyak 400 aplikasi startup. Layanan yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari yang menyasar layanan transportasi, financial technology (fintech), pertanian, edutech hingga HR. Seluruh startup mendapat kesempatan untuk berkolaborasi dengan korporasi dan suntikan dana tahap awal sebesar US$50 ribu.

“Di batch pertama ini kami membuka pendaftaran startup secara umum, namun demikian dari batch pertama ini kami sudah bisa melihat, seperti apa startup yang bakal kami fokuskan untuk batch kedua Plug and Play Indonesia,” kata Wesley.

Selama 14 minggu para startup telah menerima dukungan dari Plug and Play Indonesia berupa mentorship, hingga bertemu dengan para regulator untuk melancarkan model bisnisnya.

Sembilan startup yang lolos program akselerasi Plug and Play dan berhak untuk mempromosikan bisnisnya dalam kegiatan Demo Day adalah Dana Didik, KYCK, Otospector, Bustiket, Karta, SayurBox, Brankas, Astronaut, Wonderworx.

Masih minimnya edukasi dan ketrampilan para Founder

Dalam kesempatan tersebut hadir pula salah satu mentor Plug and Play Indonesia, Sukan Makmuri, yang merupakan CTO PT Kudo Teknologi Indonesia (KUDO). Selama bertugas menjadi mentor, Sukan masih melihat kurangnya ketrampilan hingga kemampuan para Founder startup Indonesia. Hal tersebut menurut Sukan yang menjadi salah satu faktor utama mengapa belum ada startup baru yang bisa eksis dan sustainable.

“Bukan hanya model bisnis yang menjadi perhatian kami di Plug and Play Indonesia, namun juga kemampuan dan skill dari para Founder yang saat ini masih sangat minim.”

Ditambahkan Sukan, Founder yang baik idealnya harus mampu untuk melakukan kompromi dan tidak menganggap ide bisnis startup yang dimiliki adalah absolut.

“Penting bagi Founder untuk memiliki daya tahan yang kuat serta pintar untuk menentukan waktu yang tepat kapan startup dengan layanan dan produk yang dimiliki bisa diluncurkan. Timing is everything in startup world,” kata Sukan.

Selain timing, menurut Wesley, produk yang bisa memberikan solusi terbaik untuk masyarakat juga menjadi faktor penentu keberhasilan startup. Karena alasan itulah Plug and Play Indonesia melakukan proses kurasi untuk menentukan startup yang bisa memberikan solusi terbaik.

“Jika model bisnisnya sudah jelas dan bisa mengurai masalah yang ada, kami dari Plug and Play akan membantu startup binaan bertemu dengan regulator dan menjembatani layanan yang mereka berikan,” kata Wesley.

Dana Didik Bantu Mahasiswa Biayai Kuliah dengan Layanan P2P Lending

Kesulitan membayar kuliah, umumnya selalu jadi momok permasalahan yang membayangi para pelajar, terutama bagi yang kurang mampu. Belum adanya lembaga jasa keuangan yang menghadirkan layanan tepat sasaran untuk para pelajar menjadi peluang Dipo Satria untuk mendirikan startup p2p lending Dana Didik.

Startup ini khusus menyasar mahasiswa yang ingin membiayai kuliahnya sendiri dengan cicilan yang ringan, sudah berdiri sejak pertengahan 2015. Dengan semangat ingin membantu mahasiswa, maka skema pengembalian pinjaman juga sedikit berbeda dibandingkan platform p2p lending lainnya.

Mahasiswa diberi keleluasaan untuk melunasi pinjaman setelah lulus atau malah sebelumnya dengan skema perhitungan yang lebih adil. Secara model bisnis, mahasiswa dapat mengajukan pinjaman maksimal Rp10 juta pada 12-18 bulan sebelum masa kelulusan.

Apabila sebelum masa kelulusan dan/atau belum berpenghasilan mahasiswa sudah mampu mengembalikan pinjaman, mereka dapat keringanan bunga 0%. Sementara, untuk yang sudah berpenghasilan skema yang dianut adalah bagi hasil dengan kisaran antara 10%-30% tergantung besaran pendapatan mahasiswa nantinya. Adapun tenornya, minimal 30 bulan setelah dihitung lulus kuliah.

“Sehingga ini benar-benar student loan yang bukan berbentuk donasi. Bagaimanapun juga, walaupun berbentuk pinjaman, Dana Didik dan sponsor berawal dari ingin membantu mahasiwa secara bertanggung jawab,” ucap Dipo saat dihubungi DailySocial, Selasa (1/8).

Saat ini, Dana Didik tergabung dalam salah satu peserta dari program akselerator Plug and Play Indonesia Batch I.

Adanya skema pengembalian yang berbeda, sambungnya, menjadi salah satu langkah manajemen risiko yang dikhawatirkan berpotensi sebagai kredit macet.

Sebelum memilih mahasiswa, pihak Dana Didik mengembangkan penilaian kredit dari internal berdasarkan potensi pekerjaan mahasiswa setelah lulus. Pihaknya melakukan proses verifikasi dari setiap mahasiswa, mulai dari latar belakang sekolah dan kondisi orang tua.

Terkait pencapaian sejauh ini, Dipo mengklaim bahwa pihaknya telah menerima sekitar 5 ribu aplikasi yang masuk ke Dana Didik hingga saat ini berlokasi di Kalimantan, Bali, Jawa Barat, Jawa Timur, hingga Bangka Belitung.

Adapun dari jumlah tersebut mahasiswa yang berhasil didanai sekitar 40 orang dengan total nilai yang tidak disebutkan. Dipo menargetkan sampai akhir tahun ini pihaknya dapat mendanai 300 mahasiswa.