Mengenal MSI GT72 Tobii dan Vortex Lebih Jauh

Dengan mengeksekusi strategi tepat di momentum tepat – memilih brand ambassador lalu secara efektif mengembangkan komunitas, MSI hanya memerlukan waktu singkat untuk menjadi brand gaming ternama di Indonesia. Kira-kira dua tahun silam, mereka mengambil sebuah arahan baru terhadap produknya, sehingga identitas tersebut semakin dikenal.

Apa maksudnya? Di Computex 2014, Micro-Star International mencoba menyegarkan kembali deretan laptop gaming mereka dengan mengusung kiblat desain baru, terinspirasi dari wujud supercar. Konsep itu tak cuma diterapkan pada penampilan, namun juga digunakan untuk merepresentasikan kinerja hardware. Menariknya, hingga pada acara pengenalan GT72 Tobii dan Vortex, kendaraan super lagi-lagi kembali dipakai sebagai perbandingan.

Mungkin Anda sudah tahu, GT72 Tobii ialah notebook gaming berteknologi eye-tracking, sedangkan Vortex adalah Mac Pro-nya gamer, penerima penghargaan CES 2016. Tobii dan Vortex memang jadi perhatian, tapi gathering kecil ini bukanlah ajang peluncuran produk, MSI cuma ingin menjelaskan lebih jauh mengenai teknologi yang ada di sana.

MSI GT72 Tobii & Vortex 03

Di pembukaan presentasi, perwakilan product marketing department Alex C.Y. Lin menyampaikan bahwa MSI bukanlah perusahaan besar. Kompetisi di bidang ini begitu sengit dan penempatan brand sangatlah krusial. MSI memutuskan buat mengarahkan produk pada user-user yang menginginkan device berperforma tinggi. Meski demikian, mereka tak mau sekedar menawarkan hardware canggih, namun fokus untuk menyajikan pengalaman gaming optimal.

MSI GT72 Tobii

Perangkat ini merupakan gaming laptop yang dibekali sistem pelacak mata pertama di dunia, ditenagai teknologi Tobii EyeX. Saat dahulu saya menjajalnya, kapabilitas ini memungkinkan pengguna mengendalikan kamera dalam game dengan gerakan mata. Alex menyampaikan, hal ini merupakan fungsi paling dasar eye-tracker. Sebetulnya teknologi menyimpan banyak potensi di berbagai skenario pemakaian.

MSI GT72 Tobii & Vortex 01

Salah satu game baru (dan kebetulan dibundel bersama GT72 Tobii) yang memanfaatkan EyeX adalah Tom Clancy’s The Division. Fitur ini sangat memudahkan gameplay, misalnya, Anda tinggal melihat ke satu tempat dan karakter bisa langsung diperintahkan berlindung di sana. Anda dapat menandai musuh cukup dengan melirik mereka, atau melihat keadaan sekitar tanpa memengaruhi arah gerakan karakter; dan area tempat mata Anda fokus jadi lebih jelas.

MSI GT72 Tobii & Vortex 04

MSI GT72 Tobii & Vortex 02

Menurut MSI, ini bukanlah cara curang untuk menang, melainkan upaya memaksimalkan teknologi canggih buat menguntungkan Anda. Ia juga bisa dimanfaatkan oleh para video-streamer. GT72 Tobii mengetahui arah mata broadcaster sehingga penonton dapat langsung mengetahui apa yang sedang ia lihat. Paket pembelian notebook ini dibundel aplikasi XSplit Gamecaster, terintegrasi ke Tobii Eye Tracking.

MSI GT72 Tobii & Vortex 06

Proses setup-nya sangat mudah, memakan waktu kurang dari tiga menit. Anda hanya perlu melewati serangkaian tes (melihat titik pada layar), dan buat mendapatkan hasil akurat, kita hanya perlu memilih tiga mode: mata normal, mata dengan lensa kontak, atau mode kacamata. Setelah beres, setting dapat disimpan ke profile berbeda, bisa di-load sewaktu diperlukan.

MSI GT72 Tobii & Vortex

Menghadapi tren virtual reality, MSI sebelumnya telah menyingkap jajaran notebook gaming ‘VR Ready’ pertama di dunia. Tetapi bagi mereka, eye-tracking jauh lebih fungsional untuk video game ketimbang VR. Pertama, ia betul-betul meningkatkan pengalaman bermain serta performa Anda dalam game kompetitif. Dan kedua, Tobii tidak membebankan hardware.

MSI Vortex

“Jika PC high-end kompetitor kami diibaratkan sebagai Range Rover serta mobil sedan sport, maka Vortex adalah Porsche 918 Spider,” kata Alex sambil memperlihatkan ilustrasi yang menyerupai outline Alienware Area-51 dan Asus RoG G20 di slide presentasi.

Vortex merupakan upaya MSI merombak konsep dasar dekstop gaming. Untuk menyuguhkan desain apik dengan ukuran padat tanpa mengorbankan kinerja, mereka merancang desain, struktur, serta sistem sirkulasi udara sendiri dari awal. Wujud Vortex membuat saya membayangkan versi futuristis dari helm kesatria Zaman Pertengahan.

MSI GT72 Tobii & Vortex 08

MSI GT72 Tobii & Vortex 09

Vortex memiliki tubuh berukuran 6,5-liter setinggi 26,8cm, tapi sanggup menghasilkan skor benchmark 3DMark 11 sebesar 21.000, setara dengan PC gaming yang 10 kali lebih besar darinya. Rancangan sistem pendingin Vortex memastikannya bekerja secara hening. Bahkan di saat full-load, ia cuma menghasilkan suara 37-decibel.

MSI GT72 Tobii & Vortex 10

Tampaknya ada beberapa varian spesifikasi yang bisa kita pilih, semuanya menggunakan chip Intel Core paling baru. Di model tercanggih, MSI memampatkan sepasang kartu grafis Nvidia GeForce GTX 980 – bukan versi laptop, dipadu RAM DDR4 2133 sampai 64GB, penyimpanan SSD M.2 dan mendukung HDD 2,5-inci, ditopang power supplygold certified‘ 450W. Tentu saja, di sana Anda juga dihidangkan fitur-fitur gaming eksklusif MSI.

MSI GT72 Tobii & Vortex 12

MSI GT72 Tobii & Vortex 11

Bahkan walaupun sudah dipamerkan ke hadapan media, status Vortex masih terbilang misterius. MSI belum meluncurkannya secara resmi, apalagi mengumumkan harganya di Indonesia. Alex bilang, ia ‘sedikit lebih murah dari tipe GT80 Titan termahal’.

MSI GT72 Tobii & Vortex 05

Hotel Hilton Gunakan Robot Bernama Connie Sebagai Penerima Tamu

Umumnya riset di bidang robotik tidak difokuskan pada satu fungsi tertentu, melainkan sebuah upaya eksplorasi menciptakan desain robot baru. Salah satu keuntungan hidup di abad ke-21 ini adalah kita telah melihat banyak sekali tipe robot dipamerkan. Tapi berbeda dari beberapa model eksperimental, Hilton memutuskan untuk menggunakan robot buat keperluan lebih praktis.

Pada hari Rabu kemarin, Hilton Worldwide mengumumkan kolaborasi bersama IBM demi mengerjakan proyek Connie. Ia merupakan robot bertenaga sistem komputer Watson pertama yang ditugaskan sebagai penerima tamu. Selain menyambut para pengunjung, Connie juga ditugaskan untuk menyajikan informasi mengenai lokasi-lokasi menarik, merekomendasikan restoran, serta menjelaskan fitur dan fasilitas hotel.

Sebagai langkah awal, perusahaan rakasasa dari Amerika Serikat itu menempatkan Connie di Hilton McLean Virgina. Di sana, sang robot sudah mulai belajar berinteraksi dengan para tamu dan merespons pertanyaan mereka secara ramah serta informatif. Connie memanfaatkan kombinasi dari sejumlah API (application program interface) Watson, termasuk Dialog, Speech to Text, Natural Language Classifier dan lain-lain.

Berkat perpaduan semua itu, Connie sanggup menyapa tamu serta menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Kemudian dengan mengakses WayBlazer, robot juga bisa menyarankan tempat-tempat wisata di area sekitar hotel. Watson sendiri adalah sistem komputer yang dapat menanggapi pertanyaan melalui ‘bahasa natural’, awalnya dikembangkan buat menaklukkan acara kuis Jeopardy! dan baru pada tahun 2013 ia diaplikasikan ke bidang komersial.

Lewat interaksi dengan user, Connie akan lebih banyak belajar dan beradaptasi; dari sana meningkat pula kapabilitas rekomendasinya. Menurut CTO IBM Rob High, proyek Connie mewakilkan sebuah perubahan dalam interaksi antara manusia dan mesin, ditopang oleh Watson. Terlepas dari itu, Connie tidak digunakan untuk menggantikan staf hotel, namun sebagai cara memudahkan pengunjung memperoleh informasi yang mereka butuhkan.

“Kami fokus untuk menyajikan pengalaman baru dalam pelayanan perhotelan – jadi lebih pintar, mudah dan menyenangkan,” tutur vice president Hilton Worldwide Jonathan Wilson di press release. “Dengan menggandeng partner seperti IBM Watson, kami membuat para pengunjung terpesona melalui metode yang tidak diduga.”

Connie diambil dari nama sang pendiri, Conrad Hilton. Menurut Hilton Worldwide, ia merupakan salah satu inovasi yang mereka terapkan ke bidang perhotelan, setelah sebelumnya memperkenalkan check-in Room Selection, Digital Key, serta program partnership dengan Uber dan Tesla.

Via Ars Technica. Sumber: PR Newswire.

Sinema Virtual Reality Pertama di Dunia Dibuka di Kota Amsterdam

Mungkinkah virtual reality menjadi mainstream? Itulah pertanyaan utama mengenai VR. Gaming mungkin merupakan faktor pendorong perkembangan teknologi terbesar, namun VR juga bisa dimanfaatkan dalam bermacam-macam ranah hiburan. Anda boleh jadi sudah tak asing dengan video 360, tapi apa jadinya jika virtual reality dipadukan bersama konsep bioskop?

Di awal bulan Maret 2016, dibukalah sinema virtual reality pertama di dunia, berlokasi di kota Amsterdam. Bioskop digarap oleh Samhoud Media sebagai tempat di mana tiap orang bisa semakin familier dengan VR. Tim tersebut sebelumnya pernah bertanggung jawab dalam pengerjaan sinema VR ‘pop-up‘, namun proyek baru ini lebih ambisius serta berskala lebih besar.

The Virtual Reality Cinema menyuguhkan satu ruang teater yang sanggup menampung kurang lebih 50 orang. Samhoud Media memanfaatkan empat komponen utama dalam sinema tersebut: headset Samsung Gear VR, smartphone Galaxy S6, headphone Sennheiser HD 201, serta kursi swivel sehingga Anda dapat berputar bebas sambil duduk.

Virtual Reality Cinema 01

Lewat kombinasi dari elemen-elemen di atas, The VR Cinema menyingkirkan masalah yang biasanya Anda temui di bioskop biasa; contohnya suara-suara notifikasi (bahkan panggilan) smartphone, bunyi orang mengunyah makanan, serta bisik-bisik obrolan penonton lain. Berkat perangkat virtual reality, tak ada lagi gangguan-gangguan menyebalkan, hanya ada Anda dan konten.

Gear VR memang merupakan pilihan terbaik di level portable VR. Ia tidak menuntut dukungan hardware high-end seperti Rift dan Vive, hanya memerlukan handset Samsung yang kompatibel. Perangkat bisa tersambung secara wireless, sehingga pengguna dapat mudah mengenakan (atau melepas) headset serta menyesuaikan fokus dan ukuran strap. Berbeda dari sejumlah device lain, Gear VR juga pas bagi para pemakai kacamata.

Virtual Reality Cinema

Setelah sisi visual terpenuhi, Samhoud Media memilih Sennheiser HD 201 untuk menopang segi penyajian audio. Headphone dynamic stereo ini mungkin bukanlah sistem audio 3D, namun ia sanggup mereproduksi suara secara akurat (bass sampai ambient), memastikan Anda terbawa ke alam virtual. Dan yang terpenting lagi, headphone ini ringan dan nyaman dikenakan, tidak menambah beban kepala Anda.

Developer memang belum menyampaikan konten-konten The VR Cinema secara lebih spesifik, namun ia tak sulit diakses. Kita bisa memperolehnya dari YouTube, Facebook (ada eksklusif Star Wars: The Force Awakens) sampai Oculus Store. Tiket ditawarkan seharga kisaran US$ 14 (€ 12,50) dengan durasi setengah jam. Jadwal lengkap dapat Anda lihat di website.

Via Ubergizmo. Sumber: TheVRCinema.com.

Goodyear Ingin Gantikan Ban Mobil Anda Dengan ‘Bola’ Eagle-360

Berkat paten vulcanization yang diajukan Charles Goodyear lebih dari satu setengah abad silam, ban karet kini menjadi solusi sistem gerak paling diandalkan dalam alat transportasi darat. Namun puluhan tahun selepas penemuan besar itu, bentuk roda tidak banyak berubah. Ia masih berpenampilan mirip donat, bergerak dua arah, dengan poros di tengah.

Perusahaan Amerika yang mengadopsi nama sang inventor kembali mencoba merevolusi teknologi komponen kendaraan ini. Di ajang Geneva Motor Show 2016, Goodyear memperkenalkan Eagle-360, sebuah konsep ban ‘pintar’ berbentuk bola; dirancang untuk digunakan di mobil-mobil otomatis masa depan. Berkat wujud bulat tersebut, penumpang dan pengendara akan merasa lebih nyaman, sekaligus mengurangi gangguan suara di perjalanan.

Eagle-360 bekerja melalui sistem futuristis. Ia terpasang, seolah-olah terbang, berkat medan magnet (magnetic levitation). Metodenya hampir mirip seperti kereta Shanghai Maglev, diusung demi meminimalisir gaya gesek. Uniknya lagi, desain pola pada ban disesuaikan pada keadaan lingkungan di daerah itu. Misalnya iklim tropis dan basah, kondisi jalanan kering di wilayah sub-Sahara, atau negara-negara bersalju.

Goodyear Eagle-360 01

Keuntungan lain bagi pengemudi adalah, desain bola memungkinkan roda bergerak ke semua arah, meningkatkan kapabilitas manuver kendaraan. Anda memperoleh kendali penuh atas arah, dan hal tersebut juga membuat parkir paralel menjadi jauh lebih mudah. Anda tinggal memposisikan mobil, lalu mulai berjalan secara horisontal.

Goodyear juga mengungkap metode mereka dalam menangani jalan yang basah dan licin. Ban dibekali kemampuan mimikri seperti hewan berupa lapisan mirip spons, ditempatkan pada area tread. Saat basah, Eagle-360 jadi lebih lembut, kemudian kembali kaku setelah kering. Layer busa fleksibel melapisi bagian dalam tread demi memastikan agar lebih banyak permukaan Eagle-360 menyentuh jalanan.

Goodyear Eagle-360 03

Produsen memanfaatkan teknologi pintar, sehingga Eagle-360 hanya bergerak sewaktu diperlukan. Misalnya jika jalan licin, dua roda berputar ke satu arah, sedangkan dua lainnya berputar sedikit menyerong. Dengan begini, peluang tergelincir jadi lebih kecil. Sensor internal ban berfungsi mengumpulkan informasi dan membagikannya ke sesama pengemudi. Eagle-360 bahkan bisa menghubungi pihak otoritas jalan raya sehingga mereka dapat merespons lebih cepat ketika terjadi insiden.

Tentu saja, implementasi teknologi ini tidak akan murah. Eagle-360 hanya kompatibel ke kendaraan khusus, lalu bayangkan mahalnya sensor-sensor canggih yang ada di sana.

Sedikit trivia: pernahkah Anda menonton film I, Robot? Detektif Del Spooner (Will Smith) mempunyai mobil bermerek Audi dengan ban berbentuk bola, tak jauh berbeda dari Eagle-360.

Sumber: Digital Trends.

GPD Win Ialah Hasil Penggabungan Console Handheld Dengan Laptop

Gaming‘ dan ‘mobile‘, penggabungan kedua istilah itu melahirkan banyak interpretasi, dari mulai console handheld, mobile game, sampai laptop gaming. Semuanya mengklaim merekalah solusi paling ideal, namun tentu pilihan berada di tangan gamer. Jika Anda masih mencari jalan keluar terbaik, device unik garapan produsen asal Shenzhen ini bisa jadi pertimbangan.

GPD alias GamePad Digital menawarkan alternatif menarik bagi Anda yang mencari keseimbangan antara mobilitas dan kegiatan gaming. Lewat situs Indie Gogo, mereka memperkenalkan GPD Win, dideskripsikan sebagai handheld console sekaligus PC berlayar 5,5-inci pertama di dunia, berjalan di sistem operasi Windows 10. Pendeknya, Win adalah sebuah komputer saku.

Wujud GPD Win mungkin tidak jauh dari bayangan Anda. Strukturnya menyerupai notebook, walaupun jauh lebih kecil. Ketika lid dibuka, Anda segera melihat pemandangan familier sekaligus berbeda. Win menyediakan set keyboard fisik lengkap minus numpad, tapi di area atas juga dibekali tombol-tombol khas gamepad/console handheld – misalnya D-pad, joystick serta action button.

GPD Win 01

Layar 5,5-inci ditambatkan di tubuh sebesar 15,5×9,7×2,2cm bermaterial ABS +PC yang dilapisi coating EVA, memastikannya mantap dalam genggaman. Lewat switch di tengah, Anda bisa menganti inputmouse atau gamepad. Saat mode mouse dinyalakan, stik analog kanan berperan mengendalikan cursor, lalu tombol L1 dan R1 bekerja sebagai dua tombol mouse. Selain fungsi mouse dan keyboard, tombol-tombol lain jadi tidak aktif.

Pertanyaan terbesarnya tentu saja ialah, apakah GPD Win layak disebut sebagai device gaming? GamePad Digital membekali device dengan Intel Atom X5-Z8500 plus GPU HD Graphics, didukung RAM DDR3 4GB, penyimpanan eMMC 4.51 sebesar 64GB dan ditenagai baterai 6.000mAh. Display berteknologi full lamination di sana dilapisi Gorilla Glass dan menyimpan resolusi HD (1280×720) berkepadatan 261ppi. Setup tersebut tidak terlalu memberatkan hardware.

GPD Win 02

Meskipun spesifikasi seperti ini memang di atas console handheld, komposisi hardware-nya masih masuk di kategori notebook multimedia. Terlepas dari klaim GPD yang menyatakan ia mampu menangani ‘game-game Steam’, jangan terlalu berharap Anda bisa menikmati Rise of the Tomb Raider atau The Division. Setidaknya, ia sanggup menjalankan mayoritas permainan di daftar ini.

Pemesanan GPD Win dapat Anda lakukan melalui website crowdfunding Indie Gogo. Di sana, produk memperoleh diskon US$ 200 dari harga retail, hanya dijajakan seharga US$ 300. Proses pengiriman pada backer akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016.

Intel Sedang Garap Headset Augmented Reality?

Hampir semua orang sudah memahami cara kerja augmented reality, namun tahukah Anda, perkembangan AR didorong dari kecanduan kita pada perangkat bergerak. Di tahun depan, pemasukan dari app augmented reality diperkirakan mencapai US$ 5,2 miliar. Tak heran jika perusahaan-perusahaan ternama mulai menyeriusi bidang ini dan tak ragu melakukan investasi besar-besaran.

Setelah Google dan Microsoft, satu lagi nama raksasa dkabarkan turut ambil bagian di sana. Berdasarkan sumber anonim Wall Street Journal, Intel dilaporkan sedang mengembangkan headset augmented reality berbasis RealSense. Menurut narasumber, inilah teknologi yang membedakan perangkat mereka dari device-device kompetitor. Intel kemungkinan besar akan menawarkan desain ke produsen third-party, dan tidak memasarkannya secara langsung.

Intel memang diketahui pelan-pelan melangkah ke ranah augmented serta virtual reality dengan sejumlah akuisisi. Mereka sudah membeli setidaknya lima perusahaan, terakhir ialah Recon Instruments di bulan Juni 2015. Tim asal Vancouver tersebut terkenal dalam penyediaan goggle Recon Jet untuk pecinta olahraga – sebuah kacamata yang dapat memproyeksikan info jarak atau cuaca langsung ke ruang pandang pengguna.

Sebelumnya, Intel juga berkolaborasi dengan Daqri untuk meramu Smart Helmet: helm canggih khusus keperluan industri yang memberikan kita kemampuan melihat tembus pandang. Ia memanfaatkan sistem pembaca temperatur serta rangkaian sensor pendeteksi bidang 360 derajat. Berkat teknologi ini, Daqri menyajikan overlay informasi mengenai objek, misalnya diagram kabel, skematik rancangan, serta zona-zona yang butuh perbaikan.

Achin Bhowmik selaku general manager RealSense menolak memberi penjelasan lebih rinci, tetapi ia bilang bahwa Intel mempunyai tradisi dalam menciptakan perangkat purwarupa untuk komputer laptop, dan ‘mereka harus menggarapnya sendiri sebelum mencoba meyakinkan ekosistemnya’. Di bawah pimpinan CEO Brian Kranich, Intel turut mengeksplorasi fitness tracker, drone sampai perhiasan pintar.

Membahas tentang teknologi yang menjadi dasar device AR mereka, RealSense ditenagai prosesor Intel, terdiri atas kamera infrared, proyektor laser inframerah serta kamera full-HD. Ketika dikombinasikan, ia mampu membaca jarak dan melacak gerakan pengguna. Intel menyediakan dua solusi; yaitu kamera F200 jarak pendek untuk notebook dan PC all-in-one, serta kamera R200 jarak jauh buat tablet dan sejumlah perangkat 2-in-1.

Saya penasaran pendekatan dan fitur apa lagi yang Intel usung supaya headset AR mereka distingtif. Sayangnya, sumber WSJ tidak menyebutkan informasi terkait waktu pengenalan atau peluncuran device.

Game Fable Legends Dibatalkan, Lionhead Studios Juga Ditutup?

Diungkap hampir tiga tahun lalu lewat trailer yang dinarasikan oleh aktor Michael Gambon, Fable Legends merupakan permainan role-playing penerus franchise populer Microsoft, mengambil latar belakang ratusan tahun sebelum trilogi dimulai. Game dijadwalkan untuk dirilis tahun ini, diawali dengan open beta. Tapi tampaknya Fable Legends tak akan pernah sampai ke tangan kita.

Lewat Xbox Wire, general manager Microsoft Studios Europe Hanno Lemke mengumumkan rencana penghentian pengembangan permainan Fable Legends, dan sedang berdiskusi dengan para staf mengenai penutupan Lionhead Studios. Tak hanya itu, sang publisher juga segera menutup Press Play Studios asal Denmark dan proyek yang sedang digarap, Knoxville. Microsoft bilang, mereka tidak menganggap enteng keputusan ini.

Lemke menyampaikan, hal tersebut bukan disebabkan oleh performa tim developer. Microsoft mengucapkan apresiasinya pada kreativitas, bakat dan kesungguhan tiap talenta di sana. Perubahan itu ialah pilihan Microsoft Studios untuk ‘memfokuskan investasi dan pengembangan pada permainan-permainan serta franchise yang paling populer dan dinanti’. Lionhead adalah pencipta seri Fable, sedangkan Press Play ialah developer dari Kalimba dan Max & the Magic Maker.

“Saya berbicara selaku perwakilan Xbox dan terlepas dari kabar ini, kami akan terus berkomitmen untuk memajukan komunitas di Inggris Raya dan Eropa,” ujar Lemke secara tertulis. “Xbox selalu mendukung IP-IP baru serta orisinalitas dalam game di platform kami, apakah itu blockbuster AAA semisal Quantum Break, franchise baru seperti Sea of Thives dari Rare, atau kreasi unik dari pengembang independen contohnya Ori [and the Blind Forest].”

Mengakhiri pengumuman itu, Hanno Lemke mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada anggota Lionhead dan Press Play atas kontribusi mereka terhadap Xbox dan gaming. Microsoft berjanji untuk ‘bekerja erat dengan mereka yang terpengaruh ketetapan tersebut buat menemukan kesempatan baru di Xbox, atau bermitra bersama developer demi membantu staf mendapatkan pekerjaan lain di industri game.’

Bagi gamer yang sudah mengeluarkan uang di sesi beta Fable Legends, Lionhead akan mengembalikannya secara penuh. Studio tidak lagi menerima pemain baru, lalu in-game bank segera dinonaktifkan. Masa uji coba ini sendiri berlangsung sampai hari Rabu tanggal 13 April 2016.

Tadinya, Fable Legends akan menjadi permainan free-to-play pertama Lionhead, mengombinasikan MOBA dan strategi tower defense yang juga didukung fitur cross-platform antara PC dan Xbox One. Sebelum pengembangannya dihentikan, peluncurannya ditunda dari 2015 ke 2016.

Sumber tambahan: FableLegends.com.

10 Game (Cukup) Baru yang Bisa Dinikmati Dari Laptop atau PC Tua

PC gaming adalah ujung tombak perkembangan teknologi grafis. Evolusinya berjalan cepat, pelan-pelan meninggalkan console current-gen, dan membuat banyak orang cemas: sampai kapan hardware miliknya sanggup menangani judul-judul terkini. Kenyataannya, PC juga merupakan platform yang paling banyak menyuguhkan koleksi game ‘bersahabat’ bagi hardware lawas.

Di daftar ini, saya sudah menyiapkan 10 permainan cukup baru yang bisa Anda mainkan dari laptop kelas menengah atau PC desktop yang mulai berumur. Saya tidak memasukkan judul-judul klasik dari GOG serta free-to-play, hanya fokus pada game-game tahun 2015 hingga paling baru. Mencarinya memang butuh sedikit ketelitian, namun permainan-permainan di bawah sengaja dipilih sebagai perwakilan dari genre berbeda. Silakan disimak:

10. Axiom Verge

Axiom Verge adalah sebuah Metroidvania indie, diramu sendirian oleh Tom Happ. Meski penampilannya mengingatkan kita pada permainan action side-scrolling lawas, ia mampu memikat gamer dengan gameplay, narasi, serta dunia fiksi yang menjadi latar belakangnya.
Beli di Steam

9. OlliOlli2: Welcome to Olliwood

Alternatif lebih ringan di list, OlliOlli2 mengajak Anda berseluncur bebas di atas papan beroda dalam dua dimensi. Developer Roll7 membekali sekuel dengan bermacam-macam trik, level serta lokasi baru, plus mode multiplayer lokal (sangat lucu) serta soundtrack apik.
Beli di Steam

8. Hotline Miami & Hotline Miami 2: Wrong Number

Game top-down bertempo cepat ini keras dan dibuat khusus dewasa. Di dalam penampilan pixelated-nya, tersimpan formula adiktif yang tak dimiliki sebagian besar permainan action lain. Hotline Miami dan sekuelnya menantang Anda dari ketelitian taktik dan ketepatan eksekusi.
Beli di Steam & Steam

7. Galactic Civilization III

Permainan ketiga di seri turn-based 4X kreasi Stardock ini mungkin bukanlah judul terkuat di franchise Galactic Civilization, tapi ketidaksempurnaan di sana tak akan menghalangi game mencuri ratusan jam hidup Anda. Menariknya lagi, GalCiv III juga bersahabat buat para pemain baru.
Beli di Steam

6. Her Story

Dua alasan utama saya merekomendasikan Her Story: Pertama, penyajian ceritanya sungguh istimewa, sehingga Her Story masuk dalam daftar permainan terbaik 2015. Kedua, game hanya membutuhkan RAM 4GB, kartu grafis 1GB dan hard drive 2GB. Sayang sekali jika Anda melewatkannya.
Beli di Steam

5. The Binding of Isaac: Afterbirth

The Binding of Isaac dan versi remake berjudul Rebirth dikenal sebagai salah satu game tersulit, dan expansion pack Afterbirth membuatnya lebih susah lagi. Anda akan menyaksikan Isaac tewas berkali-kali, namun di saaat yang bersamaan, game mendorong kita buat mencoba lagi dan lagi.
Beli di Steam

4. Superhot

Merupakan judul paling baru di artikel ini, saya mendeskripsikan Superhot sebagai campuran antara The Matrix dan Tron. Untuk sebuah shooter, formulanya sangat unik: Permainan dikemas dalam visual minimalis yang distingtif, di mana waktu baru berjalan normal ketika Anda bergerak.
Beli di Steam.

3. Kerbal Space Program

Tinggalkan Minecraft, Kerbal Space Program adalah game edukasi sejati. Anda ditantang untuk memandu para makhluk hijau membangun pesawat ruang angkasa. Misinya bervariasi, dari mulai terbang ke orbit, mencapai bulan, menangkap asteroid sampai menciptakan stasiun luar angkasa.
Beli di Steam.

2. Pillars of Eternity

Pillars of Eternity mampu mengubah perjalanan panjang membosankan menjadi petualangan epik, cukup dengan menginstalnya di laptop. Ia menawarkan konten berkualitas tinggi dan gameplay berkelas tanpa melupakan aspek audio visual. Semuanya bisa dinikmati dari sistem PC berspesifikasi rendah.
Beli di Steam.

1. Undertale

Undertale ialah game independen paling unik dalam satu dekade terakhir; memadukan penyajian klasik dan inovasi, lalu memanfaatkan mekanisme permainan buat mengekspresikan ide. Karya digital ini sekali lagi membuktikan bahwa pengalaman role-playing bisa tersuguh sempurna tanpa perlu grafis yang mewah.
Beli di Steam.

Lewat Virtual Console, Game SNES Klasik Hadir Kembali di New Nintendo 3DS

Dimulai pada tahun 2011, Nintendo Direct adalah acara presentasi online tempat Nintendo mengungkap berita baru mengenai produk mereka. Dan dari event terkininya, fans disuguhkan info lebih rinci mengenai Star Fox: Zero, Kirby, Rhytm Heaven, serta pengumuman bonus pre-order Hyrule Warriors Legends dan Bravely Second. Namun mereka bukanlah kabar terbesarnya.

Saat Nintendo memutuskan buat memangkas harga 3DS, mereka menawarkan pula permainan-permainan GameBoy Advance bagi gamer yang sudah memiliki handheld console tersebut, salah satunya ialah Yoshi’s Island: Super Mario Advance 3. Hal ini membuat banyak penggemar membayangkan manisnya menikmati permainan Super Nintendo Entertainment System di 3DS. Dan harapan itu baru saja dikabulkan.

Nintendo 3DS SNES 03

Khususnya di Amerika dan Eropa, para pemilik New 3DS (versi standar maupun XL) dapat membeli judul-judul port SNES melalui Virtual Console. Di peluncurannya pada tanggal 3 Maret 2016, Nintendo menawarkan versi digital dari Super Mario World, F-Zero dan Pilot Wing; jumlahnya akan ditambah secara berkala.

Ini jadwalnya untuk konsumen Amerika:

  • 24 Maret – Donkey Kong Country, Super Mario Kart, Eearthbound
  • 14 April – The Legend of Zelda: A Link to the Past, Super Metroid, Donkey Kong Country 2

Agenda untuk wilayar Eropa sedikit berbeda:

  • 10 Maret – The Legend of Zelda: A Link to the Past, Super Metroid
  • 17 Maret – F-Zero, Super Mario Kart
  • 24 Maret – Dongkey Kong Country dan Donkey Kong Country 2

Sayangnya, game-game SNES cuma dihadirkan di 3DS model baru. Berdasarkan penjelasan Nintendo, terdapat kendala teknis yang menghalangi mereka memunculkan judul-judul klasik di 3DS lawas. Nintendo berjanji, penyajian permainan SNES akan familier bagi para gamer handheld console itu karena mereka mempunyai layout tombol serupa.

Nintendo 3DS SNES 02

Meskipun koleksi judul retro sang raksasa gaming dari Jepang itu mengalahkan Sony dan Microsoft, layanan shop dan Virtual Console Nintendo masih di bawah rival-rivalnya. Banyak hal perlu disempurnakan lagi, termasuk ketiadaan ‘crossbuy‘, memaksa Anda kembali membeli game yang sebetulnya sudah dimiliki. Nintendo membebankan konsumen dengan US$ 8 (plus diskon di masa promosi) di eShop meskipun ia sudah tersimpan di hard drive Wii U (atau Wii).

Satu hal menarik lagi: jumlah permainan Super Nintendo khusus untuk Jepang malah jauh lebih banyak dibanding wilayah lain. eShop Jepang diperkaya oleh game-game third-party, khususnya dari Capcom – contohnya: Mega Man X, Street Fighter II sampai Final Fight.

Sumber: Nintendo Life.

Nikmati Pemandangan Kota New York Dalam Foto Interaktif 20-Gigapixel Ini

Fotografi digital merevolusi industri dengan memangkas waktu dan biaya penyajian foto. Kini internet merupakan medium terpopuler untuk menyimpan serta saling berbagi hasil jepretan, dan mungkin Anda sudah sempat melihat seperti apa foto panorama terbesar di dunia. Kali ini seorang fotografer bernama Jeffrey Martin memilih kota New York sebagai basis dari kreasinya.

Karya tersebut dipamerkan di 360 Gigapixels, diklaim sebagai foto terbesar kota New York yang menampilkan pemandangan seluas 360 derajat berukuran 20-gigapixel. Proyek ini ialah upaya komersialisasi jasa tim 360 Gigapixels untuk digunakan dalam kampanye marketing sampai promosi turisme. Meskipun belum mengalahkan in2white, jangan kira proses pembuatannya mudah.

Foto 360 derajat kota New York tersebut terdiri dari 2.000 jepretan terpisah yang disulam menjadi satu, totalnya 203.200×101.600-pixel. Jika dicetak di resolusi standar 300dpi, ukurannya mencapai 18×9 meter. Di situs 360 Gigapixels, Anda dipersilakan menikmati foto dalam enam mode – view normal, fisheye, architectural, stereographic (memberi efek 3D), little planet dan Panini.

360 Gigapixel 02

Untuk menciptakannya, Jeffrey Martin menghabiskan dua hari di puncak Empire State Building. Ia menggunakan kamera standar Canon 5Dsr dengan lensa 135-milimeter, membutuhkan waktu total selama empat jam buat menjepret semuanya. Martin mulai mendalami fotografi panorama sejak tahun 2000. Bersama sang adik, ia mulai mengembangkan software khusus untuk menyatukan gambar-gambarnya.

Foto kota New York bukanlah satu-satunya hasil karya Jeffrey Martin, Tom Mills dan Holger Schulze. Sebelumnya, tim sempat mendaki Tokyo Tower, Tokyo Rappongi Hills, serta mengunjungi kota Praha, Ljubljana, Roma sampai London. Sejauh ini, foto London merupakan pemegang rekor terbesar mereka, yaitu 320-gigapixel. Jepretan terdiri atas 48.640 frame, diambil dari BT Tower, gedung terbesar urutan ke-10 di sana.

360 Gigapixel 03

Proyek di tahun 2012 tersebut sedikit ‘lebih serius’ dibandingkan foto 360 derajat kota New York karena dibuat untuk memperingati Summer Olympic. Tim memanfaatkan kamera Canon EOS 7D serta lensa EF 400mm f/2.8 IS II USM dengan Extender EF 2x III, plus panorama heads Rodeon VR Head ST dari Clauss. Seandainya dicetak, dimensinya bahkan lebih lebar lagi, yakni 98×23-meter, hampir selebar Istana Buckingham.

Via DailyMail, direktur 360Cities menjelaskan bahwa pengambilan foto di ketinggian menyimpan banyak tantangan tak terduga, seperti angin kencang, hujan dan temperatur yang rendah. Selain kesiapan masing-masing individu, sisi software dan hardware harus memperoleh dukungan maksimal. Hebatnya, Jeffery Martin serta kawan-kawan tidak luput dalam mengambil satu frame sekalipun.