Permainan 2K Games Ditarik dari GeForce Now, Epic Games Umumkan Dukungan Penuh

Ketika banyak orang berharap agar platform cloud gaming lepas landas dengan mulus, keadaan malah kurang terlihat prospektif bagi dua layanan yang belum lama ini meluncur (atau melepas status beta): Google Stadia dan GeForce Now. Pelanggan Stadia mengeluhkan minimnya pilihan konten dan fitur, sedangkan GeForce Now terus menerus kehilangan dukungan publisher third-party ternama.

Setelah Activision Blizzard dan Bethesda, minggu lalu Nvidia mengumumkan ditariknya permainan-permainan 2K Games dari layanan gaming on demand mereka. Pihak 2K Games tidak menjelaskan alasan penarikan tersebut – saya menduga dasar argumennya hampir serupa Activision dan Bethesda – tapi tentu hal ini merupakan pukulan menyakitkan bagi Nvidia. Platform mereka kehilangan lagi 20 judul esensial, hampir semuanya adalah seri franchise terkenal.

Per hari Jumat tanggal 6 Maret minggu lalu, pelanggan GeForce Now tak lagi bisa menikmati seri BioShock, Borderlands, NBA, WWE, Sid Meier’s Civilization, termasuk pula game Mafia III, The Darkness II, The Golf Club 2019, Warriors Orochi 4 dan XCOM II. Daftar lengkapnya dapat Anda simak di page pengumuman GeForce Now. Di sana Nvidia juga menyampaikan, “Saat ini kami tengah bekerja sama dengan 2K Games buat menghadirkan lagi permainan-permainan mereka.”

Namun ada secercah harapan bagi GeForce Now (dan cloud gaming secara umum) di tengah awan mendung ini. Melalui Twitter, CEO Epic Games Tim Sweeney mengumumkan dukungan penuh perusahaannya terhadap layanan besutan Nvidia itu. Epic Games berencana untuk terus menghadirkan permainan-permainan ‘eksklusif’ mereka di sana dan akan menyempurnakan integrasi antara Epic Store dengan GeForce Now.

Menurut Sweeney, Nvidia GeForce Now ialah layanan streaming paling bersabahat bagi developer serta publisher, dan sama sekali tidak membebani penjualan game dengan potongan pajak. Perusahaan video game yang ingin memajukan industri ini dan membuatnya jadi lebih sehat disarankan untuk membantu menyuburkan pengembangan platform seperti GeForce Now.

Selain Epic Games, CD Projekt Red adalah nama lain yang vokal mendukung GeForce Now. Di tanggal peluncurannya nanti, permainan Cyberpunk 2077 yang Anda beli melalui Steam segera langsung dapat dinikmati via cloud. Dan saat artikel ini ditulis, saya juga melihat tingginya permintaan konsumen terhadap integrasi antara GOG dan GeForce Now. Dikelola sendiri oleh CD Projekt, GOG (dahulu dikenal sebagai Good Old Games) ialah satu dari sedikit platform distribusi digital bebas-DRM.

Lewat sesi pengujian, GeForce Now terbukti berjalan lebih baik dibanding Stadia di sambungan internet yang ‘pas-pasan’. Itu artinya – walaupun belum tersedia resmi di sini – ia lebih kompatibel dengan gamer di Indonesia dibandingkan penawaran dari Google.

Via The Verge & PC Gamer.

GeForce Now dan Google Stadia, Mana yang Performanya Lebih Baik?

Layanan cloud gaming ada banyak, namun dua yang paling populer adalah Nvidia GeForce Now dan Google Stadia. Meski menawarkan konsep yang sama (game dijalankan di server, lalu di-stream oleh perangkat konsumen), keduanya juga punya cukup banyak perbedaan.

Perbedaan yang paling utama adalah soal konten. Stadia punya toko game sendiri, sedangkan GeForce Now tidak. Di Stadia, Anda harus membeli game-nya terlebih dulu melalui Stadia Store. Di GeForce Now, Anda bisa langsung memainkan game yang sudah Anda beli lewat Steam atau Epic Games Store, dengan catatan game-nya memang tersedia di katalog GeForce Now.

Perbedaan lainnya, kalau berdasarkan pengujian yang dilakukan PC Gamer, adalah perihal performa, spesifiknya input latency. Keduanya sama-sama memiliki input latency yang cukup rendah jika koneksi internet kita mumpuni – PC Gamer menggunakan koneksi dengan kecepatan 400 Mbps+.

Singkat cerita, kalau koneksi kita cepat dan stabil, performa gaming di kedua layanan ini tidak akan terasa begitu berbeda dibanding jika kita memainkannya di PC sendiri – dengan catatan PC yang kita gunakan memang punya spesifikasi yang cukup untuk menjalankan game-nya secara mulus. Input latency-nya masih masuk dalam batas wajar dan tidak terlalu mengganggu aksi kita dalam game.

Google Stadia

Lain ceritanya kalau koneksi internet yang kita gunakan lambat, 5 Mbps misalnya. Dalam skenario ini, input latency mulai naik drastis, dan yang paling parah dirasakan di Stadia. Menggunakan koneksi 5 Mbps, game di Stadia pada dasarnya jadi tidak bisa dimainkan karena lag parah.

Di GeForce Now tidak demikian. Game masih berjalan lancar tanpa lag, hanya saja kualitas grafisnya menurun cukup signifikan (gambar jadi kelihatan pixelated). Tidak peduli sambungan internetnya via kabel ataupun wireless, hasil yang ditunjukkan rupanya sama.

Untuk lebih detailnya, Anda bisa baca langsung artikel pengujiannya. Di situ juga ada beberapa video yang menunjukkan performa di tiap-tiap skenario pengujian.

Sumber: PC Gamer.

Ghost of Tsushima Dapatkan Tanggal Rilis, Sony Siapkan Beberapa Pilihan Edisi

Diumumkan tiga tahun silam di Paris Games Week, Ghost of Tsushima adalah satu dari beberapa judul eksklusif PS4 yang akan meluncur sebelum pelepasan console next-gen – bersama dengan The Last of Us Part II, Nioh 2 dan remake Final Fantasy VII. Setelah sempat beredar rumor yang menyatakan bahwa game hanya dirilis di PS5, pihak Sony akhirnya mengonfirmasi Ghost of Tsushima akan dilepas pertama kali di PlayStation 4.

Waktu itu, Sony masih enggan mengatakan kapan tepatnya Ghost of Tsushima akan tersedia. Baru di bulan Maret ini, tim Sucker Punch Productions mengumumkan jadwal peluncuran game lewat trailer baru. Ghost of Tsushima siap dinikmati di tanggal 26 Juni 2020. Selain info soal tanggal rilis, video juga mengungkap sedikit soal latar belakang cerita serta karakter-karakter yang nanti Anda temui.

Ghost of Tsushima akan membawa Anda ke era feudal Jepang, tepatnya di tahun 1274 di tengah serangan bangsa Mongol di pulau Tsushima. Game mengisahkan petualangan Jin Sakai, salah seorang samurai terakhir yang menyaksikan kampung halamannya luluh lantak akibat perang. Sebagai pejuang, Sakai menghadapi dilema: dalam upayanya mengusir penjajah, ia tidak bisa sepenuhnya berpegang pada kode samurai. Sakai juga harus menggunakan taktik gerilya.

Sejak kecil, Jin Sakai dilatih sebagai samurai oleh sang paman, Shimura, yang juga menjadi figur ayah baginya. Tokoh penting lainnya adalah Khotun Khan sang pemimpin pasukan Mongol. Ia merupakan versi fiksi dari figur sejarah Kublai Khan – cucu Genghis Khan. Di permainan, Khan ialah seorang lawan yang kejam dan cerdik. Ia memahami betul seluk beluk samurai dan menggunakan pengetahuan tersebut buat menghancurkan mereka.

IMG_06032020_145126_(1000_x_650_pixel)

Salah satu hal paling menarik dari Ghost of Tsushima adalah pilihan voice acting berbahasa Jepang – meski tim Sucker Punch sendiri berasal dari Washington. Opsi tersebut sempurna jika Anda ingin menikmati pengalaman bertualang sebagai samurai yang lebih autentik. Fitur ini juga diusung oleh Sekiro: Shadows Die Twice, dan bagi saya, dialog bahasa Jepang terdengar jauh lebih superior dibandingkan versi Inggrisnya. Anda bisa menilainya sendiri:

Sony menyediakan beberapa pilihan edisi Ghost of Tsushima. Di luar versi standar, tersedia Digital Deluxe Edition (berisi bonus berupa bundel skin Hero of Tsushima, item in-game Charm of Hachiman’s Favor, ‘poin teknik’, digital art book, mode Director’s Commentary dan tema dinamis PS4), Special Edition (seluruh konten Deluxe Edition plus case SteelBook), dan Collector’s Edition (ada topeng replika, peta kain, panji perang, dan kain pembungkus tradisional Jepang, Furoshiki).

Gerbang pre-order sudah dibuka, tapi akan lebih bijaksana jika Anda menyimak ulasannya lebih dulu sebelum membeli.

IMG_06032020_145112_(1000_x_650_pixel)

Sumber: Blog PlayStation.

Alasan Mengapa Half-Life: Alyx Hanya Disajikan Lewat VR

Menjelang peluncuran Half-Life: Alyx yang jatuh di minggu keempat bulan ini, Valve memublikasikan tiga buah video gameplay baru sembari mendemonstrasikan sejumlah opsi sistem navigasi. Semuanya terlihat kian menjanjikan, tapi keharusan untuk menikmatinya menggunakan perangkat VR sejujurnya memberatkan banyak orang. Padahal bagi studio sebesar Valve, seharusnya tak sulit buat menerjemahkan gameplay berbasis VR ke shooter tradisional.

Lalu mengapa Valve bersikeras untuk menghidangkan Half-Life: Alyx secara eksklusif lewat VR? Apakah langkah ini merupakan upaya mempromosikan Valve Index? Bisa jadi. Penjelasan lebih lengkapnya diungkap oleh Robin Walker dari Valve pada GameInformer dalam wawancara belum lama ini. Singkatnya: Alyx dari awal memang dibangun buat diakses via virtual reality.

IMG_06032020_103351_(1000_x_650_pixel)

Sejak dulu, Valve memang tidak malu-malu menunjukkan ketertarikannya pada VR. Developer sempat membantu HTC dalam menyajikan Vive lewat pengembangan SteamVR, dan pada akhirnya, Valve meluncurkan headset virtual reality mereka sendiri: Index. Anda mungkin juga tahu, begitu HTC Vive mulai dipasarkan, Valve telah menggarap The Lab sebagai upaya memahami VR lebih jauh. Respons pemain terhadap The Lab terbukti positif dan banyak dari mereka yang menginginkan ‘pengalaman gaming AAA’.

IMG_06032020_103402_(1000_x_650_pixel)

Versi purwarupa Half-Life: Alyx pada dasarnya adalah hasil porting Half-Life 2 ke VR. Menurut Valve, ini merupakan cara terbaik untuk mengeksplorasi aspek teknis permainan. Namun developer juga terkejut melihat naturalnya mekanisme Half-Life 2 ketika dinikmati melalui virtual reality, bahkan sebelum mereka mengutak-utik sisi teknis dan melakukan integrasi lebih jauh. VR menyadarkan Valve ada begitu banyak ide yang bisa digarap. Dari sana, dimulailah pengerjaan Half-Life: Alyx.

IMG_06032020_103338_(1000_x_650_pixel)

Meski secara dasar desain Half-Alyx: Alyx berkiblat pada first-person shooter, VR membuat pengalaman bermain jadi lebih unik. Di FPS tradisional, bidikan senjata terkunci pada kamera; sedangkan di virtual reality, kita bisa mengarahkan pistol secara leluasa – seperti di dunia nyata. Selain itu, sensasi membidik senjata secara fisik juga sangat berbeda dari menggunakan keyboard dan mouse.

IMG_06032020_103315_(1000_x_650_pixel)

Berpedoman pada hal ini, Valve kemudian mulai menggodok mekanisme permainan secara lebih luas, termasuk desain level, tempo, skenario pertempuran, hingga menentukan frekuensi pemberian amunisi. Para pemain Half-Life veteran mungkin akan segera merasa familier dengan apa yang Alyx sajikan, namun virtual reality menghidangkan pengalaman berbeda karena ada banyak elemen gameplay baru di sana.

IMG_06032020_103806_(1000_x_650_pixel)

Walaupun digarap sebagai prekuel dari Half-Life 2, narasi Alyx dirancang untuk memperluas jagat Half-Life. Walker bahkan menyarankan kita bermain hingga Episode 2 sebelum memulai petualangan di game anyar ini buat menyegarkan kembali ingatan – terutama terhadap detail-detail kecil.

Kabar baiknya, Robin Walker dan kawan-kawan juga berharap agar Alyx bukanlah proyek Half-Life terakhir yang mereka kerjakan. Beberapa anggota tim sempat berpartisipasi dalam mengembangkan game pertamanya, dan mereka ingin agar seri ini terus berlanjut. Itu berarti, masih ada peluang bagi kita untuk berjumpa dengan Half-Life 3.

Half-Life: Alyx sendiri siap meluncur di tanggal 23 Maret.

Epic Games Akan Batasi Waktu Main Fortnite Hanya 3 Jam di Tiongkok

Sebagai salah satu game terpopuler dan game dengan pendapatan terbesar, tak heran jika Fortnite menjalar ke berbagai belahan dunia, tak terkecuali Tiongkok. Sebagai negara yang cukup ketat dalam hal peraturan, tak heran jika beberapa game kadang punya versi yang berbeda jika rilis di Tiongkok, demi meminimalisir ‘dampak buruk’ terhadap pemain. Salah satu contohnya seperti PUBG Mobile, yang kehilangan izin rilisnya dari pemerintah, sehingga terpaksa berganti nama menjadi Elite Force for Peace untuk rilisan Tiongkok.

Bukan hanya PUBG Mobile saja, hal tersebut juga terjadi kepada Fortnite. Tidak, Fortnite tidak kehilangan izin rilisnya, namun kabarnya akan ada limitasi di dalam game-nya. Mengutip dari seorang data miner bernama Fire Monkey, ia menemukan data string yang mengatakan bahwa di Tiongkok waktu main Fortnite akan dibatasi hanya jadi 3 jam per hari pada update Fortnite 12.10.

Tencent, yang memiliki sebagian besar saham Fortnite, melakukan penambahan ini sebagai cara mereka untuk melawan masalah kecanduan bermain game, terutama untuk pemain yang berusia muda. Nantinya peringatan akan muncul dalam bentuk teks kepada pemain yang sudah bermain setelah tiga jam. Kabarnya, jika ia masih terus bermain, maka proggress challenge akan menurun, serat berbagai pengurangan pengalaman bermain lainnya.

https://twitter.com/iFireMonkey/status/1234788226159857664?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1234788226159857664&ref_url=https%3A%2F%2Fdotesports.com%2Ffortnite%2Fnews%2Fepic-and-tencent-reportedly-introduce-3-hour-limit-for-fortnite-players-in-china

You have been online for three hours accumulatively,” tulisan pesan yang akan diberikan kepada pemain. “The in-game gainings will be lowered by 50 percent from now on and challenge progress has been disabled. For your own health please log-off and get some rest. Appropriate physical exercise is good for your body.”

Tiongkok memang sedang gencar melawan efek kecanduan bermain game, apalagi setelah kecanduan bermain game dianggap sebagai penyakit sungguhan oleh badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO). Tiongkok melakukan ini dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan jam malam. Mengutip engadget peraturan jam malam berlaku bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun, mereka akan dilarang bermain mulai pukul 22:00 sampai 08:00.

Ada juga peraturan pembatasan jam main. Para pemain hanya diperkenankan bermain 90 menit per pekan dan tiga jam per hari termasuk pada akhir pekan dan hari libur. Peraturan lain termasuk mengharuskan pemain menggunakan nama asli di dalam game, serta membatasi jumlah belanja in-game mereka jadi hanya US$28 (sekitar Rp398 ribu) sampai US$57 (sekitar Rp804 ribu), tergantung dari usia sang pemain.

Akankah kebijakan ini menurunkan budaya gaming masyarakat Tiongkok? Sepertinya hal itu tidak terlalu jadi masalah, karena akhir tahun lalu Tiongkok bahkan memiliki 300 juta gamers perempuan yang merupakan peningkatan 3,5% dari tahun lalu. Semoga saja kebijakan ini menyasar target yang tepat, dan membantu anak-anak di bawah 18 tahun mengenal budaya bermain game secara lebih positif.

18 Tahun Berselang, Halo: Combat Evolved Kembali Meluncur di PC

Ketika pemilik console biasa dimanjakan oleh judul-judul eksklusif, gamer PC tak lagi asing dengan keterlambatan. Versi Windows Red Dead Redemption 2 tersedia setahun lebih setelah permainan mendarat di PS4 dan Xbox One. Kondisi serupa terjadi lagi pada Death Stranding serta Final Fantasy VII remake. Satu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena kadang kami harus menanti sangat lama agar suatu game hadir di PC.

Satu contohnya adalah Halo: Combat Evolved Anniversary sebagai remake dari game Halo pertama yang dilepas 18 tahun silam. Awalnya, edisi Anniversary ini digarap untuk dirilis di Xbox 360 pada tahun 2011, kemudian di-port ke Xbox One di tahun 2014. Dan akhirnya di awal Maret 2020 ini, permainan meluncur di Windows sebagai bagian dari bundel Halo: The Master Chief Collection – menyusul pelepasan Halo: Reach PC Desember kemarin.

Walaupun dua permainan pertama seri ini turut disajikan di Windows, gamer PC tak pernah diberi kesempatan untuk menikmati Halo 3, 4 dan seterusnya. Kabar baiknya, Microsoft memutuskan buat mengubah strategi mereka dalam menyuguhkan konten. Pelan-pelan, tak ada lagi judul eksklusif Xbox. Game-game Xbox mulai berdatangan di PC, bahkan muncul di platform distribusi third-party seperti Steam.

Tentu ada banyak pembaruan yang Xbox Game Studios serta 343 Industries implementasikan pada versi PC Halo: Combat Evolved Anniversary. Game kini siap menyuguhkan resolusi 4K serta frame rate lebih dari 60 per detik, mendukung pemakaian monitor ultra-wide, dan memperkenankan kita buat mengustomisasi setting keyboard serta mouse hingga fitur grafis seperti field of vision. Menariknya lagi, permainan tidak membutuhkan PC high-end agar bisa berjalan lancar.

IMG_04032020_145537_(1000_x_650_pixel)

Dari aspek konten, developer tidak memodifikasi mode single-player maupun multiplayer terlalu jauh. Halo: Combat Evolved Anniversary kembali menyuguhkan 10 misi campaign serta pilihan 19 peta multiplayer. Sistem progres kabarnya turut disempurnakan, dan bagi Anda yang ingin bernostalgia, terdapat fitur buat mengaktifkan grafis lawas ala tahun 2001.

Meski Halo: Reach dirilis sembilan tahun setelah Halo: Combat Evolved, sesuai kronologis cerita, Reach merupakan kisah pembuka seri permainan ini. Baru di Combat Evolved pemain dipertemukan dengan tokoh protagonis Master Chief John-117. Selanjutnya, Xbox Game Studios berencana untuk meluncurkan Halo 2: Anniversary, Halo 3, Halo 3: ODST dan Halo 4 secara berurutan.

Masing-masing permainan Halo edisi remaster ini dapat Anda beli terpisah atau sekaligus via bundel The Master Chief Collection. Game dijajakan di harga yang sangat murah, hanya Rp 70 ribu atau Rp 170 ribu untuk versi koleksinya.

Death Stranding Hadir di PC Tanggal 2 Juni dengan Sejumlah Fitur dan Konten Ekstra

Seperti yang sudah dijanjikan dari jauh-jauh hari, Death Stranding akan dirilis di PC pada awal musim panas 2020. Well, sekarang kita sudah punya tanggal pastinya, yakni 2 Juni, dan kabar baiknya lagi, ia bakal tersedia di Epic Games Store sekaligus Steam.

Buat yang tidak tahu, Death Stranding merupakan game kreasi Hideo Kojima, sosok ternama di balik lahirnya franchise legendaris macam Metal Gear. Death Stranding adalah game pertama Kojima pasca beliau meninggalkan Konami dan mendirikan perusahaan sendiri, Kojima Productions.

Death Stranding

Death Stranding sangatlah berbeda dari seri Metal Gear. Tokoh utamanya bukan seorang agen rahasia yang ahli mengendap-endap, melainkan seorang kurir bernama Sam Bridges. Game ini tentu menawarkan elemen combat, tapi sebagian besar waktu bermain akan dihabiskan berjalan kaki sambil menggotong kargo.

Pada kenyataannya, Death Stranding menawarkan mekanisme unik yang mengharuskan pemain menjaga keseimbangan sang lakon selama berjalan atau berlari, sampai-sampai banyak yang menyebut genre-nya sebagai walking simulator. Saya pribadi penasaran bagaimana kontrol mekanisme ini – yang mengandalkan kedua tombol trigger di gamepad – bakal diterjemahkan ke keyboard dan mouse.

Versi PC-nya disebut akan menghadirkan sejumlah fitur dan konten ekstra. Fitur tambahannya di antara lain mencakup Photo Mode, dukungan terhadap monitor ultra-wide dan high frame-rate. Namun yang mungkin terdengar lebih menarik adalah konten ekstranya, yang ternyata dipinjam dari franchise Half-Life.

Ya, Half-Life karya legendaris Valve itu maksudnya. Dari trailer-nya, bisa kita lihat bahwa Sam mengenakan kacamata yang sangat mirip dengan milik karakter utama Half-Life, Gordon Freeman, tidak ketinggalan juga keran merah di belakang kepala yang langsung mengingatkan saya pada logo Valve.

Death Stranding

Di akhir trailer, Sam bahkan diperlihatkan sedang memakai Headcrab, salah satu musuh ikonis di Half-Life, sebagai topi. Kemungkinan semua ini hanya sebatas kosmetik, tapi akan sangat menarik apabila ternyata juga bisa memperkaya gameplay, apalagi mengingat trailer-nya juga menunjukkan Sam sedang memakai gravity gloves, yang sendirinya merupakan elemen penting dalam Half-Life: Alyx.

Mungkinkah Valve juga akan meminjamkan linggis khasnya sebagai salah satu senjata buat Sam? Siapa tahu pemain bosan mengandalkan seutas tali untuk mencekik dan mendambakan sesi stealth yang lebih brutal. Atau lebih ekstrem lagi, Zero Point Energy Field Manipulator alias Gravity Gun dari Half-Life 2 mungkin?

Via: Rock Paper Shotgun.

Detail Valorant: Spek, Gameplay, Skill Karakter, dan Tanggal Rilis.

Riot Games akhirnya mengumumkan melalui social media dan website resmi mereka mengenai Valorant. Semua orang sangat antusias melihat pengumuman tersebut. Pasalnya, akun Twitter PlayVALORANT langsung diserbu ratusan ribu followers pada hari pengumuman ini. Menurut saya pribadi, Valorant adalah gabungan dari banyak game seperti CS:GO, Overwatch, Rainbow Six: Siege, dan Apex Legends. Hal ini akan memudahkan para pemain baru untuk beradaptasi terhadap Valorant. Berikut adalah berbagai informasi yang telah saya kumpulkan mengenai Valorant di saat pengumumannya.

Mengenai Valorant

Valorant adalah 5 versus 5 character-based tactical shooter. Setiap pertandingan akan berisi 25 round dan tim pertama yang berhasil meraih 13 round kemenangan akan memenangkan pertandingan. Anda dapat memilih Agent di awal pertandingan. Berbeda dengan Overwatch, Anda tidak bisa mengganti Agent di tengah pertandingan. Mode game-nya identik dengan CS:GO yaitu berupa bomb mission. Karena game FPS membutuhkan tingkat presisi yang tinggi, Riot Games akan menyediakan 128 tick-servers untuk Valorant.

Tickrate adalah frekuensi yang digunakan oleh server untuk memberikan data terhadap game-nya. Apabila suatu server memiliki 64 tickrates, maka server tersebut dapat memberikan packets kepada pemain sebanyak 64 kali per detik. 128 tick-servers biasa digunakan di pertandingan LAN atau third-party platform seperti ESEA dan FACEIT. Dengan demikian, hal ini menjadi sebuah keistimewaan bagi pemain Valorant untuk merasakan 128 tick-servers di setiap pertandingannya. DotEsports menyebutkan bahwa Valorant hanya tersedia di platform PC dan akan memasuki fase beta pada musim panas tahun 2020.

Karakter dengan skill hasil gabungan dari Overwatch, Apex Legends dan Rainbow Six Siege

Dikutip dari ESTNN, ada delapan karakter yang diperkenalkan pertama kali di Valorant. Setiap Agent memiliki skill yang berbeda satu sama lain. Skill setiap karakter dikategorikan menjadi tiga yaitu purchasable abilities, ultimate, dan main ability. Purchasable abilities adalah skill yang bisa dibeli saat memulai ronde. Anda dapat membeli dua jenis skill yang tersedia. Ultimate skill didapat dari membunuh musuh dan menyelesaikan objektif. Mekanik ultimate yang sama dengan Overwatch. Main ability adalah skill yang tersedia di setiap karakter secara cuma-cuma. Main ability membutuhkan cooldown pada setiap penggunaannya.

Sumber: Youtube VALORANT
Sumber: Youtube VALORANT

Senjata yang digunakan tidak terbatas dengan Agents yang dipilih. Karena pada setiap memulai ronde, Anda bisa membeli senjata yang disediakan. Sama seperti CS:GO, akan ada sistem ekonomi di dalam Valorant.

Phoenix

Valpho (1)

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN
  • Hot Hands – Melemparkan fireball yang akan meledak apabila terkena suatu permukaan di dalam game. Apinya akan memberikan damage kepada musuh sekaligus memberikan heal pada diri sendiri.
  • Blaze – Membuat dinding api yang berguna untuk menghalangi pandangan dan memberikan damage kepada musuh yang melewatinya.
  • Signature ability: Curveball – Menciptakan percikan api yang besar, berguna untuk membutakan lawan.
  • Ultimate ability: Run it back – Memberikan tanda di posisi Anda. Apabila Anda mati saat durasi skill ini berjalan, maka Anda akan hidup kembali dengan HP penuh pada tanda tersebut.

Jett

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN
  • Cloudburst – Melemparkan proyektil kabut untuk menutup pandangan.
  • Updraft – Menerbangkan pemain ke atas.
  • Signature ability: Tailwind – Melakukan dash ke tempat yang Anda inginkan.
  • Ultimate ability: Blade Storm – Mengeluarkan throwing knives dengan damage yang cukup besar yang memberikan instant kill apabila mengenai kepala musuh.

Viper

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN
  • Snakebite – Melempar proyektil acid yang memberikan area damage.
  • Poison Cloud – Melempar gas emitter untuk menciptakan asap beracun.
  • Signature ability: Toxic Screen – Mengeluarkan dinding asap beracun.
  • Ultimate ability: Viper’s Pit – Mengeluarkan asap beracun di area yang luas yang akan bertahan selama Viper berada di dalamnya. Musuh yang berada di asap beracun tersebut akan terdeteksi oleh Viper.

Sova

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN
  • Shock Bolt – Menembakkan anak panah yang dapat meledak untuk memberikan damage kepada musuh.
  • Owl Drone – Melemparkan drone yang dapat dikendalikan untuk mendeteksi musuh.
  • Signature ability: Recon Bolt – Menembakkan anak panah yang dipasangkan sonar emitter. Akan mendeteksi lawan apabila mereka berada di dekat anak panah yang ditembakkan tersebut.
  • Ultimate ability: Hunter’s Fury – Menembakkan tiga energy blast yang bisa menembus apapun. Memberikan damage yang besar kepada musuh. Apabila musuh terkena energy blast-nya, mereka akan terdeteksi oleh Sova.

Cypher

  • Trapwire – Melemparkan jebakan Trapwire. Apabila ada musuh yang terkena, mereka akan terhenti gerakannya dan terdeteksi oleh Cypher.
  • Cyber Cage – Melemparkan remote activation trap yang apabila diaktifkan akan memberikan slow kepada musuh.
  • Signature ability: Spycam – Menempatkan kamera yang bisa mendeteksi musuh dan memberikan damage dengan dart yang ditembakkan.
  • Ultimate ability: Neural Theft – Mengambil informasi dari mayat musuh untuk mendeteksi rekan tim mereka.

Brimstone

  • Incendiary – Melemparkan granat yang memberikan area damage.
  • Stim Beacon – Mengeluarkan Stim Beacon di satu area yang akan memberikan efek Rapidfire kepada rekan tim.
  • Signature ability: Sky Smoke – Mengeluarkan asap di area yang Anda pilih.
  • Ultimate ability: Orbital Strike – Memilih area secara global, menambakkan Orbital Strike yang memberikan damage besar selama beberapa detik.

Sage

  • Slow Orb – Melemparkan proyektil yang akan memberikan efek slow area kepada musuh.
  • Barrier Orb – Menciptakan dinding untuk menghalangi pandangan.
  • Signature ability: Healing Orb – Mengisi HP rekan tim selama beberapa detik.
  • Ultimate ability:  Resurrection – Menghidupkan kembali rekan tim.

Omen

  • Paranoia – Mengeluarkan dinding Ethereal Shadow yang mengurangi pandangan lawan.
  • Shadow Walk – Melakukan teleport jarak pendek.
  • Signature ability: Dark Cover – Mengeluarkan kubah Ethreal Shadow yang mengurangi pandangan lawan.
  • Ultimate ability: From The Shadows – Memilih lokasi secara global untuk melakukan teleport. Setelah teleport, Omen akan berada di kondisi invincible untuk waktu yang singkat.

PC System Requirements

Sama seperti game Riot Games yang lain, Valorant tidak membutuhkan spesifikasi PC yang tinggi untuk menjalankan game-nya. Untuk spesifikasi yang direkomendasikan oleh Riot Games adalah prosesor Intel i3 generasi keempat dengan GPU Geforce GT730. Anda akan mendapatkan 144 fps dengan prosesor Intel i5 generasi keempat dan GPU GTX 1050Ti.

Tiga Gameplay Video Baru Ungkap Fitur-Fitur Unik Half-Life: Alyx

Setelah hampir 13 tahun berlalu, gamer akhirnya bisa kembali bertualang di jagat Half-Life lewat peluncuran permainan terbaru di seri ini. Meski begitu, Half-Life: Alyx memang bukan sekuel yang banyak orang nantikan. Kisah permainan berlangsung sebelum Half-Life 2, dan (sayangnya) ia hanya dapat diakses menggunakan headset virtual reality. Langkah ini kemungkinan besar merupakan upaya Valve mempromosikan VR gaming.

Mendekati hari peluncuran Half-Life: Alyx, tim developer memublikasikan tiga video gameplay baru yang memperlihatkan potongan-potongan kecil permainan. Meski terbilang singkat, ada banyak informasi penting serta detail menarik tersingkap di sana. Kabarnya, Valve tadinya berniat untuk memamerkan video-video ini di ajang The Game Awards 2019, tapi di menit-menit terakhir, mereka memutuskan buat menundanya.

Seperti trailer perdana Half-Life: Alyx, ketiga video kembali mendemonstrasikan level interaksi yang tinggi antara pemain dan dunia game. Permainan mempersilakan kita untuk memanipulasi hampir segala objek. Berbeda dari mayoritas permainan shooter, item-item penting tidak berserakan atau tersimpan rapi. Seringkali mereka tersembunyi dalam wadah atau rak, dan kita perlu menggeledahnya secara cermat demi memastikan tak ada yang terlewat.

Half-Life: Alyx tersaji tanpa UI. Indikator health dan amunisi ditampilkan di sarung tangan kiri dan Anda bisa menyimpan sejumlah item di sarung tangan kanan. Sistem health disuguhkan secara tradisional: Anda hanya dapat mengobati diri di health station. Permainan mempersilakan kita meng-upgrade senjata dengan mengumpulkan ‘resin’, kemudian objek/item bisa diambil langsung atau ‘ditarik’ menggunakan sarung tangan gravitasi.

Menariknya lagi, sejumlah objek yang tampak remeh ternyata sangat berguna. Contohnya: helm proyek bisa menyelamatkan nyawa jika Anda secara tak sengaja terperangkap Barnacle (makhluk berlidah panjang yang menempel di langit-langit bangunan). Video juga menampilkan musuh-musuh familier yang akan Anda hadapi: Headcrab, zombie sampai prajurit Combine. Selain aksi baku tembak, Half-Life: Alyx menantang pemain dengan beragam puzzle.

Salah satu elemen paling krusial yang diperlihatkan Valve di tiga video gameplay ini adalah pilihan metode navigasi atau pergerakan. Half-Life: Alyx menyajikan tiga opsi sistem locomotion: berbasis teleportasi, gerakan natural, atau shift/bergeser secara cepat. Kita dibebaskan untuk menggonta-gantinya di tengah permainan melalui menu options.

Metode teleportasi cocok bagi mereka yang masih awam dengan VR gaming. Opsi ini mempersilakan pemain untuk menunjuk ke mana mereka ingin pergi, lalu game segera mematuhinya. Sesaat, permainan akan menampilkan layar hitam, gunanya ialah buat mengurangi disorientasi. Metode shift tersaji mirip teleportasit, tanpa black screen. Kita bisa melihat pergeseran lokasi secara langsung. Saya pribadi lebih memilih continous movement karena navigasi terasa lebih natural.

Half-Life: Alyx rencananya akan meluncur di PC lewat Steam pada tanggal 23 Maret 2020. Selain Valve Index, game juga dapat dinikmati via Oculus Rift, HTC Vive, Oculus Quest dan headset Windows Mixed Reality.

Valorant, Game FPS dari Riot Games Mulai Nampak ke Permukaan

Riot Games sangat ambisius di tahun 2020 ini. Pasalnya, mereka mengumumkan akan membuat beberapa game di genre yang berbeda. Legend of Runeterra yang merupakan card game bertema League of Legends telah memasuki fase beta pada bulan Januari kemarin. Selanjutnya, Riot Games juga memperkenalkan game ber-genre FPS mereka yang dinamakan Project A. Melihat video trailer-nya, Project A bagaikan gabungan antara CS:GO dan Overwatch. Hero-based FPS memang menarik untuk dimainkan bagi penggemar genre MOBA dan FPS. Tetapi setelah pengumuman trailer-nya, Riot Games belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai Project A mereka. Tetapi mereka memastikan akan memberikan update di tahun 2020 ini.

Dikutip dari Daily Esports, baru-baru ini ada seseorang yang mendapatkan informasi mengenai pendaftaran merek dagang “Valorant” oleh Riot Games. Belum bisa dipastikan apakah merek yang terdaftar ini untuk digunakan di game FPS Project A mereka. Bersamaan dengan penemuan ini, tiba-tiba Twitter dikejutkan dengan munculnya akun @PlayVALORANT yang sudah diikuti oleh para atlet esports CS:GO dan Rainbow Six Siege. Pada akun Twitter tersebut, terdapat banner yang menunjukkan angka 02.

 

Screenshot game Project A juga tersebar di Twitter. Akun @ValorantTheGame  menyebarkan screenshot saat fase pemilihan karakter di game Project A. Di screenshot ini terlihat beberapa karakter dan informasi mengenai skill yang dimiliki oleh Sage. Berperan sebagai support, Sage memiliki beberapa skill yaitu Barrier Orb, Slow Orb, Healing Orb dan Resurrection.

Viper juga sempat diperlihatkan di trailer Project A. Skill yang ia miliki lebih terlihat offensive dibandingkan Sage. Jumlah skill yang dimiliki para karakter ini lebih banyak dibandingkan dengan para karakter di Overwatch. Begitu banyak active skill, Project A memiliki elemen MOBA yang kental. Yang membuat saya penasaran, seberapa liar developer Project A untuk menciptakan skill mechanic di game-nya.

Update: Riot Games juga telah merilis laman resmi dari Valoran yang bisa Anda akses di tautan ini.