[Tekno] Winamp Sedang Dirombak Total, Bakal Jadi Platform Streaming Audio ala Spotify?

Jauh sebelum Spotify eksis, dunia lebih dulu mengenal sebuah aplikasi komputer bernama Winamp. Aplikasi pemutar musik tersebut memang sudah tidak lagi sepopuler dulu, akan tetapi itu tidak mencegah pengembangnya mencoba menghidupkan kembali nama besar Winamp.

Bagi Anda yang berusia 25 tahun atau kurang, kemungkinan besar Winamp bakal terdengar asing di telinga Anda. Hal itu wajar mengingat software ini pertama kali dirilis di tahun 1997, hanya beberapa bulan setelah Blizzard meluncurkan game Diablo yang pertama, dan sekitar dua bulan sebelum seorang petinju profesional menggigit telinga lawannya dalam sebuah pertandingan resmi.

Kala itu, yang namanya streaming musik masih belum ada, dan salah satu cara populer untuk menikmati musik digital adalah dengan mengekstrak CD dan mengubah isinya menjadi format MP3. Winamp adalah salah satu aplikasi pemutar MP3 paling populer saat itu. Selain gratis, alasan lain Winamp disukai banyak orang adalah segudang skin yang tersedia sehingga kita dapat mengubah tampilannya sesuka hati.

Tampilan klasik Winamp / Dokumentasi pribadi

Kalau kita kunjungi situs Winamp sekarang, bisa kita lihat bahwa pengembangnya sedang sibuk merombak Winamp secara total. Jelasnya seperti apa masih tanda tanya, tapi semestinya bukan lagi sebatas pemutar musik biasa kalau melihat perkembangan zaman. Kalau berdasarkan informasi yang tertera, versi baru Winamp ini bakal “membawa kita lebih dekat dengan musisi yang kita sukai”, sekaligus menjadi “rumah dari siniar (podcast) dan stasiun radio favorit kita”.

Satu bagian di situsnya yang mencuri perhatian adalah tulisan “A unique space for Creators”. Dijelaskan bahwa melalui versi anyar Winamp ini, pengembangnya punya misi untuk memberikan para musisi dan podcaster kontrol atas konten bikinannya, sekaligus membantu mereka “mendapatkan penghasilan yang lebih adil”.

Kemudian kalau berdasarkan informasi di situs AudioValley (induk perusahaan pengembang Winamp sekarang), versi baru Winamp ini diproyeksikan sebagai platform lengkap untuk audio enthusiast yang “menghubungkan kreator dengan konsumen musik, siniar, stasiun radio, audiobook dan konten periferal lainnya”.

Sejauh ini, versi baru Winamp lebih terdengar seperti platform streaming audio macam Spotify ketimbang sebatas aplikasi pemutar musik biasa. Bisa jadi pengembangnya berharap nama besar Winamp dapat membantu menumbuhkan hype, dan yang pada akhirnya mendapat banyak sorotan media. Buat yang penasaran, Anda bisa mendaftar sebagai beta tester jika mau.

Sumber: XDA Developers.

10 Game yang Paling Dinanti di Tahun 2022

2021 sisa sebulan lagi, dan sudah tiba saatnya untuk membahas deretan video game yang bakal dirilis di tahun berikutnya. Di artikel ini, saya telah merangkum 10 game yang paling dinanti di tahun 2022.

Sebagian besar di antaranya memang sudah punya jadwal rilis yang spesifik, namun seperti yang kita tahu, tidak ada hal yang benar-benar pasti di masa pandemi seperti sekarang. Beberapa judul yang tercantum bahkan sebelumnya sudah pernah ditunda perilisannya dari 2020 menjadi 2021.

Well, semoga saja hal itu tidak terulangi di 2022.

1. Elden Ring

Ketika kreator Dark Souls bertemu dengan kreator Game of Thrones, maka lahirlah Elden Ring. Buat yang tidak tahu, ini merupakan sebuah action RPG dengan tingkat kesulitan tinggi dan sistem combat yang sangat memuaskan, yang dikemas dalam setting fantasi open-world buah pemikiran novelis kondang George R. R. Martin.

Menurut pengembangnya, FromSoftware, ini merupakan game dengan skala terbesar yang pernah mereka buat, dan itu tentu bakal membuat mode co-op multiplayer-nya semakin menarik lagi. Elden Ring kabarnya bakal dirilis pada 25 Februari 2022 di PC, PS5, PS4, Xbox One, dan Xbox Series X/S.

2. God of War Ragnarök

Selagi gamer PC menanti kehadiran God of War, pengguna PlayStation dengan sabar menunggu suksesor dari game keluaran tahun 2018 tersebut. Meski belum berani memberikan jadwal rilis yang pasti, Santa Monica Studio berharap mereka bisa meluncurkan God of War Ragnarök di tahun 2022 untuk PS4 dan PS5.

Dari trailer-nya, bisa dilihat bahwa permainan sekali lagi bakal menyuguhkan petualangan Kratos bersama anaknya, Arteus, yang kini sudah bertambah dewasa dan jadi jago sihir di samping sebatas jago panah. God of War Ragnarök juga bakal menghadirkan salah satu tokoh paling terkenal dari mitologi Norse, Thor, lengkap bersama palu kesayangannya, Mjölnir.

3. Horizon Forbidden West

Batal dirilis tahun ini, Horizon Forbidden West dijadwalkan bakal hadir untuk PS4 dan PS5 mulai 18 Februari 2022. Game ini secara langsung melanjutkan cerita dari Horizon Zero Dawn, serta akan membawa sang tokoh utama, Aloy, ke beragam lokasi baru.

Seperti game pertamanya, eksplorasi kembali menjadi salah satu aspek unggulan di sini. Menariknya, Aloy kali ini juga bebas menjelajahi dunia bawah air, sekaligus tentu saja bertarung melawan monster-monster yang sebelumnya tidak pernah ia jumpai di darat.

4. Gran Turismo 7

Suguhan spesial lain dari Sony yang juga sempat tertunda tahun ini adalah Gran Turismo 7. Game balap andalan Sony ini akan tersedia di PS4 dan PS5 pada tanggal 4 Maret 2022, dengan lebih dari 420 mobil yang dapat dikumpulkan langsung sejak hari pertama.

Selain koleksi mobil yang melimpah, Gran Turismo 7 juga bakal menghadirkan fitur legendaris GT Simulation Mode, lengkap beserta kumpulan mobil dan sirkuit klasiknya. Di PS5, Gran Turismo 7 juga bakal sepenuhnya mendukung fitur Adaptive Trigger dan Haptic Feedback milik controller DualSense demi menyuguhkan pengalaman bermain yang lebih immersive lagi.

5. Pokémon Legends: Arceus

Diumumkan pada perayaan ulang tahun franchise Pokémon yang ke-25, Pokémon Legends: Arceus bisa dibilang merupakan hasil kawin silang antara RPG tradisional Pokémon dan RPG open-world macam The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Satu hal yang paling menarik dari game ini adalah setting-nya, yakni region Sinnoh tapi di era Pokémon League belum eksis dan istilah Pokémon Trainer juga belum pernah terdengar. Poké Ball di game ini bahkan juga terbuat dari bahan kayu guna semakin menunjukkan perbedaan zamannya. Pokémon Legends: Arceus rencananya akan hadir di Nintendo Switch pada 28 Januari 2022.

6. Starfield

Kalau saya disuruh memilih, inilah game yang paling saya tunggu-tunggu kehadirannya tahun depan. Starfield merupakan RPG pertama Bethesda di luar franchise The Elder Scrolls dan Fallout, dan kali ini Bethesda bakal mengajak pemain menjelajah antariksa di masa depan.

Buat yang tertarik dengan premis tersebut, sayangnya Anda harus punya kesabaran ekstra, sebab Starfield baru dijadwalkan hadir di PC dan Xbox Series X/S pada 11 November 2022. Well, kalau untuk RPG open-world dengan skala sebesar ini, saya jauh lebih sreg apabila developer-nya mengambil waktu sebanyak mungkin daripada buru-buru dan jadi seperti Cyberbug, eh, maksud saya Cyberpunk 2077.

7. Redfall

Setelah Deathloop, proyek berikutnya dari Arkane Studios adalah Redfall, sebuah game co-op FPS dengan setting open-world dan sejumlah karakter yang memiliki skill uniknya masing-masing. Kedengarannya seperti Borderlands? Ya, betul, tapi yang alur ceritanya melibatkan vampir ketimbang alien.

Sebagai penggemar setia seri Borderlands sekaligus Dishonored (salah satu karya terbaik Arkane), saya juga sangat menanti kehadiran game ini. Sayang Bethesda sejauh ini belum punya jadwal rilis yang lebih spesifik dari “musim panas 2022”. Seperti Starfield, game ini juga hanya akan tersedia secara eksklusif di PC dan Xbox Series X/S.

8. Dying Light 2 Stay Human

Tiga tahun setelah diumumkan pertama kali, Dying Light 2 Stay Human akhirnya punya jadwal rilis spesifik: 4 Februari 2022 di PC, PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S. Secara naratif, Dying Light 2 mengambil tempat 20 tahun setelah peristiwa yang terjadi di game pertamanya. Lakon utamanya boleh ganti, akan tetapi skill parkour-nya malah lebih superior lagi daripada sebelumnya.

Di samping sebuah grappling hook, tokoh utamanya kali ini juga mempunyai paraglider untuk semakin memudahkannya berpindah dari satu titik ke yang lain. Buat yang menyukai brutalitas pertarungan jarak dekat dari sudut pandang orang pertama, Dying Light 2 sama sekali tidak boleh dilewatkan.

9. Tiny Tina’s Wonderlands

Meluncur pada 25 Maret 2022 di PC, PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S, Tiny Tina’s Wonderland merupakan spin-off dari franchise Borderlands, dengan narasi dan setting yang lebih jenaka lagi ketimbang sebelumnya. Seperti seri Borderlands, game ini juga bakal menghujani pemainnya dengan segudang kombinasi senjata. Namun yang lebih menarik, koleksi senjatanya kali ini bukan cuma pistol dan senapan saja, melainkan juga pedang, kapak, gada, dan masih banyak lagi senjata jarak dekat lainnya.

Anda memang tidak perlu memainkan semua seri Borderlands untuk bisa menikmati game ini. Namun agar pengalamannya lebih asyik, saya sarankan Anda memainkan setidaknya satu DLC dari Borderlands 2 yang berjudul Tiny Tina’s Assault on Dragon Keep, yang belum lama ini sempat dikemas ulang menjadi game terpisah.

10. Sekuel dari The Legends of Zelda: Breath of the Wild

Terakhir, ada sekuel dari salah satu game terbaik Nintendo Switch, The Legends of Zelda: Breath of the Wild. Informasi mengenai game ini memang belum banyak, dan bahkan judul resminya pun masih belum diungkap oleh Nintendo demi menjauhkan para penggemarnya dari spoiler.

Meski belum punya jadwal rilis yang lebih spesifik dari “2022”, game ini tetap merupakan salah satu yang paling diantisipasi jika melihat kesuksesan game pertamanya. Satu hal yang pasti, Breath of the Wild 2 (atau apapun judulnya nanti) bakal terlihat mengagumkan di layar Nintendo Switch OLED.

Jumlah Pemain Farming Simulator 22 di Steam Kalahkan Battlefield 2042, Epic Games Akuisisi Harmonix Systems

Minggu lalu, ada beberapa berita menarik di dunia gaming. Salah satunya, Steam berhasil mencetak rekor concurrent users baru. Selain itu, jumlah peak gamers dari Farming Simulator 22 di Steam lebih banyak dari Battlefield 2042, yang merupakan salah satu game paling dinanti pada tahun ini. Pada minggu lalu, Netflix juga mengumumkan bahwa mereka telah merekrut Amir Rahimi sebagai Vice President of Game Studios. Sementara Epic Games telah mengakuisisi Harmonix Systems, kreator dari Rock Band dan Dance Central.

Di Steam, Jumlah Pemain Farming Simulator 22 Kalahkan Battlefield 2042

Battlefield 2042 adalah salah satu game yang paling ditunggu-tunggu di 2021.  Hanya saja, setelah diluncurkan, Battlefield 2042 gagal memenuhi ekspektasi para fans. Salah satu kekecewaan para gamers, khususnya pemain PC, adalah banyaknya bugs di Battlefield 2042. Memang, Battlefield 2042 masih menjadi salah satu game paling populer di Steam pada minggu lalu. Tapi, popularitas dari game itu berhasil dikalahkan oleh Farming Simulator 22, yang diluncurkan beberapa hari setelah Battlefield 2042.

Berdasarkan data dari SteamDB, jumlah peak gamers dari Battlefield 2042 adalah 105.397 orang. Sementara jumlah peak gamers dari Farming Simulator 22 mencapai 105.636. Walau selisihnya tidak besar, Farming Sim 22 tetap berhasil mendapatkan peak gamers lebih banyak dari Battlefield 2042. Seperti yang disebutkan oleh Kotaku, jika platforms lain seperti PlayStation 5 dan Origin disertakan, kemungkinan, jumlah pemain Battlefield 2042 akan mengalahkan Farming Sim 22. Namun, hal itu tidak mengubah fakta bahwa Battlefield 2042 — salah satu game yang paling dinanti tahun ini — kalah populer dari Farming Sim 22 di Steam, salah satu toko game digital terpopuler untuk game PC.

Valve Cetak Rekor Concurrent Users Baru: 27,1 Juta Orang

Pada minggu lalu, Steam berhasil memecahkan rekor concurrent users. Menurut SteamDB, sekarang, rekor concurrent users tertinggi dari Steam adalah 27.182.165 orang. Sebelum ini, rekor concurrent users Steam adalah 26,9 juta orang, yang tercapai pada April 2021. Dua game dari Valve memberikan kontribusi terbesar. Counter-Strike: Global Offensive memiliki concurrent players sebanyak 849.144 orang, sementara Dota 2 663.561 orang. Sementara game dengan kontribusi terbesar ketiga adalah PUBG, yang mendapatkan concurrent users sebanyak 241.902 orang. Apex Legends dari Respawn ada di posisi keempat dan New World dari Amazon di posisi lima, menurut laporan Eurogamer.

Epic Games Akuisisi Harmonix Systems, Kreator Rock Band

Epic Games baru saja mengakuisisi Harmonix Systems, studio di balik seri game Rock Band dan Dance Central. Bermarkas di Boston, Amerika Serikat, Harmonix telah membuat berbagai game bertema musik selama lebih dari 20 tahun. Harmonix mengungkap, walau telah diakuisisi oleh Epic, mereka tetap akan meluncurkan konten baru untuk Rock Band 4. Di bulan ini, Harmonix telah meluncurkan enam lagu baru di game tersebut, termasuk Montero (Call Me By Your Name) dari Lil Nas X dan Shimmer dari Fuel.

Rock Band adalah salah satu karya Harmonix Systems. | Sumber: Polygon

“Bergabung dengan keluarga Epic Games adalah pencapaian tersendiri bagi kami,” tulis Harmonix, seperti dikutip dari Collider. “Hal ini tidak bisa kami capai tanpa dukungan dari kalian semua, para fans. Terima kasih! Dalam 26 tahun terakhir, kami terus berusaha untuk menciptakan cara menikmati musik yang baru dan unik. Sekarang, kami akan bekerja sama dengan Epic untuk membawa pengalaman bermain game musik ke Metaverse.”

Netflix Kini Punya Vice President of Game Studios

Netflix menunjuk Amir Rahimi, mantan President of Games di Scopely, sebagai Vice President of Game Studios. Di Scopely, Rahimi telah bekerja selama dua tahun. Sebelum itu, dia bekerja sebagai SVP dan General Manager Los Angeles dari FoxNext, unit virtual Reality dan taman bermain dari Century Foxy. Dia juga pernah bekerja selama tiga tahun di Zynga dan tujuh tahun di Electronic Arts. Di Netflix, Rahimi akan melapor pada Mike Verdu, Vice President of Games, menurut laporan GamesIndustry.

Beberapa bulan belakangan, Netflix memang menunjukkan minat pada industri game. Mereka merekrut Verdu pada Juli 2021 dan mengakuisisi developer Oxenfree, Night School Studio, pada September 2021. Pada Juli 2021, Netflix mengungkap rencana mereka untuk menjajaki industri game. Mereka menyebutkan, mereka akan fokus ke mobile game terlebih dulu. Game yang mereka luncurkan akan bisa dimainkan secara gratis oleh orang-orang yang telah berlangganan Netflix.

Jumlah Gamers di Afrika Sub-Sahara Kini Capai 186 Juta

Jumlah gamers di kawasan Afrika Sub-Sahara naik dari 77 juta pada 2015 menjadi 186 juta orang pada 2021, menurut studi yang dilakukan oleh Newzoo dan Carry1st. Seiring dengan bertambahnya jumlah gamers, total belanja di industri game pun naik. Afrika Selatan menjadi negara dengan total belanja paling besar. Diperkirakan, pada tahun ini, total spending dari gamers di Afrika Selatan mencapai US$290 juta. Sebagai perbandingan, total spending di Nigeria diduga mencapai US$185 juta, Ghana US$42 juta, Kenya US$38 juta, dan Ethiopia US$35 juta.

Total belanja negara-negara Afrika Sub-Sahara.

Di kawasan Afrika Sub-Sahara, Afrika Selatan juga menjadi negara dengan persentase gamers paling tinggi. Sebanyak 40% populasi dari negara itu bermain game. Di Ghana, persentase gamers dibandingkan populasi hanya mencapai 27%, di Nigeria 23%, Kenya 22%, dan Ethiopia 13%. Dari 186 juta gamers di Afrika Sub-Sahara, sebanyak 177 juta orang bermain di mobile. Menurut studi yang dilakukan oleh Newzoo dan Carry1st, Afrika Sub-Sahara adalah salah satu kawasan dengan pertumbuhan mobile game paling besar, seperti yang disebutkan oleh GamesIndustry.

Sumber header: Steam

Exclusive Interview: Riot’s Answers on Its Expansion in Entertainment and Esports Industries

Arcane, the animated series of League of Legends (LoL) on Netflix, is a huge success. As reported by Deadline, it became the most popular show in the US, defeating The Mandalorians and Stranger Things.

It’s also reported that Arcane is renewed for a second season. Besides its commercial success, it’s critically acclaimed by critics around the world. Joshua Rivera from Polygon writes this in the review, “As a show made by Riot Games, one of the biggest players on Video Game Island, Arcane may be one of the most significant attempts at bridging the distance, at making games less of an island — bringing the show where everyone watches them, on Netflix. Even if it ultimately isn’t that bridge, it’s still an excellent TV show, which is a wonderful thing to be.”

Around the time of Arcane’s release date, LoL World Championship 2021 also concluded the annual world-class competition with record-breaking audiences. Over 4 million viewers, excluding Chinese viewers, watched the grand final between EDG and DWG KIA.

Image credit: Esports Charts Pro Feature

It really seems a great weekend for Riot Games. That’s why, when I have an opportunity to ask some questions, I jumped at the chance. Justin Hulog, General Manager Riot Games SEA, answered all of these questions.

Some people, even Netflix, believe that games are the future of entertainment. So, why do you expand to movies/TV series?

League of Legends’ dedication to lore is what allows us to explore so many different alternate universes, stories and formats. We wanted Arcane to be a true, celebratory moment for all Riot Games’ fans. That means showcasing all the different ways Arcane can manifest in our bread-and-butter: games.

Explore the vast interpretations and activities of Arcane around all our games so that no matter what you’re playing, or what you want to try, Arcane will be there waiting for the gamers. We believe that only a game company can fully intertwine the evolution of their IP within various media: a cross-product moment done right.

Is it because Netflix gives you the chance? Is it similar to the partnership you have with Logitech in gaming peripherals? Or is this something you guys want to go full hand on deck in the movie industry (similar to what you’ve been doing in esports)?

Riot Games has shown what it means to allow passion and dedication to drive our work in games, sports, and now entertainment.

We showed the world what excellent player service in live service games could be like. We then redefined sports and broadcasting with the advent of esports. Now, we’re taking the learnings from the past 10+ years to conquer the next frontier of entertainment. Arcane is just the beginning.

How about the other expansions such as fashion (Louis Vuitton), music (K/DA), and other industries? What is the end-game for those expansions? Will they be stand-alone businesses that can support themselves (like esports)? Or it’s just for supporting the games industry?

Riot Games aims to shepherd cultural milestones with our exclusive and innovative partnerships. We’re here to make it better to be a player, and with these various partnerships and entertainment properties, our goal is to show what games can do when brands work together to create authentic and immersive ways to play.

Speaking of esports, considering LoL is one of the long-lasting games and esports which makes it one of the benchmarks in the industry, can you share some of your data related to those 2 industries?

In October 2021 alone, we reached 180 million active users in the League of Legends universe. This includes players from League of Legends, League of Legends: Wild Rift, Legends of Runeterra, Teamfight Tactics and Fight for the Golden Spatula (licensed in China). While we are still working on League of Legends esports numbers from this year’s World Championship, last year’s Worlds recorded more than 1 Billion Hours Watched, the highest ever.

How many MAU are in LoL in 2021? How many esports viewers does LoL have worldwide (2021)? I ask because I think some of the esports data doesn’t include Chinese viewers.

While we’re not able to share MAU details, we are pleased to have reached 180 million active users in the League of Legends universe in October 2021 alone. This includes players from League of Legends, League of Legends: Wild Rift, Legends of Runeterra, Teamfight Tactics and Fight for the Golden Spatula (licensed in China).

I’m really interested to map the distinction between esports and the gaming market, so If you can’t share the number, could you answer which one is the biggest between these 3 types of market:

  • People who play LoL and watch its esports
  • People who play LoL but don’t watch its esports
  • People who don’t play LoL but watch its esports

We believe that every player experience matters and these three categories are definitely close to the audience behaviour we have observed. There are hardcore League players who enjoy its esport in tandem, while there are also nearer players to the League of Legends universe who are picking their very first esport fandom or may just be more immersed in the gameplay and less in spectating esports.

However, we have seen strong growth in mobile esports interest, particular with the League of Legends: Wild Rift SEA ICON Series. Southeast Asia was not only the first region to receive the Wild Rift Open Beta, but was also the first to run mobile esports within Riot.

How about in VALORANT? Is it similar or different? Since VALORANT is so much newer than LoL.

We’ve been fortunate to have been able to grow different communities and fan bases for VALORANT on top of that for the League of Legends universe games. It is hard to believe that VALORANT is barely two years old, whereas League of Legends has recently celebrated its 12th anniversary.

Last, let’s speak Worlds. Compared to TI (Dota 2) which has more variety in its winner’s region (US, EU, CIS, and China), Worlds has been dominated by South Korea and the East. 10 out of 11 Worlds, the East won the championship. 6 out of 11, South Korea won. Why do you think it is the case?

It’s no surprise that League of Legends is an absolute phenomenon in South Korea. Much of League’s success in the market stems from the history of gaming in South Korea, which saw the wide penetration of PC cafes and the popularity of free-to-play games like League in such environments. South Korean esports athletes are regarded like bonafide celebrities, which has further fuelled the passion for the game and sustained the nation’s competitive edge in esports. That said, we are seeing new international talent emerging year after year, especially with the expansion of our esports for VALORANT and Wild Rift.

Resep yang Buat Harry Potter: Magic Awakened Sukses di Tiongkok

Harry Potter: Magic Awakened diluncurkan pada 9 September 2021. Meskipun hanya dirilis di beberapa negara Asia — Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, dan Makau — game buatan NetEase itu berhasil mendapatkan lebih dari US$228 juta dalam waktu kurang dari 2 bulan. Dengan begitu, Magic Awakened menjadi game dengan pemasukan terbesar ke-2 dalam franchise Harry Potter, menurut data dari Sensor Tower.

Tiongkok, pasar game terbesar di dunia, menjadi kunci dari kesuksesan NetEase dengan Magic Awakened. Di negara tersebut, Magic Awakened berhasil menjadi game dengan jumlah download paling banyak dan pemasukan terbesar di iOS. Tak hanya itu, Magic Awakened bahkan berhasil mempertahankan gelar itu selama tujuh hari berturut-turut. Menurut Niko Partners, Magic Awakened menjadi game non-Tencent pertama yang berhasil mendapatkan pencapaian tersebut sejak Onmyoji dirilis pada 2016.

Jika Anda membandingkan Magic Awakened dengan Onmyoji, Anda akan menemukan beberapa kesamaan antara keduanya. Pertama, keduanya sama-sama digarap oleh NetEase. Faktanya, tim dan produser dari Onmyoji juga ikut serta dalam pengembangan Magic Awakened. Kedua, baik Magic Awakened dan Onmyoji sama-sama merupakan card-based RPG.

Lalu, apa saja yang dilakukan oleh NetEase sehingga Magic Awakened bisa langsung populer di Tiongkok? Menurut Niko Partners, ada empat hal yang membuat Magic Awakened sukses. Berikut penjelasan lengkapnya.

Popularitas Franchise Harry Potter di Tiongkok

Salah satu alasan mengapa Magic Awakened disambut dengan hangat di kalangan gamers Tiongkok adalah karena popularitas franchise Harry Potter di negara itu. Di Tiongkok, novel pertama Harry Potter diluncurkan pada Agustus 2000, 3 tahun setelah versi bahasa Inggris dari novel itu diluncurkan. Berdasarkan data dari Beijing Youth Daily, total penjualan novel Harry Potter di Tiongkok mencapai sekitar 200 juta buku.

Walau novel terakhir dari Harry Potter diluncurkan pada 2007 dan film terakhir dari franchise itu ditayangkan pada 2011, belakangan, franchise Harry Potter kembali populer di kalangan masyarakat Tiongkok. Alasannya, karena pada tahun lalu, film Harry Potter pertama kembali ditayangkan di bioskop Tiongkok. Tak hanya itu, bulan lalu, Universal Studio Resort juga resmi dibuka di Beijing. Di sana, ada area khusus untuk Harry Potter.

Universal Beijing Resort punya bagian khusus untuk Harry Potter. | Sumber: Facebook

Keberadaan Magic Awakened pertama kali diumumkan pada Oktober 2019 oleh Warner Bros. dan Portkey Games, divisi WB yang bertanggung jawab untuk membuat dan merilis game Harry Potter. Proses pengembangan Magic Awakened sendiri ditangani oleh NetEase dan Portkey Games. Sejak keberadaan Magic Awakened diumumkan, informasi terkait game itu perlahan diungkap, seperti fakta bahwa di Magic Awakened, pemain akan bisa menjadi murid Hogwards. Dengan begitu, NetEase berhasil membuat gamers Tiongkok tertarik dengan Magic Awakened bahkan sebelum game itu diluncurkan.

Kampanye Marketing Pra-Peluncuran

Popularitas franchise Harry Potter bukan satu-satunya alasan di balik kesuksesan Magic Awakened. Faktor lain yang membuat game itu populer di kalangan gamers Tiongkok adlaah kampanye marketing yang dilakukan oleh NetEase sebelum peluncuran. Melalui kampanye pra-peluncuran, NetEase membiarkan orang-orang untuk mengunduh Magic Awakened dua hari sebelum game diluncurkan. Setelah mengunduh game itu, orang-orang akan bisa mengakses beberapa segmen dari Magic Awakened.

Salah satu hal yang bisa pemain lakukan sebelum game diluncurkan adalah membuat karakter dan ikut serta dalam Sorting Hat Ceremony. Tak berhenti sampai di situ, pemain juga bisa menghias ruang asrama mereka dan mengundang teman-teman mereka untuk bermain bersama. Semua hal ini mendorong para pemain untuk berbagi pengalaman mereka memainkan Magic Awakened di media sosial, seperti Weibo dan WeChat. Alhasil, ada lebih dari 15 juta orang yang mendaftarkan diri dalam pra-registrasi.

Gameplay yang Unik

Tidak peduli seberapa cakap sebuah perusahaan melakukan marketing, jika gameplay dari sebuah game membosankan, maka pada akhirnya, para pemain akan meninggalkan game itu. Kabar baiknya, NetEase berhasil memberikan gameplay yang unik pada Magic Awakened dengan menggabungkan elemen RPG dengan CCG. Selain itu, game tersebut juga menyediakan mode PvE dan PvP. Story Mode dari game itu bahkan menerapkan sistem real time battles. Jadi, saat battle, pemain bisa menggerakkan karakter mereka. Hal ini penting karena posisi pemain akan mempengaruhi efektivitas dari sihir yang mereka gunakan.

Dalam Magic Awakened, NetEase juga menyediakan special cards. Kartu-kartu khusus tersebut bisa digunakan oleh pemain untuk memanggil karakter atau binatang legendaris dari dunia Harry Potter. Selain Story Mode, NetEase juga melengkapi Magic Awakened dengan berbagai mode dan mini game. Harapannya, jumlah gamers yang tertarik untuk memainkan game itu akan bertambah. Beberapa mini game yang ada di Magic Awakened antara lain quidditch, dance mode, serta roguelike mode di Forbidden Forest.

Fitur Sosial

Terakhir, aspek yang membuat Magic Awakened sukses di Tiongkok adalah adanya fitur sosial dalam game. Fitur sosial sudah terintegrasi ke dalam game sebelum atau setelah game diluncurkan. Sebelum game diluncurkan, para gamers bisa menggunakan fitur sosial pada game untuk berbagi pengalaman mereka ketika mereka melalui Sorting Hat Ceremony untuk menentukan asrama yang akan mereka tinggali.

Setelah game diluncurkan, fitur sosial pada game pun menjadi semakin beragam. Para gamers tidak hanya bisa membagikan konten tentang events dalam game ke media sosial, mereka juga bisa mengakses grup diskusi, walkthrough, dan bahkan video dalam jaringan sosial internal pada game. Fitur sosial memang salah satu fitur penting untuk gamers Tiongkok. Karena, bagi gamers Tiongkok, bermain game merupakan bagian dari bersosialisasi.

Magic Awakened di Masa Depan

Magic Awakened memang telah sukses untuk menarik hati para gamers di Tiongkok. Namun, hal itu bukan berarti game itu sudah sempurna. Masih ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh para gamers. Salah satunya adalah sistem monetisasi yang sangat agresif. Jika pemain ingin mendapatkan kartu level tinggi, maka dia harus siap untuk mengeluarkan uang. Protes lain dari para pemain adalah ketika mereka membeli item dalam game, pembelian itu berubah menjadi subscription aktif.

Dari segi cerita, sebagian pemain mengeluhkan bahwa ada beberapa bagian dalam Magic Awakened yang tidak realistis atau tidak sesuai dengan cerita di novel Harry Potter. Misalnya, dalam game, pemain bisa mendapatkan spells yang seharusnya tidak bisa diakses oleh para murid Hogwards. Contoh lainnya, pemain bisa menggunakan Unforgivable Curses. NetEase mencoba untuk mengatasi masalah itu satu per satu. Saat ini, mereka akan membatasi jumlah Unforgiveable Curses yang bisa pemain gunakan.

Ke depan, NetEase sudah punya rencana untuk mengekspansi dunia dalam Magic Awakened dengan menambahkan lokasi-lokasi baru yang bisa pemain jelajahi. Selain itu, mereka juga akan memperkenalkan elemen gameplay baru. Baik NetEase maupun Warner Bros. telah mengonfirmasi bahwa mereka akan meluncurkan Magic Awakened di pasar internasional. Hal ini sesuai dengan ambisis NetEase untuk memperbesar kontribusi pasar game global ke pemasukan mereka. Saat ini, hanya 10% dari pemasukan game NetEase berasal dari pasar internasional. Mereka berharap, dalam beberapa tahun ke depan, angka itu akan naik hingga 50%.

PUBG New State Raih Untung $2,6 Juta, Roblox Tuntut Seorang Youtuber

PUBG: New State berhasil lewati 20 juta unduhan hanya dalam minggu pertamanya

Krafton akhirnya resmi merilis PUBG: New State yang dibuat untuk menyaingi PUBG Mobile. Hanya dua minggu pasca dirilis, PUBG: New State dikabarkan telah diunduh lebih dari 23 juta kali.

Dilansir dari Gameindustry.biz, dengan jumlah unduhan yang masif tersebut badan riset teknologi Sensor Tower mengestimasi bahwa PUBG: New State telah mendulang keuntungan dari Android maupun iOS sekitar $2,6 juta atau sekitar Rp37,4 miliar. Tiga negara penyumbang terbesarnya adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Turki.

India menjadi negara dengan jumlah pemain terbanyak yaitu sekitar 7 juta pemain yang mengisi 30 persen dari total jumlah pemain. Amerika Serikat menduduki peringkat kedua, sedangkan Korea Selatan menduduki peringkat ketiga.

Sebagai perbandingan, PUBG Mobile original berhasil mencapai 28 juta unduhan saat diluncurkan pada 2018 lalu. Namun perbedaannya, sebelum peluncurannya secara global PUBG Mobile telah dirilis di Tiongkok terlebih dahulu. Sedangkan PUBG: New State dirilis global secara bersamaan di 200 negara.

Roblox tuntut Youtuber $1,6 juta karena meneror para pemain lain

Image Credit: Roblox

Cukup langka untuk melihat sebuah perusahaan game menuntut pemainnya sendiri hingga ke meja hijau. Namun itulah yang dilakukan oleh Roblox Corporation yang dikabarkan tengah menuntut YouTuber dan content creator Benjamin Robert Simon.

Pemain yang dikenal dengan nama Ruben Sim ini kedapatan melakukan aksi teror di dalam Roblox. Aksi yang dilakukan oleh timnya yang disebut cybermob tersebut antara lain melecehkan pemain lain, menggunakan hinaan rasis dan homopobik, hingga mengunggah foto Adolf Hitler ke dalam game.

Roblox sebenarnya tidak tinggal diam mengenai perilaku negatif Simon dan bahkan telah menghukum akun milik Simon hingga beberapa tahun. Namun sayangnya Simon dapat kembali ke Roblox menggunakan akun yang dibuat oleh orang lain.

Lebih parahnya, Simon juga mengunggah perbuatannya tersebut sebagai konten di YouTube dan kanal Patreon miliknya. Dan yang terbaru adalah saat Roblox Developer Conference dilaksanakan di San Francisco bulan lalu. Simon membuat berita hoax bahwa polisi tengah mencari “teroris” yang akan ada dalam event tersebut.

Semua kekacauan yang dilakukan oleh Simon ini akhirnya membuat para developer Roblox gerah dan akhirnya melayangkan tuntutan sebesar $1,6 juta atau sekitar Rp23 miliar kepada Simon. Sayangnya belum ada informasi lanjutan mengenai jalannya tuntutan tersebut.

8 Keyboard Mechanical Murah Meriah Terbaik, Cocok Buat Mahasiswa!

Jika berbicara tentang keyboard mechanical, kita kerap tertuju ke harganya yang relatif lebih mahal dari keyboard membran. Tentu saja, hal ini disebabkan karena keyboard mechanical memiliki lebih banyak komponen serta memiliki lifespan yang lebih lama daripada keyboard membrane. Tidak hanya itu, salah satu aspek mahalnya keyboard mechanical adalah switch-nya.

Dulu, switch keyboard mechanical dikuasai oleh satu pabrikan — yaitu CherryMX. Pasalnya, mereka memiliki paten atas desain switch pada keyboard mechanical. CherryMX mematenkan desain switch mereka pada tahun 1984 dan kini, paten tersebut sudah tidak berlaku lagi sejak tahun 2014 silam.

Image Credit: CherryMX

Tidak berlakunya paten dari CherryMX ini menyebabkan banyak pabrikan lain seperti Outemu, Gateron, Kailh, dan lainnya mengadopsi desain tersebut dan menjualnya dengan harga yang lebih murah. Karena itu, kini terdapat banyak keyboard mechanical di pasaran yang harganya lebih ramah di dompet. Namun, dengan harga yang lebih murah pastinya ada beberapa kekurangan. Salah satunya adalah switch Outemu yang dikenal memiliki lifespan yang cukup pendek.

Source: Rexus

“Ada harga ada kualitas.” Mungkin itu adalah kata-kata yang tepat untuk mendefinisikan pernyataan di atas. Namun, tidak untuk beberapa keyboard mechanical yang akan kita bahas berikut ini. Pasalnya, meskipun harganya yang terbilang murah — beberapa keyboard di bawah ini juga memiliki kualitas dan fitur yang patut diacungkan jempol.

Tanpa basa-basi lebih lanjut, mari kita masuk ke rekomendasi keyboard mechanical murah meriah terbaik.

1. VortexSeries VX5 Pro – Rp 420 ribu

Image Credit: VortexSeries

Keyboard mechanical dari brand lokal satu ini menjadi salah satu keyboard entry-level terbaik. Pasalnya, VX5 Pro dari VortexSeries ini memiliki segudang fitur serta build quality yang lumayan bagus dengan harga hanya Rp420 ribu. Dari segi eksterior, VX5 Pro menggunakan plastik ABS sebagai bahan material casing dan keycaps. RGB milik keyboard ini juga dapat diatur sedemikian rupa pada software bawaannya. VX5 Pro juga dilengkapi dengan kabel braided yang akan menambah kesan premium.

Salah satu fitur yang menurut saya wajib di semua keyboard mechanical adalah hotswap 3/5 pin universal. Dengan fitur ini, Anda dapat mengganti switch keyboard ini dari Outemu menjadi Gateron, Kailh, Akko, atau lainnya secara plug and play. Fitur ini sebenarnya jarang ditemukan pada keyboard mechanical dengan kisaran harga Rp400 ribuan. Jadi, ini adalah satu nilai plus untuk Vortex. Selain itu, Vortex juga menyematkan foam di dalam casing VX5 Pro untuk mengurangi suara kopong dari casing.

VortexSeries VX5 Pro menyediakan dua pilihan warna (hitam dan putih) serta tiga pilihan switch, yaitu Outemu Blue (clicky), Outemu Red (linear), dan Outemu Brown (tactile).

2. Fantech Maxfit61 – Rp459 ribu

Image Credit: Fantech

Menempati urutan kedua, ada keyboard mechanical dari brand Fantech. Keyboard bernama Maxfit61 ini tersedia dalam dua pilihan warna (hitam dan putih) dan dibanderol dengan harga Rp459 ribu saja.

Untuk bagian eksterior, keyboard ini dilengkapi dengan RGB yang dapat diatur 16 mode, double-injection keycaps, serta menggunakan material plastik ABS untuk casing-nya. Keyboard ini juga mengusung layout 60% yang membuatnya super kompak untuk dibawa-bawa. Meskipun kompak dan imut, sebelum mengganti keyboard menjadi layout kompak seperti ini, mungkin Anda harus mempertimbangkan beberapa hal ini.

Mari masuk ke jeroannya, keyboard besutan Fantech ini memilki dua pilihan switch, yaitu Outemu Blue (clicky) dan Outemu Red (linear). Sama seperti VortexSeries VX5 Pro di atas, Maxfit61 ini juga memiliki fitur hotswap 3/5 pin universal.  Jika Anda tertarik dengan keyboard ini, Anda dapat melihat lebih lengkapnya di website resmi mereka.

3. Rexus Daiva RX-D68 – Rp429 ribu

Image Credit: Rexus

Siapa yang tidak kenal dengan brand Rexus? Pabrikan gaming peripherals yang terkenal akan harga produknya yang murah meriah ini tidak bisa diremehkan jika berbicara soal kualitasnya. Salah satu produk mereka yang baru diluncurkan bulan kemarin, Rexus Daiva, sempat membuat geger para penggemar keyboard. Pasalnya, keyboard mechanical terbaru Rexus ini dilengkapi dengan berbagai fitur namun dibanderol dengan harga Rp429 ribu saja.

Keyboard dengan layout 65% termurah ini memiliki full RGB backlight yang bisa memancarkan 16,8 juta warna, double-shot ABS keycaps, serta hotswap 3/5 pin. Sayangnya, meskipun sudah 5 pin, fitur hotswap dari Daiva ini bersifat Outemu only — artinya hanya bisa dipasangkan switch Outemu dan sejenisnya (Content, Gazzew, Akko CS, KTT, dan sebagainya).

Rexus Daiva RX-D68 memiliki dua pilihan warna (hitam dan putih) serta diberikan tiga pilihan switch, Outemu Blue (clicky), Red (linear), dan Brown (tactile).

4. Koodo Gecko – Rp450 ribu

Dokumentasi: Hybrid

Keyboard mechanical satu ini merupakan keyboard mechanical wireless termurah di pasaran. Dengan harga hanya Rp450 ribu, keyboard dari brand lokal ini menyuguhkan fitur yang menggiurkan. Kombinasi kompaknya layout 60% dengan fitur wireless membuat Koodo Gecko sangat praktis untuk dibawa ke manapun.

Selain wireless Bluetooth 5.0, keyboard ini juga memiliki backlight RGB 16.8 juta warna, keycaps double-shot berbahan ABS, 1000hz polling rate, serta hotswap 3 pin Outemu Only. Untuk review lengkap serta kekurangannya, Anda bisa membaca artikel yang kami buat beberapa waktu lalu di sini.

Koodo Gecko menawarkan hanya satu pilihan warna (putih) dan tiga pilihan switch, Outemu Blue, Red, dan Brown.

5. Rexus Legionare MX9 – Rp380 ribu

Image Credit: Rexus

Selain keyboard dengan layout kompak, Rexus juga mengeluarkan keyboard dengan layout yang “normal”. Mengusung layout TKL, Rexus Legionare MX9 memiliki empat pilihan warna yang unik — yaitu hitam, putih, biru muda, dan merah muda.

Dengan harga Rp380 ribu, Anda akan mendapatkan fitur-fitur seperti backlight RGB dengan 16.8 juta warna, 1000Hz polling rate, software bawaan, serta memori on-board. Untuk materialnya, Rexus Legionare MX9 menggunakan plastik ABS dan kabelnya sudah braided. 

Rexus Legionare MX9 memiliki dua pilihan switch, yaitu Outemu Blue dan Red. Keyboard ini juga hotswapable meskipun masih Outemu Only.

6. VortexSeries VX9 PRO – Rp650 ribu

Image Credit: VortexSeries

Keyboard dari VortexSeries lagi, namun kali ini layout-nya sedikit unik. VX9 PRO ini mengusung layout 1800 Compact atau 96% (98 keys). Jadi, keyboard ini masih memiliki F-rows, arrow keys, dan numpad. Tetapi, tombol seperti Print Screen, Page Up, Page Down, dan lainnya (yang berada di atas tombol arrow) dihilangkan di layout seperti ini. Nah, keyboard ini sangat cocok untuk Anda yang masih membutuhkan numpad namun ingin keyboard yang lebih kompak dari full size.

Dibanderol dengan harga Rp650 ribu, VX9 PRO memiliki fitur-fitur jempolan — seperti hotswap 3/5 pin universal, software bawaan, backlight RGB yang bisa diatur, EVA foam pada case dan plate, serta kabel USB to Type C braided. VX9 PRO dibuat menggunakan plastik ABS dari bodi hingga keycaps-nya.

Vortex VX9 Pro menawarkan dua pilihan warna (hitam dan putih) serta tiga pilihan switch Outemu dengan warna Blue, Red, dan Brown.

7. GEEK GK61 – Rp799 ribu

Meskipun harganya lebih tinggi, keyboard mechanical 60% dari GEEK ini memiliki fitur dan switch yang lebih premium. Dijual dengan harga Rp799 ribu, GK61 memakai optical switch dari Gateron. Jadi, tidak lagi menggunakan pin — optical switch ini menggunakan sinar inframerah untuk menggantikan fungsi pin yang bertugas mengirim signal ke PCB. Optical switch ini diklaim lebih tahan lama dari switch konvensional.

Kerennya, GK61 juga memiliki fitur hotswap — artinya, switch-nya dapat diganti dengan switch optical lainnya. Selain itu, keyboard dari GEEK ini juga memiliki backlight RGB 16.8 juta warna, software bawaan, full anti-ghost keys, kabel Type-C braided, dan banyak lagi. Keyboard GK61 ini juga tahan air dengan rating IP68.

GEEK GK61 tersedia dalam dua warna, yaitu hitam dan putih. Serta memiliki 5 pilihan warna switch dari Gateron, yaitu Black, Red, Yellow, Blue, dan Brown.

8. Rexus Daxa M71 Pro – Rp699 ribu

Image Credit: Rexus

Keyboard dari Rexus lagi, kali ini merupakan keyboard yang menurut saya sangat worth it untuk dibeli, yaitu Daxa M71 Pro. Dengan label harga Rp699 ribu, keyboard dengan 71 tombol ini terbilang sangat premium dan memiliki fitur-fitur yang oke.

Pertama, keyboard ini mengusung switch dari Gateron yang terkenal memiliki feel dan daya tahan lebih baik dari Outemu. Daxa M71 Pro ini juga dilengkapi dengan fitur wireless menggunakan Bluetooth 5.0. Fitur-fitur lain dari keyboard ini meliputi backlight RGB 16.8 juta warna, two-tone keycap, magnetic keyboard stand, serta software bawaan untuk mengatur RGB dan macro. Tidak hanya di belakang keycaps, RGB dari Daxa M71 Pro ini juga terdapat di bagian kiri dan kanan bawah dari keyboard.

Image Credit: Rexus

Rexus Daxa M71 Pro menyediakan dua pilihan warna, yaitu hitam (keycaps two-tone berwarna hitam dan putih) serta putih (keycaps two-tone berwarna oranye dan putih). Keyboard ini juga memiliki 3 pilihan switch, yaitu Gateron Blue, Brown, Red, dan Yellow.

Saat peluncurannya, keyboard dari Rexus ini sangat laris sampai mereka membuat versi lebih besarnya bernama Daxa M84 Pro. Kami juga telah membuat review dari Daxa M84 Pro yang bisa Anda baca di sini.

Penutup

Itulah tadi beberapa rekomendasi keyboard mechanical murah meriah terbaik. Bagi Anda yang ingin mencoba keyboard mechanical, pastinya salah satu dari keyboard di atas tidak akan membuat dompet Anda makin tipis wkwkwk…

Harga Monitor di Indonesia Naik Hingga 50%, Imbas Kelangkaan Chip di Tengah Pandemi?

Memiliki tanggung jawab untuk menampilkan semua hal yang diproses oleh PC secara visual, monitor menjadi salah satu komponen yang harus ada di suatu setup PC. Monitor dibedakan menjadi beberapa klasifikasi sesuai dengan kegunaannya, seperti monitor kantoran, gamingdan professional.

Image Credit: Samsung

Sayangnya, ternyata monitor juga ikut terkena imbas kelangkaan chip yang sedang berlangsung saat ini. Lebih besarnya permintaan pasar dari persediaan serta langkanya panel IPS juga membantu menaikkan harga monitor yang kini lebih mahal hingga 50% jika dibandingkan dengan awal tahun 2021 lalu.

Image Credit: Tokopedia

Sebagai contoh, salah satu monitor budget terlaris di pasaran, Samsung SR35, dapat Anda bawa pulang dengan harga hanya Rp1.6 jutaan di awal tahun 2021 lalu. Kini, jika Anda melihat marketplace, monitor dari Samsung ini dibanderol dengan harga Rp2.4 jutaan. Artinya, monitor 1080p berukuran 24 inch dengan refresh rate 75Hz ini naik hingga 50% dari harga sebelumnya.

Image Credit: LG

Tidak hanya monitor dari Samsung, brand LG juga mengalami kenaikan harga. Salah satunya adalah LG 24MK600 yang pada awal tahun ini memiliki label harga Rp1.8 jutaan. Sekarang, monitor ini dibanderol dengan harga Rp2.4 jutaan yang artinya harganya naik sekitar 35%. Selain itu, harga monitor dari AOC, Philips, ASUS, serta berbagai brand monitor lainnya juga melimbung.

Anehnya, monitor-monitor yang harganya naik drastis kebanyakan berada di segmen ukuran 24 inch dengan refresh rate 60Hz hingga 75Hz. Dengan kata lain, harga monitor di kelas bawah naik lebih tinggi ketimbang kelas atasnya.

Image Credit: LG

Sebagai contoh, monitor gaming LG 24GN600 dibanderol dengan harga Rp2.7 juta di awal bulan 2021. Kini, harganya hanya naik sekitar Rp100 ribuan menjadi Rp2.8 jutaan. Padahal, monitor dengan refresh rate 144Hz dari LG ini terbilang sangat worth it dari segi harga dan kualitasnya.

Yak… Awalnya GPU dan RAM naik harga, sekarang monitor malah ikutan. Semoga tidak ada komponen PC lainnya yang memutuskan untuk ikutan naik harga deh.

Ternyata, pasar PC gaming sudah banyak peminatnya bahkan sebelum mulainya pandemi. Menurut para analis IDC, pandemi hanya mempercepat pertumbuhan dari pasar PC gaming. Lebih lengkapnya, Anda dapat membacanya di sini.

Feat image credit: Xiaomi

Nreal Light Adalah Satu dari Segelintir Kacamata AR yang Dapat Dibeli oleh Konsumen Umum

Terlepas dari begitu menjanjikannya premis yang ditawarkan kacamata AR, nyatanya hingga kini belum banyak perangkat di kategori ini yang tersedia untuk konsumen secara umum. Bahkan perusahaan sebesar Magic Leap pun sejauh ini hanya tertarik untuk memasarkan kacamata AR di kalangan enterprise saja.

Kondisi seperti itu pada akhirnya membuat kacamata AR bernama Nreal Light ini mendapat sorotan publik. Perangkat ini sebenarnya sudah dijual secara luas di Korea Selatan sejak tahun lalu dan di beberapa negara lainnya. Namun baru-baru ini, pengembangnya berhasil menggandeng Verizon untuk memasarkan di Amerika Serikat. Di sana, konsumen dapat membelinya seharga $599.

Secara fisik, Nreal Light lebih kelihatan seperti kacamata dengan bingkai dan tangkai yang tebal ketimbang sebuah gadget. Bobotnya pun cuma 106 gram. Namun saat dilihat dari depan, sepasang kamera yang tertanam di lensanya dengan jelas menunjukkan kalau ini bukan kacamata biasa, melainkan yang menawarkan tracking 6DoF ala VR headset.

Agar bisa beroperasi, Nreal Light membutuhkan bantuan sebuah smartphone, spesifiknya smartphone yang dilengkapi chipset 5G bikinan Qualcomm. Ia menyambung ke ponsel via kabel USB-C yang terpasang di tangkai sebelah kirinya, dan setelah tersambungkan, pengguna bisa memilih antara me-mirror konten di smartphone atau masuk ke mode mixed reality. Saat berada dalam mode mixed reality, ponsel yang terhubung otomatis merangkap peran sebagai controller.

Nreal Light memproyeksikan gambar AR ke hadapan pengguna dengan memanfaatkan panel display micro OLED. Field of view yang disajikan memang cuma 53° saja, akan tetapi pengembangnya bilang ini sudah lebih luas daripada yang ditawarkan Magic Leap One maupun Microsoft HoloLens 2. Pada masing-masing tangkainya, kita juga bisa menemukan speaker sekaligus mikrofon.

Andai sukses, Nreal sejatinya berpotensi menciptakan preseden bahwa kacamata AR juga punya peluang di pasar non-enterprise. Namun agar ini bisa terwujud, Nreal Light juga membutuhkan dukungan ekosistem software yang lengkap sehingga konten AR yang tersaji pun melimpah.

Kabar baiknya, salah satu nama terbesar di industri AR saat ini, Niantic, baru-baru ini resmi meluncurkan platform pengembangan konten AR bernama Lightship yang bisa digunakan oleh komunitas developer secara cuma-cuma. Semoga saja ini bisa mengakselerasi pertumbuhan industri AR, dan pada akhirnya memicu kelahiran lebih banyak perangkat seperti Nreal Light.

Sumber: The Verge via ScreenRant.

10 Mouse Gaming Pilihan dengan Desain Honeycomb dan Bobot Super-Ringan

Saya masih ingat zaman mouse gaming masih menawarkan kustomisasi berat sebagai salah satu fitur unggulannya. Sekarang trennya sudah bergeser. Yang lebih diincar kini justru adalah mouse berdesain honeycomb yang memiliki bobot luar biasa ringan.

Tidak tanggung-tanggung, deretan mouse yang masuk di kategori ini mempunyai berat hanya di kisaran 60 gram saja — beberapa bahkan ada yang kurang dari itu. Kenapa harus sampai seringan itu? Karena kebanyakan pro player, khususnya yang bermain game shooter, menggunakan DPI (sensitivitas) rendah agar bidikannya bisa lebih presisi.

Berhubung sensitivitas mouse-nya rendah, tidak jarang mereka melakukan gerakan menyapu yang ekstrem, dan itu jelas akan jauh lebih mudah dilangsungkan jika menggunakan mouse yang enteng. Nah, salah satu trik yang produsen terapkan untuk menciptakan mouse gaming berbobot super-ringan adalah dengan mengadopsi desain bolong-bolong alias honeycomb. Sebagai bonus, lubang-lubang di rangka mouse itu juga berperan sebagai ventilasi untuk membantu mencegah telapak tangan jadi cepat berkeringat.

Di artikel ini, saya telah merangkum 10 mouse gaming honeycomb pilihan yang dapat dibeli di Indonesia. Beberapa di antaranya ada yang wireless, ada yang ambidextrous, ada yang ergonomis. Jadi, sesuaikan saja dengan selera dan kebutuhan masing-masing — dan bujet, tentu saja.

1. SteelSeries Aerox 3 Wireless 2022 Edition

Salah satu kekhawatiran utama konsumen saat pertama melihat mouse dengan begitu banyak lubang di atasnya adalah betapa mudahnya cairan masuk ke dalamnya. Hal itu sama sekali bukan masalah untuk mouse ini, sebab ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP54. Ia bahkan masih bisa selamat dan berfungsi dengan normal setelah diguyur sekaleng Diet Coke.

Performa mouse seberat 68 gram ini juga tidak boleh diremehkan. Sensornya memiliki sensitivitas 100-18.000 DPI, sementara switch-nya diklaim mampu bertahan sampai 80 juta kali klik. Selain via dongle USB, Aerox 3 Wireless juga dapat dihubungkan via Bluetooth jika perlu. Baterainya diklaim kuat sampai 80 jam pemakaian, atau sampai 200 bila memakai Bluetooth.

Di Indonesia, mouse ini dijual seharga Rp1.399.000.

Link pembelian: SteelSeries Aerox 3 Wireless 2022 Edition

2. Glorious Model O

Bagi yang memiliki tangan berukuran sedang atau besar, Glorious Model O boleh jadi pilihan. Namun jangan tertipu oleh ukurannya, sebab bobotnya masih tergolong sangat ringan di angka 67 gram. Pergerakannya pun bakal tetap lincah berkat penggunaan kabel braided yang amat fleksibel.

Model O mengemas sensor Pixart PMW-3360 dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, sedangkan switch-nya menggunakan bikinan Omron dengan klaim ketahanan hingga 20 juta kali klik. Buat yang tertarik, siapkan dana sebesar Rp830.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Glorious Model O

3. Glorious Model D Wireless

Kalau kurang suka dengan desain ambidextrous milik Model O, Anda bisa mempertimbangkan saudaranya yang berdesain ergonomis ini. Kebetulan ini juga merupakan varian nirkabel, jadi harganya otomatis lebih mahal: Rp1.289.000. Bobotnya sendiri masih tetap sangat enteng di angka 69 gram.

Sensor yang tertanam adalah hasil rancangan Glorious sendiri dengan sensitivitas maksimum 19.000 DPI, demikian pula switch-nya, yang diyakini tahan sampai 80 juta kali klik. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk pemakaian selama 71 jam (tanpa RGB), dan perangkat masih bisa digunakan seperti biasa selagi dicolok kabel.

Link pembelian: Glorious Model D Wireless

4. Xtrfy MZ1

Bentuk gepeng dengan lekukan-lekukan yang dalam di sisi atas maupun sampingnya menjadikan mouse ini sangat nyaman untuk digenggam, belum lagi ditambah bobotnya yang luar biasa ringan di 56 gram. Sebagai informasi, mouse dengan rancangan unik dan bodi semi-transparan ini merupakan buah pemikiran reviewer mouse kawakan yang dikenal dengan nama Rocket Jump Ninja.

Performanya ditunjang oleh sensor Pixart PMW-3389 dengan sensitivitas 400-16.000 DPI, sedangkan switch-nya menggunakan Kailh GM 8.0. Aspek lain yang menarik dari mouse ini adalah, semua opsi kustomisasinya dapat dilakukan via tombol dan tuas fisik, tidak perlu bantuan software sama sekali. Berminat? Siapkan modal sebesar Rp1.149.000.

Link pembelian: Xtrfy MZ1

5. Cooler Master MM711

Opsi lain di bawah 60 gram yang boleh dipertimbangkan adalah Cooler Master MM711. Desainnya sengaja dibuat agar bisa mengakomodasi jenis grip apapun, mulai dari claw, fingertip, sampai palm grip. Keberadaan kabel yang begitu lentur juga membantu mengurangi bobotnya secara signifikan.

Untuk sensornya, MM711 mengandalkan sensor Pixart PMW-3389 yang mempunyai sensitivitas maksimum 16.000 DPI. Lalu untuk switch-nya, Cooler Master memercayakan pada bikinan Omron yang tahan sampai 20 juta kali klik. Di angka Rp499.000, harganya terbilang cukup kompetitif.

Link pembelian: Cooler Master MM711

6. Cooler Master MM720

Bagi yang merasa kisaran 50 gram masih kurang enteng, coba lirik penawaran lain dari Cooler Master berikut ini. Di angka 49 gram, MM711 merupakan salah satu opsi teringan yang bisa dibeli secara resmi di Indonesia. Sepintas bentuknya memang terkesan tidak umum, tapi ini sangat cocok buat pemain yang terbiasa menggunakan claw grip.

Dari segi performa, MM720 identik dengan MM711 karena memang menggunakan sensor Pixart PMW-3389 yang sama persis. Yang berbeda adalah, MM720 menggunakan switch jenis optical yang lebih responsif sekaligus lebih tahan lama. Di Indonesia, mouse ini bisa dibeli dengan harga Rp699.800.

Link pembelian: Cooler Master MM720

7. HyperX Pulsefire Haste

Satu hal yang kerap disepelekan namun sebenarnya sangat penting untuk sebuah mouse gaming adalah feel mengkliknya. Idealnya, setiap klik harus terasa taktil dan memuaskan, dan itulah yang dijanjikan oleh mouse ini. Tak hanya menyenangkan untuk diklik, switch yang tertanam di mouse seharga Rp629.000 ini juga diklaim anti-debu dan tahan sampai 60 juta kali klik.

Tentu saja ia juga memenuhi kriteria utama artikel ini, dengan desain bolong-bolong dan bobot cuma 59 gram saja. Kinerjanya sendiri ditunjang oleh sensor Pixart PMW-3335 yang memiliki sensitivitas maksimum 16.000 DPI, dan supaya semakin lincah, HyperX tak lupa menyematkan kaki-kaki dari bahan PTFE murni.

Link pembelian: HyperX Pulsefire Haste

8. Roccat Burst Pro

Paling unik di antara yang lain, mouse ini pada dasarnya punya rangka dua lapis: transparan di luar, bolong-bolong di dalam. Dengan begitu, bobotnya bisa ditekan sampai 68 gram, dan pengguna pun tak perlu khawatir perangkat mudah kemasukan debu atau cairan. Win-win solution.

Terkait performanya, Roccat Burst Pro mengandalkan sensor Pixart 3389 dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI. Lalu untuk switch-nya, Roccat menyematkan switch jenis optical rancangannya sendiri yang diklaim mampu bertahan sampai 100 juta kali klik. Harganya pun sangat menarik: Rp749.000.

Link pembelian: Roccat Burst Pro

9. Rexus Daxa Air III

Rp699.000 tapi sudah wireless dan didukung oleh kinerja yang sangat mumpuni, kira-kira begitulah cara saya mendeskripsikan mouse terbaru Rexus ini secara singkat. Sensor yang dipakai adalah Pixart PMW-3370 dengan sensitivitas 50-19.000 DPI, sementara switch yang digunakan adalah Kailh GM 8.0 dengan klaim ketahanan hingga 80 juta kali klik.

Di angka 72 gram, bobotnya memang terpaut cukup jauh dari model yang paling ringan di sini, tapi tetap sangat enteng jika mengingat bahwa ia perlu mengemas modul baterainya sendiri. Dalam sekali charge, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga 60 jam pemakaian (tanpa RGB).

Link pembelian: Rexus Daxa Air III

10. Pulsar Xlite Superglide

Opsi terakhir sekaligus yang paling spesial adalah Pulsar Xlite Superglide. Spesial karena ia merupakan edisi terbatas yang hanya diproduksi sebanyak 1.000 unit saja di seluruh dunia. Embel-embel “Superglide” sendiri merujuk pada kaki-kakinya yang terbuat dari tempered glass aluminosilicate, yang bakal memastikan pergerakan semulus mungkin di atas permukaan.

Di balik rangka seberat 57 gramnya, tertanam sensor Pixart PAW-3370 dengan sensitivitas 50-20.000 DPI, serta switch Kailh GM 8.0 yang sangat kapabel. Di Indonesia, mouse ini dipasarkan seharga Rp1.299.000. Semisal tidak kebagian jatah, Anda juga bisa melirik varian standar maupun varian nirkabelnya, yang keduanya dibanderol lebih murah.

Link pembelian: Pulsar Xlite Superglide