Bermacam Fungsi pada Mobil Besutan VW Sekarang Bisa Dikontrol dengan Siri

Siapa yang menyangka voice assistant bakal memegang peran sepenting ini dalam kehidupan manusia? Awalnya hanya dipandang sebagai gimmick di smartphone, voice assistant sekarang juga sudah menjadi salah satu komponen esensial buat sistem infotainment mobil. Tidak percaya? Lihat saja apa yang baru-baru ini diumumkan VW.

Mereka mengumumkan integrasi yang cukup mendalam antara aplikasi smartphone-nya, VW Car-Net, dengan Siri di perangkat iOS. Menggunakan perangkat dengan iOS 12, pemilik mobil VW yang kompatibel bisa meminta bantuan Siri untuk mengunci atau membuka mobilnya.

Itu baru satu fungsi. Sisanya masih ada fungsi untuk mengecek estimasi jarak tempuh dengan bahan bakar yang tersisa, serta fungsi untuk membunyikan klakson atau mengedipkan lampu depan. Berhubung ini Siri yang kita bicarakan, fungsi-fungsi tersebut bisa diaktifkan dengan frasa seperti “Hey Siri, lock my car” dan sejenisnya.

Pada kenyataannya, VW sengaja membuat agar aplikasinya ini kompatibel dengan Siri Shortcuts, sehingga pengguna bebas menciptakan frasa-frasa perintahnya sendiri, semisal untuk menyesuaikan suhu dalam kabin, mengaktifkan komponen defroster, atau malah menanyakan lokasi mobilnya di sebelah mana.

Ya, Siri Shortcuts bukan sekadar untuk mengontrol perangkat smart home atau memudahkan workflow aplikasi mobile. VW Car-Net merupakan bukti bahwa fitur tersebut juga berlaku untuk memanjakan pengemudi dan penumpang mobil.

VW memang bukan yang pertama menerapkan voice assistant dalam mobil, tapi pendekatan yang mereka ambil cukup menarik. Mereka mungkin tengah menyiapkan voice assistant-nya sendiri, tapi setidaknya untuk sekarang konsumen sudah bisa menikmati kemudahannya dengan bantuan Siri.

Sumber: VentureBeat dan Volkswagen.

Tesla Beberkan Cara Kerja Fitur Track Mode pada Model 3 Performance

Agustus lalu, beredar kabar bahwa Tesla tengah menyiapkan fitur bernama Track Mode untuk Model 3 Performance, varian teratas dari mobil termurah Tesla. Fitur tersebut sudah dirilis via software update, dan Tesla tidak lupa memberikan penjelasan yang lebih merinci mengenainya.

Ada banyak penjelasan teknis yang dibeberkan pada blog-nya, tapi yang pasti fitur ini terwujud berkat upaya Tesla mengembangkan sistem Vehicle Dynamics Controller (VDC) garapannya sendiri. VDC pada Model 3 Performance pada dasarnya berperan sebagai sistem stability control sekaligus penggenjot performa di sirkuit balap.

Ya, mobil-mobil Tesla memang jagoan perihal akselerasi, tapi drifting sama sekali tidak ada dalam kamus mereka. Hal itu dipatahkan oleh Track Mode, yang memungkinkan Model 3 Performance untuk mengepot di tikungan ketika diperlukan, dengan cara mendistribusikan torsi secara instan dan terukur ke setiap roda.

Hal yang sama juga berlaku untuk distribusi output daya. Semuanya dikalkulasikan secara real-time, dan terus berganti antara motor elektrik di sebelah depan atau belakang, menyesuaikan dengan kondisinya.

Tesla tidak lupa memerhatikan mengenai korelasi antara baterai dan panas. Semua peningkatan performa ini jelas bakal menghasilkan panas ekstra pada baterai. Untuk itu, Track Mode juga bakal mengubah karakteristik dari sistem pendingin Model 3 Performance menjadi lebih agresif.

Singkat cerita, mobil elektrik sekarang bisa nge-drift. Kalau ada yang tidak percaya, tunjukkan saja klip video di bawah ini.

Sumber: Tesla.

BMW Siap Luncurkan Empat Mobil Elektrik dalam Tiga Tahun ke Depan

Perkembangan pesat Tesla pasca Model S sering membuat dunia lupa kalau pabrikan otomotif lain sebenarnya juga sudah lama menginvestasikan waktunya di segmen mobil elektrik. Selain Nissan dengan hatchback Leaf, juga ada BMW yang merilis i3 di tahun 2013.

Dalam kasus BMW, i3 merupakan satu-satunya mobil buatannya yang sepenuhnya mengandalkan energi listrik hingga kini. Pabrikan asal Jerman itu bukannya menyerah, hanya saja sekadar tidak mau buru-buru. Namun mereka juga harus bergerak cepat, mengingat dua rival sebangsanya sudah resmi masuk ke segmen elektrik lewat Audi e-tron dan Mercedes-Benz EQC.

Mini Electric / BMW
Mini Electric / BMW

Belum lama ini, BMW menyingkap rencana ke depan mereka untuk segmen mobil elektrik. Menurut CEO-nya, Harald Kruger, BMW Group bakal merilis lima mobil bermesin listrik dalam waktu tiga tahun ini. Yang pertama adalah Mini Electric, dijadwalkan meluncur tahun depan.

Tahun 2020, BMW iX3 akan menyusul meramaikan pasar SUV elektrik, sekaligus menjadi mobil pertama yang mengusung mesin listrik generasi kelima buatan BMW. Setelahnya sedan i4 bakal menyusul, mengambil konsep iVision Dynamics sebagai basisnya. Terakhir, crossover BMW iNext dijadwalkan mengaspal pada tahun 2021.

BMW iVision Dynamics / BMW
BMW iVision Dynamics / BMW

Dari situ bisa kita lihat bahwa i3 dapat dianggap sebagai batu sandungan buat BMW. Lima tahun pasca peluncurannya dipakai untuk mengamati kebutuhan pasar, sehingga tidak kaget apabila portofolio mobil elektrik BMW ke depannya mencakup banyak segmen sekaligus.

Lalu apakah ini merupakan indikasi berakhirnya masa kejayaan mobil bermesin bensin? Belum. Sebab menurut BMW, pada tahun 2025, jumlah mobil elektriknya bakal bertambah lagi menjadi 12 model, tapi ini juga mencakup model plug-in hybrid, meski tentu saja kapabilitas motor elektriknya bakal jauh lebih baik daripada yang ada sekarang.

BMW iNext / BMW
BMW iNext / BMW

Sumber: Electrek.

Curtiss Zeus Siap Tantang Motor Elektrik Besutan Harley-Davidson

Agustus tahun depan, dunia bakal melihat sebuah Harley-Davidson bermesin listrik mengaspal di jalanan. Motor-motor buatan HD selama ini identik dengan mesin besar dan konsumsi bahan bakar yang boros, jadi ketika HD memutuskan untuk memproduksi motor elektrik, kita bisa menilai sendiri betapa signifikannya elektrifikasi di industri ini.

Nama besar HD sejatinya bisa menjadi jaminan atas motor bernama LiveWire itu. Namun yang tidak banyak orang ketahui, ada pabrikan motor eksotis asal AS lain yang juga ingin mencicipi segmen ini. Mereka adalah Curtiss Motorcycles, reinkarnasi Confederate Motors yang bermitra dengan produsen motor elektrik Zero Motorcycles.

Mei lalu, Curtiss menyingkap Zeus, prototipe motor bermesin listrik ganda dengan estimasi performa ugal-ugalan. Sekarang, mereka sudah siap dengan desain final untuk versi produksinya. Zeus bakal hadir dalam dua model yang berbeda: Zeus Bobber dan Zeus Cafe Racer.

Keduanya tak lagi mengusung mesin listrik ganda seperti prototipenya, tapi itu bukan berarti performanya langsung menjadi loyo. Curtiss mengklaim satu mesin listrik ini sanggup menghasilkan output daya sebesar 140 kW dan torsi 196 Nm, serta membawa Zeus melesat dari 0 – 100 km/jam dalam waktu 2,1 detik saja.

Terkait efisiensi daya, Curtiss menargetkan jarak tempuh hingga 450 km dalam satu kali pengisian baterai. Cukup impresif jika mempertimbangkan performa ganasnya, meski tentu saja jarak tempuhnya tak akan sejauh itu kalau terus dipakai kebut-kebutan.

Rencananya, dua motor elektrik ini bakal mulai diproduksi secara massal pada tahun 2020. Setahun lebih lama daripada Harley-Davidson LiveWire, akan tetapi Curtiss cukup percaya diri memproyeksikan Zeus sebagai rival langsung LiveWire.

Sumber: Electrek.

General Motors Sedang Kerjakan Sepeda Elektrik

Sepeda elektrik bukanlah suatu terobosan baru yang pantas menjadi sorotan di tahun 2018. Namun lain ceritanya kalau nama sebesar General Motors sudah mengungkapkan rencananya untuk ikut bermain di segmen ini.

Ya, perusahaan yang membawahi banyak merek-merek mobil asal Amerika Serikat tersebut menyingkap bukan cuma satu, tapi dua sepeda elektrik yang bakal mereka buat. Satu merupakan sepeda lipat, dan satu lagi berukuran ringkas.

GM ebike

GM tampaknya tidak mau main-main, sebab mereka mengerahkan tim yang mengerjakan mobil elektriknya dalam merealisasikan proyek ini. Sayangnya sejauh ini belum ada detail yang merinci mengenai apa saja yang bakal ditawarkan oleh sepeda elektrik ini.

Namanya pun belum ada; GM bahkan mengadakan sayembara untuk menamai sepeda elektrik buatannya ini. Kendati demikian, gambar render-nya ini setidaknya bisa menunjukkan kira-kira seperti apa sepeda elektrik hasil karya tim pengembang mobil elektrik.

GM ebike

Bisa dilihat bahwa motor elektriknya diposisikan di tengah, tepat di atas pedal, bukan di roda belakang seperti pada umumnya. Baterainya pun disembunyikan di rangka sepeda di atas motor elektriknya, sehingga center of gravity bisa diminimalkan layaknya mobil-mobil elektrik yang modul baterainya diposisikan di bagian lantai mobil.

Untuk model sepeda lipatnya, tampak ada sebuah handle yang terintegrasi agar lebih mudah dipindahkan dalam posisi terlipat. Selebihnya, fitur-fiturnya mencakup lampu depan LED, port USB untuk charging dan sistem telemetri.

Lebih lengkapnya mengenai sepeda elektrik ini baru akan diumumkan bersama nama resminya pada 31 Januari 2019. GM tidak sendirian di segmen ini. Bahkan Tesla pun juga sempat mengungkapkan ketertarikannya, seperti yang dilontarkan Elon Musk di akhir wawancaranya bersama Recode baru-baru ini.

Sumber: Electrek.

Hyundai dan Kia Bakal Pasangkan Panel Surya pada Mobil Buatannya

Mobil elektrik dan panel surya merupakan kombinasi yang tepat demi mewujudkan Bumi yang lebih hijau. Namun ketika keduanya disatukan, efisiensi pun menjadi pertanyaan besar. Karena bidang yang tersedia untuk menempatkan panel surya tergolong kecil serta posisi yang kurang optimal, panel surya belum bisa menjadi sumber energi utama suatu mobil elektrik.

Namun itu tidak mencegah Hyundai dan Kia untuk bereksperimen di bidang ini. Meski tak bisa menjadi sumber energi utama, panel surya setidaknya bisa membantu menghasilkan output ekstra untuk mobil elektrik, dan itu tidak ada salahnya diterapkan selama tidak memberikan pengaruh negatif apa-apa.

Hyundai dan Kia tengah sibuk mengembangkan tiga jenis panel surya untuk mobil sekaligus. Generasi yang pertama ditujukan untuk mobil hybrid, yang diestimasikan mampu mengisi 30 – 60 persen kapasitas baterai mobil hybrid dalam kondisi normal dan cuaca yang optimal (tidak hujan atau berawan).

Hyundai semi-transparent solar panel

Generasi yang kedua ditujukan untuk mobil bensin biasa, akan tetapi panel suryanya sendiri berwujud semi-transparan. Karena hampir tembus pandang, panel surya ini dapat diintegrasikan ke panoramic sunroof, membiarkan lebih banyak cahaya masuk selagi mengisi aki mobil secara konstan.

Generasi ketiga adalah yang ditujukan buat mobil bermesin listrik sepenuhnya. Panel ini dirancang untuk dipasang pada bagian atap dan kap mesin demi memaksimalkan output energi yang dihasilkan.

Tujuan akhir yang hendak dicapai Hyundai dan Kia adalah supaya mobil tidak sekadar mengonsumsi energi secara pasif, tapi juga aktif memproduksinya. Kalau untuk menjadi sumber energi utama, sepertinya teknologi panel surya masih harus dikembangkan lebih jauh lagi.

Sumber: Hyundai via Electrek.

Fitur Summon Diperbarui, Mobil Tesla Bisa Dikemudikan Menggunakan Ponsel Layaknya Mobil R/C

Pemilik mobil buatan Tesla tentunya sudah tidak asing dengan kebiasaan sang pabrikan merilis fitur baru melalui software update. Fitur barunya sendiri sering terkesan sepele, tapi terkadang juga bisa sangat berpengaruh, seperti misalnya fitur Autopilot di tahun 2015.

Di samping Autopilot, Tesla juga sempat meluncurkan fitur bernama Summon yang memungkinkan mobil untuk keluar-masuk garasi sendiri. Sepele seperti yang saya bilang, tapi dalam waktu enam minggu lagi, fitur ini bakal berubah drastis menjadi seperti sihir.

Seperti biasa melalui Twitter, Elon Musk mengungkapkan secuil detail mengenai pembaruan fitur Summon ini. Yang paling keren, Summon memungkinkan mobil untuk mengemudi sendiri menuju pemiliknya layaknya seorang petugas valet. Dari mana mobil mengetahui pemiliknya? Dari ponsel dan aplikasi yang terhubung.

Kalau tombol “Summon” di aplikasinya ditekan terus, mobil dapat mengikuti ke mana pun sang pemiliknya pergi. Seperti hewan peliharaan, kalau kata Elon. Saya membayangkan penyempurnaan fitur Summon ini bakal sangat berguna ketika pemilik mobil selesai berbelanja. Ketimbang harus berjalan sambil membawa belanjaan menuju mobil, tunggu saja di area lobi dan panggil mobilnya lewat aplikasinya.

Di samping itu, Elon juga bilang bahwa Summon memungkinkan pengguna untuk mengontrol mobil lewat ponsel, ibarat mobil R/C katanya. Syaratnya, mobil masih harus berada dalam jarak pandang orang yang memegang ponsel, demi keselamatan tentunya.

Syarat terakhir yang harus dipenuhi untuk bisa menikmati semua fitur ini adalah, mobil harus mengemas hardware Autopilot versi kedua, alias yang baru diproduksi minimal dua tahun lalu. Lebih tua dari itu, hardware-nya tidak cukup kapabel untuk fitur-fitur yang lebih advanced seperti ini.

Via: Reuters.

Chevrolet Garap Mobil Elektrik Khusus Drag Race

Balapan trek lurus alias drag race bukanlah skenario yang paling ideal untuk menjajal keunggulan sebuah mobil elektrik. Mobil elektrik diciptakan dengan fokus pada efisiensi energi, namun Chevrolet rupanya menolak mengamini anggapan tersebut.

Pabrikan mobil asal Amerika Serikat itu baru saja memperkenalkan Chevrolet eCOPO Camaro Concept, versi elektrik dari COPO Camaro yang legendaris. Sekadar informasi, COPO Camaro merupakan edisi spesial Camaro yang dirancang secara khusus untuk drag race, sekaligus merupakan mobil paling eksklusif yang ditawarkan General Motors, induk perusahaan Chevy.

Chevrolet eCOPO Camaro Concept

Berhubung masih konsep, Chevy enggan merincikan spesifikasi lengkapnya. Namun yang pasti, motor elektrik tunggal pada eCOPO diklaim sanggup menggelontorkan output daya di atas 700 hp dan torsi lebih dari 800 Nm. Prediksi Chevy, eCOPO mampu mencatatkan waktu di kisaran 9 detik untuk mencapai garis finish pada trek lurus sepanjang 400 meter.

Tenaga sebesar itu tentu mustahil dibarengi konsumsi energi yang efisien. Kalau konteksnya drag race, berapa kilometer yang bisa ditempuh dalam satu kali charge jelas bukan statistik yang relevan. Yang lebih penting adalah seberapa cepat baterai itu bisa terisi penuh.

Chevrolet eCOPO Camaro Concept

Chevrolet belum berani memastikan seberapa cepat, tapi yang pasti eCOPO dibekali baterai 800 volt. Sebagai referensi, Porsche sudah mengoperasikan stasiun fast charging 800 volt yang mampu mengisi sekitar 80% kapasitas baterai mobil elektriknya dalam waktu 15 – 20 menit saja.

Struktur baterai ini terbentuk dari empat modul 200 volt yang ditempatkan di posisi yang strategis: dua di bagian penumpang belakang, dua lagi di area bagasi. Satu tantangan yang menurut saya harus ditangani Chevy adalah masalah panas; panas yang berlebih pada baterai jelas akan berdampak buruk terhadap performa mobil.

Chevrolet belum bicara banyak soal rencana realisasi eCOPO Camaro Concept. Mereka saat ini masih sibuk mengembangkan dan mengujinya di trek lurus demi mencapai target yang dikoar-koarkannya.

Sumber: Chevrolet via Electrek.

Honda Gandeng SoundHound untuk Kembangkan Asisten AI Buat Mobil

Setahun yang lalu, Honda memperkenalkan dua mobil konsep bermesin elektrik yang cukup menarik. Menarik bukan hanya karena desainnya yang kelihatan retro sekaligus futuristis, tapi juga klaim Honda bahwa keduanya bakal mengunggulkan asisten virtual yang canggih.

Honda kala itu enggan menjelaskannya lebih lanjut. Namun sekarang kita tahu bahwa mereka tidak sendirian mengerjakan sistem kecerdasan buatan tersebut. Ketimbang memulai dari nol, Honda memilih untuk memanfaatkan platform yang sudah matang, yakni Houndify buatan SoundHound.

Bagi yang tidak tahu, SoundHound memang sudah mengalihkan fokusnya ke pengembangan AI sejak meraih pendanaan sebesar $75 juta tahun lalu. Kelebihan platform Houndify adalah kemampuannya memahami perintah suara secara alami, tanpa perlu mengandalkan kata atau frasa tertentu.

Tampilan Houndify dalam aplikasi smartphone-nya / SoundHound
Tampilan Houndify dalam aplikasi smartphone-nya / SoundHound

Lebih lanjut, AI Houndify juga mampu mengenali konteks dengan baik, sehingga percakapan antar pengguna dan asisten virtual bisa berlangsung secara alami. Kelebihan seperti ini tentunya sangat ideal untuk sistem yang dimaksudkan untuk menemani seorang pengemudi, yang perlu berkonsentrasi ke jalan ketimbang mengulang-ulang pertanyaan.

Penetapan SoundHound sebagai mitra strategis Honda ini membuat saya bertanya-tanya mengenai kemitraan Honda dengan SoftBank yang dijalin dua tahun lalu. Kala itu Honda bilang bahwa keduanya bakal mengembangkan AI untuk dijadikan asisten pribadi bagi pengemudi mobil.

Apakah Honda menyimpulkan bahwa garapan SoundHound lebih cocok dengan arahan mereka? Atau mereka berniat menggabungkan keduanya demi menciptakan asisten dengan keunikan tersendiri? Pertanyaan-pertanyaan ini penting mengingat Honda bukan yang pertama memilih AI garapan SoundHound. Sebelumnya, Hyundai sudah lebih dulu mengumumkan bahwa AI racikan mereka juga mengambil Houndify sebagai basisnya.

Sumber: Business Wire.

Samsung Umumkan Chipset dan Sensor Kamera untuk Bidang Otomotif

Kita mengenal nama “Exynos” sebagai branding yang digunakan Samsung untuk chipset smartphone bikinannya. Pertama kali Samsung menggunakan branding tersebut adalah ketika mereka meluncurkan Samsung Galaxy S II di tahun 2011, dan sekarang Exynos bisa kita temui di semua smartphone Samsung yang dipasarkan di luar AS.

Sebelum era Exynos, Samsung sebenarnya sudah punya pengalaman yang cukup panjang di bidang produksi system-on-chip (SoC) untuk pabrikan lain. Maka dari itu, tidak heran apabila mereka akhirnya memutuskan untuk melebarkan cakupan Exynos ke ranah otomotif lewat branding baru Exynos Auto.

Samsung Exynos Auto

Samsung Exynos Auto bakal ditawarkan dalam tiga seri yang berbeda: Exynos Auto A untuk pengolahan sistem driving assistance, Exynos Auto V untuk sistem infotainment, dan Exynos Auto T untuk sistem telematika alias navigasi satelit pada mobil.

Samsung pada dasarnya cukup percaya diri akan keunggulan chipset Exynos dalam hal komputasi dan efisiensi energi untuk dipasok ke mobil-mobil modern. Sayangnya sejauh ini belum ada informasi pabrikan mobil mana yang tertarik menggunakan Exynos Auto.

Samsung ISOCELL Auto

Di samping Exynos Auto, Samsung turut memperkenalkan ISOCELL Auto. ISOCELL, seperti yang kita tahu, adalah branding yang dipakai untuk sensor kamera smartphone bikinan Samsung. Branding ini pertama kali dipakai di tahun 2013, dengan keunggulan dalam hal teknik isolasi pixel guna meningkatkan kualitas gambar di kondisi minim cahaya.

Samsung percaya kelebihan ini dapat diterapkan pada teknologi penunjang sistem kemudi otomatis, spesifiknya kamera yang bisa mengidentifikasi objek di sekitar mobil secara akurat, bahkan di malam hari sekalipun. Sejauh ini ISOCELL Auto telah ditawarkan dalam tiga varian resolusi dari 960p sampai 4K.

Kehadiran Exynos Auto dan ISOCELL Auto pada dasarnya semakin menekankan niat Samsung dalam menyeriusi segmen otomotif setelah sebelumnya mengakuisisi Harman senilai $8 miliar di tahun 2016.

Sumber: Samsung via Engadget.