Soal Pajak E-Commerce, Pemerintah Sepakat Tak Wajibkan Pedagang Online Punya NPWP

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyetujui untuk tidak mewajibkan pedagang online memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Keputusan ini merupakan salah satu hasil kesepakatan dengan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) yang diadakan siang tadi, (16/1).

Sri Mulyani menjelaskan keputusan ini diambil setelah memperhatikan bahwa banyak pedagang di platform marketplace yang memiliki penghasilan di bawah batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) atau di bawah Rp54 juta per tahunnya. Dengan alasan itu, maka kewajiban NPWP tidak masuk dalam kebijakan tersebut.

“Kami sudah diskusi banyak dengan pelaku bahwa yang disampaikan idEA banyak pedagang dari mahasiswa, ibu rumah tangga yang ingin memulai bisnis lewat platform marketplace. Mereka tidak perlu dihalangi dengan menyerahkan NPWP maupun NIK,” terangnya dikutip dari Katadata.

Sri Mulyani menyebut aturan tersebut lebih detil akan diterbitkan oleh Dirjen Pajak. Akan tetapi dia menegaskan bahwa PMK 210 tidak ada yang diubah isinya. Semangat pemerintah yang dituangkan dalam beleid ini bukan melulu keinginan untuk menarik pajak saja. Justru pemerintah ingin mendorong industri yang baru tumbuh dengan aturan-aturan agar lebih tertib.

“Bahwa PMK ini bukan PMK yang memungut pajak online, melainkan tata cara di dalamnya yang menimbulkan reaksi seperti adanya keharusan membuat NPWP atau NIK. Kita sampaikan bahwa tidak ada keharusan untuk sampaikan NPWP atau NIK. Nanti diatur dalam Perdirjen.”

Keputusan kedua yang akan ditindaklanjuti adalah komitmen untuk terus menjaga level of playing field antara penyedia platform marketplace dengan media sosial. Sri Mulyani memahami ketakutan tersebut dan memberikan komitmen untuk terus berdiskusi secara intensif dengan para pelaku usaha demi menjaga bentuk ekosistemnya.

Terakhir adalah memberi kemudahan untuk sisi pelaporan buat penyedia platform marketplace. Secara ketentuan, marketplace memang sudah menginformasikan beberapa data kepada Kemkominfo, BPS, dan BI.

Pemerintah tetap mengupayakan skema penyampaian informasi dari marketplace sesederhana mungkin. Bila perlu, skemanya dibuat seamless atau sudah ada di model bisnisnya sehingga tidak memerlukan upaya khusus.

“Sehingga mereka [platform marketplace] tidak perlu merasa direpotkan harus mendatangi kembali satu per satu instansi. Mereka tidak perlu effort khusus untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan tiap instansi karena dari kami yang akan koordinasikan,” pungkas Sri Mulyani.

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Ketua idEA Ignatius Untung. Dia mengapresiasi respons Sri Mulyani atas masukan yang sudah mereka berikan.

“Kami dari idEA mengucapkan terima kasih. Semangatnya sama, ini bukan untuk membuat orang buat usaha jadi takut justru sebaliknya. Kita [e-commerce] paling comply dengan aturan dan Menkeu dukung model bisnis lain agar tumbuh playing field yang sama,” kata Untung.

Sebelumnya, idEA menunjukkan keberatannya kepada pemerintah pasca diterbitkannya PMK 210 pada Senin lalu (14/1).

Bukalapak Kantongi Pendanaan Baru 706 Miliar Rupiah dari Mirae Asset dan Naver Corp

Setelah santer diberitakan akan mendapat pendanaan dari Naver Corp, akhirnya Bukalapak mengumumkan telah mengantongi dana segara dari Asia Growth Fund yang diprakarsai Mirae Asset dan Naver Corp.

Bukalapak tidak menyebutkan berapa besaran dana yang dikucurkan melalui Fund tersebut, tapi pihak Mirae Asset menyebutkan dana yang dikucurkan mencapai $50 juta atau setara dengan Rp706 miliar.

Sebagai satu dari empat unicorn yang dimiliki Indonesia saat ini, Bukalapak disebut didukung EMTEK, GIC, dan Ant Financial (pengelola Alipay) sebagai pemegang saham utama. Dengan investor baru ini Bukalapak berencana terus berinovasi dan membantu UKM Indonesia memajukan bisnisnya.

“Kami menyambut baik dukungan dari Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund kepada bisnis Bukalapak. Kami berharap dengan adanya dukungan kemitraan ini dapat semakin mempercepat langkah kami untuk berinovasi melalui teknologi untuk mendorong usaha kecil di Indonesia semakin naik kelas,” terang Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid.

Dalam keterangan resminya dijelaskan bahwa Bukalapak mengalami peningkatan yang cukup signifikan di 2018. Di kuartal ke-4 2018 jumlah pendapatan transaksi mereka melampaui apa yang mereka raih selama satu tahun pada periode 2017.

Sementara itu pihak Mirae Asset menyebutkan bahwa investasi yang mereka berikan merupakan bentuk kerja sama antara perusahaan finansial dan perusahaan teknologi yang sedang berkembang. Mereka juga berkomitmen untuk terus mendukung Bukalapak untuk terus berkembang.

“Investasi kali ini merupakan bentuk kerja sama co-investment fund antara perusahaan finansial dan salah satu perusahaan teknlogi yang sedang berkembang sangat pesat di Asia Tenggara yang memiliki karakteristik kuat. Melalui program kolaborasi strategis kami akan mendukung Bukalapak agar dapat terus berkembang,” ujar Head of New Growth Investment Mirae Asset Capital Jikwang Chung.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund berencana untuk terus berinvestasi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi, terus berinovasi dan memberikan pertumbuhan jangka panjang. Industri yang masuk dalam pantauan seperti e-commerce, platform internet, kesehatan, distribusi, barang konsumsi, dan logistik.

Application Information Will Show Up Here

Sepulsa “Rebranding”, Jadi Bagian dari Perusahaan Induk “Alterra”

Sepulsa, startup agregator pembayaran online, melakukan rebranding menjadi Alterra, sebuah perusahaan holding yang akan menaungi dan melanjutkan bisnis Sepulsa, dan inkubator untuk individu yang tertarik bekerja di industri TI bernama Alterra Academy.

Transformasi bisnis Sepulsa menjadi Alterra ini diharapkan akan membawa perusahaan menyediakan lebih banyak fitur tidak sekadar berjualan pulsa, melayani pasar lebih luas, sehingga membawa perubahan yang lebih signifikan.

“Secara umum, kami tetap akan menjalankan Sepulsa dan Alpha Tech Company secara independen. Alterra akan menjadi holding company yang akan melanjutkan visi besar kami membangun infrastruktur digital Indonesia,” ujar CEO dan Co-Founder Alterra Ananto Wibisono dalam keterangan resmi.

Sepulsa didirikan pada 2015 dengan bisnis utama berjualan pulsa melalui situs dan aplikasinya. Kemudian, berevolusi dan memiliki beberapa lini bisnis seperti agregator online (B2B bill payment agregator) dan jaringan distribusi.

Dengan koneksi langsung dan lisensi dari seluruh penyedia telekomunikasi, Sepulsa diklaim mampu memproses lebih dari lima juta transaksi setiap bulan dan mendukung berbagai perusahaan teknologi Indonesia seperti Tokopedia, Traveloka, dan Lazada.

Perusahaan juga menyediakan layanan pembayaran di luar telekomunikasi, mulai dari listrik, PDAM, voucher game, cicilan, dan multifinance.

“Klien kami terdiri dari e-commerce, marketplace, travel agregator, hingga perusahaan fintech. Kami berhasil membuktikan bahwa layanan pembayaran, terutama pulsa, adalah cara efektif untuk mendapatkan dan menjaga konsumen bisnis, serta untuk menyediakan use case yang lebih banyak bagi klien,” tambah Head of Commercial Alterra Muhammad Badaruddin.

Anak usaha di bawah Alterra, Alpha Tech Company (ATA) yang akan berganti nama menjadi Alterra Academy, adalah inkubator untuk individu yang tertarik bekerja di industri TI, tanpa memandang latar belakang pendidikannya.

Selama tiga bulan, ATA akan memberikan pelatihan intensif, mulai dari pembuatan situs hingga UI/UX design. Ketika peserta lulus, mereka dapat bekerja sebagai engineer di perusahaan teknologi.

Program ini diadakan di Malang tanpa biaya. Angkatan pertama sudah dimulai pada September 2018 dengan 650 pendaftar dan 18 peserta terpilih yang mengikuti pelatihan hingga selesai. Batch kedua telah dibuka pertengahan Desember 2018 dan pelatihan dimulai pada bulan depan.

Terkait rencana bisnis ke depannya, perusahaan diungkapkan tengah mencari pendanaan seri C. Selain untuk merekrut talenta baru, secara internal Alterra memiliki tim yang solid dengan total lebih dari 250 karyawan yang beroperasi di Jakarta, Jambi, dan Malang.

Sebelumnya Alterra telah mendapatkan pendanaan seri B pada awal tahun lalu dengan nilai tidak disebutkan dari Alpha JWC Ventures sebagai salah satu investor yang turut bergabung dalam putaran tersebut.

Perusahaan juga tengah berpartisipasi dalam program InnoHub Incubator dari Bangkok Bank di Thailand. Lewat program ini, para peserta berkesempatan untuk melakukan kolaborasi bisnis dengan jaringan Bangkok Bank dan menerima pendanaan.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Stoqo Mudahkan Pebisnis Kuliner Belanja Bahan Baku

Stoqo merupakan online supplier yang menyediakan berbagai kebutuhan bisnis kuliner. Mereka menjembatani distributor berbagai bahan baku –seperti minyak goreng, kopi, tepung dll—di satu platform. Selain itu, untuk beberapa bahan makanan seperti sayuran dan daging segar, pengguna turut dihubungkan dengan penjual dari pasar. Target utama Stoqo adalah pemilik restoran, kafe, katering dan usaha kuliner rumahan.

Guna memaksimalkan operasional di tahun ini, akhir Desember 2018 lalu Stoqo dikabarkan baru mendapatkan suntikan pendaan seri A dari Monk’s Hill Partners dan Accel Partners India. Belum diinformasikan mengenai detail dan nominal pendanaan. Sebelumnya Stoqo juga menjadi satu dari sembilan startup yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program akselerasi Alibaba eFounders Fellowship di Hangzhou.

Aswin Andrison (Co-founder dan CEO Stoqo) memulai Stoqo dari bisnis jualan beras di Cipinang. Waktu itu ia harus mengantarkan pesanan langsung ke masing-masing pelanggan. Digitalisasi model bisnis, membuat Stoqo kini miliki lebih dari 2500 jenis produk  yang biasa dibutuhkan bisnis kuliner. Stoqo miliki visi: “memberdayakan yang kurang terlayani untuk bekerja demi kehidupan yang lebih baik.”

“Yang sudah banyak pemainnya itu e-commerce untuk segmen B2C. Untuk segmen B2B terutama dalam hal pemenuhan bahan pokok untuk bisnis kuliner, Stoqo adalah perintis,” ujar Aswin dalam sebuah wawancara dengan SWA.

Stoqo memberikan layanan pengiriman pesanan selama 6 hari dalam seminggu. Pengiriman dilakukan paling cepat hari esok, untuk tiap pemesanan yang masuk sebelum jam 2 siang. Dengan memesan lebih dari Rp300.000, Stoqo menggratiskan biaya kirim, hal ini untuk memberikan nilai lebih pasalnya pengusaha kuliner cukup “peka” dengan biaya seperti ini.

Pengguna juga tidak harus melakukan pembayaran di muka, bisa juga dibayar ketika barang diterima. Saat ini Stoqo baru melayani pelanggan di seputar Jakarta,  Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

Sebagai sebuah B2B commerce, Stoqo turut membuka peluang kemitraan untuk supplier produk bahan baku kuliner. Guna memberikan efisiensi pada proses logistik, menjelang akhir tahun lalu Stoqo meresmikan STOQOHub pertamanya di wilayah Pasar Rebo. STOQOHub merupakan rumah penyimpanan bahan baku dari supplier sebelum dikirimkan ke konsumen.

“Sesuai dengan namanya, STOQOHub #1 mencerminkan jantung atau pusat kegiatan operasional STOQO yang dapat memudahkan tim Operasional dan Customer Experience untuk melayani kebutuhan para pelanggan,” ujar Aswin.

Founder Stoqo
Co-founder Stoqo, Angky William and Aswin Andrison / Alpha JWC Ventures

Selain Aswin, Stoqo didirikan oleh seorang co-founder lain yang juga menjadi CTO, yakni Angky William. Sebelum di Stoqo, Aswin bekerja sebagai konsultan di McKinsey, sementara Angky software engineer di Amazon.

Menurut Aswin, pengadaan bahan baku untuk UKM yang bergerak di bidang kuliner cukup menantang. Dengan manajemen yang tepat dan efisiensi, bisa menumbuhkan 40-60% keuntungan. Namun jika terjadi kesalahan, bisa saja membuat bisnis tersebut bangkrut, cukup rentan. Apa yang dilakukan Stoqo ialah memanfaatkan teknologi untuk menjadi pelaku UKM lebih produktif, mendorong untuk optimasi bisnis dan inovasi produk.

Application Information Will Show Up Here

Gandeng ZhongAn, Grab Hadirkan Produk Asuransi di Aplikasi

Bertujuan untuk menghadirkan produk asuransi kepada pelanggan dan mitra pengemudi, Grab Holdings Inc (Grab) menjalin kerja sama strategis dengan membentuk joint venture dengan perusahaan asuransi ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd. Selanjutnya perusahaan akan menghadirkan berbagai macam kategori melalui aplikasi Grab.

Di peluncuran awal, produk tersebut baru akan tersedia di Singapura awal tahun ini. Grab menawarkan produk asuransi bagi mitra pengemudi untuk melindungi mereka dari risiko kehilangan pendapatan karena penyakit atau kecelakaan.

Ke depannya produk asuransi tersebut juga akan tersedia di negara lain, termasuk Indonesia. Kehadiran platform ini diharapkan bisa membuka akses terhadap produk-produk asuransi bagi orang-orang yang termasuk dalam kategori uninsured dan underinsured.

“Peluncuran platform asuransi ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk menjadi everyday superapp terkemuka di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 130 juta unduhan dan kehadiran di 336 kota, pengetahuan mendalam kami mengenai perilaku dan kebutuhan pelanggan memungkinkan untuk menyediakan produk asuransi inovatif yang memberikan nilai lebih bagi pelanggan,” sambut President Grab Ming Maa.

Pelanggan dapat membeli produk asuransi dari aplikasi Grab

Kerja sama ini ingin menjembatani permasalahan yang kerap ditemui dalam mencari produk asuransi, termasuk premi yang kurang terjangkau. Pembayaran dimungkinkan melalui potongan saldo di GrabPay.

“Kami sangat senang dapat mengumumkan kerja sama komprehensif bersama Grab. Kami yakin bahwa dapat menjembatani kebutuhan asuransi pelanggan di Asia Tenggara, bersama Grab dan perusahaan asuransi terkemuka lainnya,” kata Vice General Manager ZhongAn Wayne Xu.

Sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama, ZA International, sebagai entitas untuk pertumbuhan bisnis luar negeri yang dibentuk oleh ZhongAn Insurance, akan membawa aset-aset teknis untuk menciptakan platform serta wawasan terkait ekosistem internet dalam joint venture yang didirikan.

“Sebagai satu-satunya pemain dalam industri pembayaran digital yang memiliki lisensi di enam negara besar Asia Tenggara, kami akan meningkatkan jangkauan regional dan bekerja sama dengan mitra asuransi global untuk tumbuh dengan pesat di berbagai negara tempat kami beroperasi,” kata Head of Grab Financial Ruben Lai.

Application Information Will Show Up Here

TrueMoney Bidik Penambahan 20 Ribu Agen Toko Tahun Ini

TrueMoney bidik penambahan hingga 20 ribu agen toko pada tahun ini dengan mulai mengembangkan perluasan area layanan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Disebutkan saat ini TrueMoney memiliki sekitar 16 ribu agen toko, sebanyak 60% di antaranya masih terpusat di Jabodetabek. Bila ditotal TrueMoney melayani 100 kota di seluruh Indonesia

“Untuk Sulawesi kami baru hadir di Makassar, rencananya mau tambah ke Palu. Ekspansi ke luar Jawa ini sudah jadi awal rencana kami di tahun ini sesuai dengan misi kami yang ingin memberikan akses finansial ke semua pihak,” terang Business Development Senior Manager TrueMoney Restianto, Selasa (15/1).

Sebenarnya, TrueMoney tidak hanya mengincar penambahan di agen toko, tapi juga agen individu. Agen toko memiliki tempat berjualan, seperti toko kelontong atau konter HP untuk melayani pembeli. Sementara agen individu tidak memiliki toko, namun secara aktif berkeliling menawarkan layanan TrueMoney.

“Jadi kami targetkan agen toko bisa bertambah sampai 20 ribu agen, sementara agen individu sebanyak 30 ribu orang.”

Kendati secara angka target agen individu lebih banyak dari agen toko, namun secara kontribusi bisnis ke perusahaan berasal dari agen toko. Adapun agen individu di TrueMoney sekitar 24 ribu orang.

Tanpa menyebut perbandingan antara keduanya, Restianto menyebut transaksi harian dari agen toko sekitar 5-10 transaksi. Mayoritas transaksi yang paling laku adalah pembelian token listrik, namun bila dilihat berdasarkan nominal yang terbesar justru pengiriman uang atau remitansi.

TrueMoney kini lebih memfokuskan diri sebagai penyedia layanan remitansi dan pengembangan produk finansial dalam program keagenan untuk menyasar kalangan UMKM sebagai pengguna utama. Konsentrasi bisnis ini yang menjadikan perusahaan berbeda dengan pemain e-money kebanyakan di Indonesia.

Kemitraan strategis dengan Pergiumroh

Dalam rangka meningkatan pendapatan para agen TrueMoney, perusahaan mengumumkan kemitraan strategis dengan Pergiumroh, marketplace khusus layanan umroh. Konsumen dapat lebih mudah mendaftar paket umroh yang sudah terkurasi oleh Pergiumroh.

“Ini adalah layanan tambahan bagi konsumen yang di mana saat ini dapat mengajukan umroh dengan skema pembayaran melalui angsuran. Konsumen cukup mendatangi agen toko TrueMoney dan mengisi data yang dibutuhkan,” tambah Direktur TrueMoney Rio Da Cunha.

Model bisnisnya, konsumen mendatangi agen toko TrueMoney, lalu mengisi data secara lengkap. Nanti proses verifikasi akan ditindaklanjuti oleh pihak Pergiumroh. Berikutnya, Pergiumroh akan menginformasikan paket umroh yang bisa konsumen pilih berdasarkan preferensi yang mereka masukkan dan pilihan angsuran yang tersedia.

Seluruh prosesnya akan memakan waktu hingga 7 hari sampai 14 hari. TrueMoney akan menerima notifikasi dari Pergiumroh perihal disetujui atau tidaknya pengajuan dari para konsumen.

“TrueMoney akan terima notifikasi di akhir saja karena seluruh proses verifikasinya ada di Pergiumroh.”

Pergiumroh telah bekerja sama dengan 21 penyedia jasa umroh yang sudah tersertifikasi dari Kementerian Agama dan memiliki reputasi baik. Tersedia berbagai pilihan paket umroh mulai dari 9 hari sampai 12 hari dan pilihan pembayaran dari tunai hingga mengangsur.

Saat ini Pergiumroh menjadi mitra TrueMoney ke-75 yang sudah melakukan kerja sama. Perusahaan melakukan kerja sama dengan mitra yang bergerak di berbagai bisnis, mulai dari PPOB, distribusi non tunai, disbursement, dan sebagainya.

“Tambahan layanan ini memang diperlukan buat agen kami karena agen TrueMoney itu berbeda dengan agen pulsa. Ke depannya akan ada banyak pengumuman kemitraan yang segera kami umumkan untuk meningkatkan pendapatan agen,” tambah Restianto.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Boost Indonesia Kembangkan Gamifikasi Melalui BoostPlay dan Sediakan Mobile Wallet

Hadir di Indonesia sejak akhir tahun 2016 lalu, platform digital anak perusahaan Axiata Digital Services Sdn Bhd, Boost, semakin agresif mengembangkan lini bisnis mereka.

Masih memprioritaskan penambahan jumlah merchant dan supplier yang kebanyakan menyasar sektor FMCG, di tahun 2019 ini Boost Indonesia mulai fokus mengakuisisi pengguna dari kalangan milenial.

Kepada DailySocial, Brand & Communication Manager Boost Indonesia Deri Jindhar mengungkapkan, saat ini kebanyakan merchant adalah pemilik warung tradisional dan penjual kaki lima di Jabodetabek, Bandung, Solo hingga Yogyakarta. Untuk memastikan proses akuisisi berjalan lancar, Boost Indonesia memiliki tenaga freelancer yang fungsinya serupa agen.

QR Code di mobile wallet, gamifikasi di BoostPlay

Di negara asalnya Malaysia, Boost telah memiliki 5500 merchant dan sekitar 80 ribu pengguna yang menikmati aplikasi Boost setiap harinya. Salah satu layanan digital yang telah diluncurkan Boost adalah mobile wallet. Dengan teknologi QR Code, pengguna bisa melakukan pembayaran di merchant yang bekerja sama dengan Boost Indonesia, yang disebut dengan BoostSpot.

Selain mobile wallet, Boost Indonesia juga menyediakan gamifikasi dengan rewards beragam, mulai dari sepeda motor hingga gadget. Dengan BoostPlay, Boost berharap bisa menarik lebih banyak pengguna menikmati aplikasi gaya hidupnya.

“Kami juga memiliki aplikasi untuk pengguna yang sarat dengan gamification berhadiah sekaligus informasi dan rekomendasi gaya hidup yang relevan,” kata Deri.

Pengguna dapat mengumpulkan loyalty rewards, mengirim dan menerima e-voucher, mentransfer dan menerima uang, semuanya melalui aplikasi BoostPlay. Untuk mempermudah proses tersebut, Boost Indonesia bermitra dengan BNI dan menyematkan produk uang elektronik berbasis server milik BNI, UnikQu, ke dalam aplikasi.

“Saat ini baru BNI saja kerja sama dengan perbankan yang kami lakukan. Ke depannya kami juga memiliki rencana untuk menambah kerja sama lebih banyak lagi dengan bank di Indonesia,” kata Deri.

Selain dengan BNI, Boost Indonesia juga telah menjalin kerja sama dengan Medi-call. Melalui aplikasi Boost, pengguna bisa menikmati layanan Medi-call secara langsung. Ke depannya Boost Indonesia juga akan menambah fitur menarik lainnya di aplikasi pengguna seperti Boost Donasi, Boost Debar (permainan), dan masih banyak lagi.

“Sesuai dengan target Boost Indonesia, tahun 2019 ini kami fokus menambah jumlah pengguna dan memperkenalkan gamification dengan hadiah dan layanan menarik untuk pengguna,” kata Deri.

Application Information Will Show Up Here

Kisruh Pajak E-Commerce, idEA Minta Penangguhan

Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PML.010/2018 tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik. Pemerintah menyebut peraturan ini hanya mempertegas tata laksananya saja.

Dalam pasal 2 PMK ini, menjelaskan sistem perpajakan di platform e-commerce meliputi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Penghasilan (PPn).

“Ini bukan hal baru, tapi yang kami atur adalah tata laksananya,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani dikutip dari CNN Indonesia.

Tata caranya juga terbilang serupa dengan badan usaha lain, yakni wajib memiliki NPWP, mau memungut PPN dan PPh terkait penjualan barang, dan penyediaan layanan platform marketplace, dan wajib melakukan rekapitulasi transaksi setiap periodenya.

Sri Mulyani juga menyatakan bahwa skema pajak yang diterapkan di platform e-commerce ini bertujuan untuk menjaga iklim investasi makanya disusun dengan sangat hati-hati. Meskipun demikian, dia mengaku masalah perpajakan ini memang sesuatu yang masih sensitif.

“Saya selaku Menteri Keuangan juga harus menjaga iklim investasi. Masalah perpajakan itu bukanlah hal mudah.”

Tak hanya mengatur platform e-commerce, beleid ini juga menyentuh pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan perdagangan barang dan jasa melalui online ritel, classified ads, daily deals, dan media sosial. Keseluruhannya wajib mematuhi ketentuan terkait PPN, PPnBM, dan PPh sesuai aturan yang berlaku.

idEA minta penangguhan

Pasca aturan ini terbit, Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) langsung meminta kepada pemerintah untuk segera menangguhkan pelaksanaannya yang sudah ditetapkan pada 1 April 2019 mendatang. Keputusan yang diambil asosiasi tentunya secara tidak langsung demi kepentingan anggotanya dan pihak terkait.

Dalam konferensi pers yang diadakan idEA pada hari ini (14/1), Ketua Umum idEA Ignatius Untung mengkhawatirkan terjadinya perpindahan para pengusaha mikro yang sudah memanfaatkan platform e-commerce ke media sosial.

Pasalnya menurut hasil studi internal idEA, 95% pelaku UKM masih berjualan di platform media sosial dan hanya 19% yang sudah menggunakan marketplace.

“Seharusnya yang dikejar adalah yang 95% [yang berjualan di media sosial,” katanya.

Seperti yang disebutkan, aturan baru memang sudah menyentuh perpajakan di media sosial dan platform sejenis. Akan tetapi, masih sulit untuk pemerintah pungut pajaknya karena belum ada kajian konkret mengenai tata cara memajaki penjual yang memanfaatkan media sosial untuk berjualan. Apalagi, baik individu maupun pelaku usaha belum banyak yang sudah memiliki NPWP.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah infrastruktur penyedia marketplace untuk memungut pajak atau memverifikasi NPWP. Hingga kini belum ada integrasi dengan sistem Ditjen Pajak atau Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).

“Kesiapan infrastruktur itu enggak akan kekejar sampai 1 April karena ini butuh koneksi dengan antar bagian pemerintah. Kalau NPWP-nya palsu bagaimana? kan verifikasinya repot.”

Dengan berbagai alasan inilah yang memutuskan untuk meminta penundaan implementasi PMK 210 hingga ada kajian lebih lanjut. Adapun saat ini idEA tengah melakukan kajian mengenai dampak pungutan pajak terhadap penjual, marketplace dan ekonomi negara. Karena studi ini bakal melibatkan lintas institusi, dia memprediksi hitungan kasar yang dibutuhkan sekitar satu tahun.

“Studinya enggak mungkin selesai dalam tiga bulan. Kami meminta untuk ditangguhkan penerapan pada 1 April ini sampai studi selesai. Dugaan kami harusnya tidak [selesai] di 2019 paling cepat di 2020, dengan catatan semua prosesnya lancar.”

“Kami sudah kirim surat untuk audiensi dengan Kemenkeu,” tutup Untung.

Penangguhan kurang beralasan

Pengamat Informasi Teknologi (IT) dan Siber dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Kun Arief Cahyantoro mengatakan pendapat idEA kurang beralasan. Menurutnya, di Pasal 3 Ayat 9 dan 10 telah menjelaskan bagaimana aturan terkait pedagang mikro tersebut (pada PMK-10 disebut sebagai pedagang kecil) bahwa pedagang mikro yang belum melewati batasan pengusaha kecil “dapat tidak dikukuhkan” sebagai PKP.

“Sehingga poin penting dalam PMK ini terkait pajak pedagang mikro bahwa pedagang mikro akan “sangat diuntungkan” karena mereka tidak akan dibebani pajak sama sekali,” terangnya kepada DailySocial.

Di sisi lain, sambungnya, sesuai PMK-10 Pasal 6, seluruh pedagang dan penyedia jasa “wajib memiliki NPWP” menjadi poinpenting yang menguntungkan pedagang mikro. Karena dengan aturan ini para pedagang akan dijamin usahanya terutama menghadapi persaingan usaha dengan pedagang-pedagang yang berasal dari luar negeri.

Lagipula, tujuan utama dari setiap pedagang punya NPWP adalah jaminan keamanan ekonomi bukan hanya lokal bahkan nasional. Ketiadaan data pedagang yang terdaftar, menjadi potensi pencucian uang seperti kejadian beberapa tahun lalu yang terjadi pada bisnis pulsa elektronik seluler. Di mana uang dicuci melalui pelapak-pelapak kecil dari penjual pulsa.

“Masalah shifting ke platform media sosial, PMK-10 pasal 3 ayat 1 (b) menjelaskan bahwa media sosial adalah salah satu platform yang juga menjadi pengawasan pajak,” tandasnya.

Sale Stock Ganti Nama Menjadi Sorabel

Layanan fashion commerce Sale Stock mengawali tahun 2019 dengan melakukan perubahan nama menjadi “Sorabel”. Langkah besar ini diambil memasuki tahun ke-5 operasional Sale Stock.

Dari tulisan di blog resminya, nama Sorabel diambil dari kata “Soraya” dan “Belle”, dalam bahasa Perancis berarti cantik. Hal ini untuk memantapkan misi layanan menghadirkan produk fashion melayani para “sista” (sebutan untuk pelanggannya, mayoritas perempuan).

Turut disampaikan, perubahan nama ini akan segera diikuti pembaruan tampilan website dan aplikasi, termasuk nama dan logo pada akun-akun media sosial yang dimiliki. Saat ini jika mengunjungi situs salestock.com atau salestockindonesia.com, maka akan di-redirect ke sorabel.com. Pun aplikasi di Play Store, sudah berganti menjadi Sorabel.

DailySocial sudah mencoba menghubungi tim Sale Stock untuk menanyakan lebih lanjut seputar hal ini. Tim menyampaikan, bahwa perubahan nama saat ini masih tahap soft-launching. Seluruh tim tengah difokuskan untuk memastikan proses transisi lancar.

Rencananya, akan dilakukan official launch nama baru Sorabel di tanggal 6 Februari 2019 mendatang. Disampaikan pula, di acara tersebut Sorabel akan mengumumkan visi anyarnya di bawah nama baru, serta strategi inovasi di tengah persaingan e-commerce yang makin ketat.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Gojek di Thailand “Get” Perluas Wilayah Operasional di Bangkok

Get, nama brand Gojek untuk wilayah operasional Thailand, hari ini mengumumkan perluasan operasional di Bangkok. Wilayah yang dijamah meliputi Chatuchak, Lad Prao, Wang Thong Lang, Sathorn, Bang Rak, Klongtoey, Yannawa, Bangkapi, Ratchathewi, Pathumwan, Phyathai, Beung Kum, Bang Kho Laem dan Rat Burana.

Selama periode soft-launch di Thailand dengan aplikasi beta-nya, Get menyediakan layanan ride-hailing dan kurir pengiriman, dalam radius delapan kilometer. Get resmi diluncurkan di Thailand sekitar awal Desember 2018, ekspansi Asia Tenggara kedua yang dilakukan Gojek.

Perluasan ini dilakukan Get pasca pihaknya mengklaim adanya respons positif dari masyarakat — baik mitra pengemudi maupun pengendara. Get beroperasi dengan pengemudi kendaraan roda dua yang berlisensi resmi atau dikenal dengan istilah “Win Driver” di wilayah tersebut.

Kegiatan operasional Get di Thailand dilakukan oleh tim lokal. Oleh karenanya, Get juga miliki CEO sendiri di wilayah tersebut. Menyambut perluasan ini, Co-founder & CEO Get Pinya Nittayakasetwat mengatakan, layanan transportasi (publik) roda dua merupakan kunci dalam mengarungi kepadatan lalu lintas di Bangkok, serta membantu mobilitas masyarakat secara lebih efisien.

Soft-launching ini ditandai dengan peluncuran layanan Get Win dan Get Delivery, sebelum kami memperkenalkan ragam layanan lain ke depannya. Kami percaya bahwa kami mampu menyediakan pengalaman terbaik dalam upaya membuat hidup di area perkotaan yang lebih produktif dan efektif,” ujar Pinya.

Pinya turut menceritakan, bahwa Get merupakan aplikasi pertama yang bekerja sama hanya dengan mitra pengemudi berlisensi. Konon, untuk mendapatkan lisensi tersebut tidak mudah.

Sementara Founder & CEO Gojek Nadiem Makarim menyampaikan, ekspansi internasional akan terus berjalan agar semakin banyak orang yang merasakan manfaat dari layanan Gojek.

“Setelah berhasil meluncurkan layanan ride-hailing roda dua dan pengantaran makanan di Vietnam serta meluncurkan versi beta yang membawa manfaat bagi ribuan masyarakat Singapura, saat ini kami sedang meningkatkan kehadiran di berbagai wilayah di Bangkok. Hal ini menjadi satu lagi tonggak penting bagi perusahaan kami, dan tentunya kami sangat antusias menanti peluncuran GET agar dapat melayani masyarakat Thailand secara optimal,” terang Nadiem.

Application Information Will Show Up Here