Tentang Sinergi Bakrie Telecom dan Sampoerna Telekomunikasi

Kemarin, pihak Bakrie Telecom (BTEL) dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) mengumumkan kerjasama, di mana STI memperoleh 10% saham BTEL (senilai $90 juta) dan in return BTEL mendapatkan 35% saham STI yang saat ini dimiliki oleh Sampoerna Strategic dan Polaris dengan opsi menjadi pemegang saham mayoritas STI dalam 3 tahun ke depan. Badan usaha akan disinergikan di bawah entitas BTEL.

Michael Sampoerna selaku Presiden Direktur Sampoerna Strategic, pemilik STI, seperti dikutip oleh Kompas, menyebutkan alasan peleburan entitas STI ke dalam BTEL adalah meningkatkan daya saing yang dimilikinya untuk melakukan ekspansi di infrastruktur komunikasi data, yang bakal menjadi tren di masa mendatang. Dengan kata lain, ketimbang melakukan investasi mahal di area ini (dan Sampoerna belum yakin bakal untung), lebih baik ikut dengan perahu/entitas lain yang “lebih aman”.

Continue reading Tentang Sinergi Bakrie Telecom dan Sampoerna Telekomunikasi

Yahoo! She, dan Situs untuk Perempuan Indonesia

Bertepatan dengan hari Perempuan Sedunia pada tanggal 8 Maret 2012 kemarin, Yahoo! meluncurkan Yahoo! She, situs yang ditujukan khusus untuk perempuan. Yahoo! She yang mengangkat tag line, “Real Women; Real Answers” ini mentargetkan konsumen perempuan berusia 19-35 tahun.

Dalam rilis beritanya, Yahoo! She tidak hanya akan mengangkat masalah gaya hidup, tetapi juga akan secara terbuka mengangkat topik yang selama ini dianggap tabu oleh sebagian masyarakat Indonesia. Ini yang disebut akan membedakan Yahoo! She dengan situs perempuan lainnya.

Namun, jika benar-benar ingin berkembang di Indonesia, Yahoo! She tidak hanya harus berani mengangkat topik yang masih dianggap tabu, tetapi benar-benar mengangkatnya dengan rasa Indonesia. Karena sebenarnya, beberapa topik yang masih dianggap tabu, kita sebut saja seks dan asmara, sudah sering disinggung oleh dua situs perempuan yang terlebih dulu ada di Indonesia,  Kompas Female dan Detik Wolipop. Yang kurang adalah mengangkatnya sesuai dengan keadaan di Indonesia, bukan sekedar membuatnya dalam bahasa Indonesia.

Continue reading Yahoo! She, dan Situs untuk Perempuan Indonesia

[Music Monday] Bagaimana Musik Digital Bisa Membantu Proses Lisensi Musik

Hari ini kami mengumumkan kolom Musik Monday, sebuah kolom baru dari DailySocial oleh Ario Tamat tentang dunia musik digital. Ario Tamat telah berkecimpung di industri musik sepanjang tahun 2000-an, ikut terlibat dalam SoundBuzz – yang kini telah tutup – dan juga di Universal Music berurusan dengan lisensi digital, distribusi serta Ringback Tone. Kolom Music Monday akan muncul tiap minggu.

Baru-baru ini, banyak orang yang membicarakan apa yang disebut “masa depan musik”, dan bagaimana industri musik dan atau para musisi bisa mendapatkan uang dari musik. Banyak fokus yang mengarah ke penawaran musik secara mobile, layanan unduh musik, serta layanan streaming musik akan menjadi “the next big thing”. Mereka pada dasarnya adalah bisnis yang berhadapan langsung dengan konsumen, di mana layanan yang ditawarkan – dan perusahaan musik yang bermitra dengan mereka – mencoba untuk memonetisasi perpustakaan musik mereka secara langsung pada konsumen pecinta musik.

Namun aspek lisensi musik tidak banyak dibicarakan dan bahkan lebih sedikit dimengerti. Komposisi musik (yang dibuat oleh komposer) atau rekaman suara musik (yang direkam dan diproduksi oleh perusahaan rekaman atau oleh musisi sendiri) dapat dilisensikan pada berbagai pihak yang memiliki kepentingan usaha untuk musik tersebut; musik yang paling dikenali untuk hal ini adalah musik untuk iklan televisi atau radio.

Continue reading [Music Monday] Bagaimana Musik Digital Bisa Membantu Proses Lisensi Musik

Pelajaran dari Acara Net Impact: Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Clones!

Setelah menghadiri konferensi Net Impact beberapa hari yang lalu, saya sampai pada sebuah kesimpulan yang didasari pada berbagai hal yang terjadi di emerging market seperti Vietnam, Thailand, dll, bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak clones/peniru. Orang-orang dari Rocket Internet sekarang mungkin sedang menertawakan saya, tapi izinkan saya menjelaskan lebih lanjut.

Saya melihat presentasi dari perusahaan gaming dari Vietnam, jejaring sosial dari Cina dan agensi iklan/portal dari Jepang yang juga membagikan pengalaman mereka menjalankan bisnis di pasar lokal mereka. Saya harus mengatakan jika saya sedikit iri dengan perusahaan-perusahaan ini yang menghasilkan jutaan dollar setiap bulan sebagai hasil dari bisnis model bisnis yang solid serta pasar yang sudah dapat dimonetisasi. Hal-hal ini yang masih kurang di Indonesia.

Tetapi, belajar dari semua presentasi yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan sukses ini, semuanya berjalan sesederhana membawa model bisnis yang berjalan di pasar lain dan melokalisasi layanannya untuk penggunakan di pasar lokal.

Continue reading Pelajaran dari Acara Net Impact: Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Clones!

[Dailyssimo] Revolusi Waktu dan Ruang Kerja

Bagi Anda yang bekerja di kota sepadat Jakarta tentunya tidak perlu dijelaskan lagi apa yang membuat kota ini belum bisa disebut sebagai kota yang nyaman untuk dijadikan tempat bekerja, namun yang ingin saya angkat di sini adalah bagaimana teknologi membuat kemungkinan terjadinya revolusi waktu dan ruang kerja dalam keseluruhan industri.

Internet akan jadi tulang punggung dunia industri, walaupun pada saat ini masih banyak perusahaan yang belum secara optimal menggunakannya. Dan dengan internet ini pula maka sebenarnya sedikit demi sedikit permasalahan “bekerja di Jakarta” bisa teratasi. Bagaimana tepatnya internet jadi solusi? Saya akan coba paparkan di bawah.

Continue reading [Dailyssimo] Revolusi Waktu dan Ruang Kerja

[Simply Business] Prinsip Sama-sama Untung

Saya mempercayai sesuatu yg sangat berbeda dalam hal prinsip bisnis, bahwa bisnis bukanlah sebuah zero-sum game. Keuntungan bisa didapat tanpa harus merugikan orang lain. Jika Anda tidak pernah mengalaminya, bukan berarti tidak bisa. Mungkin Anda belum menemukannya saja.

Ketika saya memulai GantiBaju.com, saya mendapatkan banyak bantuan dari komunitas bisnis kaos. Mereka membagikan informasi yang sangat banyak termasuk rahasia metode cetak, saluran distribusi lokal dan kontak yang mereka miliki. Awalnya saya merasa kaget, mengapa mereka mau membantu saya, tetapi komentar yang saya dapatkan hampir sama: untuk membantu menumbuhkan industri, melancarkan proses regenerasi dan menjaga industri yang sehat yang saling berbagi. Mereka percaya bahwa mereka tidak bisa melakukannya sendirian. Membangun industri haruslah bersama-sama.

Hal yang sama terjadi di komunitas startup di Indonesia. Ini adalah komunitas dinamis yang saling berbagi pengetahuan. Baik secara model bisnis, teknologi dan kotak yang dimiliki. Menyenangkan sekali.

Continue reading [Simply Business] Prinsip Sama-sama Untung

Opera Mini Sekarang Hadir di BlackBerry App World untuk Mencari Basis Massa Baru

Memang Opera Mini sudah lama ada di platform BlackBerry. Tapi ternyata baru kali ini Opera Mini terdaftar secara resmi di BlackBerry App World. Nampaknya Opera Mini memiliki pertaruhan besar dengan mencari pangsa pasar di platform ini. Sejumlah indikator telah menyatakan bahwa Opera Mini sudah tidak lagi menjadi raja di bidang ini dan memaksa Opera untuk memperluas pasar baru. Pilihan nampaknya telah dijatuhkan ke platform BlackBerry yang secara default tidak memiliki browser sehandal Android ataupun iOS.

Statistik dari StatCounter menyebutkan bahwa titel Opera Mini sebagai browser yang paling banyak digunakan di muka bumi telah tergeser oleh browser Android. Sebentar lagi bahkan Opera Mini juga akan tergusur oleh Mobile Safari yang dimiliki oleh iOS. Meskipun Opera Mini masih merupakan preferred browser untuk pasar feature phones, seiring dengan semakin luasnya kepemilikan smartphone, Opera harus memiliki basis massa di platform smartphone juga untuk mempertahankan hegemoninya.

Continue reading Opera Mini Sekarang Hadir di BlackBerry App World untuk Mencari Basis Massa Baru

Mengapa Jakarta Tidak Harus Menjadi Pusat Startup Teknologi di Indonesia

Jika Anda melihat berbagai acara teknologi yang digelar di Indonesia, Anda akan melihat sebuah pola. Anda tidak perlu menjadi seorang jenius untuk menyadari bahwa sebagian besar acara-acara ini diadakan di Jakarta, ibukota tercinta kita. Jakarta adalah kota yang hebat, bandara international, banyak mall, akses internet cepat dan masih banyak lagi, tetapi Jakarta juga menjadi salah satu area paling buruk untuk industri internet tumbuh.

Tentu, ada beberapa alasan mengapa Jakarta baik untuk ekosistem yang sedang bertumbuh. Ketersediaan bandara international, menjadi pusat bisnis dan ibukota Indonesia adalah beberapa contoh kelebihan Jakarta. Kebanyakan bisnis memilki kantor pusat di Jakarta, saya tidak menyangkal hal tersebut, tetapi ada beberapa fakta umum yang membuat kota lain menjadi pilihan yang lebih baik untuk perusahaan teknologi dan industri.

Saya akan membandingkan Jakarta dengan dua kota: Bandung dan Yogyakarta. Ada banyak hal yang terjadi di dua kota ini, dan saya kira sudah sepantasnya terus bertambah.

Continue reading Mengapa Jakarta Tidak Harus Menjadi Pusat Startup Teknologi di Indonesia

[Simply Business] Pabrik Foxconn: Sebuah Reality Check tentang upah di Indonesia

Ada banyak kehebohan tentang bagaimana Apple memperlakukan mitra pabrik mereka, Foxconn, di Cina, tentang rendahnya upah yang dibayarkan kepada karyawan Foxconn, $1.78 per jam untuk membuat perangkat iPhone dan iPad yang harganya mahal.

Ini mengusik saya, apakah $1.78 per jam termasuk murah? Para karyawan bekerja 12 jam sehari, mari kita asumsikan mereka bekerja 5 hari dalam satu minggu. Maka mereka akan mendapatkan $1.78 x 12 jam x 20 hari sama dengan $427.2. Itu adalah jumlah upah yang lebih besar dari gaji pertama saya di sebuah perusahaan TI di tahun 2004! Belum lagi jumlah itu tetap masih lebih besar dari kebanyakan gaji perusahaan kecil di tahun 2011.

Continue reading [Simply Business] Pabrik Foxconn: Sebuah Reality Check tentang upah di Indonesia

Apa Masalah yang Ingin Dipecahkan oleh Startup Anda?

Pendiri Pownce, Convore dan Grove, Leah Culver, menceritakan kisahnya tentang penggunaan layanan cloud dan mengesampingkan rasa kepemilikan tradisional. Tentunya hal ini sangat mudah dilakukan jika menetap di Amerika Serikat, sedangkan bagi kita di Asia Tenggara, kita hanya bisa bermimpi.

Di sini kita tidak bisa memiliki perusahaan taksi seperti Uber, karena melanggar peraturan, setidaknya begitu di banyak negara (mungkin juga semua). Layanan seperti AirBNB juga tidak bisa beroperasi di sini karena layanan seperti ini membutuhkan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi dari kedua belah pihak (dan juga karena peraturan yang berlaku). Pengiriman belanja sehari-hari belum terlalu bisa diandalkan. Layanan seperti Dropbox membutuhkan koneksi 3G yang bisa diandalkan dan tersebar luas. Kita tidak bisa membeli buku lewat Kindle atau iBookstore, tidak ada layanan seperti Rdio, Spotify, bahkan tidak juga iTunes Store.

Hidup di negara dunia ketiga sangat menyebalkan, tetapi ini berarti masih banyak peluang untuk menemukan dan mencari tahu layanan dan produk apa yang bisa dibuat untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut. Itulah tantangan yang harus dihadapi ketika menetap di belahan bumi kita. Orang menjadi sibuk dengan hak-hak yang didapatkan oleh penghuni negara maju yang mengakibatkan kebutuhan dasar di daerah kita sendiri terlupakan. Disinilah para wirausahaan lokal harusnya muncul, mengidentifikasi masalah dan hadir menawarkan solusi terbaik.

Continue reading Apa Masalah yang Ingin Dipecahkan oleh Startup Anda?