Program Akselerator Indigo Batch Pertama Tahun 2016 Diikuti 9 Startup Terpilih

Lanskap startup tanah air masih akan terus menggelora. Dari sisi pengembang dan juga pendukung perkembangan startup (dalam hal ini termasuk investor) masih terus semangat berkolaborasi mengembangkan potensi bisnis digital Indonesia. Semangat ini salah satunya ditunjukkan oleh Telkom dan MDI Ventures dalam mengusung program akselerator Indigo 2016.

Hari ini program akselerator Indigo batch 1 tahun 2016 resmi dimulai. Setelah sebelumnya sejak November tahun lalu telah masuk lebih dari 100 aplikasi, akhirnya 9 tim siap untuk dibina dan dimatangkan.

Deputi Eksekutif General Manager Telkom Digital Ery Punta mengatakan bahwa 9 startup tersebut terpilih setelah melalui serangkaian proses wawancara dan mengenal lebih dekat startup dan sang pendiri. Startup terpilih akan dibagi menjadi tiga stage yang disesuaikan dengan fase perkembangan startup.

Berikut daftar startup dan kategori pembagian stage-nya:

  1. Product Validation Stage (product market fit): JKN App, Rumah Sinau (rumahsinau.org), dan Bigalia (bigalia.com).
  2. Business Model Validation Stage (traction): Zelos (zelos.id), Kartoo (kartoo.co), Minutes (minutesapps.com/barber), dan Trax Center (trax.center).
  3. Acceleration Stage (scaling up): Paket ID (paket.id) dan Sonar Platform (sonar.id).

Menanggapi mulainya program Indigo di tahun 2016, CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengungkapkan:

“Batch tahun lalu menjadi indikator untuk kita semua bahwa program seperti ini memainkan peran yang sangat penting dalam membangun ekosistem kewirausahaan.”

Nicko juga menambahkan bahwa sedari pengamatannya ia melihat bahwa program akselerator Indigo mampu menghasilkan sinergi yang baik antara startup dan para pendukung di belakangnya. MDI Ventures juga berkomitmen untuk membuat program tahun ini lebih sukses dari tahun sebelumnya. Bagi MDI program ini menjadi prioritas utama dari kerja sama bersama Telkom Group.

Sementara itu pihak Telkom mengatakan bahwa dibaginya proses akelerasi ke dalam beberapa stage memungkinkan startup untuk dapat bergabung ke dalam program kapan saja, dalam fase apa saja. Ery mengungkapkan:

“Akan sangat menarik untuk melihat startup di Acceleration Stage dalam batch kali ini. Startup ini telah terbukti mampu menciptakan pendapatan yang signifikan, bahkan sebelum masuk ke program kami. Idenya kami akan menciptakan sinergi untuk pendapatan yang lebih besar dengan jaringan luas yang dimiliki Telkom Group.”

Telkom berharap bahwa batch kali ini akan mampu menghasilkan bibit-bibit perusahaan rintisan sukses, seperti beberapa startup yang telah lolos di tahun sebelumnya, yang benar-benar mampu membangun bisnis berkelanjutan dengan memecahkan masalah nyata di masyarakat.

Masih Ada Satu Kursi Untuk Bergabung di Launchpad Accelerator Batch 1

Google Launchpad Accelerator di Indonesia sudah diresmikan. Sesi submisi juga sudah berjalan. Beberapa startup lokal telah terpilih, tepatnya ada 7 startup, termasuk di dalamnya Kerjabilitas sebuah startup baru berbasis di Yogyakarta. Dan menurut penuturan Jason Tedjasukmana dari Google Indonesia, pihaknya masih membuka kesempatan bagi satu lagi startup bergabung di batch pertama program akselerasi ini.

Ketika ditanya tentang proses submisi, Jason menjawab:

“Ya, ada sesi submisi yang dimulai sebelum kita memberikan pengumuman. Kami memilih dari kandidat terbaik, dan saat ini masih memiliki tempat bagi satu perusahaan lagi untuk tahap pertama, tetapi kami akan menentukan secepatnya karena program ini akan dimulai bulan Januari mendatang. Jika startup tidak sempat bergabung pada tahap ini, akan ada tahap selanjutnya tahun depan.”

Dalam keterangannya Jason juga menekankan bahwa untuk bergabung pada program akselerator ini tak harus startup yang sudah berdiri lama, Google juga membuka kesempatan bagi startup baru dengan produk yang memiliki visi besar di pasar lokal.

“Kami berharap mereka (para startup pendaftar) sudah memiliki aplikasi Android, tetapi itu bukanlah satu-satunya prasyarat. Jika mereka tidak memiliki hal tersebut, mereka tetap bisa mengajukan aplikasi dan kemudian baru membuatnya,” ungkap Jason menerangkan kriteria kandidat Launchpad Accelerator di Indonesia.

Startup Indonesia membutuhkan banyak sekali pengetahuan dari luar, terutama untuk membangun produk yang global-minded. Program-program seperti ini membantu startup lokal terakselerasi lebih cepat dengan membangun jaringan entrepreneur yang memang sudah berfikir global.

Pelajaran yang butuh bertahun-tahun dipelajari, dipadatkan dalam satu Minggu untuk diberikan ke entrepreneur muda. Seperti diinformasikan sebelumnya, startup terpilih akan diterbangkan ke Mountain View untuk diinkubasi langsung di kantor Google. Tentu saja ada beberapa hal yang tidak bisa diajarkan dan harus dialami sendiri, namun program seperti ini membantu akselerasi ekosistem startup indonesia.

“Akan ada 5 bulan sesi bimbingan setelah mereka kembali dari Mountain View. Kami juga berharap untuk mengadakan program akselerator tahun depan,” pungkas Jason.

Program batch kedua Google Launchpad Accelerator akan dimulai pertengahan tahun depan. Google mentargetkan bahwa dalam rentang satu tahun akan ada minimal 50 startup baru dari Indonesia, India dan Brasil untuk menciptakan inovasi lokal di platform Android.

Beberapa startup yang lolos dari Indonesia pada batch pertama ada Jojonomic (startup pengembang layanan keuangan), Kakatu (pengembang launcher kontrol akses smartphone), HarukaEdu (penyedia layanan kelas digital), Setipe (situs kencan online), Kerjabilitas (platform pencari kerja bagi kaum difabel), Kurio (aplikasi pembaca berita) dan eFishery (startup pengembang produk IoT).

Google Launchpad Accelerator Diluncurkan untuk Startup di Indonesia

Google baru saja mengumumkan program Launchpad Accelerator yang siap merangkul startup di Indonesia, India dan Brasil. Program tersebut memfokuskan pada kegiatan mentoring, pelatihan, dukungan serta memberikan pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000 bagi startup pengembang solusi mobile.

Roy Glasberg selaku pimpinan global untuk Google Launchpad Accelerator mengatakan bahwa program ini akan fokus mencari startup yang dapat memberikan dampak tinggi di pasar lokal. Visi dari program ini tak lain untuk mengidentifikasi game changer di industri digital di masing-masing negara, khususnya untuk platform Android.

Pendekatan pendanaan bebas ekuitas dipilih Google karena tak ingin membebani pengembang dengan pencapaian return of investment (ROI) dan ekuitas itu sendiri. Launchpad Accelerator akan memberikan dukungan selama enam bulan kepada startup, termasuk memfasilitasi perjalanan ke kantor Google di Silicon Valley bagi startup yang terpilih untuk mengikuti rangkaian program pelatihan.

Startup akan dibimbing langsung di kantor pusat Google selama dua Minggu

Program akselerator ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan. Pertama, setelah startup terpilih akan diterbangkan ke Mountain View guna mengikuti bootcamp selama dua Minggu. Dalam acara bootcamp tersebut startup akan bertemu beberapa mentor, dari dalam dan dari luar perusahaan Google. Dua Minggu ini akan menjadi modal penting bagi startup untuk mampu merencanakan dengan matang strategi eksekusi di lima setengah bulan berikutnya.

Beberapa materi tentang desain produk dan strategi pemasaran juga akan menjadi fokus bootcamp. Sehingga diharapkan ketika para startup kembali ke negaranya masing-masing, mereka mendapatkan insight dan akses ke jaringan lokal dan internasional. Masing-masing startup juga akan mendapatkan akses khusus ke platform pengembang dan kit pemasaran dari Google.

Akselerator ini ditargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun. Pada sesi pertama yang sudah berjalan dari beberapa waktu lalu, sudah terpilih 20 startup terbaik, dan pada pertengahan Januari nanti akan diterbangkan ke Mountain View untuk mengikuti program perdana mereka. Sedangkan untuk kelas kedua saat ini proses seleksi juga sudah mulai dibuka dan akan dieksekusi pada pertengahan tahun depan.

Menurut situs Google Launchpad Accelerator, Jojonomic, Kakatu, HarukaEdu, Kerjabilitas, Kurio, eFishery, dan Setipe bakal mengikuti batch pertama ini.

Dari sisi bisnis fokus Google untuk berinvestasi “tanpa syarat” kepada startup pengembang solusi mobile tak lain untuk terus mengembangkan inovasi aplikasi Android, khususnya di negara berkembang. Ini menjadi solusi kritis, setelah ditemukan fakta bahwa pertumbuhan perangkat Android terpantau melambat ketika bertarung melawan platform iOS.

Dengan melahirkan berbagai solusi mobile dengan sentuhan dan kultur lokal yang kental diharapkan mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekosistem Android di masing-masing negara. Indonesia, India, dan Brazil memiliki populasi yang sangat besar untuk dimaksimalkan sebagai lahan pertumbuhan pangsa pasar Android.

Pentingnya Memilih Program Akselerator Secara Bijak

Akeselerator dan inkubator merupakan salah satu kesempatan terbaik yang bisa dimanfaatkan oleh pendiri startup. Entah itu ketika startup baru saja mulai dijalankan, maupun startup yang sudah sampai ke tahap perkembangan dan telah mendapatkan modal dari beberapa modal ventura dan investor. Lantas apa yang membedakan akselerator dengan inkubator? Keuntungan apa yang bisa diraih dalam mengikuti program akselerator? Dalam tips kali ini DailySocial berbagi pengalaman dari seorang investor sekaligus penyelenggara akselerator MergeLane Elizabeth Kraus. yang secara khusus mengedepankan peranan wanita dalam dunia teknologi.

Continue reading Pentingnya Memilih Program Akselerator Secara Bijak

Startup Studio dari Liv.it Bantu Tumbuh Kembang Startup di Masa Awal Kemunculan

Startup studi dari Livit / shutterstock

Meskipun masih dalam masa pertumbuhan, tetapi jika dibandingkan beberapa tahun ke belakang, ekosistem industri startup Indonesia saat ini sudah jauh lebih matang. Kematangan ini pun ditunjukkan dengan semakin banyaknya program yang dapat membantu pertumbuhan startup di masa-masa awal kemunculannya seperti program akselerator dan inkubator. Kini ada satu program baru yang sedikit berbeda dari yang sudah ada di Indonesia, yakni Startup Studio dari tech startup ecosystem Liv.it.

Continue reading Startup Studio dari Liv.it Bantu Tumbuh Kembang Startup di Masa Awal Kemunculan

Incubators and Accelerators in Indonesia Would Be Re-Born

Incubators and accelerators are inseparable to the development of startup ecosystem, as both may help startup growing their business, especially during their early phase. However, their roles in Indonesia seems to be decreasing as time goes by. What made them nearly invisible? Will their era be re-emerged in Indonesia? Continue reading Incubators and Accelerators in Indonesia Would Be Re-Born

Akselerator Bisnis Waha Buka Kantor di Jakarta

Akselerator bisnis dan serviced office Waha yang berpusat di Seoul, Korea Selatan, mengumumkan pendirian kantornya di Jakarta. Ini adalah kantor keempat Waha, setelah dua kantor di Seoul dan satu kantor di Singapura. Klien pertama Waha di Jakarta adalah DTC (Design Travel & Consulting) yang menyediakan tur bisnis, perencanaan perjalanan, konsultasi dan akuntansi untuk profesional asing yang bepergian ke Jakarta.

Continue reading Akselerator Bisnis Waha Buka Kantor di Jakarta

JFDI.Asia to Select 12 Teams From 300 Applicants to its Third Boot Camp Program

Joyful Frog Digital Incubator Asia (JFDI.Asia), the Singapore-based incubator for tech startups in or focusing on Asia, has closed applications for the second intake of its accelerator program for 2013. Nearly 320 teams whose applications made it before the deadline closed on Wednesday (31/7) will be competing for 12 spots in the 100-day boot camp program.

Continue reading JFDI.Asia to Select 12 Teams From 300 Applicants to its Third Boot Camp Program

Three Years of East Ventures

There’s no denying the influence that Singapore-based East Ventures has had on the Indonesian startup scene. The investment firm founded by Willson Cuaca, Batara Eto, Taiga Matsuyama, and Chandra Tjan in 2010 has made significant strides in the growth, expansion, and acquisition of some of the most well known technology oriented companies in the region. The company may be based in Singapore but its main area of interest is Indonesia. Out of the 26 companies that it has been involved with, 18 are Indonesian. This month marks the company’s third year in operation.

Continue reading Three Years of East Ventures

Investor-Incubator-Accelerator Should Help for Innovation

Some days ago, I read an article on Businessweek Indonesia magazine 15-21st September 2011 edition about Steve Perlman and his business incubator, Rearden.

Steve, Rearden founder, is developing DIDO (distributed-input-distributed-output). It is explained on the magazine, DIDO a wireless technology that is expected to be the solution for the network traffic and disturbed phone calls.

The article is interesting for me because it is not only the story of Steve and DIDO, but more about Steve Perlman mentality who always gives innovation to all the things he developed. He even criticizes the Silicon Valley mentality that is not that cool as it used to be in which people dare to take risk and focus on innovation.

Continue reading Investor-Incubator-Accelerator Should Help for Innovation