Interspace Hadirkan Simple Data Feed untuk Permudah Layanan E-Commerce Memasang Iklan Digital

Pada konsep bisnis online modern, data menjadi komponen kunci sebagai landasan utama analisis penentuan tindakan bisnis. Terlebih bagi layanan yang diakses signifikan oleh publik, seperti sebuah portal e-commerce. Menyadari kesadaran pebisnis online tentang pentingnya analisis data, melalui anak usahanya di Indonesia Interspace Co.,Ltd. memulai sebuah jasa layanan data feed optimization (DFO) untuk optimasi data di situs e-commerce.

Layanan DFO yang dikembangkan Interspace dijuluki dengan Simple Data Feed (SDF). Layanan ini dikembangkan guna mengkonversi data e-commerce untuk tujuan pengiklanan digital. Saat ini diketahui terdapat banyak sekali saluran media iklan online yang dapat digunakan oleh pemilik layanan e-commerce, mulai dari Google Ads, Facebook dan sebagainya. Di sinilah sebuah sistem DFO bekerja, yaitu dengan menyederhanakan proses pengiklanan produk yang memungkinkan pengguna hanya perlu mempersiapkan satu tipe masukan, karena setiap kanal pengiklan memiliki format berbeda.

Secara sederhana cara kerja SDF ialah (1) setelah data diunggah/dihubungkan oleh pengguna melalui dashboard, data akan ditarik dengan cara crawling (2) sistem melakukan analisis, lalu memproses data dan menyesuaikan dengan media pengiklanan yang akan menampilkan.

DFO

Business & Partnership Interspace Indonesia Ardi Renaldi mengatakan:

“Untuk saat ini, tujuan utama Simple Data Feed adalah meningkatkan kualitas dan kinerja data produk dari e-commerce. Tetapi tidak menutup kemungkinan ke depannya kami akan ekspansi ke jenis website lain seperti hotel, transportasi, sumber daya manusia, properti dan sebagainya.”

Ardi juga menambahkan bahwa SDF merupakan sebuah layanan eksternal, jadi pengguna tidak perlu melakukan pengembangan kode di sistem. Pengguna akan diberikan dashboard sehingga bisa melakukan pengunggahan data produk yang diinginkan. Cara lain adalah dengan pengunggahan otomatis melalui API dan sistem crawling yang akan disiapkan oleh Interspace, sehingga memungkinkan data produk pengguna ditarik secara otomatis oleh sistem SDF.

Untuk sebuah perusahaan, tak jarang data menjadi salah satu hal yang cukup sensitif dan sangat membutuhkan privasi, menanggapi hal ini Ardi mengatakan:

“Setiap klien mendapatkan dashboard sendiri-sendiri untuk menjamin keamanan dan privasi data. Data yang diunggah ke kami adalah data-data produk yang sudah dipublikasikan berisi keterangan seputar produk seperti: nama produk, warna, jenis, model, kategori, harga dan URL produk. Untuk sistem crawling data, kami memakai kode enkripsi terbaik dan server kami memiliki metode proteksi untuk menjamin keamanan dan privasi pengguna. Setiap kanal iklan juga memiliki format yang berbeda-beda sehingga data produk tidak akan tertukar ke kanal lain.”

Analisis DFO juga bisa membantu e-commerce yang ingin menggunakan data produk sebagai iklan karena memiliki kemungkinan terjual lebih tinggi, bukan sekedar banner yang berisi nama e-commerce. Karena saat ini e-commerce memiliki target baru selain meningkatkan lalu lintas kunjungan, yaitu meningkatkan penjualan. DFO sendiri merupakan perpaduan dari sebuah pemrosesan big data dan machine learning.

Tokopedia dan Traveloka adalah Startup Pengiklan TV Terbesar Tahun 2015

Indonesia sebagai negara berkembang dengan populasi yang masif selalu menjadi negara dengan potensi menggiurkan untuk berbagai sektor industri, termasuk e-commerce. Berdasarkan data Adstensity, sepanjang tahun 2015 kemarin layanan e-commerce secara total tercatat menghabiskan sekitar Rp 1,792 Triliun untuk belanja iklan di televisi. Tokopedia sendiri menduduki posisi teratas dengan biaya belanja iklan yang dihabiskan mencapai lebih dari Rp 559 miliar.

Tahun 2015 kemarin bisa dibilang adalah tahun untuk industri e-commerce. Pertumbuhan ekosistem yang kian matang dan juga drama yang muncul dari berbagai sisi mewarnai perjalan e-commerce Indonesia tahun lalu. Munculnya berbagai pemain baru pun tak bisa dilupakan, seperti Matahari Mall yang mendapat dukungan dari Grup Lippo.

Salah satu alasan pertumbuhan e-commerce yang semakin seksi adalah besarnya potensi pasar Indonesia sebagai negara berkembang  dengan populasi yang masif. Berbagai upaya pun dilakukan oleh para pelakunya demi merengkuh potensi sebesar-besarnya, termasuk melalui iklan di layar kaca (TV). Berdasarkan data Adstensity yang dikutip Indotelko, tercatat bahwa e-commerce Indonesia menghabiskan biaya belanja iklan untuk TV hingga Rp 1,792 Triliun.

Tokopedia, sebagai salah satu pemain lama, tercatat sebagai perusahaan yang mengalami pertumbuhan belanja iklan paling tinggi sepanjang tahun 2015. Ini tak lepas dari kampanye yang diluncurkan Tokopedia di akhir kuartal II tahun 2015 kemarin. Secara total, Tokopedia menghabiskan belanja iklan lebih dari Rp 559 Miliar dan kini berada di posisi puncak perusahaan e-commerce yang menghabiskan belanja iklan paling tinggi.

Traveloka berada di posisi kedua dengan dengan total belanja iklan yang dihabiskan sepanjang tahun 2015 lalu mencapai lebih dari Rp 553 Miliar.

Traveloka dan Tokopedia sendiri masuk ke dalam daftar 10 besar perusahaan yang menghabiskan belanja  iklan TV tinggi.  Dalam daftar 10 besar tersebut secara berurutan ada Djarum, Sampoerna, Pepsodent, Dettol, Lifebuoy, Frisian Flag, Indomie, Mie Sedaap, Tokopedia, dan Traveloka. Selain dua layanan e-commerce ini, sisanya adalah brand atau perusahaan FMCG.

Hal menarik lainnya adalah masuknya pemain baru Matahari Mall ke dalam daftar 10 besar perusahaan e-commerce dengan biaya belanja iklan TV yang tinggi. Dalam rentang waktu tujuh bulan sejak resmi meluncur, Matahari Mall berhasil menghabiskan biaya belanja iklan dengan total lebih dari Rp 83 Miliar.

Berikut adalah 8 besar pemain e-commerce dengan biaya belanja iklan TV yang tinggi berdasarkan data Adstensity:

  1. Tokopedia (Rp 559 M)
  2. Traveloka (Rp 553 M)
  3. OLX (Rp 283 M)
  4. Blibli (Rp 237 M)
  5. Bukalapak (Rp 119 M)
  6. Lazada (107 M)
  7. Matahari Mall (Rp 83M)
  8. Trivago (Rp 80 M)

Angka-angka yang disebutkan ini diperoleh Adstensity berdasarkan rekaman semua iklan TVC yang ada di 13 televisi nasional di Indonesia. Adstensity mencatat volume iklan dan harga iklan sesuai dengan data yang dipublikasikan (published rate), sehingga nilai yang tercatat adalah nilai bruto.

Twitter Indonesia Rilis Riset Perilaku Pengguna Nasional

IMG_1905

Tak ada yang meragui kredibilitas Twitter sebagai salah satu platform media sosial terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri, Jakarta didaulat sebagai Ibukota Twitter secara global berdasarkan besarnya pengguna dan tingginya interaksi di dalamnya. Hari ini (26/11), Country Manager Twitter Indonesia Roy Simangunsong memaparkan hasil riset tentang perilaku pengguna Twitter di Indonesia.

“Twitter menjadi lebih dari sekedar media sosial. Kami turut merayakan momen hidup termasuk musim liburan Natal dan Tahun Baru, karena kami menjadi pemeran penting dalam arsip pemikiran manusia di era digital saat ini,” ucap Roy yang juga mengutip pernyataan dari Fortune Magazine.

Untitled

Serangkaian data yang dirilis diharapkan mampu menjadi insight dan acuan bagi para pebisnis untuk memahami ekspektasi dari audiens mereka di platform masif ini.

Dalam presentasi dari Twitter Mass Affluent Study, yang terlaksana atas kerja sama berbagai lembaga riset, menjabarkan bahwa sekitar 500 responden pengguna Twitter Indonesia merupakan profesional muda. Selain itu, beberapa hal lainnya yang patut diberi catatan adalah:

  • Responden memiliki pengeluaran untuk barang-barang mewah yang lebih tinggi 1,3x daripada pengguna di kelas yang sama yang tidak menggunakan Twitter, peningkatan kualitas finansial hingga 1,2x serta memiliki investasi saham/sekuritas lebih banyak 1,2x untuk 12 bulan mendatang.
  • Produk retail dan otomotif memiliki relevansi kuat terhadap pengguna kelas atas. Dalam 12 bulan terakhir, 81% telah membeli rumah dan interior, 80% membeli pakaian, dan 72% membeli kendaraan bermotor.
  • Perencanaan pengeluaran/pembelanjaan: kepemilikan dan rencana belanja untuk perangkat mobile adalah yang tertinggi, disusul oleh donasi dan peralatan rumah tangga dan perangkat komputer.
  • 79% responden adalah pengguna aktif Twitter, di mana 48%-nya mengakui menggunakan Twitter sebagai sumber informasi terpercaya.

2

“Apabila dimanfaatkan secara strategis, video dapat menjadi medium yang powerful untuk memancing pencarian dan interaksi. Video merupakan tools yang tepat untuk memancing percakapan. Berdasarkan riset Twitter, 87% pengguna Indonesia banyak melihat konten video di Twitter dan 46% dari pengguna berumur 25-34 tahun adalah yang paling aktif mengunggah video. Ini menjadi kesempatan bagi brand untuk mempertimbangkan penggunaan video sebagai peluang jangka panjang untuk berinteraksi dengan konsumen,” kata Roy.

Konten video cukup ditekankan oleh Roy karena kemampuannya yang menjadi sarana kuat untuk berekspresi bagi pengguna, penerbit konten, maupun bisnis. 60% dari keseluruhan pengguna yang mengkonsumsi konten video memilih breaking news sebagai konten video favoritnya. Hasil temuan Twitter ini tak berbeda dengan yang dilaporkan Opera Mediaworks soal tingginya rasio impresi iklan video.

Standar Pengukuran Online Audience Iklan Digital Nasional Segera Ditetapkan

Guna mengakselerasi pertubuhan belanja iklan digital di Indonesia, lima asosiasi periklanan bergabung untuk menentukan standar pengukuran online audience. Lima asosiasi tersebut terdiri dari Association of Asia Pacific Advertising Media (AAPAM), Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia (APPINA), Indonesian Digital Association (IDA), Indonesian E-Commerce Association (idEA), dan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I).

Bersama dengan inisiatif ini, kelima asosiasi telah membentuk sebuah Komite untuk melaksanakan evaluasi secara komprehensif dari beberapa perusahaan penyedia jasa pengukuran. Komite akan melakukan penilaian berdasarkan beberapa kriteria, seperti kelengkapan data, kemampuan pembuatan laporan, tingkat pelayanan, dan juga biaya untuk menentukan perusahaan yang paling sesuai dengan untuk lanskap industri di Indonesia.

“Saat ini kita dihadapkan dengan kompleksitas yang menghambat potensi periklanan di dunia digital. Di satu sisi, pemilik media harus berlangganan ke beberapa layanan yang tentunya cukup mahal dan membingungkan. Di sisi lainnya, pengiklan dan agensi periklanan tidak mempunyai alat ukur yang sama untuk mengevaluasi media periklanan, yang menyebabkan penolakan terhadap validitas data. Kami percaya inilah saat yang tepat untuk memulai inisiatif tersebut,” ujar Danny Oei Wirianto selaku Co-Chairman Komite yang didirikan tersebut.

Berdasarkan laporan terakhir tahun ini terkait penetrasi internet di Indonesia, saat ini persentasenya sudah mencapai 29 persen (atau lebih dari 70 juta pengguna) dan angka ini diprediksi akan terus bertambah secara signifikan melampaui Jepang dan Brasil di masa yang akan datang. Akan tetapi, pengeluaran belanja iklan di Indonesia masih didominasi oleh media konvensional seperti TV dan media cetak.

Ke depannya hal ini akan berubah seiring pemindahan anggaran iklan menyesuaikan dengan perilaku konsumen. Suatu standar pengukuran nasional akan menjadi komponen yang penting untuk meyakinkan pemasang iklan dan agensi periklanan untuk meningkatkan belanja iklan di media digital.

“Inovasi untuk meningkatkan daya saing membutuhkan dasar acuan (benchmark) yang jelas. Menyaksikan inisiatif swadaya hasil kolaborasi para pelaku bisnis digital untuk menuangkan ide menentukan online audience measurement yang akan menjadi acuan pasar Indonesia untuk tumbuh bersama, patut diapresiasi dan didukung secara penuh. Langkah awal untuk inovasi yang berkesinambungan,” ujar Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf menanggapi inisiatif tersebut di atas.

Gameloft Advertising Hadirkan Dua Format Iklan Digital Baru

Gameloft Advertising Solutions, divisi iklan digital dari produsen game Gameloft, hari ini mengumumkan peluncuran dua format media terbarunya untuk konten iklan interaktif VBAN dan M-INT.

VBAN berbentuk sebuah banner yang diperkaya dengan konten video yang dapat dilihat dalam modus layar penuh dan memungkinkan konsumen untuk berinteraksi dengan merek setiap saat selama iklan. Sedangkan M-INT merupakan format layar penuh dinamis menawarkan visibilitas premium untuk integrasi konten animasi untuk benar-benar membawa produk yang diiklankan untuk hidup.

Dalam peluncurannya, Vice Presiden Advertising & Brand Partnership Gameloft Advertising Solutions Alexandre Tan mengatakan:

“Kami senang telah menambahkan dua format baru ini untuk penawaran kami, dengan tujuan mengoptimalkan efisiensi iklan merek. VBAN dan M-INT memungkinkan pengiklan untuk berbagi cerita melalui konten video animasi, sambil menawarkan konsumen sebuah pengalaman interaktif dan menawan.”

Layanan iklan berformat VBAN dan M-INT akan hadir dalam waktu dekat. Sebelumnya Gameloft Advertising juga sudah menawarkan beberapa jenis format untuk iklan digital, di antaranya: Mini-Game, Form, Site, Insentif Full Screen Video dan lainnya. Gameloft Advertising Solutions mengaku saat ini sudah memiliki pengguna bulanan lebih dari 172 juta pemain unik dan inventarisasi 9 miliar tayangan.

Inisiatif Gameloft untuk periklanan digital sendiri baru dimulai pada tahun ini. Laju bisnis mobile advertising yang kencang membuat produsen game tersebut melirik sektor ini. Dalam sebuah kesempatan DailySocial juga pernah membahas seputar bisnis ini bersama Head of Sales Gameloft Indonesia Samuel Lim dan Digital Marketing & PR Manager Gameloft Indonesia Rommy Mustharom.

Gameloft Advertising juga terus berupaya menawarkan pengiklan tingkat yang unik dari visibilitas dan engagement. Sampai saat ini Gameloft Advertising Solutions telah memberikan lebih dari 500 kampanye untuk merek bergengsi seperti Air France, Coca-Cola, Ford, FOX dan sebagainya di lebih dari 40 negara di seluruh dunia.

Di berbagai riset terkait periklanan digital, bersama dengan bertumbuhnya adopsi internet dan perangkat mobile bisnis tersebut bertumbuh pesat. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Smaato dalam hasil risetnya bertajuk “Global Trends in Mobile Programmatic Report.” Secara garis besar riset tersebut mengakatan bahwa periklanan digital (terutama di platform mobile) bertumbuh sagat signifikan, di Indonesia sendiri pertumbuhannya mencapai  Indonesia 142 persen selama periode 2014-2015.

comScore Perkenalkan Mobile Metrix di Indonesia

comScore ingin fokuskan analisis pemasaran mobile di Indonesia / Shutterstock

Bersamaan dengan pagelaran Mobile Marketing Association (MMA) Forum Indonesia yang digelar hari ini comScore Inc. salah satu perusahaan di bidang analisis media dan periklanan menyatakan kehadirannya di Indonesia. Di Indonesia comScore menghadirkan solusi aplikasi analisis pengguna mobile bernama Mobile Metrix. Selain itu juga diumumkan bahwa saat ini bersama Kantar, sebuah perusahaan pengelola dan analisis data global, comScore sedang mengembangkan sebuah solusi mobile yang akan menjadi sebuah alat analisis pengukuran lalu lintas data mobile lintas media dan platform yang dinilai sebagai solusi analisis masa depan. Continue reading comScore Perkenalkan Mobile Metrix di Indonesia

Analyzing Tokopedia’s Advertising Strategy

It’s a common thing to see Tokopedia logo everywhere nowadays. On TV, radio, newspaper, magazine, you name it. It’s almost impossible not to hear its slogan, “Ciptakan Peluangmu” and “Sudah Cek Tokopedia belum?”, lingering in our daily life. Continue reading Analyzing Tokopedia’s Advertising Strategy

Local Startups Maneuver on Instagram Ads

Indonesia becomes the marketing target of over the top (OTT) players due to the massive potential it possesses. After Facebook and Twitter, Instagram currently leads the local advertising market that numerous startups in Indonesia reportedly plan on utilizing its services. Continue reading Local Startups Maneuver on Instagram Ads

Riset Smaato Paparkan Peningkatan Drastis Mobile Advertising di Wilayah Asia Pasifik

Secara umum konsumsi mobile ads di wilayah Asia Pasifik meningkat / Shutterstock

Smaato sebagai penyedia layanan advertising untuk platform mobile baru-baru ini merilis laporan hasil risetnya bertajuk “Global Trends in Mobile Programmatic Report“. Laporan tersebut mengacu pada statistik miliaran penayangan advertising melalui teknologi Smaato di paruh pertama tahun 2015. Secara umum dikatakan bahwa penggunaan mobile web oleh pengguna perangkat pintar terpantau terus melonjak. Hal ini didorong dengan pertumbuhan akses internet mobile di kawasan padat penduduk, di antaranya Indonesia, Tiongkok dan India. Continue reading Riset Smaato Paparkan Peningkatan Drastis Mobile Advertising di Wilayah Asia Pasifik

Twitter Indonesia Dukung UKM Sebagai Poros Perekenomian Bangsa

Managing Director Online Sales APAC Aliza Knox, Head of SMB SEA Emily Huo, Country Marketing Indonesia Didit Sofwan

Menjajaki salah satu pasar digital yang paling panas di dunia, Twitter secara resmi memperkenalkan salah satu layanannya di Indonesia, Twitter Ads. Melalui Twitter Ads, pihak Twitter tidak hanya melihat celah profit yang dapat dimanfaatkan tetapi juga turut mendukung UKM serta startup lokal untuk memasarkan produknya secara digital. Di segmen yang sama, Twitter akan bersaing dengan Google dan Facebook yang lebih dulu hadir.

Continue reading Twitter Indonesia Dukung UKM Sebagai Poros Perekenomian Bangsa