Agate Rilis Dungeon Chef untuk Pasar Jepang

Agate Studio, perusahaan pembuat game asal Bandung, kembali merilis game mobile kedua yang menyasar pasar Jepang, dinamai Dungeon Chef. Game ini diyakini bakal disukai masyarakat asal Negeri Sakura tersebut lantaran tema yang diambil dari game ini cukup popular yakni genre cooking dan role playing game (RPG).

“Jepang merupakan negara penghasil keuntungan kedua terbanyak dalam segi mobile games dan banyak pemain segmen tersebut di sana. Kami melihat kesempatan tersebut dan berniat untuk masuk ke pasar Jepang melalui Dungeon Chef karena tema game ini cukup populer di sana,” terang Product Manager Dungeon Chef Andrew Budi Pratomo dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Selasa (1/8).

Dalam proses pembuatan game tersebut, Agate juga dibantu oleh beberapa pihak dari Jepang. Sebelum merilis Dungeon Chef, Agate juga pernah membuat webgame khusus untuk Jepang bernama Sengoku IXA bersama perusahaan game Square Enix pada 2013. Sejak peluncuran, diklaim game tersebut mendapat respons positif di mata masyarakat, termasuk para maniak game.

Dungeon Chef bercerita mengenai seseorang yang diwarisi restoran oleh kakeknya. Dulu restoran tersebut sangat terkenal, namun berhenti operasi karena pemiliknya hilang saat melawan monster yang kuat. Sang leluhur pun berkeinginan untuk mengembalikan masa kejayaan dari restoran tersebut.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut, Anda akan diajak hanyut ke dalam game dan berperan sebagai pengelola restoran yang baru. Anda bakal diajarkan bagaimana caranya membuat makanan yang enak, hingga bertarung melawan berbagai monster untuk mendapatkan bahan makanan untuk disajikan kepada para penghuni tavern.

Jika Anda mampu menyelesaikan sebuah pesanan, maka level Anda bakal bertambah. Dalam game, Anda juga bisa mendapat bonus harian dengan rutin mengambil bonus lewat daily login.

Application Information Will Show Up Here

Sukses di Kickstarter, Valthirian Arc: Red Covenant Siap Dirilis Tahun Ini

Pengembangan game ketiga Valthirian Arc dilakukan Agate Studio sejak dua tahun silam. Sayang, upaya crowdfunding pertamanya gagal, hanya berhasil mengumpulkan modal 40 persen dari target, karena developer belum bisa meyakinkan khalayak untuk menjadi backer. Belajar dari pengalaman itu, Agate kembali melangsungkan kampanye Red Covenant di bulan Februari kemarin.

Satu bulan selepas momen itu, Agate Studio dengan gembira mengumumkan kesuksesan Valthirian Arc: Red Covenant melampaui target stretch minimal Kickstarter. Awalnya membidik angka S$ 20 ribu (dolar Singapura), saat artikel ini ditulis, Red Covenant berhasil menghimpun S$ 32 ribu lebih. Jumlahnya kemungkinan akan terus naik hingga kampanye ditutup pada pukul 19:00 tanggal 30 Maret besok.

Valthirian Arc Red Covenant Kickstarter Success 1

Tentu Agate masih punya beberapa stretch goal lagi yang ingin mereka capai: jika Red Covenant bisa menghimpun S$ 35 ribu, semua NPC dan siswa akan memperoleh voice acting dalam pertempuran; lalu di S$ 40 ribu, seluruh foto NPC penting akan disuguhkan dalam animasi. Developer juga berencana buat membubuhkan hewan peliharaan, skenario quest serta kelas baru untuk para murid.

Valthirian Arc Red Covenant Kickstarter Success 3

Anda tidak perlu cemas jika beberapa fitur tersebut tidak disertai dalam permainan karena kampanye dihentikan. Agate bilang mereka akan terus membuka kesempatan untuk jadi backer via PayPal setelah periode crowdfunding usai. Dan kabar gembiranya lagi, developer sedang berunding bersama sebuah publisher demi menghadirkan Valthirian Arc: Red Covenant di console.

Valthirian Arc Red Covenant Kickstarter Success 2

Mengusung formula hampir serupa pedahulunya, Red Covenant terbagi dalam dua tipe gameplay. Mode pertama adalah academy simulation, di mana Anda dapat membangun infrastruktur, mengelola siswa, dan mengirim mereka untuk melakukan berbagai misi. Ketika menugaskan sekelompok murid dalam perburuan, pemain dibawa ke mode berbeda, memungkinkan kita bertempur secara real-time.

Mode simulasi di Red Covenant mirip The Sims atau SimCity. Di sana Anda dapat membangun ruang kelas, asrama, lalu menempatkan bangku, lampu serta dekorasi-dekorasi lain. Siswa memulai pendidikannya sebagai Apprentice, dan Anda bisa mengarahkan mereka jadi tiga kelas: Knight, Magi dan Scout. Selanjutnya, masing-masing kelas tersebut mempunyai dua cabang lagi. Misalnya seorang Knight dapat menjadi Paladin atau Arc Draconus.

Dengan menjadi backer tier ‘Knight’ di Kickstarter, Anda bisa jadi orang pertama yang akan mencicipi Valthirian Arc: Red Covenant di momen peluncurannya nanti, dilepas pada bulan Agustus 2017 untuk PC. Game dibundel bersama bonus credit dan wallpaper eksklusif backer buat desktop dan smartphone.

Agate Belum Menyerah, Valthirian Arc: Red Covenant Siap Kembali Melenggang di Kickstarter

Diumumkan pertama kali di bulan Oktober 2015, Valthirian Arc: Red Covenant adalah kreasi digital terbaru buatan Agate yang menggabungkan elemen simulasi sekolah dengan formula RPG klasik Jepang – sebuah perpaduaan antara Final Fantasy, SimCity dan Harry Potter. Premisnya sangat menarik, tapi sayang sekali kampanye crowdfunding game dua tahun silam tidak berhasil.

Namun Agate Studio masih belum menyerah. Memegang komitmen mereka, Valthirian Arc: Red Covenant terus digarap. Di penghujung bulan Februari 2017 ini, sang developer mengumumkan bahwa permainan itu sudah memasuki tahap akhir pengembangan, dan di momen ini pula, Valthirian Arc: Red Covenant siap kembali melangsungkan kampanye pengumpulan dana di Kickstarter.

Valthirian Arc: Red Covenant adalah game ketiga di seri Valthirian Arc, menempatkan pemain sebagai kepala sebuah akademi. Anda ditugaskan untuk melatih para siswa untuk menjadi penyelamat dunia, sembari mengerjakan quest-quest ringan dan unik ala RPG seperti menemukan kucing yang hilang, mengirimkan surat cinta, membantu ibu-ibu menyeberang jalan, dan ada pula tugas bertempur melawan monster.

Di sana, Anda bisa mengembangkan sekolah, menambah ruang kelas serta mendirikan fasilitas-fasilitas baru buat menampung lebih banyak murid dan memperkuat akademi. Tentu saja Anda ditantang untuk cermat dalam mengelola sumber daya dan merencanakan pembangunan. Seiring berkembangnya akademi tersebut, jumlah siswa jadi bertambah banyak. Anda dapat mempromosikan karakter-karakter ke kelas yang lebih tinggi: berawal dari Apprentice, mereka bisa diarahkan menjadi Knight, Magi, ataupun Swift. Agate menyiapkan tidak kurang dari sembilan pilihan kelas.

Valthirian Arc 2

Untuk pertempurannya sendiri, Valthirian Arc: Red Covenant mengusung sistem real-time di mana Anda dapat langsung segera menyerang lawan, atau terlebih dulu menempatkan siswa di posisi-posisi strategis – tergantung dari peran dan spesialisasi mereka.

Valthirian Arc 3

Upaya penggalangan dana Valthirian Arc: Red Covenant yang dilakukan Agate sebelumnya dua tahun lalu hanya mengumpulkan 40 persen dari target. Developer mengetahui pangkal masalahnya: saat itu, permainan masih berada di fase awal pengerjaan. Akibatnya, mereka belum bisa betul-betul meyakinkan calon backer. Kampanye baru Valthirian Arc sendiri dimulai hari ini, tanggal 28 Februari, tepatnya pada pukul 05:00 pagi waktu New York. Agate Studio menargetkan angka US$ 20.000.

Jika kampanye crowdfunding episode kedua ini sukses, Valthirian Arc: Red Covenant rencananya akan meluncur di plaform Windows PC pada bulan Agustus 2017 nanti via Steam.

Informasi lebih detail mengenai Valthirian Arc: Red Covenant bisa Anda peroleh dengan mengunjungi situs resminya.

Update: Kampanye Valthirian Arc: Red Covenant sudah kembali dimulai di Kickstarter, dan di sana Anda bisa mengunduh gratis versi demonya.

Penghentian Operasional Go-Jek dan Agate Yogyakarta, Upaya Sentralisasi Tim Pengembang

Go-Jek Tech Valley (GTV) atau markas pengembangan Go-Jek di Yogyakarta ditutup menjelang akhir tahun lalu. Public Relation Manager Go-Jek Rindu Ragilia dalam keterangan resminya mengatakan bahwa pihaknya tidak menutup kantor di Yogyakarta, tetapi mengintegrasikan dan mengkonsolidasikan pusat pengembangan dan engineering Go-Jek ke Jakarta. Pihak Go-Jek memberikan opsi kepada para pengembang untuk pindah ke Jakarta dan sejumlah pengembang akhirnya memilih keluar dan memutuskan tetap di Yogyakarta dengan alasan pribadinya masing-masing.

Di awal tahun, kabar penghentian operasional juga muncul dari startup pengembang game yang berbasis di Yogyakarta, Agate Jogja. CEO Agate Studio Arief Widhiyasa, induk brand Agate Jogja, mengatakan bahwa pasca penghentian operasional tersebut mereka berharap pengembang yang mau direlokasi bisa pindah ke Bandung supaya koordinasinya terpusat.

Bagi Arief. dengan stage yang (menurutnya) masih kecil, memusatkan tim produksi dirasa menjadi keputusan yang paling ideal.

Salah satu sudut Go-Jek Tech Valley di Yogyakarta / Go-Jek
Salah satu sudut Go-Jek Tech Valley di Yogyakarta / Go-Jek

Urgensi memusatkan tim produksi di satu tempat

Dibuatnya tim produksi di luar Jakarta seperti di Yogyakarta dilandasi beberapa alasan. Pertama, sebagai kota pelajar dengan ratusan kampus dengan berbagai jurusan, Yogyakarta dinilai sebagai supply sumber daya manusia unggul, terutama untuk tahap early stage. Alasan kedua terkait biaya operasional yang tergolong lebih “hemat” jika dibandingkan di Jakarta, Bandung atau Surabaya.

Kedua hal di atas menjadi sangat relevan sebagai strategi penguatan dan akselerasi bagi startup di tahap early stage. Ketika sudah menjadi besar dengan kepemilikan traksi pengguna yang sangat besar, biaya operasional tidak menjadi isu lagi. Kebutuhan gerak cepat dan kolaborasi yang lebih sigap kini menjadi kebutuhan yang lebih mendesak. Untuk Agate Studio, mereka merasa masih membutuhkan koordinasi terpusat untuk efektivitas.

Benang merahnya adalah kemudahan komunikasi dan kolaborasi. Produk Go-Jek dan Agate sangat bergantung tentang bagaimana stack teknologi yang disusun mampu bekerja dengan baik.

Go-Jek, dengan sebuah aplikasi tunggal, harus merangkum segala bentuk kebutuhan konsumen. Penempatan tim yang berjauhan akan menjadi tantangan tersendiri, kendati komunikasi sudah dapat dijembatani dengan perangkat lunak. Diakui atau tidak, bertatapan secara langsung menguatkan berbagai unsur pendorong kolaborasi.

Bentuk ekspansi dengan keperluan berbeda

Tiket.com pada pertengahan tahun lalu, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-5, merayakannya dengan membuka kantor perwakilan di Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan Co-Founder Gaery Undarsa, kantor barunya ini bukan digunakan sebagai tempat bertransaksi, melainkan pemenuhan kebutuhan perusahaan untuk memiliki representasi. Mereka butuh meningkatkan kerja sama dengan agen travel, hotel dan komponen bisnis lainnya. Peningkatan jangkauan layanan sebuah produk startup memaksa perusahaan pengusungnya untuk bisa berekspansi.

Kembali ke cerita penutupan operasional Agate Jogja, menurut co-founder-nya Frida Dwi, saat ini brand Agate Jogja belum benar-benar ditutup dan masih dipegang oleh Agate Studio. Ada kemungkinan brand tersebut digunakan kembali dalam formasi dan bentuk yang berbeda. Hal serupa juga pernah dituturkan oleh Go-Jek, bahwa GTV tidak benar-benar ditutup, hanya saja merelokasi tim pengembang ke Jakarta. Dari sisi operasional tempat singgah yang dimiliki akan digunakan untuk keperluan proses bisnis yang lain.

Skarang modelnya mulai dibalik, tim produk akan dipusatkan di satu tempat, sedangkan tim pengembang bisnis yang harus berekspansi ke berbagai daerah tempat konsumen bernaung untuk memperkuat produk dan memperluas pangsa pasar.

Agate Luncurkan Game Fantasista Secara Global

Agate telah melangkah begitu jauh dari saat mereka berpartisipasi dalam kompetisi Microsoft Dream Build Play kira-kira delapan tahun silam, dan kini tim asal Bandung tersebut merupakan salah satu studio yang jadi panutan developer lokal. Lewat kreasi-kreasinya, Agate telah menapaki berbagai genre dan tema, salah satunya adalah menggarap versi game olahraga sepak bola.

Di tahun 2012, Agate Studio melepas Football Saga, permainan simulasi dan pengelolaan tim berbasis web. Dan berbekal pengalaman tersebut, developer memutuskan untuk mengadopsi formulanya dan menuangkannya ke permainan mobile berjudul Fantasista. Game sebetulnya sudah bisa dinikmati, namun Agate berambisi untuk menghidangkannya ke lebih banyak pemain. Bersamaan dengan momen final piala AFF Championship 2016, mereka resmi meluncurkan Fantasista secara global.

Fantasista 1

Dave Fabian dari Agate menjelaskan bahwa peresmian pelepasan Fantasista ke ‘kancah internasional’ merupakan perwujudan dari keyakinan mereka pada kemampuan Timnas sekaligus upaya menyemangati para pesepak bola lokal yang bertanding di sana. Layaknya permainan mobile, gameplay Fantasista memang tidak sekompleks Football Manager, tapi tetap seru dimainkan dan tak lupa dikemas bersama ilustrasi-ilustrasi high resolusion yang unik.

Fantasista 2

Fantasista menyuguhkan Anda pengalaman berkarier secara virtual sebagai pemain sepak bola profesional. Pemain ditugaskan untuk menciptakan karakter, melatihnya, lalu memasukkannya ke klub, Bersama teman-teman seperjuangan, Anda bisa mengharumkan nama tim dengan memenangkan beragam liga dan kejuaraan. Agate turut membubuhkan elemen role-playing di sana, memungkinkan karakter Anda belajar teknik baru atau mengenakan item-item pendongkrak kemampuan (semuanya legal, tentu saja).

Fantasista 3

Player bisa mengarahkan tokohnya menjadi beberapa peran, contohnya penyerang, pemain tengah, pemain belakang atau penjaga gawang. Gaya bermain dapat dipilih sebelum permainan dimulai. Selanjutnya, pertandingan ditampilkan via simulasi, dipadu cutscene animasi tiga dimensi, dan Anda dipersilakan melihat ulasan statistik setelah match usai. Anda juga bisa menantang gamer lain dalam kompetisi satu lawan satu untuk memperoleh bonus.

Fantasista 4

“Permainan sepak bola tidak dapat dimenangkan oleh seorang pemain saja, tetapi di setiap klub, ada beberapa orang yang mampu mengubah jalannya pertandingan. Mereka mungkin bukanlah pemain tercepat ataupun pesepak bola paling tangguh, namun orang-orang ini selalu memberikan harapan bagi para pendukung tim dan membawa klubnya pada kemenangan,” tulis Agate.

Fantasista 5

Fantasista dapat diunduh di Google Play dan Apple app store. Game ini dapat dimainkan gratis dengan sistem microtransaction.

Agate Studio dan Pencipta Game Tahu Bulat Berkolaborasi Menghadirkan Game Juragan Terminal

Agate Studio berkolaborasi dengan Own Games menghadirkan game berjudul Juragan Terminal.

Own Games, yang merupakan pencipta dari game Tahu Bulat, membawa game play khas dari Tahu Bulat ke dalam nuansa yang baru. Masih bertema clicker game, mari kita simak bersama seperti apakah game berjudul Juragan Terminal ini.

Juragan Terminal bercerita tentang perjalanan untuk membangun terminal yang paling baik. Tugas pemain adalah membuat terminal yang nyaman dan memiliki fasilitas yang baik, sehingga semakin banyak penumpang yang ingin naik kendaraan umum dari terminal yang dikembangkan.

Semakin banyak penumpang yang datang ke terminal, maka akan semakin besar juga setoran yang akan didapatkan.

Screenshot_20160825-002829

Mengangkat genre clicker game, Juragan Terminal memiliki mekanik yang serupa dengan Tahu Bulat. Mungkin bisa dibilang Juragan Terminal merupakan versi reskin official dari Tahu Bulat. Metode bermainnya pun mirip.

Anda bisa tap di layar untuk mendapatkan uang setoran, semakin sering di-tap, semakin banyak juga uang setoran yang akan diterima. Dengan meningkatkan fasilitas di dalam terminal, maka Anda akan mendapatkan besar uang setoran yang lebih banyak.

Hal yang menarik dari game Juragan Terminal adalah kontennya yang sangat Indonesia. Dari bentuk terminalnya hingga kendaraan umum yang ada di dalam game ini sangat kental dengan nuansa Indonesia.

Tentu saja pengisi suara di dalam game ini juga menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan istilah-istilah yang sering kita dengan di dalam terminal. Nuansa lokal ini yang menjadi daya tarik tersendiri dari game Juragan Terminal.

Screenshot_20160825-003308

Namun jika dibandingkan dengan Tahu Bulat, memang konten di dalamnya belum sebanyak game tersebut. Salah satu contohnya adalah ketika tulisan ini dibuat, belum ada fitur untuk membuka cabang baru di dalam Juragan Terminal.

Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah besar ukuran installer dari Juragan Terminal yang jauh lebih besar daripada Tahu Bulat. Dengan installer size yang cukup besar, menjadi tantangan ternsendiri bagi Juragan Terminal untuk mencapai kesuksesan yang sama dari Tahu Bulat.

Meski demikian dengan konsep yang unik dan ekseskusi yang baik dari Agate Studio dan Own Games, bukan tidak mungkin Juragan Terminal akan jadi the next Tahu Bulat. Mari kita nantikan. Anda yang tertarik memainkan, silahkan unduh game-nya di Google Play.

Application Information Will Show Up Here

Agate Studio Umumkan Peroleh Pendanaan Pre-Series A Senilai 13 Miliar Rupiah

Perusahaan game developer yang berbasis di Bandung, Jawa Barat, Agate Studio, hari ini mengumumkan pendanaan  Pre-Series A sebesar $1 juta (lebih dari 13 miliar Rupiah) dari Maloekoe Ventures. Perusahaan yang dibangun tahun 2009 ini, saat ini telah mengalami banyak perkembangan, mulai dari jumlah pegawai yang telah mencapai 70 orang hingga peningkatan jumlah permainan yang telah mencapai 200 varian yang dibuat hingga saat ini.

Pendanaan yang diterima di awal April 2016 ini bersamaan dengan perayaan ulang tahun Agate Studio yang ke-7 dan semakin mengukuhkan posisi Agate Studio sebagai salah satu perusahaan game developer terdepan di Indonesia.

“Selama tiga tahun terakhir perusahaan kami telah berkembang dengan cepat dan baik secara organik mengandalkan pendanaan sendiri (bootstrapping). Meskipun saat ini dua divisi busnis kami yaitu permainan yang serius (B2B,B2B2C dan B2G) serta permainan yang menghibur (B2C) telah tumbuh dan mendapatkan keuntungan, pendanaan ini tentunya akan membantu kami menciptakan inovasi terbaru,” kata CEO Agate Studio Arief Widhiyasa.

Sementara bagi Maloekoe Ventures sendiri yang merupakan salah satu VC lokal, pendanaan ini tentunya merupakan langkah strategis yang dilancarkan. Dilihat dari perkembangan serta inovasi yang telah ditawarkan oleh Agate Studio, diharapkan Maloekoe Ventures bisa memberikan kontribusi lebih dan mendukung pertumbuhan dari Agate Studio.

“Selama ini Agate Studio telah membuktikan eksistensi mereka sebagai game developer ternama di Indonesia, dengan alasan itulah Maloekoe Ventures tertarik untuk memberikan pendanaan dan berharap dapat melihat pertumbuhan Agate Studio secara regional hingga global,” kata Managing Partner Maloekoe Ventures Adrien Gheur.

Maloekoe Ventures sebelumnya memasukkan Bizzy, layanan B2B Ardent Capital, sebagai salah satu portofolio investasinya.

Selain mengumumkan perolehan pendanaan Pre-Series A, Agate Studio juga mengumumkan dua brand baru, Bloodstone Entertainment yang mengurusi permainan mid-core dan Dreamhat Games untuk permainan kasual dan super-kasual.

Ayo Pastikan Valthirian Arc: Red Covenant Sukses di Kickstarter

Sesuai pengumuman Agate Studio di awal Oktober, sekuel kedua Valthirian Arc akan digarap secara independen, mencoba mengikuti kesuksesan beberapa judul lokal lain. Buat menggalang modal, developer asal Bandung itu memanfaatkan platform crowdfunding semisal Kickstarter dan Steam Greenlight. Dan pada tanggal 13 Oktober kemarin, dimulailah perjalanan mereka. Continue reading Ayo Pastikan Valthirian Arc: Red Covenant Sukses di Kickstarter

Valthirian Arc: Red Covenant Dari Agate Studio Siap Meluncur di Kickstarter

Buat beberapa developer dari Indonesia, JRPG klasik tampaknya menjadi kiblat desain dan sumber inspirasi. Lihat saja Celestian Tales dan Valthirian Arc. Buat judul terakhir ini, tampaknya kompetisi di ranah lokal memotivasi Agate Studio asal Bandung untuk menggarap penerus IP kebanggaan mereka tersebut lebih ambisius, memanfaatkan platform pengembangan populer. Continue reading Valthirian Arc: Red Covenant Dari Agate Studio Siap Meluncur di Kickstarter

Game Klasik Kuis Pancasila 5 Dasar Kini Hadir di Smartphone

Studio game asal Bandung yang bernama Agate Studio belum lama ini merilis game untuk smartphone yang berjudul Kuis Pancasila 5 Dasar.

Agate Studio merupakan salah satu studio game yang cukup besar di Indonesia dan sudah meluncurkan banyak judul game. Kali ini, Agate Studio mencoba masuk dengan aplikasi yang sangat pas dengan masyarakat di Indonesia.

Pancasila 5 Dasar merupakan permainan klasik yang biasa dimainkan oleh anak-anak. Mungkin sebagian besar dari kita pernah memainkan game tersebut di masa kecilnya. Entah apakah permainan ini masih populer sekarang, yang jelas Kuis Pancasila 5 Dasar dari Agate Studio ini akan menjadi media nostalgia yang seru untuk dimainkan.

Screenshot_2015-09-21-12-05-42

Cara bermainnya sama dengan versi aslinya yang biasa dimainkan oleh anak-anak. Pemain pertama-tama harus menentukan huruf apa yang akan dimainkan dengan cara memberikan angka dalam bentuk jari. Misalkan kita memberikan lima jari, lawan kita memberikan lima jari, maka huruf yang dimainkan adalah huruf ke sepuluh. Tugas kita adalah menebak sebanyak mungkin kata yang berawalan huruf tersebut sesuai dengan tema yang sudah dipilih.

Info menarik: Xiaomi Mi 4c Meluncur di Tiongkok, Ditemani Mi Bluetooth Speaker

Salah satu kelebihan dari game ini adalah kita bisa bermain melawan pemain lain. Dengan metode multiplayer asynchronous, kita bisa beradu jumlah kata yang berhasil kita tebak dengan lawan kita bermain. Model bergantian giliran ini mirip dengan game Draw Something yang dulu sempat populer.

Screenshot_2015-09-21-12-07-55

Ada banyak kategori permainan yang bisa kita pilih seperti menebak buah-buahan, negara, binatang, dan lain sebagainya. Ada juga berbagai kategori yang bisa dimainkan, namun harus di-unlock menggunakan poin yang didapatkan dalam permainan.

Buat yang ingin bernostalgia dengan game tradisional ini, Pancasila 5 Dasar sudah tersedia untuk pengguna Android. Game ini sudah bisa diunduh di Google Play.