Terlepas dari Protes Co-Founder, Vivendi Akuisisi Gameloft ‘Secara Paksa’

Dengan puluhan anak perusahaan tersebar di seluruh dunia, Gameloft ialah salah satu publisher game mobile tersukses. Sejak 2008, mereka memenangkan banyak penghargaan dari media, dan ada 69 judul sudah Gameloft lepas ke iOS. Mungkin melihat keberhasilannya itu, satu raksasa media massa memutuskan untuk mengakuisisi Gameloft lewat cara yang agresif.

Wall Street Journal melaporkan bahwa Vivendi kini memegang 56 persen saham Gameloft, terlepas dari protes para co-founder-nya. Michel dan Yves Guillemot mengaku menjualnya dengan terpaksa, setelah gagal menghalangi upaya akusisi yang dilakukan Vivendi secara hukum. Kemungkinan besar, Vivendi akan mengambil mayoritas dari 21,7 persen saham milik Guillemot sebagai developer Modern Combat.

“Keluarga [Guillemot] yakin bahwa cara antagonis seperti ini bertentangan dengan kepentingan Gameloft, baik dilihat dari aktivitas serta tim di dalamnya,” tutur para founder Gameloft. Dampak dari langkah ini langsung terlihat. Di awal Juni 2016, CEO Michel Guillemot diberitakan akan mengundurkan diri terkait pengambilalihan agresif tersebut.

Semenjak bulan Oktober silam, Vivendi yang dikendalikan oleh miliarder Perancis Vincent Bolloré, telah mulai membeli saham Gameloft. Tim publisher sekaligus developer ini merupakan nama familier di kalangan pecinta permainan mobile. Mereka terkenal berkat seri Asphalt, Modern Combat, N.O.V.A, serta game-game tie-in film semisal Despicable Me: Minion Rush, The Amazing Spiderman sampai Men in Black 3.

Vivendi menuangkan beberapa alasan mereka mengenai langkah akuisisi ini dalam surat yang ditujukan pada karyawan Gameloft minggu lalu. Mereka bilang, Vivendi akan membuka kesempatan kerja sama baru di berbagai area, contohnya kreasi konten, pengembangan franchise baru, potensi buat menghimpun lebih banyak konsumen, membangun komunitas, serta memperoleh manfaat dari jaringan distribusi yang luas.

“Kami dengan gembira menyambut Anda bergabung bersama para talenta yang kami miliki,” tulis Vivendi kepada Gameloft. “Dan bersama-sama, keberadaan kita bisa menjadi lebih besar di pasar hiburan dunia.”

Sang raksasa hiburan itu telah kembali menjual saham Gameloft seharga US$ 9 hingga tanggal 15 Juni nanti, sehingga perusahaan tersebut mempunyai nilai di angka US$ 700 juta. Vivendi juga bilang akan menunjuk lagi mayoritas board of director Gameloft di tanggal 29 Juni.

Setelah proses akuisisi rampung, besar peluang Vivendi akan mengalihkan perhatiannya pada Ubisoft, dan buat menghadapinya, Ubisoft sudah melakukan pertemuan dengan sejumlah investor di Kanada.

Via Gamasutra & Gamespot.

Akuisisi Groupon Indonesia, KFit Membutuhkan Kendaraan Memasuki Pasar Indonesia

Dalam situasi yang bisa dibilang tidak diprediksikan sebelumnya, layanan berlangganan kegiatan fitness dan kesehatan KFit mengumumkan proses akuisisi terhadap Groupon Indonesia. Dengan nilai yang tidak disebutkan, Groupon Indonesia akan menjadi anak perusahaan KFit, sementara Groupon Inc akan menjadi salah satu pemegang saham KFit. Akuisisi direncanakan akan selesai kuartal ketiga 2016 dan KFit memastikan tidak ada perubahan langsung terhadap bisnis Groupon Indonesia saat ini.

KFit yang berpusat di Malaysia didirikan oleh Joel Neoh, yang seperti diingatkan Tech In Asia, sempat lama malang melintang sebagai eksekutif Groupon di Asia. Selain di Malaysia, KFit beroperasi di Singapura, Australia, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan. KFit hingga saat ini belum memiliki bisnis di Indonesia.

Masuklah Groupon Indonesia. Akuisisi terhadap layanan daily deals Disdus di tahun 2011 adalah titik tolak masuknya Groupon di Indonesia. Sempat mengalami masa keemasan di tahun 2011-2012, bisnis deals tidak pernah mencapai kondisi awal dan performanya terus menurun. Sebagai perbandingan, Ensogo yang merupakan pesaing Groupon di Asia Tenggara sudah memecat separuh pegawainya awal tahun ini (dari 600 orang menjadi 300 orang) karena performa bisnis sepanjang 2015 yang kurang bagus.

Neoh, dengan pengalamannya di Groupon, melihat Groupon Indonesia sebagai kendaraan yang tepat bagi KFit untuk memasuki pasar Indonesia.

Neoh mengatakan, “Kombinasi kehadiran Groupon Indonesia yang sudah mapan dan pengalaman KFit dalam membangun platform mobile-first akan mendorong kami dalam pasar perdagangan lokal dengan pertumbuhan tinggi.”

“Sementara KFit akan terus fokus ke layanan kesehatan dan fitness, akuisisi ini merepresentasikan arah strategi bagi kami untuk meningkatkan dan memperluas tawaran yang kami berikan. Dalam jangka panjang, akuisisi ini akan menyediakan platform yang kuat untuk pertumbuhan [pasar] di Asia Tenggara,” lanjutnya.

Meskipun sudah melewati masa puncaknya, Groupon Indonesia masih memiliki lebih dari 1 juta pelanggan (melalui email) dan bekerja sama dengan lebih dari 15.000 penjual.

Basis pelanggan inilah yang dipercaya bisa membantu KFit memasuki pasar Indonesia. Paket promosi yang ditawarkan KFit di segmen kesehatan dan kecantikan sangat cocok dengan profil konsumen Groupon Indonesia. Bahkan kalau kita melihat ke situs Groupon Indonesia sekarang, layanan fitness seperti Gold’s Gym dan Celebrity Fitness termasuk paket yang di-feature di halaman depan.

Hal lain yang menjadi faktor akuisisi ini adalah ketersediaan entitas badan hukum yang memudahkan KFit untuk beroperasi di Indonesia. Seperti kita ketahui, pemerintah saat ini sedang mendorong peraturan yang rencananya akan memperketat pendirian layanan OTT. KFit bisa mengurangi masalah di area ini dengan mengakuisisi layanan yang sudah jelas badan hukum dan perpajakannya di Indonesia.

Di sisi pemasaran, tak bisa dielakkan bahwa langkah akuisisi ini strategis untuk mempercepat perkenalan KFit di Indonesia. Di sisi lain, masuknya KFit ke segmen e-commerce dan deals adalah hal baru dan bisa menjadi tanda tanya bagi strategi KFit ke depannya. Besar kemungkinan nantinya Groupon Indonesia akan dibawa ke fokus mobile, seperti halnya tren e-commerce yang kini dijalankan Carousell, Lyke, atau Shopee.

Setidaknya, Groupon memiliki optimisme bahwa bisnisnya di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan layanan e-commerce yang kini jauh lebih keras gaungnya.

“Kami percaya bahwa tim KFit memiliki komposisi yang tepat untuk membawa bisnis [Groupon] di Indonesia ke level yang lebih baik, karena Joel adalah pemimpin yang hebat untuk Groupon Asia Pasifik di masa lalu. Kami berharap bisa melihat perusahaan bertumbuh dan bersemangat untuk menjadi pemegang saham strategis KFit,” ujar Presiden Groupon Asia Pasifik Michel Piestun.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Lojai Diakuisisi Layanan E-Commerce Malaysia Jocom Mshopping

Usai menandatangani perjanjian kerja sama antara Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) dengan Kejora Ventures hari Jumat (03/06) lalu, MDEC melalui Jocom Mshopping mengumumkan akuisisi layanan e-commerce Indonesia Lojai. Akuisisi Lojai ini merupakan bagian dari rencana MDEC yang berkomitmen untuk berinvestasi kepada startup dan e-commerce di Indonesia.

Lojai, yang telah berdiri sejak tahun 2011, merupakan layanan e-commerce yang menyediakan produk beragam mulai dari peralatan rumah tangga, aksesories gawai (gadget), dan suplemen. Dengan akuisisi Lojai yang dilakukan oleh Jocom Mshopping melalui MDEC, peluang layanan e-commerce dan startup Indonesia untuk mendapat pendanaan hingga kesempatan akuisisi oleh layanan e-commerce dari Malaysia kini semakin terbuka.

“Kerja sama ini memungkinkan MDEC untuk berbagi pengalaman serta pengetahuan sekaligus menghubungkan keahlian MDEC dalam hal kebijakan dan investor yang ada di Malaysia untuk startup dan layanan e-commerce Indonesia,” kata CEO MDEC Yasmin Mahmood.

Selain mengakuisisi Lojai, MDEC melalui Lembaga Managemen Finansial Malaysia meresmikan perjanjian kerja sama dengan TriAset, layanan teknologi informasi (TI) milik Telekomunikasi Indonesia. Lewat perjanjian ini nantinya Lembaga Managemen Finansial Malaysia akan mengimplementasikan software manajemen untuk pasar Indonesia.

Peluang investor Indonesia berinvestasi

Kerja sama non-eksklusif MDEC dengan Kejora Ventures diharapkan bisa memberikan peluang baru kepada startup dan layanan e-commerce Indonesia yang saat ini masih kesulitan mendapatkan pendanaan dari investor asing. Di samping itu juga memungkinkan investor asal Indonesia untuk kemudian berinvestasi di startup dan layanan e-commerce yang ada di Malaysia. Salah satu property developer lokal Sindeli Propertindo sudah berencana untuk berinvestasi kepada web-portal milik Malaysia, yaitu IFCA Property 365.

Dengan demikian bukan hanya pendanaan saja yang akan didapat, kerja sama ini juga akan memberikan wawasan, pengetahuan, dan informasi yang diperlukan oleh startup dan layanan e-commerce di Indonesia. Ini adalah bentuk komitmen dari MDEC untuk berbagi pengalaman dan edukasi kepada semua pelaku startup dan layanan e-commerce, khususnya yang ada di Indonesia.

“MDEC berkomitmen untuk untuk menghubungkan kepemimpinan dalam hal akses pasar dan penciptaan IP (Intellectual Property) dengan keandalan yang dimiliki oleh Kejora, terutama untuk ekosistem pendanaan di Indonesia,” tuntas Yasmin Mahmood.

Kresna Graha Investama Akan Akuisisi Dua Startup Lagi di 2016

Setelah proses akuisisi tiga startup lewat anak perusahaannya tahun lalu, PT Kresna Graha Investama Tbk (Kresna) dikabarkan tengah melakukan uji kelayakan untuk akuisisi dua startup lagi di tahun 2016 ini. Kresna juga menyebutkan tengah menyiapkan dana sebesar $ 20 juta hingga $ 25 juta untuk mengakuisisi startup di tahun 2016. Total, sudah ada enam startup yang masuk dalam portofolio bisnis digital perusahaan sejak proses akuisisi tahun lalu.

Di tahun 2016 ini Kresna makin agresif untuk memperluas portofolio perusahaan yang bergerak di bisnis digital lewat proses akuisisi. Awal tahun ini saja, periode Januari hingga Mei, sudah ada tiga startup yang diakuisi dan ini sudah disinggung Kresna sejak tahun lalu. Mereka adalah PT Dini Nusa Kusuma yang bergerak di jasa satelit, platform pemesanan tiket Padiciti, dan aplikasi kinerja bisnis on-demand Kpisoft.

Managing Director Kresna Jahja Suryandi seperti dilansir Dealstreetasia menekankan bahwa perusahaan hanya berinvestasi di startups yang telah mengamankan basis pelanggan kuat. Dengan cara ini, risiko dapat dikelola dan bisnis dapat disinergikan dengan satu sama lain.

“Kami selalu berpikir bagaimana kami dapat mensinergikan bisnis dalam [tiap] investasi kami. Ini yang membedakan kami dari [perusahaan] venture capitals [lainnya],” ujar Jahja.

Lebih jauh, Jahja juga mengungkap bahwa perusahaan kini tengah mencoba menyelesaikan puzzle portofolio online mereka yang terdiri dari sembilan sektor, yaitu digital payment, food delivery service, financial and investment services, cloud, forex converter, digital entertainment, loyalty and social geo marketing, mobile satellite service, dan travel.

Di samping akuisisi, Kresna juga tengah menjajaki solusi pembayaran digital melalui kemitraan anak perusahaan mereka dengan Perumnas. Tujuan solusi pembayaran digital tersebut yakni untuk mempermudah penghuni rusunawa dan pihak Perumnas dalam hal pembayaran dan administrasinya

Komitmen perluasan bisnis digital Kresna pun ditunjukan lewat keputusan perusahaan dalam menunda membayar dividen tahun ini untuk menyimpan semua uang yang mereka bisa demi investasi strategi. Setidaknya, Kresna akan mengalokasikan sekitar $ 20 juta hingga $ 25 juta untuk akuisisi startup lagi di tahun 2016.

Saat ini, Kresna disebutkan tengah melakukan uji kelayakan untuk proses akuisisi dua startup baru. Penawaran tersebut diharapkan bisa mencapai kesepakatan pada kuartal ketiga atau empat 2016. Jahja mengungkap bahwa salah satu startup yang akan diakuisisi bergerak di bidang social media.

Kemitraan dengan Supra Boga Lestari

Di awal bulan ini, Kresna juga mengumumkan kemitraan mereka dengan Supra Boga Lestari untuk mendirikan usaha e-commerce Supra Kreatif Mandiri (SKM) yang akan meluncur di kuartal ketiga 2016. SKM nantinya akan mengembangkan platform KeSupermarket yang menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan, produk segar, dan barang dagangan umum lainnya. Portal tersebut  direncanakan pula untuk menjual produk elektronik dan gawai ke depannya.

Dalam kemitraan ini, Kresna akan menggelontorkan sejumlah dana investasi tahap awal untuk pengembangan platform KeSupermarket. Jumlah dana investasinya diperkirakan mencapai $ 2 juta hingga $ 3 juta.

Mengundang investor asing dan rencana IPO di tahun 2018

Menurut Presiden Direktur Kresna Michael Steven, strategi bisnis baru mereka dalam berinvestasi di startup berhasil menarik perhatian dana asing. Steven mengklaim, roadshow yang digelar di Singapura, Hong Kong, dan Amerika memberikan umpan balik positif. Itu adalah tur pengantar Kresna untuk memastikan Kresna tetap ada di radar mereka, para investor asing.

Steven sendiri menyebutkan bahwa mengundang investor asing ke perusahaan adalah salah satu kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan. Untuk mempersiapkan diri terhadap kemungkinan investor baru, Kresna berencana untuk melakukan stock split dengan rasio 1 sampai  5. Stock split adalah isu untuk saham baru di perusahaan bagi pemegang saham yang ada dalam proporsi kepemilikan mereka saat ini.

Di samping itu, Kresna juga berharap bisnis digital mereka bisa menghasilkan keuntungan yang kuat sehingga pada tahun 2018 sudah siap untuk penawaran saham publik. Jahja bahkan menyebutkan bahwa sebenarnya ada satu startups digitalnya yang mungkin siap untuk IPO sebelum 2018 bila dilihat dari kinerja dan pertumbuhan mereka. Namun, ia menolak mengatakan perusahaan mana yang sedang mempersiapkan penawaran.

Jahja juga mengungkap bahwa Kresna berniat untuk tetap jadi pemegang saham utama, bahkan setelah startups telah go public. “Tidak seperti VC lain yang mencari exit melalui IPO, Kresna berniat untuk tinggal dan membantu mereka [startup] memperluas [bisnis] dalam jangka panjang,” ujar Jahja.

Spotify Akuisisi CrowdAlbum, Agregator Foto dan Video Konser Musik

Meski sudah menjadi salah satu layanan streaming musik yang paling populer, Spotify masih terus berambisi mengembangkan layanannya menjadi lebih baik lagi. Setelah sebelumnya menjadi mitra eksklusif Billboard, kini giliran Spotify yang mengakuisisi sebuah startup bernama CrowdAlbum.

CrowdAlbum bergerak di bidang agregasi foto dan video konser musik. Sejak didirikan di tahun 2013, mereka telah bekerja sama dengan lebih dari 1.000 musisi dan penyelenggara konser di AS, sekaligus mengumpulkan koleksi foto dan video yang diunggah para fans ke media sosial.

Akuisisi ini terbilang relevan mengingat Spotify belum lama merilis fitur Concerts, dimana pengguna bisa melihat daftar musisi yang bakal mampir ke lokasi di dekatnya, sesuai dengan riwayat lagu-lagu yang didengarkan.

Dengan bergabungnya CrowdAlbum, Spotify berharap bisa lebih mempererat hubungan antara musisi dan para penggemarnya. Aset yang dimiliki CrowdAlbum tentunya akan membawa dampak positif pada fitur Spotify Fan Insights, yang bertujuan untuk memberikan gambaran pada musisi terkait pertumbuhan fansnya di Spotify dan seberapa laris karya-karyanya.

Buat para konsumen, akuisisi ini bisa berarti kita bakal menjumpai lebih banyak foto dan video pada menu Concerts di Spotify. Tak hanya itu, pengguna juga bisa berkontribusi secara tidak langsung dengan mengunggah hasil tangkapannya ke media sosial saat tengah berkunjung ke konser musisi favorit, dimana nantinya ada kemungkinan foto atau video tersebut terpampang di Spotify.

Sumber: Spotify.

Seriusi Bidang Kesehatan Digital, Nokia Akuisisi Withings

Kebesaran nama Nokia di dunia ponsel resmi sirna ketika Microsoft menyelesaikan proses akuisisinya tepat dua tahun yang lalu. Akan tetapi sebagai sebuah korporasi, Nokia tentu saja masih belum habis. Bahkan baru-baru ini mereka mengumumkan rencananya mengakuisisi pabrikan asal Perancis, Withings.

Withings yang berdiri di tahun 2008 ini sudah memiliki reputasi yang cukup baik di bidang wearable dan kesehatan digital lewat produk-produk seperti smartwatch, fitness tracker maupun termometer pintar. Dan kini mereka – beserta semua asetnya – akan bergabung dengan divisi Nokia Technologies dengan nilai akuisisi mencapai 170 juta euro.

CEO Nokia, Rajeev Suri, menjelaskan bahwa akuisisi ini didasari oleh ketertarikan Nokia untuk merambah ranah kesehatan digital sejak lama. Baik Nokia maupun Withings sama-sama memiliki visi untuk menciptakan produk berdesain cantik yang bisa berperan dalam keseharian pengguna, yang pada akhirnya berujung pada persetujuan ini.

Sejauh ini memang belum ada rencana konkret atau produk kesehatan seperti apa yang bakal dirilis Nokia ke depannya. CEO Withings sendiri memastikan bahwa semua aplikasi maupun produk besutannya saat ini akan tetap berfungsi seperti biasa tanpa terpengaruh akuisisi ini.

Proses akuisisinya diperkirakan akan selesai pada kuartal ketiga tahun ini. Apakah Nokia nantinya bakal meluncurkan pesaing Apple Watch atau Fitbit? Kita tunggu saja kelanjutannya.

Sumber: The Verge dan Nokia. Gambar header: Withings.

Snapchat Akusisi Bitstrips, Pengembang Aplikasi Emoji Unik Bernama Bitmoji

Snapchat baru-baru ini dilaporkan berencana mengakuisisi Bitstrips, sebuah startup yang merupakan otak di balik aplikasi emoji keyboard unik bernama Bitmoji. Meski belum ada konfirmasi dari kedua belah pihak, nilai akuisisinya dikabarkan telah disetujui di angka $100 juta.

Keputusan ini menarik karena pada dasarnya keunikan Bitmoji sejalan dengan konsep personalisasi yang ditawarkan Snapchat. Bitmoji yang tersedia untuk Android dan iOS ini memungkinkan pengguna untuk membuat rangkaian emoji menggunakan karakter kartun ciptaannya sendiri, yang kemudian dapat diselipkan ke dalam chat dengan berbagai pose maupun aksesori.

Sejauh ini memang belum ada kepastian terkait apa yang Snapchat rencanakan dengan akuisisi ini. Bisa saja sesederhana mengintegrasikan Bitmoji ke dalam aplikasi Snapchat, atau malah tim Bitstrips bisa membantu mengintegrasikan layanan Snapchat ke dalam keyboard ponsel.

Apapun rencananya, akuisisi ini bisa menjadi ‘senjata’ baru Snapchat dalam menghadapi persaingan yang semakin memanas. Contoh yang paling gampang, tidak lama setelah Snapchat memperkenalkan fitur Face Swap, Facebook menyusul dengan mengakuisisi aplikasi MSQRD yang menawarkan fitur serupa.

Sumber: Fortune.

Google Dikabarkan Berniat Menjual Boston Dynamics ke Toyota atau Amazon

Sungguh malang nasib Boston Dynamics. Belum genap tiga tahun perusahaan pembuat robot ini diakuisisi oleh Google, sekarang Google dikabarkan berniat menjualnya ke perusahaan lain.

Menurut laporan Bloomberg, keputusan ini didasari oleh fakta bahwa Boston Dynamics belum bisa menghasilkan pendapatan dari robot-robot yang diciptakannya. Hal ini bertentangan dengan visi Alphabet Inc. selaku perusahaan induk, dimana diharapkan startupstartup kecil yang beroperasi di bawahnya bisa berkembang secara mandiri nantinya.

Meski sudah memiliki prototipe robot dalam berbagai jenis, sampai saat ini memang belum ada kepastian terkait kapan Boston Dynamics bisa menjualnya secara luas. Kalaupun sudah siap, kemungkinan besar harga robot-robotnya akan sangat mahal sekali dan tidak banyak konsumen yang sanggup meminangnya.

Alasan lain yang mendasari laporan ini adalah fakta dimana Boston Dynamics merupakan satu-satunya divisi robotik yang tidak ikut dilebur dengan Google X. Berdasarkan memo internal yang didapat Bloomberg, dikatakan bahwa mereka tidak sanggup mengucurkan 30 persen dana dari anggaran yang tersedia untuk suatu proyek – yaitu robot-robot rancangan Boston Dynamics – yang butuh waktu sepuluh tahun sebelum bisa terealisasi.

Lebih parah lagi, tim Google X bahkan dilaporkan berusaha menjauhkan dirinya sejauh mungkin dari Boston Dynamics karena mereka tidak ingin publik mencitrakan Google X sebagai perusahaan pembuat robot yang terlihat mengerikan dan dinilai berpotensi mengambil alih lapangan pekerjaan manusia.

Terkait bagaimana nasib Boston Dynamics selanjutnya, sejauh ini sudah ada dua perusahaan yang dikabarkan tertarik membelinya dari Google, yaitu Toyota dan Amazon. Bagi Toyota, Boston Dynamics nantinya bisa menjadi aset pelengkap divisi risetnya yang juga berfokus pada pengembangan robot.

Di sisi lain, Amazon bisa mengambil banyak manfaat dari akuisisi ini. Contoh yang paling mudah, Amazon bisa memperkerjakan robot-robot buatan Boston Dynamics di area pergudangan mereka yang begitu luas, seperti salah satunya robot Atlas yang bisa Anda simak aksinya di bawah ini.

Sumber: Bloomberg via TheNextWeb.

YesBoss Mulai Ekspansi Regional dengan Akuisisi HeyKuya Filipina

Layanan asisten virtual YesBoss melihat potensi bisnis di kawasan regional dan mulai merambah negara tetangga dengan mengakuisisi HeyKuya yang berbasis di Filipina dengan nilai transaksi yang tidak disebutkan. Keduanya secara umum memilih fitur dan cara kerja serupa, mengandalkan layanan berbasis SMS untuk membantu konsumen memenuhi kebutuhannya. HeyKuya akan berubah nama menjadi YesBoss Filipina dengan CEO sekarang, Shahab Shahibi, menjadi Managing Director-nya.

HeyKuya, yang artinya dalam bahasa Tagalog adalah “kakak laki-laki”, didirikan oleh Machine Ventures pada bulan Oktober 2015 dan telah melayani pemesanan makanan dan pemesanan tiket perjalanan ke 15 ribu pengguna dan menangani 500 pemesanan setiap harinya. Shahibi tentang akuisisi ini berkomentar, “YesBoss dan HeyKuya memiliki passion yang sama dalam meningkatkan pertumbuhan yang cepat sembari mempertahankan nilai kultural yang ada pada perusahaan.”

Indonesia dan Filipina adalah dua negara dengan penduduk padat di kawasan Asia Tenggara dan memiliki karakteristik mirip sebagai penikmat messaging. Mencoba menyasar pasar yang tanpa mengharuskan penggunanya menggunakan smartphone atau mengunduh aplikasi merupakan cara menarik untuk mendapatkan lebih banyak pengguna.

YesBoss sendiri disebutkan saat ini telah menangani lebih dari 800 ribu percakapan sejak berdiri bulan Juni 2015. Co-Founder dan CEO YesBoss Group Irzan Raditya terhadap akuisisi ini mengatakan, “Pengguna kami saat ini maupun pengguna pada masa yang akan datang akan sangat diuntungkan saat sedang traveling di Asia Tenggara karena mereka akan mendapatkan pelayanan dengan kualitas yang sama dari asisten pribadi virtual mereka.”

Secara regional, sebelumnya di Malaysia sudah lebih muncul layanan serupa dengan nama Be Malas, tapi kini Be Malas sudah pivot dan bertransformasi menjadi platform e-commerce.

YesBoss telah memperoleh pendanaan awal di bulan Oktober 2015, dipimpin oleh 500 Startups dan melibatkan Convergence Ventures dan IMJ Investment Partners. Irzan beranggapan, “Conversational commerce di Asia Tenggara adalah the next big thing dan kami percaya bahwa salah satu kunci untuk menjadi juara dalam ranah conversational commerce di Asia Tenggara adalah dengan berkolaborasi.”

Berikut ini adalah perbincangan kami dengan Irzan  di bulan September 2015 soal on-demand economy:

Sukses Pinang Masquerade, Facebook Ingin Rebut Hati Pengguna Snapchat?

Facebook kembali melakukan manuver bisnis dengan cara mencaplok pengembang di balik aplikasi editing video berbasis mobile, Masquerade dengan nilai transaksi yang tidak disebutkan. MSQRD, sebutan lain untuk Masquarade mengonfirmasi sendiri akusisi tersebut.

Masquerade mempunyai kemampuan unik dalam menyematkan filter ke video seperti apa yang selama ini menjadi keunggulan Snapchat. Tersedia untuk Android dan iOS, Masquerade menawarkan tool bertukar wajah dan merekam video animasi konyol.  Dalam tulisannya, tim MSQRD bakal membawa teknologinya tersebut ke pengguna Facebook sambil tetap menawarkan Masquerade sebagai aplikasi mandiri seperti sebelum diakuisisi. Mereka bahkan tak menampik bakal melepaskan fitur tambahan anyar yang bakal menjadikan aktivitas merekam video dan selfie makin menyenangkan.

Akuisisi ini sendiri merupakan perkembangan baru yang kembali memperketat persaingan khususnya di platform pesan instan. Meski menguasai ekosistem ini melalui WhatsApp, Instagram dan Facebook Messenger. Namun di lain pihak Snapchat sukses menciptakan image-nya sendiri di kalangan anak muda dan menjadi aplikasi favorit remaja di dunia.

Di permukaan, pembelian ini sekilas tak berbeda dengan akuisisi pada umumnya. Namun jika ditelaah lebih dalam, ada kaitan antara popularitas Snapchat dan manuver agresif Facebook mendongrak agregrasi video di dalam layanan utamanya. Belum lama ini Facebook pun meluncurkan fitur baru Live, yang memungkinkan pengguna membuat siaran secara live yang bisa ditonton oleh pengguna lainnya. Facebook juga melakukan berbagai polesan agar pengguna lebih betah menonton video dan bersedia mengunggah rekaman mereka ke Facebook. Tambahan teknologi Masquerade nantinya diyakini bakal menarik lebih banyak anak muda untuk berkreasi melalui video-video seru, konyol dan unik.

Sumber berita Ubergizmo dan MSQRD.