Memahami Cara Pemodal Ventura Menilai Startup

Perkembangan pesat ekosistem startup Indonesia berimplikasi pada terbukanya peluang investasi oleh perusahaan modal ventura. Agar mendapatkan potensi terbaik, teknik penilai yang cermat menjadi strategi investor dalam memilih tujuan investasi. Bagi founder, pengetahuan tentang cara investor menilai juga menjadi penting untuk dipahami, karena pada dasarnya startup dan investor akan membentuk hubungkan mutual-strategis.

Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO) dalam sebuah sesi webinar secara spesifik membahas tentang tema tersebut. Hadir sebagai pemateri Wasekjen AMVESINDO Andreas Surya, yang juga merupakan partner dari Kejora Ventures. Ia menyampaikan, “Tidak semua bisnis yang tergolong investable pasti menjadi tujuan investasi pemodal ventura. Investor cenderung sudah punya target yang spesifik, dan kini semakin mencari inovasi yang mampu berdampak bahkan mengubah selera dan perilaku masyarakat.”

Pandemi yang tengah melanda jelas menjadi pembelajaran apik bagi para investor, tentang bagaimana melihat model bisnis startup dapat gesit beradaptasi dengan pangsa pasar. Untuk itu menurut Andreas ada beberapa aspek yang menjadi patokan pemodal ventura ketika mencari startup. Pertama, model bisnis harus scalable, startup dapat meningkatkan cakupan bisnis dengan baik tanpa disertai peningkatan biaya yang tinggi. Kemudian repeatable, bisnis tidak hanya berjalan dalam satu siklus tertentu saja. Dan yang ketiga hyper-growth, yaitu mampu menunjukkan pertumbuhan yang super cepat.

Untuk mendapatkan penilaian terhadap tiga hal tersebut, biasanya ada empat variabel utama yang akan dilihat dan diuji secara komprehensif oleh tim pemodal ventura, meliputi pendiri, pasar, produk, dan performa. Dalam menilai pendiri, investor melihat kapabilitas dan passion yang dimiliki dalam menjalankan startupnya. Hal-hal yang dilakukan seperti background check terkait kinerja dan pengalaman mereka. Untuk startup tahap awal, penilaian ini menjadi sangat krusial — karena investor berinvestasi pada founder.

“Karena tahap ini sangat subjektif, setidaknya ada tiga tahapan riset yang bisa dilakukan investor untuk aspek ini. Pertama, lakukan studi internal seperti desk study tentang lanskap industri dan market untuk mengukur apakah founders mampu bersaing di battlefield ini. Lalu, perbanyak interaksi langsung dengan founders, klarifikasi dari informasi yang kita terima, lihat produknya, lihat customer journey-nya, prosedur internalnya. Lalu terakhir, sempatkan untuk reference check ke rekan bisnis, investor terdahulu, dan karyawan sebelumnya dari founders tersebut. Selalu ada celah untuk ditelusuri,” terang Andreas.

Setelah pendiri, variabel berikutnya adalah pasar. Investor akan menilai seberapa besar potensi pasar yang digarap startup terkait, termasuk memproyeksi apakah pangsa pasar tersebut akan berkembang dan startup hadir pada timing yang tepat. Cara mengukurnya lebih objektif dibandingkan sebelumnya, karena bisa dilakukan melalui riset dengan menanyakan persepsi, tingkat kepuasan, dan minat konsumen di segmen tersebut.

Variabel berikutnya adalah unique value proposition produk yang dikembangkan oleh startup. Di sini, investor akan melihat tentang peta persaingan yang ada di pasar dan nilai lebih apa yang coba dihadirkan. Saat menilai startup tahap awal, biasanya investor tidak punya cukup data terkait biaya dan profitabilitas. Penilaian akan mengandalkan aspek-aspek kualitatif, atau hanya bisa membandingkan dengan proxy data (jumlah unduhan, trafik situs dll) dan benchmark dengan bisnis serupa.

Performa operasional dan finansial menjadi variabel terakhir yang juga akan dilihat. Kemampuan founder dalam melakukan eksekusi terhadap rencana-rencananya akan terlihat di sini. Pemodal ventura akan meminta laporan keuangan historis, proyeksi, unit ekonomi atau struktur biaya, dan potensi profitabilitas. Potensi startup untuk exit juga menjadi faktor pertimbangan investasi.

Selain aspek teknis, juga ada hal-hal yang lebih prinsipil seperti kesamaan visi antara founder dengan investor. Seperti disampaikan Ketua III AMVESINDO Chrismanto Saragih yang juga merupakan CRO Mitra Bisnis Keluarga Ventura, “Misalnya, ada tipe impact investor yang tidak hanya menilai aspek profitabilitas saja namun juga melihat dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari sebuah bisnis bagi masyarakat.”

Ia melanjutkan, dalam menilai kelayakan bisnis pemodal ventura kadang juga melakukan penilaian langsung ke lapangan. “Kami punya pengalaman dengan calon investee di Jawa Tengah dari sektor pertanian, yang melakukan produksi dan pemasaran beras organik secara terintegrasi. Kita lakukan penilaian langsung secara end-to-end mulai dari lihat proses pembuatan dan pabrik pupuknya, pengelolaan sawah, berdialog dengan petani dan pengelola pabrik pupuk, kita juga cek lahannya, karena kalau melalui paper saja tidak bisa kita yakini 100%,” ungkap Chrismanto.

Gambar Header: Depositphotos.com

Tingginya Permintaan Logistik di Pasar Domestik Membantu Logisly Tetap Tumbuh di Masa Pandemi

Sedikit sektor yang tidak terpukul oleh serangan wabah Covid-19. Logistik jelas adalah salah satu sektor yang terkena dampak paling berat, terutama pada awal masa pandemi. Namun logistik juga yang mungkin mengalami penyesuaian relatif cepat dengan keadaan ini. Logisly adalah salah satunya.

Dalam kasus Logisly, salah satu pasar yang menurun di segmen ekspor-impor. Penurunan volume transaksi ekspor-impor selama masa pandemi berpengaruh langsung terhadap permintaan truk. Namun menurut Co-Founder & CEO Logisly Roolin Njotosetiadi, keadaan itu dapat ditambal dengan pertumbuhan di pasar domestik.

Beberapa pasar yang kebutuhan logistiknya tetap meningkat di masa pandemi dan dilayani oleh Logisly adalah farmasi, FMCG, telekomunikasi, dan bantuan sembako dari pemerintah. Keempatnya itu menurut Roolin adalah sektor-sektor yang memungkinkan Logisly tetap tumbuh di masa pandemi.

“Logisly untungnya saat ini tidak mengalami penurunan, tapi justru terus berkembang karena kami berhasil merambah shipper-shipper yang terus bergerak,” ujar Roolin.

Seperti diketahui bersama, sejumlah sektor memang tumbuh lebih cepat justru sejak wabah Corona menimpa seluruh dunia. Laporan keuangan negara kuartal kedua tahun ini mencatat industri telekomunikasi, farmasi, layanan kesehatan, dan agrikutltur meraih torehan positif. Pencapaian tersebut otomatis menjadi roda-roda yang tersisa dalam menggerakkan ekonomi negara yang sangat lesu akibat pandemi yang tak kunjung usai.

Minat investor masih tinggi

Wakil Sekjen Amvesindo Andreas Surya pun melihat ada kecenderungan positif di industri logistik meski dikepung efek pandemi. Meski pertumbuhannya tak sekuat industri lain, Andreas mengatakan ketertarikan yang stabil para pemodal di sektor digital khususnya di food tech, fintech, dan software as a service (SaaS) merupakan ruang untuk pertumbuhan bagi pemain logistics tech seperti Logisly.

“Minat investor terbilang masih, karena di Indonesia kebutuhan logistiknya masih cukup tinggi. Sembilan bulan terakhir semua model bisnis mendapat pendanaan di logistik. Kenapa masih cukup tinggi karena kebutuhannya mendasar di Indonesia,” jelas Andreas.

Ucapan Andreas memang benar. Pengumuman keberhasilan startup di bidang logistik memperoleh pendanaan baru terus bermunculan beberapa bulan terakhir di tengah terjangan pandemi. Roolin pun mengakui, Logisly merupakan salah satu startup yang beruntung mengantongi kucuran modal baru. Terakhir Logisly mengumumkan memperoleh pendanaan awal pada Agustus tahun lalu.

“Kita belum fully announce, nanti tunggu kabar selanjutnya,” imbuh Roolin.

Saat ini Logistik telah memiliki 40 ribu unit truk yang teregistrasi di platform mereka. Dengan pendanaan baru dan bisnis yang terus berkembang, Roolin tidak menutup kemungkinan pihaknya akan melebarkan layanan usahanya seperti ke pergudangan jika permintaan ke arah sana tersedia. Namun untuk saat ini ia menegaskan Logisly masih terus fokus dengan layanan truck forwarding mereka.

Kejora Ventures Siap Berinvestasi di Startup Baru Akhir Tahun Ini

Kejora Ventures, perusahaan modal ventura lokal, mengungkapkan sebelum akhir tahun ini pihaknya akan mengumumkan pendanaan baru untuk salah satu startup yang sedang dilirik. Selain itu, pihaknya juga akan turut berpartisipasi dalam follow up funding yang akan didapatkan oleh dua startup yang berada di bawah naungan Kejora, sebagai langkah mencegah sahamnya terdelusi.

Andreas Surya, VP Portofolio & Investment Kejora Ventures, mengatakan untuk startup baru ini prosesnya hampir mencapai tahap final. Ada empat kandidat yang siap dikucurkan dananya, dari segmen logistik, fintech, big data, dan properti. Menurutnya, Kejora tidak akan memilih semua kandidat tersebut untuk dapat didanai oleh mereka.

“Kami sudah sampai tahap serius untuk pendanaan baru di startup yang akan didanai, kemungkinannya tidak akan keempatnya kami pilih. Kemudian, kami juga akan ikut follow up funding yang akan didapatkan oleh dua startup di bawah Kejora,” ujarnya Kamis (20/10).

[Baca juga: Kejora Group Siapkan Dana Kelola Sesi Kedua Senilai 1,08 Triliun Rupiah]

Kejora dikenal sebagai perusahaan ventura yang gencar dalam memberikan pendanaan tahap awal (seed) untuk startup yang baru berdiri. Sepanjang tahun ini, Kejora baru satu kali mengucurkan pendanaan baru untuk Investree dengan nilai yang tidak disebutkan.

Secara total, ada 28 startup yang berada di bawah naungan Kejora. Beberapa di antaranya, adalah CekAja, Qerja, Y Digital Asia, Etobee, Investree, Jualo, Wavoo, ProSehat, dan lain-lain.

Selain itu, Kejora juga memiliki preferensi startup yang akan didanainya di masa mendatang. Menurut Andreas, pihaknya tertarik untuk berinvestasi di segmen bisnis fintech, pengembangan UKM, digital media advertising, health care, dan edukasi. Dari preferensi ini, Kejora belum memiliki startup di bidang edukasi.

Terkait hal ini, pihaknya mengungkapkan ketertarikannya untuk berivestasi di segmen tersebut dan sedang melihat-lihat perusahaan mana yang cocok dengan karakteristik yang sesuai. Untuk bisnis e-commerce, Andreas mengungkapkan Kejora lebih memilih untuk tidak terjun ke segmen itu. Menurutnya, segmen tersebut sudah cukup padat dikeliling pemain skala besar, justru ekosistem pendukung layanan e-commerce bisa menjadi peluang yang menarik untuk dikembangi, mulai dari logistik, payment, pergudangan, packing, inventory, hingga marketing-nya.

Tak cukup sampai di situ, Kejora juga berniat kembali menghidupkan salah satu startup binaannya yang sempat ditutup. Startup tersebut berjalan di segmen bisnis direktori makanan. Andreas menjelaskan, startup itu sempat ditutup karena ditinggal oleh foundernya yang ke luar negeri.

Pihaknya ingin brainstorming ulang untuk dihidupkan kembali ide awalnya dan sedang mencari founder yang tepat untuk diajak kerja sama.

“Karena startup itu jadi milik kami, mulai dari saham hingga data-datanya. Kami berniat ingin brainstorming lagi untuk dihidupkan.”

Seleksi ketat

Andreas menjelaskan dalam proses pemilihan startup baru untuk dapat bergabung di Kejora saat ini kebanyakan founder startup yang datang langsung ke perusahaan dengan melampirkan fact sheet. Isinya, bagaimana market bisnisnya, model bisnisnya seperti apa, dan berapa dana yang mereka butuhkan.

Setelah itu Kejora akan mengevaluasi aplikasi yang masuk. Adapun prosesnya bisa memakan waktu hingga tiga bulan, sebelum akhirnya Kejora memberikan komitmen untuk berinvestasi.

Dia menerangkan, pada umumnya ada tiga hal yang Kejora lihat saat proses seleksi. Pertama, dari tim startup itu sendiri apakah capable dan memiliki background pendidikan yang sesuai dengan apa yang sedang digelutinya. Kedua, bagaimana market bisnisnya apakah berpotensi untuk tumbuh dan tingkat kompetisinya. Terakhir, memastikan apakah model bisnisnya proven atau tidak, misalnya pernah ada di negara lain.

“Intinya kami ingin mencari startup yang tepat guna dalam menyelesaikan masalah di Indonesia. Misalnya, CekAja itu sudah ada model bisnisnya serupa di Amerika dan Inggris. Di sana, model bisnisnya seperti CekAja sudah proven sehingga kami tertarik untuk menjadi investor di situ.”

Selama 2,5 tahun Kejora berdiri, secara totalnya hampir 1.000 startup datang ke perusahaan untuk minta didanai tiap tahunnya. Akan tetapi, dari jumlah itu pihaknya menyaring dengan ketat biasanya terpilih sekitar empat startup.

New Leaders to Lead WeYap’s Relaunching

After previously reporting that WeYap was close to shut its services, we found out that the startup just confirmed that it will relaunch its services, although probably in the near future. This scheme will be accompanied by the introduction of the Executive Board that will lead the directory business platform. Continue reading New Leaders to Lead WeYap’s Relaunching

WeYap Akan Rilis Ulang Layanan dengan Nakhoda Baru

Sempat kami kabarkan menutup layanannya beberapa minggu lalu, WeYap ternyata akan meluncurkan ulang layanannya di waktu mendatang. Skema ini juga diiringi dengan pengenalan jajaran eksekutif baru yang akan memimpin jalannya bisnis platform direktori yang telah berjalan setahun belakangan ini.

Continue reading WeYap Akan Rilis Ulang Layanan dengan Nakhoda Baru

INAICTA, Kawah Kreativitas Developer Muda Indonesia

Banyak cara bisa ditempuh untuk memajukan industri digital di Indonesia. Salah satunya bisa melalui ajang kompetisi. Kompetisi selain dapat merangsang kreativitas anak muda Indonesia, juga dapat menjadi wadah entrepeneur pemula untuk menghadirkan karyanya agar lebih terekspos dan dikenal. Lomba karya cipta terbesar ICT yang saat ini ada di Indonesia adalah INAICTA atau Indonesia ICT Award, yang pada tahun ini merupakan tahun ke tujuhnya. Tahun ini INAICTA 2013 mengusung tema “Teknokreasi: A Nation of Possibilities” yang pendaftarannya sudah dibuka sejak Februari 2013 dan ditutup 31 Juli 2013 lalu.

(null)