Aplikasi Google Calendar Kini Dilengkapi Fitur Reminder

Google Calendar sudah lama menjadi andalan pengguna Android dalam mengatur agenda dan jadwal kegiatan harian. Akan tetapi soal reminder dan to-do-list, mayoritas pengguna biasanya memilih menggunakan aplikasi lain. Mengapa? Sederhana, karena Google Calendar memang tidak mendukungnya.

Well, semuanya berubah sekarang. Pasalnya Google telah menjejalkan fitur Reminder ke dalam aplikasi Google Calendar. Dengan demikian, baik agenda harian maupun tugas-tugas yang perlu diselesaikan sekarang bisa diatur dalam satu aplikasi yang sama.

Reminder dalam Google Calendar

Fitur Reminder ini sangat berguna ketika Anda hanya sekedar ingin diingatkan untuk menelepon seseorang atau mengumpulkan laporan bulanan. Setiap entry akan ditampilkan di bagian paling atas pada hari yang telah ditetapkan. Semisal Anda belum sempat menyelesaikannya, entry tersebut akan kembali ditampilkan di paling atas pada keesokan harinya, dan seterusnya sampai akhirnya Anda rampungkan.

Reminder dalam Google Calendar juga telah mendukung fitur otomatisasi. Sama seperti aplikasi Inbox by Gmail, Calendar akan mengambil informasi dari daftar kontak Anda maupun database yang dimiliki Google. Alhasil, detail-detail seperti nomor telepon atau alamat bisa ditambahkan secara otomatis.

Reminder dalam Google Calendar

Membuat entry Reminder ternyata juga bisa dilakukan dari aplikasi lain seperti Inbox, Keep atau Google Now. Jadi semisal Anda tengah mengecek email dan ingin diingatkan tentang sesuatu, Anda bisa membuat entry Reminder tanpa harus berpindah aplikasi. Anda pun juga bisa memanfaatkan input suara dengan kode “Ok Google, ingatkan saya untuk …”

Fitur Reminder ini sudah bisa dinikmati dengan mengunduh versi terbaru aplikasi Google Calendar di Google Play dan App Store. Google juga telah berjanji untuk menghadirkannya ke versi web ke depannya.

Sumber: Gmail Blog.

Aplikasi LinkedIn Hadir dengan Tampilan Baru yang Lebih Mudah Dinavigasikan

Menyambut resolusi tahun baru, LinkedIn rupanya mencuri start dengan meluncurkan versi anyar dari aplikasi mobile-nya. Dalam beberapa bulan terakhir, jejaring sosial untuk para profesional ini sebenarnya cukup rajin meluncurkan aplikasi-aplikasi baru – Lookup salah satunya – akan tetapi perkembangan aplikasi utamanya malah terkesan agak stagnan.

Aplikasi LinkedIn versi 9.0.0 ini tak cuma membawa perubahan tampilan yang cukup drastis, tetapi juga dirancang dari nol supaya dapat memberikan pengalaman yang lebih simpel bagi para pengguna. Diungkapkan bahwa tujuan dari perubahan yang cukup signifikan ini adalah untuk memudahkan para profesional dalam berkomunikasi dengan jaringannya sekaligus mengakses konten yang relevan secepat mungkin.

Dalam versi anyarnya, aplikasi LinkedIn berfokus pada lima area yang dianggap sebagai elemen kunci dari jejaring sosial tersebut: Your Feed (Home), Me, My Network, Messaging dan Search.

Bagian Home akan menampilkan berbagai macam konten yang berasal dari jaringan Anda, berdasarkan relevansinya dengan industri, profesi dan bakat Anda sekaligus percakapan dan jenis konten yang membuat Anda tertarik. Maka dari itu, pengguna nantinya bakal diminta mencantumkan konten apa saja yang menarik buatnya. Berubah pikiran? Unfollow saja dengan satu sentuhan.

Me tentu saja akan menampung semua hal yang berkaitan dengan profil Anda – siapa saja yang melihat profil Anda, siapa yang meninggalkan komentar maupun yang membagikan post dari Anda. LinkedIn juga menjanjikan proses update profil yang jauh lebih mudah lewat bagian ini.

Selanjutnya, My Network akan menampilkan seputar jaringan profesional yang Anda bangun; siapa saja yang mendapatkan promosi maupun rekomendasi orang-orang yang mungkin Anda kenal. Tertarik memulai koneksi baru? Kirim pesan, lalu lanjutkan di bagian Messaging yang tampilannya kian simpel seperti aplikasi chatting pada umumnya.

Terakhir, fitur Search telah dirombak sehingga dapat menampilkan hasil dengan lebih cepat – 300 persen lebih cepat menurut pengakuan LinkedIn. Pada prakteknya, hasil pencarian akan ditampilkan secara real-time tanpa menunggu Anda selesai mengetik.

LinkedIn versi 9.0.0 ini sudah tersedia sekarang juga dan bisa Anda unduh lewat Google Play maupun App Store.

Sumber: LinkedIn Blog.

Microsoft PowerApps Permudah Pelaku Bisnis Ciptakan Aplikasi Seperti Membuat Slide PowerPoint

Perkembangan teknologi digital berlangsung begitu pesat. Kini hampir semua layanan mempunyai aplikasi mobile. Akan tetapi di ranah bisnis, situasinya bisa dibilang agak stagnan. Selama bertahun-tahun, karyawan perusahaan masih ‘terperangkap’ di PC dan harus berkutat dengan aplikasi-aplikasi yang terasa kurang modern.

Menurut data yang dikumpulkan Microsoft, salah satu alasan utamanya adalah kurangnya jumlah developer yang bertugas merancang aplikasi mobile untuk perusahaan-perusahaan. Lebih lanjut, tantangan lainnya adalah sulitnya menyatukan seabrek data yang tersimpan di beberapa sistem ke dalam satu aplikasi yang mudah dinavigasikan.

Kalaupun dua problem di atas sudah dipenuhi, masih ada masalah lain yang harus diselesaikan, yaitu distribusi. Seringkali, aplikasi mobile suatu perusahaan harus didistribusikan lewat divisi IT. Ini merupakan suatu pekerjaan berat bagi mereka untuk menempatkan aplikasi ke smartphone milik semua karyawan.

Melihat kompleksitas semacam ini, Microsoft rupanya ingin memberikan alternatif yang lebih mudah buat seluruh pelaku bisnis. Mereka merilis Microsoft PowerApps, sebuah layanan baru yang memungkinkan pelaku bisnis untuk merancang aplikasi mobile atau web app sederhana tanpa harus menguasai dasar-dasar programming.

Microsoft PowerApps

Dengan PowerApps, karyawan perusahaan sejatinya bisa menciptakan aplikasi seperti ketika menggunakan Microsoft Office. PowerApps menyediakan berbagai template desain yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Selanjutnya, aplikasi itu bisa disambungkan dengan berbagai layanan cloud, mulai dari Office 365, Dropbox, Salesforce sampai yang lebih kompleks seperti SQL Server maupun SAP.

Salah satu contoh aplikasi yang bisa dibuat adalah aplikasi untuk mengakomodasi pendaftaran sebuah event. Berbekal hanya file Excel, pengguna bisa menciptakan aplikasi yang apik, memudahkan karyawan lainnya untuk melakukan pendaftaran lewat smartphone masing-masing.

Microsoft PowerApps

Aplikasi yang dihasilkan PowerApps juga tidak terbatas platform. Proses pembuatannya memang melibatkan PC, tapi hasilnya bisa berupa aplikasi iOS, Android dan Windows Phone. Proses distribusinya hanya melibatkan sebuah tautan, dan pengguna bisa berkolaborasi dengan karyawan lainnya.

Saat ini Microsoft PowerApps masih ditawarkan berupa preview sehingga bisa dicoba secara cuma-cuma. Nantinya bakal ada tiga plan yang ditawarkan: Free, Standard dan Enterprise.

Sumber: Microsoft Blog dan TheNextWeb.

WordsEye Mungkinkan Kita Melukis dengan Kata-Kata

“Melukis dengan kata-kata.” Istilah ini seringkali kita kaitkan dengan pekerjaan seorang pujangga, novelis maupun penyair. Namun yang tidak pernah terpikirkan adalah bagaimana kita bisa melakukan hal itu secara harafiah; bagaimana kita dapat merangkai sejumlah kata menjadi sebuah ilustrasi visual yang bisa langsung dicerna oleh indera penglihatan.

Namun hal itu bukan sekedar khayalan semata. Sebuah aplikasi bernama WordsEye ingin mewujudkannya sekarang juga. Premis yang ditawarkan sangatlah gamblang: tuliskan sejumlah kata untuk membentuk sebuah gambar – bukan sekedar gambar, tetapi sebuah gambar tiga dimensi yang bisa dilihat dari segala arah.

WordsEye

Ide di balik lahirnya WordsEye datang dari pandangan sang kreator, Gary Zamchicks. Menurutnya, seorang seniman 3D dapat membuat apapun yang ada di dalam benaknya, sedangkan orang lain tidak punya keahlian yang cukup untuk melakukan hal serupa.

Dari situ WordsEye bermisi membuka jalan bagi semua orang untuk menjadi seniman 3D. Aplikasi ini memanfaatkan teknologi natural language processing untuk mengubah teks menjadi gambar tiga dimensi. Yang perlu pengguna lakukan hanyalah mendeskripsikan apa yang ingin mereka lihat.

WordsEye

Setiap kata yang Anda tuliskan akan dianalisa oleh WordsEye berdasarkan konteksnya masing-masing. Buat deskripsi “seekor gajah belang-belang sedang berdiri di depan sebuah rumah berwarna merah”, maka WordsEye akan menampilkan gambar 3D persis seperti yang diinstruksikan. Semuanya akan di-render oleh jaringan server yang disediakan oleh WordsEye.

Untuk melakukannya, WordsEye perlu mengakses database berisikan kata-kata dan objek. Agar ‘kecerdasannya’ dapat terus diperkaya, pengguna pun bisa ikut menyumbang idenya masing-masing.

Saat ini WordsEye masih sedang dalam tahap beta. Anda bisa mencobanya langsung dengan mengunjungi situs WordsEye dan mendaftarkan akun terlebih dulu. Nantinya, selain sebagai web app, WordsEye juga bakal tersedia sebagai aplikasi di perangkat Android dan iOS, meski waktu perilisannya masih belum ditentukaan.

Sumber: TheNextWeb.

Everalbum Satukan Semua Foto dari Berbagai Cloud Storage dan Media Sosial

Tanpa kita sadari, foto-foto kita tersebar di berbagai tempat, di Facebook, Instagram, Dropbox, Google Photos, dan masih banyak lagi. Ini memang merupakan salah satu cara supaya kita tidak pernah kehilangan foto-foto kita, tapi terkadang kita malah lupa akan berbagai kenangan manis yang tersimpan di tempat yang berbeda-beda tersebut.

Namun sekarang ada sebuah aplikasi iOS yang ingin menjadi jawaban atas masalah ini. Bernama Everalbum, tugasnya adalah mengumpulkan semua foto yang tersebar di Facebook, Instagram, Dropbox dan Google Photos di satu tempat yang mudah diakses kapan saja Anda mau.

Prosesnya tentu saja akan berjalan secara otomatis. Anda hanya perlu menyambungkan akun masing-masing layanan, maka Everalbum akan menarik semua foto yang terdapat di dalamnya – plus foto-foto yang tersimpan di Camera Roll.

Selesai mengumpulkan, tugas Everalbum rupanya masih belum selesai. Ia juga bakal berperan sebagai kurator dari foto-foto Anda yang tersebar di berbagai layanan tersebut. Salah satu contohnya, Everalbum bisa menampilkan sebuah album throwback yang berisikan semua foto dari 2 tahun yang lalu, disortir berdasarkan tanggal pengambilan.

Everalbum

Fitur ekstra ini sifatnya opsional. Kalau misalnya pengguna merasa terusik dengan email harian dari Everalbum yang berisikan album throwback tersebut, matikan saja. Ini hanyalah salah satu cara Everalbum dalam ‘menghidupkan’ kembali kenangan-kenangan manis yang tersimpan.

Lebih menarik lagi, Everalbum bisa digunakan secara cuma-cuma. Tidak ada batasan foto yang bisa disimpan. Hanya saja, Everalbum akan menyimpannya bukan dalam resolusi asli – meski resolusinya masih cukup tinggi jika dilihat dari layar laptop atau malah smartphone.

Kalau Anda ingin semuanya disimpan dalam resolusi asli, maka Anda perlu berlangganan Everalbum Plus seharga $10 per bulan. Selain foto, video pun juga akan di-backup, bahkan yang beresolusi 4K sekalipun.

Sumber: TheNextWeb.

Shazam Kini Bisa Mengenali Lagu dengan Lebih Cepat

Aplikasi penebak judul lagu Shazam baru saja mendapat update yang cukup signifikan. Pembaruannya ada di balik layar, yang berarti dari segi tampilan aplikasi tersebut masih kurang lebih sama.

Utamanya adalah peningkatan teknologi pengenal lagu yang dimiliki Shazam. Dalam update terbaru ini, kemampuan Shazam mengenali sebuah lagu meningkat pesat. Berdasarkan percobaan saya, Shazam cuma butuh waktu 1 detik untuk menebak judul lagu The Wanderer yang dipopulerkan oleh penyanyi blues Dion DiMucci di tahun 60-an.

Sama halnya ketika saya coba untuk mencari judul lagu yang dibawakan band Journey, Shazam mampu menampilkan hasilnya dalam waktu kurang lebih 2 detik. Tentu saja, masih ada faktor lain yang berpengaruh, seperti misalnya seberapa berisik suara di sekitar ataupun kecepatan koneksi internet. Tapi dalam kondisi yang terbilang normal, peningkatan kecepatannya cukup terasa.

Di saat yang sama, Shazam juga menghadirkan fitur pencarian teks yang lebih lengkap. Fitur ini sangat memudahkan pengguna yang hendak mencari tahu lagu-lagu baru, video klip maupun lirik dari sebuah lagu.

Tidak kalah menarik, pengguna juga bisa mencari tahu apa yang di-Shazam oleh musisi idolanya. Jadi secara garis besar kita bisa tahu musik seperti apa yang umumnya membuat sang artis tertarik. Semua ini bisa dilakukan secara cuma-cuma dan tanpa perlu mendaftarkan akun.

Sumber: Business Wire. Gambar header: Shazam via Shutterstock.

Flipboard Akan Pensiunkan Zite Secara Total Per 7 Desember 2015

Setelah setahun lebih diakuisisi oleh Flipboard, layanan news aggregator Zite akhirnya bakal dipensiunkan secara total per tanggal 7 Desember 2015 mendantang. Pengguna Zite yang masih aktif diminta untuk memindahkan data-datanya menuju Flipboard.

Untuk melakukannya, Anda bisa langsung membuka aplikasi Zite di smartphone. Dari situ akan muncul notifikasi yang meminta Anda untuk memindahkan semua data, termasuk topik dan sumber yang diikuti, menuju Flipboard. Tentu saja, Anda harus terlebih dulu mendaftarkan akun Flipboard kalau belum punya.

Flipboard sebenarnya sudah mengintegrasikan fitur-fitur Zite ke dalam layanannya sendiri secara perlahan. Utamanya adalah algoritma yang bertujuan untuk menyempurnakan rekomendasi dan kurasi konten, lalu ada pula opsi untuk memanajemen konten secara manual dengan sistem thumbs up dan thumbs down.

Waktu setahun lebih memang terbilang lama sebelum Flipboard akhirnya memensiunkan Zite. Hal ini disebabkan Flipboard ingin seluruh fitur unggulan Zite terintegrasi dengan sempurna pada layanannya terlebih dulu, sebelum akhirnya meminta pengguna Zite untuk bermigrasi.

Kabar ini mungkin terdengar mengecewakan buat mereka yang memang lebih nyaman menggunakan Zite ketimbang Flipboard. Tapi semua ini tak lain demi kebaikan pengguna sendiri, apalagi mengingat aplikasi Zite sudah ditelantarkan (tidak menerima update) sejak lama.

Kalau Anda termasuk salah satu yang masih menggunakan Zite, jangan lupa daftarkan akun Flipboard – bisa dari situsnya atau dari aplikasinya – lalu mulai proses migrasinya sesegera mungkin. Sekali lagi, 7 Desember 2015 adalah deadline-nya.

Sumber: VentureBeat. Gambar header: Zite via Shutterstock.Zite via Shutterstock.

IBM Watson Trend Bantu Anda Siapkan Kado Musim Liburan

Watson, supercomputer dengan kecerdasan buatan besutan IBM, baru saja mendapat entitas baru berupa aplikasi iPhone. Dinamai IBM Watson Trend, tugasnya adalah menjadi pemandu dalam kegiatan belanja kado liburan.

Sebagai informasi, salah satu kelebihan Watson adalah kemampuannya mengolah segudang data yang tidak terstruktur secara cepat. Selain itu, Watson juga terampil dalam mengolah bahasa manusia secara alami, sehingga pengaplikasiannya pun bisa sangat beragam, mulai di bidang medis sampai menciptakan buku resep masakannya sendiri.

Kali ini, tugas Watson adalah menganalisa tren terkini dan memprediksi produk-produk paling hot sebelum akhirnya terjual habis. Untuk itu, Watson akan mengolah jutaan percakapan yang tersebar di sekitar 10.000 sumber, mulai dari media sosial seperti Twitter sampai review suatu produk di retailer online.

Memanfaatkan teknologi natural language processing dan machine learning, Watson pun sanggup memahami pola yang ada terkait alasan orang-orang memilih produk atau brand tertentu. Alhasil, tidak seperti aplikasi lain yang hanya menampilkan daftar produk paling hot saja, IBM Watson Trend juga akan menjelaskan satu per satu alasan di balik popularitas suatu produk di kalangan konsumen.

IBM Watson Trend

Setiap produk yang masuk dalam daftar akan diberi skor 1 – 100. Sejauh ini yang berhasil mencatatkan skor 100 adalah Apple Watch. Watson pun turut memberikan prediksi terkait kelanjutan dari sebuah tren; apakah akan terus dibicarakan banyak orang dalam beberapa bulan ke depan atau segera dilupakan dalam waktu dekat.

Kehadiran aplikasi IBM Watson Trend ini diharapkan bisa membantu konsumen dalam mencari kado yang tepat untuk orang-orang terdekatnya pada musim liburan nanti. Pengguna perangkat iOS bisa mengunduhnya langsung lewat App Store, sedangkan pengguna perangkat lain bisa mengaksesnya melalui browser.

Sumber: Telegraph dan Mashable.

Browser Firefox Kini Tersedia di iOS

Mulai hari ini, aplikasi peramban populer Firefox resmi hadir untuk iPhone, iPad dan iPod Touch setelah sebelumnya menjalani masa beta testing selama beberapa bulan. Peluncuran Firefox di platform mobile besutan Apple ini juga bersifat global, tanpa ada satu pun negara yang dilupakan.

Apa yang membuat Firefox begitu terlambat menjejakkan kaki di iOS? Tim Mozilla selaku pengembangnya sebenarnya sudah tertarik mengembangkan Firefox untuk iOS sejak lama. Akan tetapi mereka akhirnya enggan karena Apple tidak mengizinkan penggunaan rendering engine lain selain yang disediakan oleh Apple sendiri.

Barulah setelah Apple memperkenalkan iOS 8, tim Mozilla kembali tertarik menjadikan Firefox untuk iOS sebagai suatu prioritas. Pada saat itu, Apple mengumumkan bahwa ada sedikit perubahan regulasi terkait aplikasi peramban pihak ketiga – meski penggunaan rendering engine lain tetap tidak diperbolehkan. Namun yang menjadi alasan utama Mozilla justru adalah permintaan besar dari para pengguna setianya.

Firefox untuk iOS

Jadi, Firefox yang ada di iOS sekarang pada dasarnya punya ‘jeroan’ yang sama dengan Safari. Hanya saja, kemasannya jelas berbeda. Dari segi tampilan dan fitur, Firefox untuk iOS tidak jauh berbeda dari versi Android-nya: semua tab yang dibuka akan tampil dalam wujud thumbnail, dan tersedia mode Private Browsing untuk mencegah Firefox menyimpan history.

Yang cukup menarik dari Firefox untuk iOS adalah fitur search-nya. Di sini Anda tetap bisa menentukan search engine favorit, akan tetapi Anda juga bisa melakukan pencarian di tempat lain hanya dengan menyentuh deretan icon yang berada di bagian bawah kolom pencarian – tidak perlu keluar-masuk ke menu pengaturan.

Tentu saja, fitur lain yang menjadi andalan adalah sinkronisasi dengan Firefox di perangkat lain. Sinkronisasi ini mencakup history, bookmark, tab maupun password yang tersimpan. Singkat cerita, kalau Anda menggunakan Firefox di laptop atau PC, Anda mungkin bakal memakainya di perangkat iOS.

Firefox saat ini sudah bisa diunduh dari App Store secara cuma-cuma.

Sumber: Mozilla.

App Inbox by Gmail Kini Dibekali Fitur Smart Reply

Aplikasi Inbox by Gmail sejauh ini termasuk salah satu email client terpandai yang tersedia untuk perangkat Android maupun iOS. Tak hanya menawarkan tampilan yang menarik dan berfokus pada konten yang penting saja, Inbox juga mengemas sederet fitur pintar seperti Undo Send sampai membantu membuatkan reminder dengan cepat. Continue reading App Inbox by Gmail Kini Dibekali Fitur Smart Reply