Raspberry Pi Pico Adalah Microcontroller Pertama dari Sang Produsen Single-Board Computer

Di dunia elektronik DIY (do-it-yourself), nama Raspberry Pi dan Arduino sudah pasti terdengar tidak asing. Namun mereka yang baru mulai mendalami biasanya keliru dan menganggap kedua perangkat ini sama. Padahal, satu merupakan single-board computer (Raspberry Pi), dan satunya merupakan microcontroller (Arduino).

Menjelaskan perbedaan antara keduanya mungkin bisa jadi satu artikel sendiri, tapi gampangnya kurang lebih seperti ini: single-board computer seperti Raspberry Pi umumnya memiliki sistem operasinya sendiri dan dirancang untuk mengerjakan tugas-tugas komputasi, sedangkan microcontroller adalah yang bertugas mengatasi input analog. Tidak jarang keduanya pun digunakan secara bersamaan dalam suatu proyek DIY.

Di tahun 2021 ini, Raspberry Pi rupanya sudah siap memperluas portofolio produknya. Mereka baru saja memperkenalkan Raspberry Pi Pico, microcontroller perdananya yang mengemas chip bikinan mereka sendiri. Chip yang dimaksud adalah RP2040, yang dideskripsikan sebagai chip mungil tapi berkinerja tinggi, dengan kapabilitas I/O yang fleksibel.

Di samping bahasa pemrograman C, Pico juga mendukung bahasa lain yang lebih spesifik seperti MicroPython. Total ada 30 pin GPIO pada tubuh Pico – empat di antaranya bisa digunakan sebagai input analog – dan ia turut dibekali port micro-USB yang mendukung mode mass storage.

Semua itu dikemas dalam PCB berukuran 21 x 51 mm. Di Amerika Serikat, satu unit Raspberry Pi Pico dihargai hanya $4 saja, dan seperti yang sudah menjadi tradisi Raspberry Pi selama ini, ada dokumentasi lengkap mengenai Pico yang dapat diakses di situsnya. Di situs marketplace Cytron, harga yang tertera untuk satu unit Pico adalah Rp74.426, atau Rp93.126 untuk varian yang pre-soldered.

Menariknya, ketimbang bersaing langsung dengan produsen microcontroller macam Arduino dan Adafruit, Raspberry Pi justru memilih untuk mengajak mereka bekerja sama. Chip RP2040 tadi bukanlah komponen eksklusif untuk Raspberry Pi Pico, tapi juga bisa kita jumpai pada sederet microcontroller baru bikinan Arduino, Adafruit, Pimoroni, maupun Sparkfun – salah satunya bahkan ada yang berwujud game console imut-imut.

Sumber: TechCrunch dan Raspberry Pi.

Komputer Single Board UDOO BOLT Siap Jalankan Game Kelas AAA

Kita semua tahu bahwa Raspberry Pi adalah komputer single-board (SBC) yang paling populer. Namun kalau ditanya mengenai SBC yang paling kencang performanya, sejatinya ada cukup banyak alternatifnya di luar sana. Salah satunya adalah yang bernama UDOO BOLT berikut ini.

Tim pengembang UDOO sendiri memulai kiprah mereka lewat sebuah SBC yang merupakan perkawinan antara Raspberry Pi dan Arduino, menawarkan fleksibilitas ekstra bagi komunitas maker dan DIY enthusiast. Seiring waktu, SBC besutan UDOO terus bertambah perkasa, dan UDOO BOLT masih mempertahankan tradisi ini.

Pada kenyataannya, UDOO BOLT diklaim sanggup menjalankan game kelas AAA secara mulus. Judul-judul seperti Overwatch atau Dota 2 bisa ia jalankan dalam resolusi full-HD tanpa masalah, bahkan game yang lebih berat seperti GTA V pun juga bisa, meski hanya dalam resolusi 720p saja.

UDOO BOLT

Rahasianya terletak pada SoC AMD Ryzen Embedded V1605B yang terdiri dari prosesor quad-core 3,6 GHz dan GPU Radeon Vega 8 (setara Nvidia GTX 950M). Slot RAM DDR4-nya sendiri ada sepasang, siap mengakomodasi hingga kapasitas 32 GB. Pengembangnya bilang bahwa performa BOLT hampir dua kali lebih cepat ketimbang MacBook Pro 13 inci dengan prosesor Intel Core i5, dan bahkan tiga kali lebih cepat daripada Mac Mini.

Begitu istimewanya performa BOLT, pengembangnya juga yakin ia bisa digunakan untuk memainkan game VR. Semuanya memang terkesan berlebihan untuk sebuah SBC, akan tetapi kapabilitasnya ini justru bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, termasuk yang sebelumnya tak bisa difasilitasi SBC lain dengan alasan kekurangan tenaga.

Untuk storage, ada eMMC 32 GB yang terintegrasi, namun pengguna juga dapat memasangkan SSD tipe NVMe maupun SATA. Konektivitasnya juga tak kalah impresif; BOLT dapat disambungkan dengan empat monitor 4K sekaligus (dua via HDMI 2.0, dan dua lagi via USB-C). Namun yang sudah menjadi ciri khas UDOO adalah tersedianya konektor Arduino, sehingga BOLT juga dapat mengotaki beragam proyek robotik.

UDOO BOLT

Semua itu dikemas di atas sebilah papan yang panjang tiap sisinya tidak lebih dari 12 cm. Sebagai perbandingan, model Raspberry Pi yang paling bertenaga memiliki dimensi 8,5 x 5,6 cm, tidak terpaut terlalu jauh dari UDOO BOLT.

Satu hal yang perlu dicatat, harga yang harus ditebus untuk satu unit UDOO BOLT tidak murah. Di Kickstarter, starter kit-nya yang mencakup RAM 4 GB dan power supply ditawarkan seharga $378. Kalau mau lebih berhemat lagi, ada varian lain yang hanya mengemas prosesor dual-core dan GPU Vega 3, di mana starter kit-nya ditawarkan seharga $298.

Via: TechCrunch.

Tato Pintar SkinMarks Bisa Sajikan Notifikasi App dan Memungkinkan Kita Mengendalikan Smartphone

Karena intuitif dan menyajikan proses pemakaian yang mudah, sentuhan merupakan sebuah standar input kendali perangkat-perangkat modern. Dan beberapa tahun ke belakang, banyak orang mulai mengeksplorasi pemanfaatan metode tersebut di medium selain display. Satu contohnya ialah upaya pengembangan  smart tattoo  oleh MIT Media Lab dan Microsoft.

Kali ini percobaan serupa dilakukan tim peneliti dari Saarland University di Saarbrücken, Jerman. Bedanya, kreasi mereka yang diberi nama SkinMarks itu jauh lebih canggih karena betul-betul diterapkan di kulit layaknya tato – tak lagi hanya seperti stiker. Dengannya, Anda bisa memanfaatkan karakteristik kulit (misalnya keriput, tahi lalat, serta bintik-bintik di permukaan kulit) untuk mengontrol perangkat bergerak. Selain itu, elemen di tato elektronik bisa menyala dan berperan jadi notifikasi app.

Untuk menciptakan smart tattoo, Martin Weigel dan kawan-kawannya di Saarland University memanfaatkan tinta konduktif, berperan sebagai kabel sekaligus elektroda, dicetak pada kertas tato sementara. Kertas tersebut sangat tipis – lebih tipis dari rambut manusia. Seperti tato temporary, tinta ini ditransfer ke kulit dengan menggunakan air dan bisa bertahan hingga beberapa hari.

Lapisan elastis super-tipis di sana memastikannya tidak kaku, bisa direnggangkan dan ditekuk. Selanjutnya, dengan menempelkan smart tattoo ini di kulit, Anda bisa menyentuh tahi lalat buat menjawab panggilan telepon, atau memanfaatkan buku-buku jari untuk mengatur volume. Dan hebatnya lagi, tato bisa dikonfigurasi untuk membaca postur tubuh. Misalnya: fungsi tombol akan berubah ketika tangan mengepal atau saat jari direntangkan.

Dan yang tidak kalah unik adalah fitur notifikasinya. Anda bisa mencetak icon aplikasi favorit atau logo-logo lain untuk dijadikan notifikasi. Jadi seandainya ada pesan masuk, atau sewaktu orang terdekat menelepon, tato itu akan menyala. Rahasia dari kemampuan SkinMarks terletak pada unit microcontroller yang berfungsi buat mengirimkan sinyal dari komputer atau smartphone ke tato.

Di sesi uji coba, Weigel dan timnya menggunakan pita tembaga untuk menyambungkan tato ke microcontroller Arduino yang dikenakan di tangan ala smartwatch. Meskipun teknologinya saat ini masih terbatas, smart tattoo atau perangkat on-skin sejenis merupakan langkah logis dalam pengembangan teknologi wearable karena kulit memiliki permukaan yang lebih luas dibanding layar sentuh gadget.

Tim Saarland University belum punya rencana buat memasarkan SkinMarks. Chris Harrison dari Carnegie Mellon University memperkirakan bahwa smart tattoo baru akan jadi perangkat mainstream 10 tahun lagi.

Sumber: New Scientist.

Makeblock Neuron Ajak Anak-Anak Belajar Coding Seasyik Bermain Lego

Belakangan ini konsep tangible programming sangat populer di dunia pendidikan. Pertengahan tahun lalu, Google bahkan ingin ikut berpartisipasi melalui Project Bloks. Tujuannya simpel, yakni untuk mengajarkan ilmu dasar dan logika-logika umum di balik proses coding lewat interaksi dengan objek fisik.

Project Bloks bukan satu-satunya opsi yang tersedia. Baru-baru ini, perusahaan pembuat perangkat robotik untuk anak-anak asal Tiongkok bernama Makeblock juga mengumumkan produk serupa. Dijuluki Neuron, konsepnya kurang lebih sama, dimana anak-anak pada dasarnya bisa belajar programming dengan menyusun balok-balok seperti ketika bermain Lego.

Ada lebih dari 30 jenis modul yang berbeda yang ditawarkan Neuron, mulai dari modul kamera, sensor cahaya, sensor suara, Bluetooth, ultrasonik sampai modul display. Balok-balok lain, seperti kenop dan joystick, dimaksudkan untuk menyesuaikan atau mengendalikan modul-modul itu tadi. Lebih lanjut, mereka juga bisa mengontrol Neuron via Wi-Fi.

Tampilan software mBlock yang dipakai untuk memprogram modul-modul Neuron / Makeblock
Tampilan software mBlock yang dipakai untuk memprogram modul-modul Neuron / Makeblock

Setelah disusun, anak-anak bisa memprogram masing-masing modul menggunakan software mBlock keluaran Makeblock sendiri. Makeblock cukup percaya diri bahwa anak-anak tidak perlu memahami dasar-dasar coding untuk bisa menggunakan mBlock. Meski demikian, pengetahuan akan Arduino bakal sangat membantu mereka memprogram dengan lebih cepat.

Hal lain yang dibanggakan Makeblock dari Neuron adalah kompatibilitas dengan platform atau software pihak ketiga, seperti misalnya platform Cognitive Services AI buatan Microsoft. Anak-anak bahkan bisa memanfaatkan balok-balok Lego sebagai struktur pelengkap untuk proyek buatannya masing-masing.

Makeblock Neuron rencananya akan dipasarkan melalui Kickstarter mulai pekan depan, dengan harga mulai $69. Total ada enam bundel yang akan ditawarkan ke konsumen, yang masing-masing berisikan kumpulan modul yang berbeda-beda, disesuaikan dengan minat masing-masing anak.

Sumber: Engadget dan Makeblock.

Menilik Inovasi Lewat Peluang IoT dan Arduino di Echelon Indonesia 2016

Echelon Indonesia 2016 tidak hanya akan membahas startup berbasis software. Perkembangan startup software dan hardware juga menjadi perhatian, tren IoT dan perangkat seperti Arduino juga bisa ikut ambil serta dalam perkembangan ekosistem digital.

Salah satu panggung di Echelon Indonesia 2016 akan menampilkan Andri Yadifounder dan CEO DyCode. Dalam panduannya, DyCode telah menghadirkan dua produk yaitu Movreak dan Jepret. Andri juga dikenal sebagai Microsoft Most Valuable Profesional sejak 2007 dan aktif di berbagai komunitas termasuk MUGI, .Net, dan juga id-Objective C.

ECID2016_AndriYadi690x390

Salah satu produknya, Jepret dikembangkan dan dilengkapi dengan elemen IoT. Allegra adalah nama produknya yang dikembangkan sendiri di dapur Dycode di kota Bandung.

Jika mengikuti Andri di media sosial, pasti melihat berbagai upload foto terkait pengembangan atau eksperimen terkait Arduino serta implementasi IoT. Di acara Echelon nanti Anda akan bisa mendapatkan paparan tentang inovasi yang hadir melalui peluang yang ada pada IoT dan Arduino.

Tren IoT memang masih memasuki babak awal namun peluang inovasi dan bisnis yang dibawanya tidak bisa dipandang sebelah mata. Mulai dari implementasi sederhana untuk meningkatkan pengalaman penggunaan perangkat keras, smart home sampai dengan smart city. Beberapa produk konsumen pun telah dikembangkan dengan konsep Internet of Things.

Andri akan hadir pada acara Echelon yang digelar tanggal 5-6 April di Balai Kartini Jakarta. Anda bisa menggunakan kode “EMPOWER20” dan mendapatkan potongan diskon 20%. Informasi lengkap acara bisa dilihat di tautan ini.

Tiny Arcade Ialah Versi Modern Sekaligus Miniatur Mesin Gaming Arcade

Meskipun game arcade tersingkir karena kemunculan console, faktor kesederhanaan penyajiannya mencuri hati banyak orang. Konsumen umum mungkin tidak memiliki ruang (dan dana) untuk mengoleksi mesin arcade, untungnya, sejumlah judul kembali muncul dalam bentuk game mobile. Tapi jika mereka masih belum memuaskan hasrat nostalgia Anda, Ken Burns punya alternatifnya.

Sang developer asal Ohio itu mengajukan sebuah ide unik. Begitu uniknya, kampanye crowdfunding Burns di Kickstarter berhasil mengumpulkan dana tiga kali lipat dari target awal. Di sana, ia memperkenalkan Tiny Arcade, yaitu miniatur mesin arcade. Tiny Arcade sangat mungkil, kita bisa menggenggam atau mengantonginya, dan Anda tidak perlu memasukkan koin tiap kali mau main.

Lewat Tiny Arcade, Ken Burns mempunyai visi untuk menghadirkan pengalaman menikmati arcade di mana pun. Perangkat ini dijanjikan bisa menjalankan bermacam-macam permainan retro, semuanya disuguhkan gratis. Beberapa judul yang telah disebutkan antara lain adalah Flappy Birdz, Tiny Invaders, Asteroids, dan Tiny Outrun. Nama-nama tersebut memang familier, tapi sebetulnya bukanlah game dari developer aslinya.

Tiny Arcade 02

Jangan cemas seandainya Anda menginginkan game-game lawas tulen. Burns dan tim berencana menghadirkan lebih dari 20 permainan klasik setelah Tiny Arcade dirilis. Dan karena mengusung konsep open source, developer lain dipersilakan mengembangkan dan meluncurkan karya mereka. Walaupun pembuatannya didorong oleh rasa nostalgia, kita perlu ingat bahwa Tiny Arcade merupakan device modern.

Tiny Arcade sebetulnya tersusun atas TinyCircuits, sebuah platform Arduino modular seukuran koin yang bisa ditumpuk ala Lego. Sebagai input kendali, pengembang membubuhkan miniatur joystick analog dan dua tombol fisik; kemudian turut melengkapinya dengan speaker, baterai Lithium, slot kartu microSD dan port USB build-in untuk mengisi ulang baterai (serta reprogramming).

Tiny Arcade 03

Layar tempat Anda bermain bukan lagi berjenis CRT. Panel memanfaatkan tipe OLED, memastikan gambarnya tajam dan cerah. Lewat display dan dukungan format TinyScreen, kita bisa menggunakannya buat menonton video MP4. Untuk instalasi permainan, Anda cukup mengunduhnya ke microSD. Setelah dimasukkan, Tiny Arcade dapat segera mendeteksinya.

Ada dua tipe bundel Tiny Arcade. Pertama yaitu unit yang sudah dirakit dan siap dimainkan, dengan case akrilik hitam plus stiker lengkap. Jika Anda tidak keberatan bersusah-susah sedikit, saya menyarankan versi DIY-nya. Proses merakitnya mudah, mirip puzzle jigsaw, tanpa memerlukan lem. Anda dapat memilih material akrilik transparan atau kayu.

Tiny Arcade bisa dipesan sekarang melalui Kickstarter, dibanderol mulai dari US$ 60. Rencananya proses pengiriman pada backer akan dilaksanakan di bulan Maret 2016.

Musio Ialah Robot Imut yang Bisa Berkomunikasi Dua Arah Secara Alami

Apple punya Siri, Google punya Google Now, dan Microsoft punya Cortana. Masing-masing merupakan asisten virtual yang mengemban tugas untuk membantu pengguna smartphone menjalani kegiatan sehari-harinya. Masalahnya, mereka belum bisa berinteraksi secara alami layaknya seorang asisten di dunia nyata. Continue reading Musio Ialah Robot Imut yang Bisa Berkomunikasi Dua Arah Secara Alami

Mirobot Adalah Robot Penggambar yang Bisa Diprogram Lewat Browser

Kalau kita dulu hobi bermain kelereng, anak-anak zaman sekarang lebih memilih untuk coding. Kita mendirikan istana pasir, mereka merakit robot. Jangan terburu-buru menilai bahwa mereka butuh tambahan aktivitas fisik, karena pada dasarnya hobi mereka itulah yang membentuk gaya hidup digital kita semua sekarang. Continue reading Mirobot Adalah Robot Penggambar yang Bisa Diprogram Lewat Browser

Smartphone Mahal? Silakan Rakit Telepon Selular Anda Sendiri

Dengan produsen yang memperkenalkan model baru setiap saat, pernahkan berpikir bahwa smartphone kini telah menjadi komoditas yang tidak lagi spesial? Kabar baik untuk Anda yang bertangan dan juga berkepala dingin, David Mellis telah mengunggah cetak biru ke internet yang memungkinkan Anda membuat telepon seluler sendiri. Continue reading Smartphone Mahal? Silakan Rakit Telepon Selular Anda Sendiri