Mempertimbangkan Penerapan Teknologi Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan atau AI menjadi salah satu teknologi terkini yang digadang-gadang bisa bermanfaat bagi bisnis di berbagai lini. Kemampuannya mempelajari data dan menghasilkan wawasan hingga prediksi menjadi salah satu keuntungan yang diharapkan. Namun implementasi teknologi AI bukan perkara mudah. Tidak hanya soal hitung-hitungan biaya yang harus dipertimbangkan tetapi juga pemahaman terkait materi teknologi kecerdasan buatan lengkap. Berikut beberapa hal yang bisa jadi pertimbangan perusahaan sebelum mengimplementasikan teknologi kecerdasan buatan.

Melihat apa yang ingin dicapai dengan AI

Implementasi AI diprediksi bisa bermanfaat dan meningkatkan nilai-nilai di sektor sales, marketing, finance, human resource, customer service, dan lainnya. Untuk bisa mengarahkan AI tepat guna bisnis harus menentukan di sektor mana AI akan dimanfaatkan. Apakah di penjualan, analisis pasar atau lainnya. Dengan menetapkan fokus dan tujuan implementasi bisnis dapat mengembangkan sebuah rencana yang spesifik untuk teknologi AI. Manfaat paling cepat dari AI adalah efisiensi akan sangat besar. Ada data yang menunggu untuk dianalisis dan AI akan memandu bisnis untuk langkah selanjutnya.

Data apa yang berada di sistem

Data dan AI adalah dua buah paket lengkap yang bisa memberikan sesuatu yang positif bagi bisnis. Tentang wawasan dan bagaimana menghasilkan prediksi-prediksi terukur. Langkah yang selanjutnya adalah menyiapkan platform yang bisa lebih optimal, misalnya dengan menerapkan solusi cloud SaaS (Software as a Services). Dengan SaaS biaya penyimpanan dan pemrosesan bisa sedikit dikurangi. Setelahnya, mulai kenali data yang ada untuk bisa menetapkan fokus apa yang akan diambil dalam penerapan AI.

Kemampuan mengeksplorasi data bisnis dan memahami apa yang terjadi secara objektif

Data yang baik adalah data yang berasal dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan dan bersifat khusus atau telah disortir sebelumnya. Untuk itu, kemampuan mengeksplorasi data bisnis dan pemahaman objektif harus dimiliki oleh bisnis. Minimal untuk memastikan AI akan mengolah data yang berkualitas. Akan menjadi kerugian besar bila AI memproses data yang tidak berkualitas.

Memastikan dukungan teknologi yang digunakan

AI sama seperti pada umumnya teknologi, tidak akan memberikan dampak yang signifikan jika bisnis tidak menyiapkan teknologi yang mumpuni. Infrastruktur IT menjadi salah satu yang diperhatikan. Kecepatan akses data, besar kapasitas penyimpanan, dan kemampuan pemrosesan data menjadi beberapa di antara banyak aspek teknologi yang harus disiapkan.

Aplikasi Kamera Microsoft Pix Kini Bisa Digunakan untuk Memindai Dokumen

Tahun lalu, Microsoft meluncurkan sebuah aplikasi kamera yang cukup menarik untuk iPhone. Dinamai Pix, ia mengemban misi untuk meningkatkan kualitas kamera iPhone secara signifikan dengan mengandalkan bantuan kecerdasan buatan alias AI. Belum lama ini, Microsoft merilis update yang menghadirkan fungsionalitas baru pada Pix.

Versi terbaru Microsoft Pix sekarang bisa digunakan untuk memindai berbagai macam dokumen. Mulai dari sebatas kertas Post-It yang ditempel di whiteboard sampai kartu nama, AI milik Pix akan memastikan semuanya ditangkap dengan baik tanpa perlu merepotkan pengguna.

Salah satu kelebihan Pix untuk urusan memindai dokumen adalah kemampuannya menyesuaikan perspektif gambar dengan sendirinya. Pengguna bebas mengambil gambar dari sudut mana pun, dan hasilnya otomatis akan diluruskan. Di saat yang sama, objek selain dokumen yang dipindai akan dihapus, ujung-ujungnya dirapikan, fokusnya dipertajam dan warnanya disempurnakan; semuanya berlangsung secara otomatis dan real-time.

Microsoft bilang bahwa algoritma yang digunakan Pix untuk memindai dokumen mirip seperti yang terdapat pada aplikasi Office Lens. Perbedaannya, Office Lens terintegrasi dengan berbagai aplikasi Office, sedangkan Pix juga dapat digunakan untuk mengambil foto orang maupun objek lainnya.

Microsoft Pix

Lewat fitur baru ini, Microsoft sejatinya ingin menjadikan Pix sebagai satu-satunya aplikasi kamera yang dibutuhkan oleh pengguna perangkat iOS. Sejak menggunakan smartphone, kita memang sudah terbiasa memotret apapun. Mahasiswa misalnya, kerap memanfaatkan ponselnya untuk memotret jadwal perkuliahan atau ujian, dan dengan Pix, mereka jadi tidak butuh aplikasi document scanner ekstra untuk keperluan ini.

Document scanning memang bukanlah barang baru, tapi ketersediaannya pada satu aplikasi kamera seperti ini setidaknya bisa menjadi pertimbangan utama untuk menggunakan Microsoft Pix, apalagi mengingat aplikasinya tersedia di App Store secara cuma-cuma.

Sumber: Microsoft.

Gandeng Binus, Nvidia Dirikan Pusat Pengembangan AI Pertama di Indonesia

Bagi mayoritas orang, nama Nvidia hampir sinonim dengan teknologi grafis. Memang sejak didirikan, perusahaan Santa Clara itu mencurahkan perhatiannya pada pengembangan GPU. Tapi sejak 2014, Nvidia memperluas bisnis mereka ke ranah gaming, data center, otomotif serta AI. Di bulan Mei kemarin, mereka berkolaborasi bersama Toyota dalam implementasi Drive-PX di kendaraan driverless.

Di minggu ini Nvidia punya berita gembira bagi pemerhati AI di Indonesia. Tepat pada tanggal 28 Agustus kemarin, perusahaan pimpinan Jensen Huang itu mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Bina Nusantara serta Kinetica untuk mendirikan pusat penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan pertama di Indonesia, berlokasi di Kampus Anggrek. Acara itu dihadiri oleh rektor Binus Dr. Ir. Harjanto Prabowo, CEO Ir. Bernard Gunawan, wakil presiden sales & marketing Nvidia Raymond Teh, dan wakil presiden Kinetica Joseph Lee.

Nvidia AI R&D Center Indonesia 3

AI R&D research center tersebut difokuskan pada ranah deep learning. Tim akan ‘melatih’ neural network untuk mengenali pola dari data berjumlah besar. Menurut penuturan Raymond Teh, gunanya adalah buat memecahkan masalah-masalah kompleks dalam ilmu komputer. Saat ini, kita tahu software komputer sudah bisa menulis dan belajar sendiri. Dan tak lama lagi, ‘ratusan miliar’ perangkat dapat saling mengenali.

Nvidia menjelaskan bahwa langkah awal untuk bisa sampai di sana ialah dengan menyediakan pondasi dan solusi lewat produk. Selanjutnya, perusahaan merangkul universitas-universitas buat mendirikan laboratorium. Tentu saja, peran serta campur tangan para mahasiswa turut jadi kuncinya.

Nvidia AI R&D Center Indonesia 1

Pihak Binus sendiri menyambut baik kerja sama tersebut, karena betul-betul seirama dengan visi ‘Bina Nusantara 20/20’, yaitu menjadi institusi pendidikan kelas dunia demi menghadirkan inovasi. Pusat penelitian kecerdasan buatan ini juga dianggap Binus sebagai wujud dari komitmen universitas untuk ‘menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat dalam membangun serta melayani bangsa’.

Kinetica sendiri dipilih sebagai fasilitator sistem pengelolaan database berbasis GPU. Software racikan perusahaan asal Arlington itu telah dipakai di Angkatan Darat serta Layanan Pos Amerika Serikat, hingga GlaxoSmithKline (perusahaan farmasi) untuk mempermudah proses pendataan.

“Menguasai pengetahuan dan teknologi maju di bidang TI merupakan salah satu ketentuan dalam memiliki karir yang sukses di perusahaan multinasional atau menjadi pengusaha. Melalui pusat penelitian ini, kami akan mencoba mendidik, memperkaya dan memberdayakan masyarakat,” tutur Dr. Bens Pardamean selaku direktur Universitas Bioinformatics & Data Science Research Centre via rilis pers.

Header: Nvidia.

Kata.ai Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A Sebesar 46,5 Miliar Rupiah

Kata.ai, layanan lokal yang fokus di penggunaan teknologi artificial intelligence untuk interaksi brand dan penggunanya, mengumumkan perolehan pendanaan $3,5 juta (atau sekitar 46,5 miliar Rupiah) yang dipimpin Trans-Pacific Techology Fund (TPTF) Taiwan. Juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini MDI Ventures, Access Ventures Korea Selatan, Convergence Ventures, VPG Asia, Red Sails Investment, dan Eddy Chan.

Pasca pendanaan ini, pimpinan TPTF Barry Lee akan masuk ke dewan direksi Kata.ai. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk R&D, peningkatan layanan untuk menjadi yang terdepan di Indonesia, dan perluasan layanan ke Asia Tenggara dan Taiwan.

“Kami sangat terkesan dengan manajemen tim Kata.ai. Mereka menunjukkan semangat dan kecakapan teknis yang luar biasa dalam industri AI. Kemampuan mereka untuk memonetisasi platform sembari menangani beberapa jenis industri telah membawa mereka ke posisi strategis untuk pertumbuhan eksponensial. Meskipun tergolong startup muda, kami percaya Kata.ai sudah menjadi pemimpin industri NLP Indonesia,” ungkap Barry tentang pendanaan ini.

Kata.ai adalah pivot perusahaan yang sebelumnya mengusung brand YesBoss. Jika sebelumnya YesBoss menyasar pasar ritel, Kata.ai lebih ditujukan ke klien korporasi (B2B). Perusahaan mengklaim pihaknya, setelah pivot, telah meningkatkan pendapatan hingga 30 kali lipat dalam waktu setahun.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Kata.ai Irzan Raditya menyebutkan, “Salah satu hal yang kami pelajari adalah pada dasarnya suatu startup harus bisa mencari cara untuk tetap bertahan dengan membangun fundamental bisnis secara kuat, terlepas dari kondisi fundraising di suatu pasar.”

“Melihat kondisi pasar saat ini, ketika misi kami ingin mendemokrasikan teknologi chatbot (AI/NLP) kepada masyarakat luas, edukasi pasar adalah hal yang sangat krusial. Salah satu bentuk pendekatan pasar yang paling efektif menurut kami adalah dengan meluncurkan solusi chatbot untuk merek-merek/perusahaan-perusahaan ternama bagi pelanggan mereka demi menjawab beberapa permasalah yang dialami dan meningkatkan kualitas layanan,” lanjutnya.

Dimulai dengan Veronika dan Jemma

Kata.ai telah mengembangkan Veronika, bersama Accenture, untuk Telkomsel dan Jemma untuk Unilever Indonesia. Veronika tersedia di platform Facebook Messenger, LINE, dan Telegram; sementara Jemma tersedia di LINE.

Irzan menyebutkan hingga saat ini total percakapan di kedua platform tersebut sudah mencapai 170 juta buah, sementara jumlah keseluruhan pengguna yang berinteraksi dengan chatbot Kata.ai telah mencapai 6 juta orang.

Dalam pengembangan layanan ini, mereka mencari cara yang scalable untuk mendistribusikan teknologinya melalui kemitraan dengan konsultan teknologi, system integrator, dan software house untuk mengimplementasikan solusi chatbot menggunakan teknologi dan platform yang perusahaan kembangkan.

Secara jangka panjang, Irzan berharap banyak pemain lokal yang dapat memanfaatkan teknologi tersebut demi memberikan kemudahan dan efisiensi di berbagai macam layanan dan sektor indsutri, dari telekomunikasi, healthcare, layanan finansial dan perbankan, smart city, dan lainnya.

“Era ini mengingatkan kami 10 tahun yang lalu, ketika iPhone baru pertama kali rilis. [Ketika itu] aplikasi merupakan hal yang sangat baru di pasaran. Kami sendiri memiliki optimisme yang kuat dengan perkembangan bot ke depannya,” ujar Irzan.

Ia melanjutkan, “Dasar alasan kami adalah sebagai berikut: untuk perbandingan dalam 1 tahun App Store rilis hanya tersedia 50.000 aplikasi di pasaran, namun dalam 1 tahun Facebook Messenger merilis teknologi chatbot, angka tersebut mencapai 2 kali lipat. 100.000 bots dalam setahun sudah tersedia di pasaran.”

“Era aplikasi selama 10 tahun terakhir telah melahirkan perusahaan-perusahaan teknologi berbasis aplikasi dengan valuasi miliaran dollar dan dampak besar di masyarakat. Kami percaya 10 tahun ke depan adalah eranya AI dan bot. Kami ingin melahirkan the next generation of entrepreneurs melalui teknologi yang kami bangun.”

Ekspansi

Tentang rencana ekspansinya di Asia Tenggara dan Taiwan, Irzan menyebutkan Jakarta akan tetap menjadi kantor pusat, tetapi pihaknya sudah memiliki beberapa rencana ke depan. Kata.ai akan mengembangkan teknologi Pengolahan Bahasa Alami (NLP) dengan tujuan dapat memahami dan meningkatkan kemampuannya beroperasi dalam beberapa bahasa Asia Tenggara, di luar Bahasa Indonesia yang digunakan sekarang.

“Kami sudah memiliki rencana dengan beberapa mitra strategis untuk support pengembangan bahasa lokal di masing-masing negara. Begitu halnya dari segi pemasaran kami memiliki relasi yang sangat baik dengan mitra kami seperti Microsoft dan Accenture untuk solusi go-to-market.”

Dengan bantuan TPTF, Kata.ai akan mendirikan anak perusahaan yang sepenuhnya berdiri di Taiwan dan berkolaborasi dengan startup teknologi untuk melayani pasar lokal. Kini, mereka sedang menjalani proses diskusi dengan mitra potensial dalam seluruh wilayah jangkauannya.

“Fleksibilitas teknologi Kata.ai untuk mengadopsi bahasa baru juga memungkinkan perluasan secara cepat ke berbagai negara. Dengan memanfaatkan jaringan internasional dan kemampuan teknologi TPTF, kami ingin memperluas bisnis Kata.ai di luar Indonesia,” ungkap Barry.

Bot Studio Platform

Pengembangan teknologi Kata.ai ke depannya adalah pengembangan platform bagi pengembang yang ingin membangun chatbot sendiri dengan teknologi bot dan NLP dari Kata.ai. Disebut sebagai “Bot Studio Platform”, platform ini ditujukan untuk memenuhi permintaan dari perusahaan regional dan pemerintah. Saat ini versi betanya sudah tersedia untuk beberapa mitra terpilih, seperti Accenture. Meskipun demikian, Bot Studio Platform akan melayani suatu cita-cita yang lebih besar.

“Bot Studio Platform akan tersedia juga versi gratisnya. Misi kami adalah memberikan akses ‘teknologi masa depan’ yang kami garap seluas mungkin tidak hanya ke sektor enterprise namun juga startup, software developers, pelajar dan komunitas. Bot Studio Platform ini dijadwalkan akan siap di pasar dalam waktu dekat,” tutup Irzan.

Microsoft Uji Pencarian Berbasis AI pada Aplikasi Photos Bawaan Windows 10

Aplikasi Photos bawaan Windows 10 bakal jadi lebih mirip dengan Google Photos ke depannya. Bukan dari segi tampilan atau cara kerjanya, tapi dari segi mekanisme pencarian pintar yang mengandalkan bantuan artificial intelligence (AI).

Microsoft saat ini tengah menguji fitur tersebut melalui versi preview terbaru Windows 10 yang dikirim ke para Insider. Dari segi tampilan perubahannya tidak banyak, hanya ada kotak pencarian kecil di ujung kanan atas.

Kendati demikian, fitur pencarian yang ditawarkan jauh dari kata biasa, dimana Anda cuma bisa mencari gambar berdasarkan nama file-nya. Di sini AI yang ditugaskan akan lebih dulu mengidentifikasi dan mengelompokkan koleksi foto yang tersimpan di OneDrive berdasarkan kategori, warna, waktu pengambilan atau bahkan wajah seseorang yang tertangkap kamera.

Setelahnya, Anda tinggal mengetikkan kata kunci pencarian, seperti misalnya “smartphone”, “dance”, “art gallery”, atau mungkin warna maupun bulan tertentu, dan Photos akan menampilkan deretan gambar yang relevan.

Windows 10 Photos AI Search

Menurut pengalaman Windows Central yang sudah mencoba fitur ini, kinerjanya sangatlah cepat. Kemungkinan besar karena semua data indexing yang dikumpulkan disimpan di dalam perangkat dan bukan di cloud. Ini juga yang menjelaskan mengapa proses indexing-nya bisa berlangsung cukup lama andaikata koleksi foto Anda mencapai ribuan.

Microsoft sejauh ini belum memaparkan informasi apapun soal sistem pencarian berbasis AI untuk Photos ini, namun kalau melihat waktu pengujiannya sekarang, kemungkinan fitur ini akan tersedia secara luas bersama Windows 10 Fall Creators Update nanti.

Sumber: Windows Central.

Garap Chip AI, Huawei Siap Bikin Gebrakan?

Sejumlah perusahaan perangkat besar di dunia sudah mulai dan bahkan beberapa beberapa di antaranya sudah mengintegrasikan produk buatanya dengan teknologi kecerdasan buatan. Samsung, Google, Facebook, dan bahkan Meizu yang tergolong mudah sudah melangkah jauh dengan menawarkan produk akhir kepada konsumen.

Huawei yang dalam dua kuartal terakhir relatif mendominasi pasar smartphone di Tiongkok setuju bahwa integrasi antara teknologi ini, cloud dan perangkat chip memegang peranan penting di masa sekarang dan ke depan. Oleh karena itulah mereka memastikan diri untuk ikut terjun ke ranah kecerdasan buatan dengan mempersiapkan chip AI yang direncanakan dapat terwujud pada bulan September tahun ini.

CEO Huawei, Yu Chengdong dalam konferensi pers baru-baru ini mengatakan bahwa kolaborasi antara pengalaman pintar dengan cloud dan chip sangatlah penting. Sebagai bagian dari rencana besar perusahaan ke depan, Huawei akan mendorong investasi ke empat wilayah yang disebut dengan inovasi, kualitas, saluran dan layanan guna membangun ponsel pintar, PC, perangkat wearable, perangkat rumah pintar, mobil pintar, VR, AR yang menawarkan pengalaman hidup yang lebih cerdas.

Ekspansi yang dilakukan oleh Huawei bukanlah sebuah kejutan. Sebagai salah satu kompetitor yang kuat di pasar mobile, Huawei punya posisi yang patut diperhitungkan. Dalam paparan laporan keuangan kuartal kedua 2017 tersebut, Huawei juga membeberkan keberhasilannya menjual 73,01 juta unit smartphone di paruh pertama tahun 2017. Naik 20,6% dari tahun ke tahun.

Sumber berita Gizmochina dan gambar header stemtobusiness.

Xiaomi Luncurkan Mi AI Speaker

Xiaomi baru saja mengungkap Mi 5X dan MIUI 9 secara resmi. Namun selain smartphone berkamera ganda tersebut, perusahaan yang kerap digelari Apple-nya Tiongkok itu turut memperkenalkan sebuah smart speaker ala Amazon Echo dan Google Home.

Dijuluki Mi AI Speaker, perangkat ini ditenagai oleh, seperti yang sudah bisa Anda duga, artificial intelligence-nya sendiri. Selain tentu saja bertugas memutar musik, Mi AI Speaker juga didesain untuk menjadi pusat kendali sederet perangkat smart home besutan Xiaomi lainnya.

Untuk bisa memahami perintah suara dari pengguna secara jelas, Mi AI Speaker telah dibekali total enam buah mikrofon agar dapat mendengar dari segala sudut. Seperti halnya Apple HomePod, speaker ini juga berperan sebagai asisten pribadi pengguna, menyuguhkan informasi-informasi seperti prakiraan cuaca, kondisi lalu lintas serta agenda harian.

Mi AI Speaker

Desainnya memang banyak terinspirasi oleh Amazon Echo, tapi saya pribadi melihat aura yang lebih elegan di sini. Semua tombol kontrolnya terpampang di atas, dikitari oleh LED yang akan menyala ketika perangkat sedang mendengarkan instruksi dari pengguna.

Tidak mengejutkan dari Xiaomi, harga adalah atribut paling menariknya. Mi AI Speaker dibanderol cuma 299 yuan, atau sekitar 600 ribu rupiah. Perangkat ini bakal dipasarkan di Tiongkok mulai Agustus mendatang, siap bersaing dengan produk serupa dari Alibaba.

Sumber: TechCrunch dan The Verge.

Microsoft HoloLens 2 Bakal Dibekali Prosesor Khusus untuk Artificial Intelligence

Sampai detik ini, HoloLens memang belum merambah konsumen secara umum, namun Microsoft rupanya sudah menyiapkan ide-ide jitu untuk menyempurnakan headset mixed reality tersebut lewat versi keduanya nanti. Microsoft baru-baru ini buka omongan mengenai pembaruan yang bakal diusung HoloLens 2, salah satunya adalah artificial intelligence (AI) terintegrasi.

Integrasi ini dimungkinkan berkat kehadiran AI coprocessor yang bakal mendampingi prosesor utama HoloLens. Tugasnya adalah menganalisa data secara lokal, tanpa perlu melibatkan komunikasi dengan jaringan cloud seperti yang ada pada versi pertama HoloLens sekarang.

Lalu apa manfaat yang bisa dirasakan konsumen dari integrasi AI ini? Yang paling utama adalah kinerja perangkat yang lebih cepat, sebab semua data akan diolah langsung di perangkat. Manfaat lain adalah peningkatan mobilitas karena perangkat jadi tidak harus online terus-menerus, plus privasi pengguna yang lebih terjaga sebab tidak ada data yang meninggalkan perangkat.

Untuk bisa mewujudkannya, Microsoft sendiri yang akan merancang AI coprocessor ini. Mereka rela menginvestasikan dana dan waktunya karena mereka percaya bahwa ini merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan potensi augmented reality dan mixed reality.

Tentu saja integrasi AI baru satu dari sederet pembaruan yang sudah disiapkan untuk HoloLens 2. Hal lain yang perlu dibenahi pastinya melibatkan display, dimana untuk sekarang banyak pihak yang menganggap ini sebagai kelemahan utama HoloLens, sebab sudut pandang konten yang ditampilkan tergolong sempit.

Sumber: TechCrunch dan Microsoft.

Cukup Tunjuk Suatu Objek, Orcam MyEye Akan Mendeskripsikannya Kepada Anda

Belum lama ini, Microsoft meluncurkan aplikasi unik bernama Seeing AI, yang berperan sebagai narator untuk pengguna yang memiliki gangguan penglihatan. Cara kerjanya sederhana sekali: cukup buka app di ponsel, arahkan kamera, maka ia akan mendeskripsikan apapun yang ada di hadapannya.

Kalau itu masih kurang simpel, maka solusinya bukan lagi sebatas software, melainkan dengan hardware seperti OrCam MyEye ini. Ia merupakan sebuah perangkat kecil yang bisa dipasangkan ke tangkai kacamata, dan fungsinya kurang lebih sama seperti Seeing AI, yakni mengidentifikasi objek sekaligus membacakannya ke pengguna.

Orcam MyEye

Cara menggunakannya bahkan lebih sederhana lagi, dimana pengguna hanya diminta untuk menunjuk ke arah objek yang ingin dibacakan. Bisa teks di buku menu, teks di kaleng minuman, kartu nama, dan masih banyak lagi. Andai Anda memegang kaleng atau objek lainnya dalam posisi terbalik, MyEye bakal meminta Anda untuk membaliknya.

Seperti Seeing AI, MyEye juga dapat mendeteksi uang dan membacakan jumlahnya kepada pengguna. Kalau teks yang dibaca ternyata dalam bahasa asing, MyEye akan langsung menerjemahkannya selama bahasa tersebut didukung. Facial recognition juga tersedia, dimana perangkat bisa mengingat nama dan mengenali wajah seseorang yang sudah pernah Anda temui sebelumnya.

Orcam MyEye / Orcam

Namun fitur MyEye yang paling istimewa sejatinya adalah bagaimana ia sangat menghargai privasi penggunanya, sebab semua data akan diolah langsung di perangkat, tanpa tersambung ponsel atau server apapun. Hal ini juga berarti MyEye bisa digunakan di mana saja, dan ia sama sekali tidak bergantung pada koneksi internet.

Pengembangnya yang bermarkas di Israel sebenarnya sudah cukup lama memasarkan Orcam MyEye dengan banderol harga $3.500, akan tetapi mereka sedang mengerjakan versi baru yang lebih sempurna. Lebih sempurna karena versi barunya ini tidak perlu lagi tersambung ke perangkat tambahan seukuran ponsel yang bertindak sebagai processing unit-nya.

Lenovo Pamerkan Standalone AR Headset dan Sejumlah Produk Konsep yang Sangat Menarik

Dalam acara tahunan Lenovo Tech World kali ini, ketimbang sekadar memamerkan laptop baru dengan perubahan inkremental, raksasa teknologi asal Tiongkok tersebut rupanya juga mencoba mencuri perhatian lewat lima produk konsep yang menarik.

Produk yang pertama adalah Lenovo daystAR. Dari nama dan wujudnya sudah sangat kelihatan kalau perangkat ini merupakan sebuah AR headset. Namun jelas bukan sembarang AR headset, sebab ia dapat beroperasi secara mandiri tanpa perlu tersambung ke PC atau diselipi smartphone.

Berbekal vision processing unit-nya sendiri, daystAR mampu menampilkan konten AR dengan sudut pandang seluas 40 derajat. Perangkat ini terintegrasi dengan berbagai layanan. Salah satu yang menarik adalah 3D Content Manager, yang memungkinkan pengguna untuk memindai, mengunggah, lalu mengedit konten 3D.

Lenovo SmartCast+

Produk yang kedua adalah Lenovo SmartCast+, sebuah smart speaker ala Amazon Echo yang juga merupakan proyektor augmented reality. Ya, selain berinteraksi dengan pengguna, perangkat ini juga bisa memproyeksikan gambar ke tembok atau layar, dan Lenovo juga berencana menambatkan kemampuan untuk mengenali suara maupun objek.

Lenovo CAVA

Bicara soal smart speaker tentunya tidak luput dari asisten virtual. Di sini Lenovo juga sudah menyiapkan asisten virtual-nya sendiri yang diberi nama CAVA, singkatan dari Context Aware Virtual Assistant. Sesuai namanya, ia dirancang untuk memahami konteks dengan memaksimalkan teknologi deep learning.

Tak hanya mengenali suara pengguna, CAVA juga dilengkapi kemampuan mengenali wajah sehingga ia dapat memberikan rekomendasi yang sangat personal kepada setiap pengguna. Contoh yang paling sederhana, CAVA dapat menyarankan waktu yang tepat untuk berangkat menuju tempat ketemuan dengan menganalisa kondisi lalu lintas dan cuaca.

Lenovo SmartVest

Dua yang terakhir adalah SmartVest dan Xiaole. SmartVest sepintas kelihatan seperti baju biasa, padahal ia sebenarnya merupakan electrocardiogram (ECG), yang siap memonitor selama 24 jam nonstop dan mendeteksi kondisi-kondisi yang tidak biasanya.

Lenovo Xiaole

Xiaole di sisi lain merupakan platform layanan pelanggan berbasis AI, dimana semua percakapan dengan konsumen akan dipelajari demi memberikan layanan yang lebih baik dan personal.

Sumber: Engadget dan Lenovo.