Amazon Echo Show Padukan Kepintaran Alexa dengan Layar Sentuh Interaktif

Baru saja memperkenalkan Echo Look, Amazon sudah tancap gas dan mengumumkan perangkat baru lagi dari lini tersebut. Bernama Echo Show, Amazon sejatinya mempertahankan segala kelebihan lini Echo beserta Alexa selama ini, lalu menambahkan sebuah layar sentuh interaktif kepadanya.

Layar sentuh 7 inci ini membuka bentuk interaksi baru antara pengguna dan sang asisten virtual. Saat Anda menanyakan tentang hasil pertandingan tim basket favorit Anda misalnya, Alexa tak hanya bilang kalau tim Anda menang, tapi juga menampilkan skor pertandingannya pada layar.

Karena dibekali layar, Echo Show bisa menampilkan live feed dari kamera pengawas / Amazon
Karena dibekali layar, Echo Show bisa menampilkan live feed dari kamera pengawas / Amazon

Kehadiran layar sentuh juga berujung pada integrasi dengan perangkat smart home yang lebih mendalam. Contoh yang paling gampang, Anda sekarang bisa meminta Alexa menampilkan live feed dari kamera pengawas yang terpasang di depan garasi. Contoh lain, Anda bisa lebih leluasa menyesuaikan warna lampu Philips Hue melalui slider yang muncul di layar.

Buat yang selama ini sering menanyakan resep ke Alexa, Anda sekarang bisa melihat video tutorialnya langsung di layar Echo Show. Mengingat perangkat ini juga dibekali kamera depan, Anda pun bisa melakukan panggilan video maupun audio ke siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa.

Echo Show juga dapat digunakan untuk video chat dengan siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa / Amazon
Echo Show juga dapat digunakan untuk video chat dengan siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa / Amazon

Secara teknis, Amazon telah membekali Echo Show dengan 8 buah mikrofon, plus teknologi beam forming dan noise cancellation supaya Alexa bisa mendengar Anda dengan jelas, bahkan ketika musik sedang diputar. Perannya sebagai speaker sendiri didukung oleh sepasang driver stereo berteknologi Dolby.

Amazon Echo Show rencananya bakal dipasarkan mulai 28 Juni mendatang seharga $230, cuma $30 lebih mahal dari Echo Look. Dalam kesempatan yang sama, Amazon juga memangkas harga Echo standar dari $180 menjadi $150.

Sumber: Wired dan Amazon.

Harman Kardon Invoke Adalah Speaker Pintar dengan Integrasi Cortana

Setelah meluncurkan teaser untuk speaker berbekal integrasi Cortana menjelang akhir tahun lalu, Harman Kardon akhirnya memperkenalkan perangkat tersebut secara resmi. Dijuluki Invoke, ia mengikuti tren speaker pintar yang dipelopori oleh Amazon Echo, lalu disusul oleh Google Home.

Secara fisik ia mirip seperti speaker Bluetooth pada umumnya, mengusung desain silindris guna menyebarkan suara ke segala sudut. Sepasang passive radiator diberi tanggung jawab untuk menghasilkan dentuman bass yang mantap, sedangkan kinerjanya secara menyeluruh disokong oleh tiga woofer dan tiga tweeter.

Namun tentu saja yang paling layak disorot adalah integrasi asisten virtual besutan Microsoft itu. Di sini Harman telah melengkapinya dengan total 7 mikrofon guna memastikan Cortana dapat mendengar instruksi Anda secara jelas dalam berbagai macam kondisi.

Harman Kardon Invoke tersedia dalam dua pilihan warna / Harman Kardon
Harman Kardon Invoke tersedia dalam dua pilihan warna / Harman Kardon

Berkat Cortana, Invoke dapat Anda pakai untuk mengatur kalender, membuat reminder, mengecek kondisi lalu lintas, memantau berita terkini, dan masih banyak lagi. Anda pun juga bisa mengendalikan perangkat smart home yang kompatibel dengan Invoke, semuanya cukup dengan menggunakan perintah suara.

Harman Kardon Invoke rencananya bakal dipasarkan di Amerika Serikat mulai musim semi mendatang, sayang sejauh ini belum ada informasi terkait harganya. Pertimbangannya sebenarnya sederhana saja: kalau Anda rutin berinteraksi dengan Cortana, Invoke layak menjadi pilihan. Tapi kalau tidak, masih ada Alexa di Echo dan Google Assistant di Google Home.

Sumber: Business Wire.

C by GE Sol Adalah Lampu Pintar dengan Integrasi Alexa

General Electric (GE) memang bukan yang pertama kali meluncurkan lampu pintar, namun mereka adalah yang pertama mengintegrasikan asisten virtual Alexa ke dalam sperangkat smart home tersebut. Dinamai C by GE Sol, ia bisa Anda anggap sebagai Amazon Echo yang bisa menyinari ruangan.

Interaksi dengan Alexa pada lampu ini sejatinya identik dengan pada speaker Echo. Anda bisa menanyakan beragam informasi, atau bahkan meminta tolong Alexa untuk membelikan sesuatu di Amazon.

Secara fisik, ia memiliki desain yang cukup futuristis. Pun begitu, desain membulat ini bukan sekadar kosmetik saja, namun juga ada aspek fungsionalnya: ia dapat merangkap tugas sebagai penunjuk waktu dengan menampilkan indikator pada bagian jarum jam dan menitnya.

Pengguna bebas mengatur temperatur warna cahaya yang dipancarkan C by GE Sol / GE Lighting
Pengguna bebas mengatur temperatur warna cahaya yang dipancarkan C by GE Sol / GE Lighting

Lampunya sendiri bisa diatur temperatur warnanya, sehingga pengguna bisa menciptakan suasana yang cozy dengan cahaya kekuningan. Lebih menarik lagi, jika Anda punya lampu C by GE lain, Sol dapat membuatnya jadi bisa dikendalikan dengan Alexa, asalkan posisinya berdekatan.

C by GE Sol rencananya bakal masuk ke pasaran mulai September mendatang dengan harga $200, atau pengguna juga bisa melakukan pre-order dari sekarang dan menerima potongan harga $40. Bersamaan dengan itu, GE juga akan memasarkan sebuah smart hub bernama C-Reach yang akan menghadirkan kompatibilitas Alexa dan Apple HomeKit pada lini lampu pintar C by GE.

Sumber: The Verge dan GE.

Berkat Amazon Echo Look, Alexa Siap Menjadi Konsultan Busana Pribadi Anda

Keluarga speaker pintar Amazon Echo resmi kedatangan anggota baru, Echo Look. Berkat Echo Look, asisten virtual Alexa pun ikut bertambah pintar; ia sekarang tak hanya bisa mendengar Anda saja, tapi juga melihat dan menilai penampilan Anda.

Keunggulan utama Echo Look terletak pada kamera depth-sensing miliknya. Dibantu oleh sederet LED flash, kamera ini siap mengambil foto Anda secara menyeluruh sehingga koleksi selfie Anda tidak lagi berisikan wajah, wajah dan wajah saja. Video pendek pun juga bisa diambil, semuanya hanya dengan mengucapkan ‘mantra’ “Alexa, take a picture” atau “take a video.

Akan tetapi bagian yang paling mencuri perhatian adalah fitur bernama Style Check. Berkat fitur ini, Echo Look beserta Alexa pada dasarnya bisa beralih peran menjadi konsultan busana pribadi Anda. Caranya, cukup dengan mengambil dua foto dengan busana yang berbeda.

Berkat Echo Look, koleksi selfie Anda tidak lagi berisi wajah melulu / Amazon
Berkat Echo Look, koleksi selfie Anda tidak lagi berisi wajah melulu / Amazon

Dari situ, algoritma machine learning beserta input dari para ahli fashion akan mencoba menilai gaya penampilan mana yang paling cocok buat Anda berdasarkan sejumlah faktor, seperti misalnya warna, ukuran, model maupun tren terkini.

Sebelum Anda khawatir perihal privasi, Amazon telah membekali Echo Look dengan tombol untuk menonaktifkan mikrofon sekaligus kameranya. Selebihnya, fungsi Echo Look kurang lebih sama seperti kedua saudaranya, dimana Anda dapat mengakses berbagai informasi menggunakan perintah suara.

Untuk sekarang, Amazon Echo Look baru tersedia secara terbatas untuk konsumen yang telah mendapatkan undangan saja. Banderol harganya sendiri dipatok di angka $200, lebih mahal $20 dari Echo standar.

Sumber: TechCrunch.

Prediksi Serangan Jantung, Teknologi Kecerdasan Buatan Lebih Akurat Ketimbang Dokter

Meski selalu didahului dengan sejumlah gejala, namun banyaknya kasus kematian mendadak menjadi bukti bahwa memprediksi serangan jantung secara akurat bukanlah pekerjaan yang mudah, bahkan bagi seorang dokter ahli sekalipun. Dokter dibekali pengetahuan dan pengalaman dalam menilai faktor resiko dan memberikan peringatan dini kepada pasien akan resiko serangan jantung, tapi tampaknya teknologi komputer menawarkan solusi yang lebih baik dan akurat.

Sekelompok peneliti dari University of Nottingham telah mengembangkan program komputer yang diklaim mampu memprediksi serangan jantung lebih baik dari pada dokter. Algoritma tersebut bekerja dengan mengolah rekam medis pasien dan mengembangkan sendiri kriteria-kriteria faktor resiko melampaui standar yang ditetapkan oleh American College of Cardiology atau American Heart Association.

Adapun kriteria-kriteria yang diidentifikasi oleh American Heart Association meliputi beberapa faktor resiko seperti usia, tekanan darah dan obesitas. Makin tinggi nilai yang diperoleh maka makin tinggi pula peluang seseorang terkena serangan jantung. Kriteria ini menjadi panduan bagi para dokter ahli di Amerika. Namun teknologi komputer ini menawarkan pendekatan berbeda dan menemukan ruang untuk melakukan peningkatan yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.

Dalam study ini, peneliti membandingkan kriteria rancangan AHA/ACC dengan empat jenis algoritma kecerdasan buatan yang mereka bangun, yaitu random test, logistic regression, gradien boosting dan terakhir, neural networks. Keempat teknologi kecerdasan buatan ini mampu belajar, kemudian menganalisa data dalam jumlah besar untuk membuat prediksi tanpa campur tangan manusia. Sedikitnya ada 378,256 rekam medis yang diolah oleh sistem. 78% data tersebut akan diolah oleh keempat metode, di mana masing-masing sistem mencoba menemukan pola dan membuat kriterianya sendiri, kemudian mengujinya ke rekam medis yang tersisa.

Hasilnya, keempat program mampu melampui akurasi yang dibuat oleh dokter menggunakan panduan dari AHA/ACC, di mana metode menggunakan neural networks mampu memprediksi dengan benar 7.6% lebih sering ketimbang kriteria AHA dan ACC, dan hanya dengan 1,6% tingkat kesalahan. Artinya, dari 83.000 sampel yang diolah, 355 orang pasien bisa diselamatkan.

Sumber berita Science dan gambar header Pixabay.

AI Buatan Facebook, M, Resmi Menyapa Pengguna Messenger

Pada bulan Agustus 2015, Facebook memperkenalkan M, asisten virtual bertenaga AI yang kurang lebih memiliki fungsi serupa seperti Siri atau Cortana. Awalnya cuma berupa eksperimen kecil, Facebook kini sudah siap meluncurkannya untuk pengguna di Amerika Serikat.

M menyapa pengguna Messenger secara tidak langsung, tidak seperti Siri atau Cortana yang blak-blakan memberikan pertanyaan kepada kita. M bekerja secara proaktif di balik layar, merekomendasikan konten dan fitur-fitur yang relevan selagi pengguna sedang berkomunikasi satu sama lain.

Contoh yang paling sederhana, saat Anda sedang berpamitan dengan lawan bicara, M akan menampilkan deretan sticker berpesan “Thank you” atau “Bye-bye”. Kalau Anda merasa itu kurang relevan, abaikan saja. Facebook juga membebaskan pengguna untuk menonaktifkan M secara total lewat menu pengaturan Messenger.

Sejatinya ada banyak skenario dimana M bisa menyodorkan bantuannya. Saat Anda sedang mendiskusikan rencana ketemuan misalnya, akan muncul logo M diikuti oleh tombol “Start Plan”. Dari situ Anda bisa melengkapi detailnya, dan M akan membuatkan reminder secara otomatis buat Anda dan lawan bicara Anda.

Dalam konteks percakapan grup, M dapat membantu Anda membuatkan polling sehingga semua bisa memberikan input terkait rencana ketemuan tadi. Selanjutnya, M juga dapat memberikan rekomendasi “Get A Ride” via layanan seperti Uber atau Lyft.

M juga bisa memahami ketika Anda sedang membicarakan mengenai pembayaran, lalu memberikan opsi untuk mengirim atau meminta uang dengan mudah. Terakhir, Anda juga bisa memanfaatkan M untuk membagikan lokasi Anda dalam percakapan.

Meski untuk sementara baru tersedia di AS saja, Facebook berjanji untuk menghadirkan M ke hadapan pengguna di negara-negara lainnya. Prosesnya mungkin cukup lama, mengingat M harus bisa mengakses database konten lokal supaya bisa berfungsi dengan baik.

Sumber: Facebook.

Duo Adalah Cermin Pintar Berbekal Sistem Kecerdasan Buatan

Film Iron Man yang dirilis di tahun 2008 banyak menginspirasi imajinasi kita akan gadget masa depan. Di saat kita baru mengenal iPhone selama setahun, Iron Man menunjukkan kalau asisten virtual berbasis AI bakal berperan besar dalam perkembangan teknologi. Sekarang, kita sudah punya Siri, Alexa, Google Assistant, dan yang paling baru, Bixby.

Saya yakin Iron Man juga merupakan salah satu film favorit startup asal New York bernama Duo AI berikut. Mereka menciptakan sebuah cermin pintar dengan pengoperasian berbasih sentuh dan perintah suara. Sontak saya teringat dengan adegan yang menunjukkan isi rumah mewah Tony Stark, dimana jendela panoramiknya dapat menampilkan berbagai macam info, dan Jarvis yang menjadi otak dari segalanya.

Semua komponen elektronik Duo tersimpan dalam kotak kecil ini / Duo AI
Semua komponen elektronik Duo tersimpan dalam kotak kecil ini / Duo AI

Oke, perangkat bernama Duo ini pastinya belum secanggih itu. Secara mendasar ia merupakan komputer mini yang tersambung ke layar 27 inci beresolusi full-HD. Layar ini begitu reflektif, hingga akhirnya bisa berperan sebagai cermin.

Namun peran sebenarnya jauh lebih besar dari itu. Duo ingin menjadi pusat kendali rumah Anda lewat integrasi perangkat smart home, memungkinkan Anda mengontrol thermostat atau lampu via sentuhan pada layar maupun perintah suara. Mengecek informasi seperti ramalan cuaca atau berita terkini juga bisa dilakukan sembari Anda berdandan.

Duo didampingi oleh asisten virtual bernama Albert, yang saya yakin namanya diambil dari pelayan pribadi Bruce Wayne, alter-ego dari Batman. Panggil namanya, maka Albert siap menjalankan perintah Anda, mulai dari memutar playlist Spotify sampai video YouTube.

Tidak ada informasi mendetail mengenai sistem operasi yang Duo jalankan, tapi saya menduga Android yang telah dimodifikasi. Duo dibekali dengan sejumlah aplikasi, tapi pengembangnya juga akan menyematkan app store beserta SDK-nya agar developer pihak ketiga juga bisa memberikan kontribusi.

Duo rencananya akan dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang, namun pengembangnya sudah menerima pre-order dengan harga $399 – harga retail-nya dipatok $200 lebih mahal. Jujur pertama-tama saya cukup skeptis dengan Duo, tapi setelah melihat video demonstrasinya di bawah dan bukan yang berupa iklan tadi, sepertinya perangkat ini dapat terealisasi sesuai visi pengembangnya.

Sumber: Wareable dan Duo AI.

Flickr Permudah Pencarian Gambar Lewat Fitur Similarity Search

Dengan koleksi miliaran foto, sudah sewajarnya apabila Flickr terus berupaya menyediakan cara baru untuk mempermudah proses pencarian gambar di situsnya. Selama ini, kita sudah diberi sejumlah tool seperti filter warna atau style guna melakukan pencarian yang lebih spesifik. Sekarang, giliran artificial intelligence (AI) yang berperan.

Flickr baru-baru ini memperkenalkan sebuah fitur bernama Similarity Search. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk mencari gambar yang mirip secara visual dengan suatu gambar yang ditunjuknya, entah itu seekor kucing dari spesies tertentu atau malah sebuah mobil klasik dari tahun tertentu.

Menariknya, pengguna tidak perlu menambahkan kata kunci atau filter khusus untuk melakukan pencarian semacam ini. Dari hasil pencarian, cukup arahkan kursor mouse ke salah satu gambar, lalu klik menu “…” yang muncul di atas kanan dan pilih opsi “Search for similar photos”. Setelahnya, biarkan AI yang bekerja.

Sistem yang dirancang Flickr akan menganalisa gambar tersebut sebelum menyajikan deretan gambar lain yang serupa. Teknologi yang sama sebenarnya sudah Flickr terapkan sejak lama untuk menentukan apakah sebuah gambar tergolong NSFW (not safe for work), alias berbau porno.

Pada akhirnya fitur ini dimaksudkan supaya pengguna tidak perlu men-scroll halaman demi halaman guna menemukan gambar yang diinginkan. Similarity Search saat ini sudah bisa dinikmati di web, sayang tidak ada informasi apakah fitur ini juga tersedia di aplikasi mobile Flickr.

Sumber: Flickr.

Line Perkenalkan Clova, Asisten Virtual ‘Berdarah’ Asia

Selain sama-sama merupakan asisten virtual, apa persamaan lain dari Alexa, Siri dan Google Assistant? Mereka sama-sama datang dari daerah barat, sehingga pada akhirnya kurang begitu relevan dalam penggunaan sehari-hari di kawasan Asia.

Di Asia, salah satu pihak yang cukup paham dengan pola penggunaan konsumen adalah Line. Baik aplikasi pesan instan maupun layanan-layanannya yang lain sudah dipakai secara rutin oleh ratusan juta konsumen di Asia, dan sekarang mereka ingin memanfaatkan pengetahuan yang berharga itu untuk mengembangkan platform artificial intelligence (AI) berbasis cloud bernama Clova.

Sesuai dugaan, Clova adalah singkatan dari Cloud Virtual Assistant. Fungsinya mirip-mirip seperti trio asisten virtual yang saya sebutkan tadi, mengandalkan teknologi speech recognition dan natural language understanding guna berinteraksi dengan pengguna via percakapan yang terdengar alami.

Clova dapat memberikan beragam informasi, mulai dari ramalan cuaca sampai berita-berita terkini maupun terjemahan bahasa, semuanya tanpa mewajibkan pengguna menyentuh layar ponsel. Cukup gunakan perintah suara, maka Clova akan merespon sesuai permintaan.

Teknologi-teknologi yang pada akhirnya membentuk platform Clova / Line
Teknologi-teknologi yang pada akhirnya membentuk platform Clova / Line

Line sepertinya banyak belajar dari Amazon maupun Google. Pasalnya, produk pertama yang akan datang membawa integrasi Clova nantinya adalah sebuah speaker pintar bernama Wave, yang rencananya akan diluncurkan di Jepang dan Korea pada musim panas mendatang. Bersamaan dengan itu, mereka juga akan merilis Clova App untuk smartphone.

Rencana lebih ke depan lagi tidak luput dari perhatian Line. Mereka turut mengumumkan kemitraannya dengan Sony Mobile maupun produsen mainan TOMY guna mengembangkan potensi Clova. Sejenak saya langsung kepikiran sebuah headset buatan Sony yang mengusung integrasi Clova, tapi Sony sendiri juga punya Xperia Ear, jadi mungkin saya terlalu berkhayal.

Line memastikan Clova akan segera menyusul ke negara-negara lain setelah ia dirilis di Jepang dan Korea terlebih dulu. Bisa jadi ini merupakan asisten virtual pertama yang relevan dengan penggunaan konsumen tanah air nantinya.

Kai Sulap Kacamata Biasa Menjadi Kacamata Pintar Bertenaga AI

Di saat tren kacamata berkamera terus menjamur berkat Spectacles serta alternatif lain yang modular seperti PogoCam dan Blincam, sebuah startup bernama Glimpse Wearables lebih tertarik untuk menjadikan kacamata sebagai extension dari smartphone. Buah pemikiran mereka? Kai, sebuah modul kecil yang dapat mengubah kacamata biasa menjadi kacamata pintar.

Namun jangan bayangkan kacamata pintar yang dimaksud memiliki display dan kamera macam Google Glass. Dari depan, Kai bahkan sama sekali tidak kelihatan; ia menancap pada ujung tangkai kacamata, lalu duduk manis di belakang telinga Anda tanpa mengundang perhatian dan lirikan tajam dari orang-orang di sekitar penggunanya.

Tanpa layar dan kamera, Kai berfokus pada satu fitur saja, yakni asisten virtual berbasis artificial intelligence. Jadi tanpa perlu mengakses smartphone, Anda sudah bisa berinteraksi dengan asisten virtual yang responsif sekaligus cerdas, yang ditenagai oleh platform AI Houndify besutan SoundHound.

Kai dirancang agar tidak mengganggu penglihatan dan bisa nyaman dipakai dalam durasi yang lama / Glimpse Wearables
Kai dirancang agar tidak mengganggu penglihatan dan bisa nyaman dipakai dalam durasi yang lama / Glimpse Wearables

Dengan Kai dan Houndify, pengguna dapat mengakses beragam informasi menggunakan perintah suara. Mereka bahkan bisa memesan Uber kalau perlu, atau mengontrol perangkat smart home yang kompatibel hanya dengan beberapa frasa saja. Panduan navigasi juga tersedia, begitu pula dengan notifikasi event kalender dan reminder.

Kai mengandalkan teknologi bone conduction untuk mengirimkan suara ke telinga tanpa perlu berada di dalam kanal telinga Anda. Hal ini juga berarti Anda bisa mendengar suara di sekitar tanpa gangguan sedikit pun. Material silikon yang digunakan memastikan agar kulit di belakang telinga tidak iritasi.

Saat ini Kai sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga $130 – lebih murah $70 dari estimasi harga retail-nya. Paket penjualannya sudah mencakup sebuah kacamata opsional dengan lensa jernih.