Grado GW100 Adalah Headphone Bluetooth Pertama yang Berdesain Open-Backed

Sebelum tren menghilangnya headphone jack dari smartphone, headphone wireless sebenarnya sudah banyak, akan tetapi jumlahnya kian banyak lagi sejak Apple memelopori tren kontroversial tersebut. Pabrikan yang tadinya tidak punya headphone wireless jadi tergerak untuk mencicipi peruntungan di ranah tersebut. Tidak terkecuali Grado.

Grado, bagi yang tidak tahu, adalah produsen headphone asal Amerika Serikat yang cukup dikenal di kalangan audiophile. Sejumlah nilai yang kerap diasosiasikan dengan Grado di antaranya adalah desain open-backed, serta proses pembuatan secara handmade. Tidak sedikit pula yang mengecap Grado sebagai produsen yang konservatif.

Jadi ketika perusahaan seperti Grado memutuskan untuk menggarap headphone wireless, Anda bisa menilai sendiri betapa besar pengaruh tren menghilangnya headphone jack itu tadi. Ya, perangkat bernama Grado GW100 ini merupakan headphone wireless perdana mereka.

Grado GW100

Yang membuat GW100 begitu unik dibandingkan headphone wireless lain adalah desainnya yang open-backed (kelihatan dari grille yang ada di sisi luar masing-masing earcup). Sepintas, perpaduan konektivitas wireless dan desain open-backed terdengar kurang ideal, sebab asumsinya headphone wireless bakal sering dibawa bepergian.

Desain open-backed sering kali diyakini mampu menyuguhkan detail yang lebih baik dan staging yang lebih luas, akan tetapi kelemahannya isolasi suara betul-betul absen, baik dari luar maupun dari dalam. Memakai headphone ini di tempat umum yang berisik, seperti di bandara misalnya, jelas bukan pengalaman yang menyenangkan.

Grado GW100

Terlepas dari itu, Grado sebenarnya ingin menyajikan kualitas khas perangkat audiophile dalam kemasan yang lebih praktis dan fleksibel. Desain open-backed berarti skenario penggunaan yang paling ideal adalah di rumah sendiri, tapi karena wireless pengguna jadi bisa memakainya selagi melakukan aktivitas lain, seperti menyapu dan mengepel misalnya.

Terkait isolasi suara, Grado bilang bahwa suara dari dalam yang bocor keluar tidak sekeras di headphone mereka lainnya. Suara dari luar masih akan masuk sepenuhnya, tapi rancangan baru yang diterapkan pada GW100 diklaim mampu mengurangi kebocoran suara dari dalam hingga 60%.

Grado GW100

Secara keseluruhan, wujud GW100 masih mirip seperti headphone Grado lainnya, dengan nuansa retro yang amat kental. GW100 masuk kategori headphone on-ear, dengan bantalan yang cuma menempel pada telinga, bukan membungkus. Di samping tombol power, perangkat turut mengemas sepasang tombol volume, jack 3,5 mm dan port micro USB untuk charging.

Dalam satu kali pengisian, baterainya diyakini bisa tahan sampai 15 jam pemakaian. GW100 menggunakan konektivitas Bluetooth 4.2, lengkap dengan dukungan codec aptX. Unit driver yang ditanamkan diklaim sama persis seperti yang ada pada headphone lain mereka yang sekelas, dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Grado GW100

Penggemar berat Grado saat ini sudah bisa membeli GW100 seharga $249. Grado tidak lupa menawarkan sejumlah aksesori opsional seperti hard case, storage box dan headphone stand yang dijual terpisah.

Sumber: The Verge dan Grado.

Earphone Marshall Minor II Bluetooth Kawinkan Desain Retro dengan Bluetooth 5.0 dan Baterai 12 Jam

Marshall memperkenalkan headphone noise cancelling pertamanya bulan Maret lalu, dan tidak lama kemudian merilis Major III Bluetooth. Sang produsen amplifier baru saja kembali merilis produk anyar, kali ini penerus dari earphone Marshall Minor yang diluncurkan di tahun 2011.

Dijuluki Minor II Bluetooth, ia mengusung desain baru yang lebih simpel, tapi masih terkesan retro seperti produk Marshall lainnya. Bentuknya mengingatkan saya pada Google Pixel Buds, dengan eartip non-fleksibel ala earphone bawaan iPhone. Secara keseluruhan, bobotnya tidak lebih dari 22,5 gram.

Marshall Minor II Bluetooth

Juga mirip adalah mekanisme pengaturan panjang kabelnya, sehingga konsumen dapat menyesuaikan posisinya dengan sangat pas. Emblem logo Marshall di sisi luar yang terbuat dari bahan kuningan rupanya magnetis, memungkinkannya untuk ditempelkan satu sama lain saat sedang tidak dipakai. Dalam posisi ini, musik akan otomatis di-pause, dan perangkat masuk dalam mode standby.

Minor II dibekali driver 14,2 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Konektivitas yang digunakan sudah Bluetooth 5.0, serta mendukung codec aptX. Unit remote sekaligus mikrofon tidak lupa disematkan, dan kenop multi-fungsi berwarna emas yang sudah menjadi ciri khas lini headphone wireless Marshall rupanya tetap eksis di sini.

Marshall Minor II Bluetooth

Dalam satu kali pengisian, Minor II bisa digunakan sampai 12 jam nonstop. Proses charging-nya membutuhkan waktu sekitar 2 jam, akan tetapi perangkat rupanya juga telah mendukung fitur fast charging; pengisian selama 20 menit dapat memberikan daya yang cukup untuk digunakan selama 2 jam.

Sayang sekali charging-nya masih menggunakan kabel micro USB. Terlepas dari itu, Marshall Minor II Bluetooth saat ini telah dipasarkan seharga $130. Pilihan warnanya ada tiga: hitam, cokelat, dan putih, semuanya dengan aksen warna emas.

Sumber: SlashGear.

Speaker Devialet Phantom Reactor Kecil tapi Suaranya Sekeras Pertunjukan Orkestra

Mayoritas konsumen mungkin tidak tahu, akan tetapi kalangan audiophile paham betul bahwa Devialet Phantom adalah salah satu speaker wireless paling perkasa yang pernah ada, dengan dimensi keseluruhan yang masih masuk kategori ringkas.

Kendati demikian, Phantom bukanlah speaker yang paling mudah dibawa-bawa, apalagi dengan bobot yang mencapai angka 11,4 kilogram. Banderol yang mencapai $3.000 juga jauh dari kata terjangkau bagi konsumen kelas non-sultan.

Devialet Phantom Reactor

Untuk itu, sang pabrikan asal Perancis telah menyiapkan alternatifnya, yakni Devialet Phantom Reactor. Desainnya sama persis seperti lini Phantom orisinal, masih seperti hasil racikan tangan spesies alien, akan tetapi ukurannya menyusut cukup drastis sampai sekitar separuhnya.

Phantom Reactor memiliki dimensi 219 x 157 x 168 mm, dengan bobot 4,3 kg dan volume total 3 liter. Perpaduan tweeter dan medium driver pada Phantom orisinal telah digantikan oleh satu full-range driver yang terbuat dari bahan aluminium.

Devialet Phantom Reactor

Untuk mereproduksi suara dalam frekuensi rendah alias bass, Phantom Reactor mengandalkan sepasang bass driver, juga dari bahan aluminium. Perpaduan semuanya sanggup memberikan respon frekuensi antara 18 – 21.000 Hz.

Melanjutkan tradisi Phantom orisinal, Phantom Reactor pun tidak malu-malu soal output berkat kombinasi amplifikasi analog (Class A) dan digital (Class D). Ia hadir dalam dua varian; satu dengan tenaga 600 watt dan volume maksimal 95 dB, satu lagi dengan 900 watt dan 98 dB. Kata Devialet, suara yang dihasilkannya tidak kalah keras dibanding sebuah pertunjukan orkestra.

Devialet Phantom Reactor

Semua itu datang dari speaker yang dapat diletakkan di atas satu telapak tangan berukuran besar jika mau. Terkait konektivitas, Phantom Reactor mengusung Wi-Fi, Bluetooth, input analog dan optical, serta dukungan atas Spotify Connect, AirPlay dan UPnP. Ke depannya, konsumen juga dapat menyambungkan dua unit Phantom Reactor via firmware update.

Masalah portabilitas telah teratasi, lalu bagaimana dengan harganya? Phantom Reactor dibanderol $1.000 untuk varian 600 watt, dan $1.300 untuk varian 900 watt. Masih mahal, tapi tetap jauh lebih ekonomis daripada Phantom orisinal. Pemasarannya akan dimulai pada tanggal 24 Oktober mendatang.

Sumber: Digital Trends dan PR Newswire.

RHA TrueConnect Ramaikan Pasar True Wireless Earphone

Baru Agustus kemarin, RHA Audio membuat gebrakan lewat earphone wireless berteknologi planar magnetic pertama di dunia. Sekarang, giliran mereka merespon tren terkini di industri audio. Apa lagi kalau bukan true wireless earphone?

Perusahaan asal Skotlandia itu baru saja mengungkap RHA TrueConnect. Wujudnya sepintas mirip Apple AirPods, tapi dengan tangkai yang lebih pendek, serta eartip berbahan silikon yang tersedia dalam beragam ukuran (plus sejumlah lain besutan Comply yang berbahan memory foam).

RHA TrueConnect

Juga berbeda adalah finish berbahan logam pada bodi hitamnya. Sertifikasi IPX5 tidak lupa dijadikan sorotan, yang berarti perangkat tahan terhadap guyuran hujan maupun keringat, menjadikannya cocok untuk dipakai sembari berolahraga.

Di dalamnya bernaung driver 6 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Konektivitasnya sudah menggunakan Bluetooth 5, dan pengoperasiannya mengandalkan panel sentuh di sisi luar earphone; baik untuk mengatur playback, mengatur volume, menerima/menolak panggilan telepon, maupun memanggil voice assistant.

RHA TrueConnect

Beralih ke bagian yang paling penting, yaitu daya tahan baterai, TrueConnect bisa digunakan sampai 5 jam dalam satu kali pengisian, sedangkan charging case-nya yang sudah memakai sambungan USB-C bisa menyuplai 20 jam daya ekstra. TrueConnect juga mendukung fast charging; 15 menit charging cukup untuk mengisi separuh kapasitas baterainya.

RHA berniat memasarkan TrueConnect mulai 18 Oktober seharga $170. Cukup terjangkau bila dibandingkan dengan penawaran serupa dari Master & Dynamic maupun Sennheiser yang dibanderol $299.

Sumber: Digital Trends dan RHA Audio.

Cuma $100, Earphone Wireless Jaybird Tarah Tawarkan Fitur Lengkap Buat Penggemar Olahraga

Sebagai pelopor kategori sport earphone, Jaybird tentu tidak lupa dengan tren yang dimulainya meski sudah merilis true wireless earphone tahun lalu. Anak perusahaan Logitech itu baru saja memperkenalkan Jaybird Tarah, earphone wireless termurahnya saat ini.

Tarah memiliki gaya desain yang mirip seperti Jaybird X4, lengkap sampai ‘sirip’ fleksibel di atas earpiece yang berfungsi membantu memantapkan posisi earphone di dalam telinga. Ini sudah menjadi ciri khas Jaybird sejak lama, sebab mayoritas penggunanya memang para penggemar olahraga.

Jaybird Tarah

Di tengah-tengah kabel pendek yang menyambungkan kedua earpiece-nya, ada semacam penjepit kecil yang bisa dimanfaatkan untuk mengatur panjang-pendek kabel dengan cepat. Mikrofon sekaligus remote control tiga tombol pun tidak lupa Jaybird sematkan meski Tarah mereka kategorikan di kelas budget, yang berarti ia bisa dipakai untuk memanggil Siri atau Google Assistant.

Di dalam bodi tahan airnya yang bersertifikasi IPX7 (bisa direndam sampai kedalaman 1 meter selama 30 menit), tertanam sepasang driver 6 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Sebagai produk yang lebih baru, satu kelebihan Tarah yang tidak dimiliki X4 adalah konektivitas Bluetooth 5.0 (X4 masih Bluetooth 4.1).

Jaybird Tarah

Dalam satu kali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai enam jam penggunaan (X4 bisa sampai 8 jam). 6 jam memang tergolong singkat, tapi untungnya Tarah turut dilengkapi dukungan fast charging; pengisian selama 10 menit dapat memberikan daya yang cukup untuk penggunaan selama 1 jam.

Jaybird Tarah rencananya akan dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang seharga $100 ($30 lebih murah daripada X4). Kombinasi warna yang ditawarkan ada tiga, dan Tarah juga kompatibel dengan aplikasi smartphone Jaybird untuk mengatur karakter suaranya.

Sumber: Logitech.

AKG Luncurkan Trio Headphone Wireless Baru

Salah satu atribut yang dicari dari headphone atau earphone adalah kemampuannya memblokir suara luar, baik secara pasif maupun aktif. Prioritas ini terkadang membuat kita lupa bahwa suara luar sebenarnya dapat membantu menjauhkan kita dari celaka. Itulah sebabnya belakangan banyak produsen headphone yang menerapkan teknologi noise cancelling adaptif.

Salah satunya adalah AKG, dan upaya mereka sudah bisa konsumen nikmati melalui headphone wireless terbarunya, AKG N700NC. Fitur unggulannya, seperti yang saya bilang, adalah noise cancelling adaptif; dengan satu klik tombol, pengguna bisa mengatur seberapa intens kinerja pemblokiran suaranya, atau dengan kata lain seberapa banyak suara luar yang diperbolehkan masuk.

AKG N700NC

Selain membantu menghindarkan kita dari marabahaya, fitur ini juga sangat memudahkan apabila pengguna tiba-tiba diajak bicara oleh seseorang; mengklik tombol jelas lebih praktis daripada harus melepas headphone, apalagi untuk headphone jenis over-ear yang berukuran cukup besar seperti ini.

Dalam satu kali charge, N700NC diyakini bisa beroperasi sampai 20 jam nonstop. Di Amerika Serikat, Samsung (pemilik Harman yang merupakan induk perusahaan AKG) telah memasarkannya seharga $350. Di rentang harga ini, ia bersaing langsung dengan Sony WH–1000XM3 yang juga dirilis belum lama ini.

AKG Y500

Selain N700NC, AKG turut menghadirkan dua headphone wireless lain, yakni Y500 yang bergaya on-ear serta Y100 yang bermodel in-ear. Keduanya tidak dibekali fitur noise cancelling dan hanya bisa mengisolasi suara secara pasif. Kendati demikian, keduanya dilengkapi fitur Ambient Aware untuk memudahkan pengguna mendengar suara luar.

Khusus AKG Y500, ia juga dibekali fitur pause dan play otomatis, yang akan aktif dengan sendirinya ketika headphone dilepas atau dipakai. Pengguna Y500 juga dapat menghubungkan dua perangkat sekaligus via Bluetooth jika perlu.

AKG Y100

Soal baterai, Y500 bisa tahan sampai 33 jam nonstop, sedangkan Y100 hingga 8 jam. Keduanya juga telah dipasarkan, masing-masing seharga $150 (Y500) dan $100 (Y100), dan variasi warnanya juga lebih beragam dibanding N700NC tadi.

Sumber: Samsung.

OnePlus Umumkan Type-C Bullets, Earphone USB-C Berharga Terjangkau

Saya kira hampir semua pembaca setuju kalau Apple memegang peran antagonis dalam tren hilangnya headphone jack pada smartphone. iPhone 7 dan iPhone 7 Plus yang dirilis dua tahun silam memang bukan ponsel modern pertama yang tidak dilengkapi colokan audio standar tersebut, tapi kita semua tahu pengaruh Apple terhadap industri jauh lebih besar daripada Motorola.

Satu per satu pabrikan ponsel lain pun mengikuti jejak Apple. Sekarang, bagi pengguna Android yang perangkatnya tak dibekali headphone jack, mereka memiliki dua opsi: menggunakan headphone atau earphone wireless, atau memakai headphone atau earphone USB-C. Untuk yang wireless, kita tahu pilihannya sudah sangat banyak di pasaran. Sayangnya tidak demikian untuk yang USB-C.

Kalaupun ada, umumnya harga headphone/earphone USB-C tidak murah. Kabar baiknya, situasinya bisa berubah dalam waktu dekat, tepatnya saat suksesor OnePlus 6 dirilis pada bulan November nanti – kalau rumornya benar – sebab OnePlus tengah menyiapkan earphone USB-C dengan harga yang sangat terjangkau.

OnePlus Type-C Bullets

Earphone bernama OnePlus Type-C Bullets itu bahkan sudah diumumkan di forum OnePlus. Ia bisa dianggap sebagai versi baru dari OnePlus Bullets (V2) – yang banyak menuai pujian – hanya saja konektornya bukan 3,5 mm melainkan USB-C. Bullets (V2) sendiri dihargai $20, dan OnePlus berjanji untuk tidak mengubah harganya pada Type-C Bullets.

$20 untuk earphone USB-C yang berkualitas, kurang lebih demikian premis yang diangkat OnePlus. Demi menjamin kualitas suaranya, OnePlus menyematkan DAC (digital-to-analog converter) bikinan Cirrus Logic – nama yang cukup tenar di kalangan audiophile – pada Type-C Bullets. Mikrofon beserta remote control pun juga turut tersedia.

Mengapa OnePlus harus susah-susah mengembangkan earphone ini? Mungkin karena suksesor OnePlus 6 nanti bakal datang tanpa headphone jack, dan ini rupanya telah dikonfirmasi sendiri oleh bos OnePlus kepada TechRadar. Jadi kalaupun Anda tidak tertarik dengan ponselnya, setidaknya Anda bisa melirik earphone-nya untuk digunakan bersama smartphone pilihan masing-masing.

Sumber: The Verge.

Master & Dynamic MW07 Merupakan Salah Satu True Wireless Earphone Berdesain Paling Premium

Master & Dynamic bukanlah merek pertama yang saya ingat saat membahas tentang headphone atau earphone. Namun ketika pembicaraannya sudah menjurus ke aspek build quality dan kesan premium, M&D langsung menjadi salah satu yang pertama saya sebut.

Argumen saya berdasar pada obsesi M&D terhadap material premium – spesifiknya logam dan kulit – serta kepiawaiannya dalam mengolah bahan-bahan itu menjadi produk yang penuh nilai estetika. Singkat cerita, kolaborasinya dengan Leica bukanlah suatu kebetulan.

Master & Dynamic MW07

Filosofi desain itu kembali menjadi acuan M&D dalam merancang true wireless earphone perdananya yang bernama MW07. Untuk segmen ini, M&D melihat ada material yang lebih ideal ketimbang kulit, yaitu asetat, yang biasanya menjadi bahan dari bingkai kacamata berharga mahal. Pada MW07, asetat dibentuk menjadi komponen penutup paling luar yang berwujud balok membusur.

Di baliknya, ada rangka akustik stainless steel yang menjadi rumah bagi driver 10 mm berbahan beryllium. Penggunaan stainless steel masih berlanjut sampai ke tombol pengontrol kecil yang terletak di salah satu sisi cover asetatnya itu tadi. Secara keseluruhan, MW07 tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Master & Dynamic MW07

Guna menambah kenyamanan sekaligus memastikan earphone tidak mudah terlepas dari telinga, M&D turut menyertakan semacam sirip berbahan silikon yang bisa dilepas-pasang ke masing-masing earpiece. Sirip ini hadir dalam dua ukuran, begitu juga eartip-nya yang tersedia dalam lima variasi ukuran.

Di atas kertas, saya bisa langsung menemukan dua kelemahan MW07: koneksi yang digunakan masih Bluetooth 4.2, belum Bluetooth 5.0, dan baterainya cuma bisa bertahan sampai 3,5 jam. Beruntung charging case-nya (yang lagi-lagi terbuat dari stainless steel) sanggup menyuplai daya ekstra sampai 10,5 jam (3x full charge). Setelahnya, case yang mendukung fitur fast charging ini bisa diisi ulang menggunakan kabel USB-C.

Master & Dynamic MW07

Master & Dynamic MW07 saat ini sudah dipasarkan seharga $299, setara true wireless earphone pertama Sennheiser yang telah menggunakan Bluetooth 5.0. Pun begitu, desain adalah salah satu nilai jual utama MW07, apalagi berkat empat pilihan warna yang tersedia.

Sumber: Master & Dynamic.

Plantronics BackBeat Fit 3100 Adalah True Wireless Earphone-nya Para Pencinta Olahraga

Tidak semua true wireless earphone diciptakan sama. Bagi Plantronics, yang menjadi prioritas adalah peran perangkat sebagai teman olahraga. Berangkat dari filosofi tersebut, lahirlah Plantronics BackBeat Fit 3100, atau yang bisa disebut sebagai AirPods-nya para pencinta olahraga.

Berbekal earhook yang fleksibel, BackBeat Fit 3100 dirancang supaya bisa tetap terpasang dengan baik di telinga, tidak peduli seaktif apa penggunanya bergerak. Guyuran hujan maupun keringat sama sekali bukan masalah baginya, mengingat ia masuk ke kategori sport earphone dan telah mengantongi sertifikasi IP57.

Plantronics BackBeat Fit 3100

Juga unik adalah fitur Always Aware, yang diklaim mampu memblokir suara luar secara selektif. Jadi suara-suara yang dianggap penting seperti klakson kendaraan atau gonggongan anjing akan tetap terdengar meski musik tengah diputar, sedangkan sisanya yang kurang penting akan diblokir sebisa mungkin.

Dalam satu kali pengisian, BackBeat Fit 300 bisa beroperasi sampai lima jam pemakaian, dan charging case-nya bisa menyuplai 10 jam daya ekstra. Fitur fast charging pun turut tersedia; charging selama 15 menit bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 1 jam.

Plantronics BackBeat Fit 2100 / Plantronics
Plantronics BackBeat Fit 2100 / Plantronics

Anda kurang suka true wireless earphone atas alasan tertentu? Jangan khawatir, Plantronics sudah menyiapkan alternatifnya, yaitu BackBeat Fit 2100. Perangkat ini juga menawarkan fitur Always Aware yang sama, akan tetapi desainnya mengadopsi gaya neckband yang fleksibel. Daya tahan baterainya sedikit lebih awet di angka 7 jam.

Plantronics BackBeat Fit 350 / Plantronics
Plantronics BackBeat Fit 350 / Plantronics

Neckband juga bukan selera Anda? Ada BackBeat Fit 350 yang menganut desain earphone wireless tradisional dengan seuntai kabel yang menghubungkan kedua earpiece. Ia tak dilengkapi fitur Always Aware, akan tetapi fisiknya masih tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5, dan baterainya bisa bertahan sampai 6 jam dalam satu kali pengisian.

Plantronics BackBeat Go 410 / Plantronics
Plantronics BackBeat Go 410 / Plantronics

Di luar kategori sport, ada BackBeat Go 410 yang menekankan fitur active noise cancelling (ANC). Di dalam masing-masing earpiece-nya tertanam driver 10 mm, dan sama seperti BackBeat Fit 3100 maupun 2100, ia sudah menggunakan konektivitas Bluetooth 5.0. Baterainya sendiri bisa bertahan sampai 8 jam (12 jam tanpa ANC) dalam satu kali charge.

Plantronics BackBeat Go 810 / Plantronics
Plantronics BackBeat Go 810 / Plantronics

Terakhir, ada BackBeat Go 810 yang juga menawarkan fitur ANC, tapi dalam wujud headphone dengan earcup berukuran besar (over-ear). Performanya ditunjang oleh driver 40 mm dan Bluetooth 5.0, sedangkan baterainya diklaim dapat bertahan hingga 22 jam (28 jam tanpa ANC).

Kelima earphone dan headphone wireless ini sekarang sudah dipasarkan. Harganya di Amerika Serikat adalah sebagai berikut:

Sumber: SlashGear dan Plantronics.

Samsung Kolaborasi dengan Harman Kardon Luncurkan Soundbar HW-N950

Selama ini, Samsung mengeluarkan Soundbar yang mendukung bentuk dari TV yang mereka jual sendiri. Soundbar sendiri benar-benar meningkatkan pengalaman suara saat menonton video maupun mendengarkan musik. Kali ini, Samsung melakukan kolaborasi dengan Harman Kardon meluncurkan Soundbar HW-N950 di Residence on 5 Grand Hyatt Jakarta pada awal bulan September 2018 lalu.

Samsung Soundbar HW-N950 - Launch

Harman Kardon sendiri merupakan perusahaan yang telah diakuisisi oleh Samsung. Akan tetapi, sampai saat ini Samsung dan Harman Kardon sepertinya belum menggabungkan teknologi mereka pada perangkat Soundbar. Dan ini adalah kali pertama keduanya bergabung dalam mengeluarkan Soundbar.

HW-N950 sendiri memiliki konfigurasi kanal 7.1.4 yang menggunakan Dolby Atmos dan DTS:X. Dengan konfigurasi tersebut, Soundbar ini memiliki fasilitas 4K Pass-Through sehingga suara yang dihasilkan tidak diolah secara virtual. Hal ini membuat suara yang dihasilkan lebih jernih.

Samsung Soundbar HW-N950

HW-N950 juga mampu meningkatkan kualitas suara saat terhubung dengan WiFi atau Bluetooth. Samsung menjanjikan bahwa suara dari file MP3 pun mampu di upscale ke 32 bit. Hal ini seharusnya akan meningkatkan suara lebih baik lagi.

Samsung pun optimis bahwa Soundbar yang satu ini bakal laku dipasaran. Hal tersebut dikarenakan penjualannya sudah meningkat sekitar tiga kali lipat semenjak tahun 2015 lalu. HW-N950 sendiri dijual dengan harga Rp. 17.999.000 dan tersedia mulai pertengahan bulan September 2018.

Samsung Soundbar HW-N950 - Woofer

Flat

Kami pun mencoba Soundbar HW-N950 langsung ditempat peluncurannya. Beberapa file termasuk audio dan video pun dipasang untuk membuktikan kemampuan dari HW-N950.

Samsung Soundbar HW-N950 - Rear

Konfigurasi menggunakan dua speaker pada sisi kanan dan kiri belakang, serta Soundbar dan Woofer ada pada bagian depan. Konfigurasi ini ditempatkan agar dapat mendengarkan suara yang mengelilingi penonton yang ada di bagian tengah.

Soundbar sendiri juga memancarkan suara ke bagian atap. Hal tersebut memanfaatkan plafon langit-langit agar suara yang dihempaskan ke atas memantul ke posisi penonton.

Samsung Soundbar HW-N950 - Upper speaker

Saat mendengarkan demo, suara yang dihasilkan memang mampu mengelilingi penonton yang ada. Bahkan secara virtual, suara pesawat yang sedang lepas landas terdengar seperti berjalan dari belakang posisi penonton hingga menjauh ke depan.

Akan tetapi, saat mendengarkan audio, suara yang dihasilkan cukup flat. Suara dentuman bass tidak terdengar cukup menendang. Padahal, Woofer yang ada di depan memiliki dimensi yang cukup besar. Besar kemungkinan setting bass yang ada harus dinaikkan.

Samsung Soundbar HW-N950 - Button

Walaupun waktu untuk mendengarkan hanya sebentar, Soundbar HW-N950 ini memang memiliki suara yang menggelegar dan yang terutama, jernih. Setiap detail kepakan sayap maupun reruntuhan batu dapat terdengar dengan baik.