Sama Cantik Seperti Sebelumnya, Libratone Zipp 2 dan Zipp Mini 2 Kini Dibekali Integrasi Alexa

Alexa dan Google Assistant mungkin adalah dua nama yang paling sering kita dengar saat membicarakan produk audio belakangan ini. Kedua voice assistant itu memang selalu menjadi pilihan pertama pabrikan audio yang ingin ikut meramaikan segmen smart speaker, tidak terkecuali pabrikan asal Denmark, Libratone.

Perusahaan yang dikenal lewat speaker Bluetooth stylish-nya tersebut belum lama ini memperkenalkan smart speaker perdananya. Namun bukan dalam bentuk speaker baru, melainkan upgrade dari speaker Libratone Zipp dan Zipp Mini yang dirilis tiga tahun lalu. Namanya apa lagi kalau bukan Libratone Zipp 2 dan Zipp Mini 2.

Wujud silindris dengan sentuhan minimalis ala Skandinavia miliknya masih dipertahankan dan tidak diutik sama sekali. ‘Baju’ warna-warninya yang bisa dilepas dengan zipper alias ritsleting (demikian asal-usul namanya) juga masih sama dan tetap menjadi salah satu nilai jual utamanya dari segi estetika.

Libratone Zipp 2

Yang baru tentu saja adalah integrasi Amazon Alexa, dan sang asisten itu bisa langsung dipanggil tanpa harus menekan tombol sama sekali berkat kehadiran 6 mikrofon (3 mic pada Zipp Mini 2). Berkat Alexa, hampir semua pengoperasiannya bisa dilakukan via perintah suara, termasuk mengendalikan perangkat smart home yang kompatibel.

Kabar baiknya, Alexa bukan satu-satunya pembaruan yang dibawa. Libratone turut menjanjikan kualitas suara yang lebih baik berkat penggunaan reflektor akustik 360 derajat yang telah disempurnakan. Konektivitasnya juga membaik, kini mendukung AirPlay 2 dan Spotify Connect di samping Wi-Fi dan Bluetooth. Dukungan setup multi-room hingga 10 speaker juga masih tersedia.

Libratone Zipp Mini 2 / Libratone
Libratone Zipp Mini 2 / Libratone

Secara teknis, Zipp 2 mengemas woofer 4 inci, soft dome tweeter 1 inci, dan sepasang low frequency radiator 4 inci. Zipp Mini 2 di sisi lain mengemas woofer 3 inci, soft dome tweeter 1 inci, dan sepasang low frequency radiator 3,5 inci. Semuanya menerima suplai daya dari amplifier Class-D.

Ketahanan baterainya turut mengalami peningkatan menjadi 12 jam dalam satu kali charge. Baik Libratone Zipp 2 maupun Zipp Mini 2 akan dipasarkan mulai bulan Oktober masing-masing seharga 299 euro dan 249 euro.

Sumber: Pocket-lint.

Qualcomm Luncurkan Codec aptX Adaptive untuk Perangkat Audio Nirkabel

Tren hilangnya headphone jack dari smartphone belakangan ini secara frontal memaksa konsumen untuk beralih ke headphone atau earphone wireless. Masalahnya, sebagian konsumen menilai kualitas suara headphone wireless masih kalah dibanding yang memakai kabel. Di situlah codec aptX datang menawarkan solusi.

aptX sejatinya sudah dikembangkan sejak lama, namun di tahun 2015, Qualcomm memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan yang mengerjakannya (CSR alias Cambridge Silicon Radio). Tak lama setelahnya, tepatnya di awal tahun 2016, Qualcomm merilis codec aptX HD yang menjanjikan kualitas suara “lebih baik dari CD” via koneksi Bluetooth.

Selain aptX HD, ada pula aptX Low Latency yang fungsi utamanya memastikan audio tersinkronisasi dengan baik dalam skenario menonton video atau bermain game – audionya tidak terlambat dibandingkan videonya, demikian penjelasan sederhananya. Sekarang, Qualcomm memutuskan untuk mengawinkan kedua varian aptX itu.

Qualcomm aptX Adaptive

Hasilnya adalah aptX Adaptive. Label “Adaptive” merujuk pada kemampuannya memprioritaskan antara kualitas audio yang paling maksimal dan sinkronisasi yang optimal yang minim latency. Semua ini dilakukan secara otomatis tergantung pada jenis konten yang dikonsumsi serta kondisi frekuensi radio (RF) di sekitar perangkat yang digunakan.

Ilustrasinya seperti ini: kalau sedang bersantai menikmati musik di rumah, yang diprioritaskan adalah kualitas audio, sebab sinyal Bluetooth yang terpancar tidak mengalami banyak interferensi (gangguan) dari perangkat-perangkat lain.

Sebaliknya, ketika berada di dalam kabin pesawat di mana umumnya ada banyak penumpang yang membawa bekal headphone atau earphone Bluetooth (banyak gangguan), yang diprioritaskan adalah sinkronisasi dan latency rendah, sehingga seumpama Anda sedang memakai headphone Bluetooth untuk menonton video, audionya tidak akan terdengar terlambat.

Qualcomm aptX Adaptive

Qualcomm memastikan bahwa aptX Adaptive bisa bekerja secara mulus tanpa campur tangan dari konsumen. Harapannya, kehadiran aptX Adaptive dapat membantu headphone dan earphone wireless benar-benar menggantikan saudara tuanya yang masih mengandalkan kabel.

Rencananya, aptX Adaptive akan hadir bersama chip Bluetooth 5.0 bikinan Qualcomm mulai akhir September, termasuk QCC5100 yang dirancang secara spesifik untuk true wireless earphone. Artinya, konsumen baru akan berjumpa dengan headphone atau earphone yang mendukung codec ini setelah bulan September.

Membeli headphone atau earphone wireless yang mendukung aptX Adaptive saja tidak cukup, sebab ponsel atau tablet yang kita gunakan juga harus mendukungnya pula. Kabar baiknya, Qualcomm bilang bahwa smartphone dan tablet dengan OS Android Pie bakal kebagian jatahnya di akhir tahun nanti. Bagaimana dengan pengguna iPhone? Saya cuma bisa bilang maaf Anda kurang beruntung.

Sumber: Qualcomm.

Beoplay E6 Sempurnakan Sejumlah Aspek Earphone Wireless Perdana B&O

Bang & Olufsen merilis earphone wireless perdananya yang bernama Beoplay H5 dua tahun silam. Di IFA 2018, pabrikan asal Denmark tersebut sudah menyiapkan penerusnya, yakni Beoplay E6 – entah kenapa namanya bukan H6, dan konsumen pasti akan sedikit bingung mengingat ada Beoplay E8 yang merupakan true wireless earphone.

Secara estetika, E6 tampak mirip seperti H5. Satu-satunya hal yang membedakan adalah adanya sebilah sirip kecil yang akan membantu E6 ‘mencengkeram’ telinga pengguna dengan lebih baik. Ini penting mengingat E6 tahan cipratan air dan debu, sehingga saat dipakai sambil berolahraga pun ia tidak akan mudah terlepas dari telinga pengguna.

Bang & Olufsen Beoplay E6

Selebihnya, Anda akan menjumpai desain yang nyaris identik. Kabelnya masih terbuat dari bahan yang mirip seperti tali sepatu sneakers, akan tetapi remote-nya telah sedikit direvisi, kini mengemas tiga tombol aluminium yang lebih terasa taktil sekaligus tentu saja lebih tahan lama – remote ini juga dapat digunakan untuk memanggil Google Assistant ataupun Siri.

Juga baru untuk E6 adalah charger tipe snap-on. Charger-nya ini tinggal ditempelkan ke unit baterai yang ada di tengah-tengah kabel, sehingga pengguna tetap bisa memakai E6 selagi baterainya diisi ulang. Perlu dicatat, selagi di-charge, E6 bukannya bisa Anda bawa ke mana-mana, sebab charger-nya masih harus tersambung ke adaptor listrik, kecuali Anda sudah sedia power bank.

Bang & Olufsen Beoplay E6

Baterainya sendiri diklaim dapat bertahan sampai lima jam pemakaian, sedangkan charging-nya butuh waktu sekitar dua jam. Satu hal yang disayangkan, konektivitas yang digunakan belum Bluetooth 5.0, melainkan masih Bluetooth 4.2, meski tersedia dukungan atas codec AAC.

Bang & Olufsen Beoplay E6

B&O sepertinya tidak mengutak-utik kinerja audio earphone ini. Kendati demikian, konsumen masih bisa menyesuaikan karakter suaranya melalui aplikasi pendamping yang tersedia di ponsel. Saat sedang tidak digunakan, kedua earpiece-nya tinggal Anda tempelkan (magnetik) sehingga membentuk kalung, dan E6 otomatis akan langsung mati.

Saat ini Beoplay E6 sudah dipasarkan seharga $299, naik $50 dari H5, dan yang agak mengejutkan, setara dengan Beoplay E8 yang merupakan true wireless earphone. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, “Sand” dan “Dark Plum”.

Sumber: CNET.

Beyerdynamic Luncurkan Empat Earphone dengan Desain Unik yang Sangat Nyaman di Telinga

Beyerdynamic Lagoon ANC bukan satu-satunya persembahan sang legenda Jerman di ajang IFA tahun ini. Mereka juga memperkenalkan empat earphone baru berdesain inovatif, yang masing-masing ditujukan untuk kelas konsumen yang berbeda; dari entry-level sampai yang high-end.

Desain inovatif itu merujuk pada sisi luar masing-masing earpiece yang datar. Saking datarnya, Beyerdynamic mengklaim bagian tersebut tidak akan nongol dari telinga ketika dikenakan. Alhasil, walaupun pengguna mengenakannya selagi berbaring miring, telinganya dipastikan tidak akan tertekan dan terasa sakit.

Beyerdynamic Beat Byrd / Beyerdynamic
Beyerdynamic Beat Byrd / Beyerdynamic

Pada kategori yang termurah, ada Beyerdynamic Beat Byrd yang memiliki kabel berwarna oranye seperti pada gambar di atas. Untuk model ini, sejatinya tidak ada yang bisa begitu dibanggakan kecuali desainnya yang pipih itu tadi. Banderol harganya pun cuma 25 euro, dan akan dipasarkan mulai akhir bulan September ini.

Beyerdynamic Soul Byrd / Beyerdynamic
Beyerdynamic Soul Byrd / Beyerdynamic

Di atasnya ada Beyerdynamic Soul Byrd yang menghadirkan sejumlah upgrade. Yang pertama, ia datang bersama lima pasang eartip dalam berbagai ukuran. Kedua, ada remote tiga tombol yang juga mengemas mikrofon sehingga pengguna dapat berinteraksi dengan Google Assistant maupun Siri. Selisih harganya cukup jauh, 79 euro, dan akan dipasarkan mulai pertengahan Oktober.

Beyerdynamic Blue Byrd / Beyerdynamic
Beyerdynamic Blue Byrd / Beyerdynamic

Di level premium, Beyerdynamic Blue Byrd menjanjikan kepraktisan konektivitas Bluetooth, lengkap dengan dukungan codec populer seperti aptX maupun AAC. Baterainya diklaim mampu bertahan hingga enam jam pemakaian, dan charging-nya sudah mengandalkan sambungan USB-C. Pemasarannya diperkirakan berlangsung di akhir tahun dengan harga 129 euro.

Beyerdynamic Blue Byrd ANC / Beyerdynamic
Beyerdynamic Blue Byrd ANC / Beyerdynamic

Terakhir dan yang paling mahal adalah Beyerdynamic Blue Byrd ANC. Seperti yang bisa kita lihat dari namanya, ia mengusung spesifikasi yang sama seperti Blue Byrd, dengan penambahan fitur active noise cancelling. Noise cancelling-nya pun juga sudah menganut metode hybrid seperti yang diterapkan headphone Lagoon ANC.

Khusus Blue Byrd ANC ini, desainnya mengadopsi model neckband. Ia pun juga telah mengemas fitur personalisasi suara macam yang diunggulkan Beyerdynamic Aventho Wireless. Itulah mengapa harganya terpaut sangat jauh dari tiga earphone di atas: 249 euro, dengan jadwal rilis di akhir tahun juga.

Sumber: The Verge dan Beyerdynamic.

Beyerdynamic Lagoon ANC Siap Ramaikan Pasar Headphone Wireless Noise Cancelling

Sony WH–1000XM3 bukan satu-satunya calon penantang kuat Bose di segmen headphone wireless berteknologi noise cancelling yang menjalani debutnya di ajang IFA tahun ini. Produsen perangkat audio tertua di dunia, Beyerdynamic, rupanya juga memperkenalkan calon rival yang sepadan, yakni Lagoon ANC.

ANC, seperti yang kita tahu, adalah singkatan dari Active Noise Cancelling, di mana pemblokiran suara dilakukan secara sengaja dengan mengolah suara yang masuk dari mikrofon. Untuk Lagoon ANC, Beyerdynamic rupanya telah menerapkan sistem hybrid, di mana mikrofon yang bertugas menangkap suara untuk dieliminasi tak hanya ditempatkan di bagian luar saja, tapi juga di dalam masing-masing earcup.

Soal performa, Beyerdynamic belum merincikan unit driver yang digunakan headphone tipe over-ear ini seperti apa, tapi yang pasti respon frekuensinya berada di rentang 10 – 30.000 Hz. Dari catatan spesifikasinya pun kita juga bisa menduga kalau dimensi headphone ini masuk kategori cukup ringkas, mengingat bobotnya tercatat hanya 280 gram saja.

Beyerdynamic Lagoon ANC

Desainnya boleh dibilang sederhana, tapi masih kelihatan cukup premium. Pada earcup sebelah kanannya, kita bisa melihat kehadiran panel sentuh yang mendukung beragam gesture untuk mengoperasikan headphone, termasuk gesture untuk memanggil Google Assistant maupun Siri. Lagoon turut dilengkapi sensor yang akan mendeteksi apabila pengguna melepas headphone, lalu menghentikan musik secara otomatis, begitu juga sebaliknya, memutarnya kembali saat headphone dikenakan.

Namun atribut terunik Lagoon adalah sistem pencahayaan di bagian dalam kedua earcup-nya. Lho kok di dalam? Ya, sebab fungsinya sama sekali bukan untuk gaya-gayaan, melainkan untuk menjadi indikator buat pengguna. Contoh, saat headphone dinyalakan, lampu di earcup sebelah kiri akan menyala biru, sedangkan kanan menyala merah, demi memudahkan pengguna membedakan antara keduanya.

Contoh selanjutnya, saat menunggu untuk di-pair, lampunya akan berpenjar dalam warna biru dan berpindah dari satu earcup ke yang lain. Begitu berhasil tersambungkan dan siap digunakan, warnanya pun berganti menjadi oranye. Terakhir, ketika baterainya hampir habis, lampunya bakal menyala merah. Sekali lagi jangan samakan ini dengan sistem pencahayaan RGB, sebab fungsinya benar-benar berbeda.

Beyerdynamic Lagoon ANC

Bicara soal baterai, Lagoon ANC menjanjikan daya tahan sampai 24 jam dalam posisi noise cancelling aktif. Kalau dinonaktifkan, baterainya malah bisa bertahan hingga 46 jam pemakaian – sangat lama untuk ukuran headphone Bluetooth. Untuk charging, Lagoon telah memakai sambungan USB-C, sama seperti Sony WH–1000XM3.

Rencananya, Beyerdynamic Lagoon ANC akan dipasarkan mulai kuartal keempat tahun ini seharga 399 euro (± 6,9 juta). Varian warna yang bakal ditawarkan ada dua: kombinasi hitam dan biru, serta kombinasi abu-abu dan cokelat.

Sumber: Beyerdynamic dan The Verge.

UE Boom 3 dan MegaBoom 3 Atasi Kekurangan Pendahulunya Lewat Magic Button

Dimensi ringkas nan tahan banting, dipadukan dengan kualitas suara yang baik, merupakan resep mujarab speaker Bluetooth. Salah satu yang berhasil memenuhi kriteria-kriteria ini adalah seri Boom dari Ultimate Ears. Diperkenalkan pertama kali di tahun 2013, suksesornya sempat hadir dua tahun kemudian, dan sekarang generasi ketiganya sudah siap menyapa dunia.

UE Boom 3 datang bersama dengan MegaBoom 3 yang berukuran lebih besar. Keduanya mengusung desain ala botol minum yang sama persis, dan dibandingkan dengan pendahulunya, sebenarnya tidak jauh berbeda. Kendati demikian, penampilannya secara keseluruhan tampak lebih bersih, dan tombol plus-minus untuk mengatur volumenya juga bertambah besar.

UE Boom 3

Boom 3 dan MegaBoom 3 mencatatkan IP67 untuk sertifikasi ketahanan airnya. Revisi kecil lain di sektor desain adalah, colokan untuk charging-nya kini dipindah dari bawah ke bagian samping, sehingga speaker dapat lebih mudah digunakan selagi diisi ulang baterainya. Sayangnya port yang digunakan masih micro USB, sebab UE berdalih mayoritas konsumen belum siap dengan tren USB-C.

Bicara soal baterai, Boom 3 menjanjikan daya tahan sampai 15 jam, sedangkan MegaBoom 3 sampai 20 jam. Keduanya kompatibel dengan aksesori charging dock Power Up (dijual terpisah) yang sebelumnya menjalani debut bersama smart speaker UE Blast dan UE Megablast.

UE Boom 3

Perubahan terbesarnya terletak di bagian atas, di mana kini hadir sebuah tombol yang UE sebut dengan istilah “Magic Button”. Sebutan itu menandakan bahwa tombol tersebut bukan sebatas untuk play dan pause saja; tekan dan tahan tombolnya, maka speaker akan menyala, menyambung ke ponsel dan memutar playlist dari Apple Music (iOS) atau Deezer Premium (Android) dalam satu langkah – dukungan untuk Spotify masih belum ada, tapi UE sedang mengupayakannya.

Jangkauan koneksi Bluetooth kedua speaker ini diklaim mencapai 45 meter. Fitur koneksi ramai-ramai PartyUp milik pendahulunya juga masih tersedia, di mana pengguna dapat menyambungkan total 150 speaker guna meramaikan suasana sampai akhirnya diprotes tetangga.

UE MegaBoom 3 / Ultimate Ears
UE MegaBoom 3 / Ultimate Ears

UE Boom 3 dan MegaBoom 3 dijadwalkan tiba di pasaran mulai bulan September ini juga. Di Amerika Serikat, Boom 3 dibanderol seharga $150, sedangkan MegaBoom 3 seharga $200. Pilihan warnanya ada empat dan semuanya bermotif dual-tone.

Sumber: Logitech dan The Verge.

Berkat Sony SRS-XB501G, Google Assistant Siap Anda Ajak Nongkrong di Samping Kolam Renang

Sony tidak hanya membawa headphone wireless noise cancelling tercanggihnya ke IFA 2018. Mereka rupanya juga memperkenalkan speaker baru dari lini Extra Bass-nya. Yang istimewa, speaker bernama SRS-XB501G ini juga merupakan sebuah smart speaker.

Ya, untuk pertama kalinya, Sony mendatangkan integrasi Google Assistant pada lini party speaker-nya. Dengan begitu, pengguna dapat mengajak Assistant ke tempat yang sebelumnya tidak memungkinkan, semisal di samping kolam renang, sebab XB501G telah mengantongi sertifikasi IP65 (basah-basahan biasa saja, jangan sampai diceburkan).

Sony SRS-XB501G

XB501G dibekali sebuah subwoofer 4,92 inci dan sepasang speaker 1,75 inci yang diposisikan sedemikian rupa demi memperluas distribusi suara. Agar lebih maksimal lagi, speaker juga bisa diletakkan di atas tripod – plus penampilannya bakal kelihatan seperti lampu gantung warna-warni.

Sebagai smart speaker, konektivitas XB501G jauh dari kata mengecewakan. Wi-Fi, NFC dan Bluetooth sudah menjadi standar, demikian pula dukungan Chromecast untuk menyinkronkan beberapa speaker sekaligus. Baterainya diklaim bisa bertahan sampai 16 jam tanpa lampu warna-warni yang menyala, sedangkan charging-nya sudah menggunakan sambungan USB-C. XB501G juga bisa dijadikan power bank dadakan jika perlu.

Sony SRS-XB501G

Rencananya, Sony SRS-XB501G akan dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang seharga $300. Sulit rasanya mencari smart speaker yang lebih ‘meriah’ dari ini.

Sumber: PR Newswire.

Sony WH-1000XM3 Adalah Pesaing Kuat Bose di Segmen Headphone Wireless Noise Cancelling

Ajang IFA setiap tahunnya selalu dibanjiri oleh produk-produk audio baru, tidak terkecuali tahun ini. Salah satu yang paling getol meluncurkan produk audionya di IFA adalah Sony. Di IFA 2017, mereka menghadirkan tiga headphone wireless berteknologi noise cancelling sekaligus. Tahun ini mereka cuma membawa satu, yakni WH–1000XM3.

Generasi ketiga dari seri Sony 1000X ini boleh dibilang membawa peningkatan yang paling signifikan. Pertama-tama, desainnya telah disempurnakan meskipun masih terlihat mirip, kini diklaim sedikit lebih langsing dan lebih ringan. Kendati demikian, bantalan telinga dan kepalanya malah bertambah tebal guna semakin meningkatkan kenyamanan.

Sony WH-1000XM3

Namun perubahan yang paling besar pengaruhnya adalah sebuah prosesor terpisah berlabel QN1 yang secara khusus menjadi otak dari kinerja noise cancelling-nya. Sony bilang kinerja pemblokiran suaranya ini empat kali lebih baik dari sebelumnya, dan itu turut dibantu oleh sepasang mikrofon yang bertugas menangkap suara dari luar, sebelum akhirnya diteruskan ke prosesor untuk dieliminasi.

Prosesor ini, dipadukan dengan DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier terintegrasi, sanggup mengatasi file audio sampai yang beresolusi 32-bit (kabar baik buat kaum audiophile). Unit driver-nya sendiri berdiameter 40 mm, dan dibantu oleh diaphragm berbahan liquid crystal polymer (LCP), mampu menyuguhkan respon frekuensi 4 – 40.000 Hz.

Sony WH-1000XM3

Sony tak lupa menyematkan sejumlah fitur pintar pada 1000XM3. Yang pertama adalah Adaptive Sound Control, di mana headphone diklaim dapat mendeteksi situasi fisik secara otomatis, lalu menyesuaikan kinerjanya. Contoh, selagi pengguna berjalan kaki, headphone akan mendeteksi dan membiarkan suara dari luar masuk, begitu juga ketika ada suara pengumuman di tempat umum. Namun ketika di dalam bus atau kereta yang bergerak, noise cancelling bakal aktif sepenuhnya.

Yang kedua, Quick Attention Mode memungkinkan pengguna untuk mendengarkan suara di sekitarnya tanpa harus melepas headphone. Cukup tutupi earcup sebelah kanan dengan tangan, maka volume akan turun secara instan. Sebagai informasi, 1000XM3 memang mengandalkan pengoperasian berbasis gesture pada earcup-nya.

Terakhir, fitur Customizable Automatic Power Off memungkinkan pengguna untuk mengaktifkan fungsi noise cancelling tanpa harus memutar lagu maupun menyambungkan headphone ke ponsel. Headphone cukup dikenakan saja, maka suara dari luar akan diblokir, dan pengguna bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus ditemani alunan musik.

Sony WH-1000XM3

Semua itu masih kurang? Well, masih ada integrasi NFC untuk memudahkan proses pairing, serta dukungan Google Assistant. Baterainya diyakini mampu bertahan sampai 30 jam pemakaian dengan noise cancelling aktif, dan perangkat juga mendukung fitur fast charging via USB-C (10 menit charging cukup untuk menikmati musik selama 5 jam). Kalaupun charging tak bisa dilakukan, 1000XM3 masih bisa digunakan bersama kabel audio standar.

Jujur saya pribadi sangat tertarik dengan kelengkapan yang ditawarkan Sony WH–1000XM3. Sony akan memasarkannya mulai bulan September seharga $350, cukup kompetitif kalau dibandingkan sang juara di segmen ini, yakni Bose QuietComfort 35 Wireless II.

Sumber: PR Newswire.

Audio-Technica Jalani Debutnya di Ranah True Wireless Earphone dengan Dua Produk Sekaligus

Sennheiser bukan satu-satunya dedengkot audio yang terlambat menjalani debutnya di segmen true wireless earphone. Ajang IFA 2018 juga menjadi saksi atas penawaran perdana dari Audio-Technica di kategori ini. Sang pabrikan asal Jepang pun langsung tancap gas memperkenalkan dua true wireless earphone sekaligus.

Yang pertama adalah ATH-CKR7TW. Sepintas dimensinya kelihatan bongsor, akan tetapi di dalamnya memang bernaung driver berdiameter 11 mm. Audio-Technica juga mengklaim telah mengisolasi komponen-komponen akustik dan elektronik di dalam earphone demi meminimalkan aliran udara yang dapat mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan.

Audio-Technica ATH-CKR7TW

DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier tidak lupa disematkan, dan perangkat sudah mengandalkan Bluetooth 5.0 sebagai konektivitasnya, lengkap dengan dukungan beragam codec populer seperti AAC maupun aptX. Dalam satu kali charge, baterainya diyakini dapat bertahan sampai 6 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya dapat menyuplai daya tahan ekstra sampai 9 jam.

Audio-Technica ATH-SPORT7TW / Audio-Technica
Audio-Technica ATH-SPORT7TW / Audio-Technica

True wireless earphone yang kedua adalah ATH-SPORT7TW. Dari namanya sudah kelihatan kalau model ini ditujukan buat penggemar olahraga. Maka dari itu, bentuk unitnya sedikit berbeda karena ada semacam sirip kecil yang dirancang untuk menjaga perangkat tidak mudah terlepas meski pengguna tengah beraktivitas secara intens.

Juga penting untuk kategori sport adalah ketahanan air, dan SPORT7TW telah mengantongi sertifikasi IPX5, sehingga dicuci di wastafel usai beraktivitas pun tidak akan menjadi masalah. Fitur unik lain adalah mode ambient (memungkinkan suara dari luar untuk masuk selagi earphone digunakan) yang dapat diaktifkan dengan menyentuh dan menahan jari di earpiece sebelah kiri.

Audio-Technica ATH-SPORT7TW

Penggunaan driver 5,8 mm mengindikasikan kualitas suaranya yang lebih inferior dibanding CKR7TW. Meski begitu, konektivitas Bluetooth 5.0 dan dukungan codec yang sama masih tersedia. Baterainya hanya bisa bertahan sampai 3,5 jam saja, akan tetapi charging case-nya menyimpan daya ekstra sampai 14 jam.

Baik ATH-CKR7TW maupun ATH-SPORT7TW sama-sama akan dipasarkan mulai musim semi ini dengan harga masing-masing $249 dan $199. Sennheiser dan Audio-Technica sudah, merek kenamaan lain apa lagi yang akan menyusul?

Sumber: Audio-Technica.

Sennheiser Singkap True Wireless Earphone Perdananya, Momentum True Wireless

True wireless earphone bukanlah barang baru lagi di industri perangkat audio, akan tetapi hingga kini masih ada nama besar industri yang belum mengikuti tren ini. Salah satunya adalah Sennheiser. Mereka bukannya tidak tertarik, melainkan cuma terlambat. Di IFA 2018, Sennheiser akhirnya mengungkap secara resmi true wireless earphone perdananya.

Dinamai Momentum True Wireless, desainnya tergolong simpel dan tidak neko-neko. Sebagai bagian dari lini Momentum, kualitas suara sudah pasti menjadi prioritas utama di samping desain, dan di sini Sennheiser telah menyematkan driver tipe dynamic berdiameter 7 mm yang benar-benar baru ke masing-masing earpiece-nya, dengan rentang frekuensi 17 – 21.000 Hz.

Sennheiser Momentum True Wireless

Anda tidak akan menjumpai tombol sama sekali pada bodi perangkat yang diklaim tahan cipratan air (IPX4) ini, sebab pengoperasiannya semua mengandalkan gesture. Contohnya, sentuh satu kali di earpiece kiri untuk play atau pause, sedangkan di earpiece kanan untuk memanggil Google Assistant atau Siri.

Nantinya, pengguna akan dipandu melalui aplikasi pendamping di ponsel guna memahami semua gesture yang didukung Momentum True Wireless. Aplikasi yang sama juga dapat dimanfaatkan untuk mengubah pengaturan perangkat, termasuk halnya mengunduh dan meng-install firmware update jika ada.

Sennheiser Momentum True Wireless

Perangkat mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.0, lengkap dengan dukungan codec aptX. Dalam satu kali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai empat jam penggunaan. Tentu saja ia datang bersama sebuah charging case, dan case-nya ini tampak amat stylish serta masih cukup ringkas untuk disimpan di dalam kantong.

Case tersebut dapat mengisi ulang Momentum True Wireless sebanyak dua kali, sehingga secara total daya tahan baterainya mencapai 12 jam. Yang patut dibanggakan, charging case-nya dapat diisi ulang dengan kabel USB-C, dan proses pengisiannya pun cepat, cuma 1,5 jam dari kosong hingga penuh.

Sennheiser Momentum True Wireless

Rencananya, Sennheiser Momentum True Wireless akan dipasarkan mulai pertengahan bulan November mendatang. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $300, jauh di atas kebanyakan true wireless earphone kompetitor, tapi toh ini memang Sennheiser yang kita bicarakan.

Sumber: Sennheiser dan The Verge.