Dihargai $1.000, Earphone AKG N5005 Andalkan Lima Unit Driver Sekaligus

Berbahagialah Anda yang menggunakan smartphone yang masih memiliki jack headphone, sebab Anda masih bisa menikmati headphone atau earphone premium dengan nyaman, alias tanpa harus mengandalkan bantuan adapter. Contoh earphone yang saya maksud adalah AKG N5005 berikut ini, yang rencananya bakal dipasarkan seharga $1.000 pada musim semi mendatang.

Modal sebesar itu pastinya akan memberikan Anda sebuah earphone yang sanggup memutar audio berkualitas hi-res, yang diyakini bahkan lebih baik lagi dari yang berkualitas CD. N5005 juga menjanjikan reproduksi suara kelas reference lewat lima unit driver yang tertanam di dalam masing-masing earpiece-nya.

Di antara kelima driver tersebut, satu merupakan tipe dynamic berdiameter 9,2 mm, sedangkan sisanya bertipe balanced armature, yang sudah menjadi langganan deretan earphone premium selama ini. Kombinasinya menjanjikan reproduksi frekuensi mid yang akurat, high yang amat jernih, serta distorsi yang sangat minimal.

AKG N5005

Namun yang cukup unik adalah aksesori bernama Sound Filter yang dirancang untuk sedikit mengubah karakteristik suara yang dihasilkan N5005. Total ada empat filter yang berbeda, yang masing-masing berfungsi sesuai namanya: Bass Boost, Reference Sound, Semi-High Boost dan High Boost.

AKG sebenarnya bukan yang pertama menerapkan inovasi semacam ini. Hampir tiga tahun yang lalu, RHA Audio sempat meluncurkan earphone berfitur serupa, yakni RHA T20. Yang membedakan, harganya tidak semahal dan konfigurasi driver-nya pun tidak sekompleks penawaran AKG ini.

Melihat harganya, wajar apabila yang tertarik sekaligus sanggup membeli adalah mereka yang juga menggunakan smartphone kelas flagship. Namun bagaimana seandainya ponsel seharga $1.000 Anda tidak dilengkapi jack headphone dan adapter-nya hilang? Jangan khawatir, sebab AKG juga menyertakan sebuah Bluetooth dongle untuk N5005.

Sederhananya, aksesori ini bakal mengubah N5005 menjadi wireless, lengkap dengan remote control tiga tombol beserta mikrofon untuk menerima dan melakukan panggilan telepon. Dongle-nya sendiri diperkirakan bisa bertahan selama sekitar 8 jam penggunaan sebelum perlu diisi ulang baterainya.

Sumber: Business Wire.

Harman Kardon Allure Portable Ramaikan Pasar Smart Speaker Berintegrasi Alexa

Kalau melihat tren tahun lalu, bisa diprediksi bahwa smart speaker bakal menjadi segmen yang mendominasi ajang CES tahun ini. Pabrikan demi pabrikan terkesan semakin agresif mengintegrasikan asisten virtual ke speaker buatannya, salah satunya Harman Kardon.

Salah satu smart speaker-nya, Harman Kardon Allure, kini punya adik kecil yang lebih portable. Mengusung embel-embel “Portable”, perangkat tetap mempertahankan gaya desain khas yang ditonjolkan kakaknya, memadukan grille berbahan stainless steel dengan penutup semi-transparan di atasnya.

Di dalamnya tertanam sepasang driver 1,75 inci berdaya 20 watt, ditemani oleh dua radiator pasif untuk mengisi satu ruangan penuh dengan suara serta dentuman bass yang mantap. Selain Bluetooth, Allure Portable turut mengemas Wi-Fi untuk mengakomodasi streaming audio beresolusi setinggi 96 kHz/24 bit.

Terkait kualitas suara, kakaknya yang bertubuh lebih kekar kemungkinan besar masih lebih unggul. Namun Allure Portable juga menyimpan kelebihannya sendiri, yakni baterai rechargaeble yang bisa bertahan sampai 10 jam, sehingga perangkat bebas Anda bawa ke mana-mana jika perlu.

Sama seperti kakaknya, tentu saja yang menjadi fitur andalan di sini adalah kontrol via perintah suara berkat integrasi Amazon Alexa. Memanggil sang asisten dari kejauhan juga dimungkinkan berkat sepasang mikrofon berteknologi noise cancelling.

Rencananya Harman Kardon Allure Portable akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini, dengan banderol $199 – hanya terpaut sedikit dari versi standarnya.

Sumber: Business Wire.

Sennheiser HD 820 Adalah Versi Closed-Back dari Headphone Terbaik Sennheiser

Hampir semua headphone terbaik yang ada di pasaran mengemas earcup berdesain terbuka (open-backed), salah satunya Sennheiser HD 800 S. Keuntungan dari headphone jenis ini umumnya adalah soundstage yang terasa amat luas, akan tetapi kekurangannya, Anda hanya bisa menggunakannya di ruangan yang senyap, sebab suara dari sekitar akan sangat mudah terdengar.

Apakah menikmati musik dari headphone berkualitas harus selamanya menjadi aktivitas yang hanya bisa dilakukan di masa-masa tenang di rumah? Tidak. Pada kenyataannya, tidak sedikit juga headphone berjenis closed-back yang menjadi favorit kalangan audiophile, Fostex TH900mk2 contohnya.

Sennheiser HD 820

Sennheiser pun sekarang juga punya headphone premium berdesain tertutup. Diumumkan di ajang CES 2018, Sennheiser HD 820 merupakan versi closed-back dari HD 800 S. Desainnya nyaris identik dengan HD 800 S, hanya saja kedua earcup-nya kini telah ditutup. Yang unik, penutupnya adalah kaca Gorilla Glass yang sedikit melengkung, sehingga jeroannya masih kelihatan dari luar.

Sennheiser bilang bahwa kaca Gorilla Glass ini juga berkontribusi terhadap kualitas suara yang dihasilkan, dengan cara meminimalkan resonansi. Perbedaan lainnya, bantalan telinga HD 820 dibalut perpaduan bahan kulit sintetis dan microfiber, sedangkan HD 800 S sebelumnya hanya mengandalkan microfiber saja.

Sennheiser tidak segan mengategorikan HD 820 sebagai headphone kelas reference dengan reproduksi suara yang alami sekaligus realistis. Namun untuk bisa merasakannya, ia butuh didampingi amplifier eksternal yang sama berkualitasnya. Itulah mengapa Sennheiser juga mengumumkan amplifier baru HDV 820.

Ketergantungan akan amplifier berarti Anda tidak bisa semudah itu membawa dan menggunakan HD 820 selagi berada di dalam kereta komuter. Headphone sekelas ini bukan termasuk barang yang portable, tapi setidaknya Anda tak memerlukan ruangan khusus untuk dimanjakan oleh HD 820; di ruang keluarga pun bisa, sebab suara yang dihasilkannya tak akan bocor ke mana-mana seperti HD 800 S, dan suara dari luar pun juga tidak akan mengganggu Anda kecuali volumenya luar biasa keras.

Sennheiser berencana memasarkan HD 820 seharga $2.400, akan tetapi konsumen yang tertarik harus bersabar menunggu sampai sekitar awal musim panas nanti.

Sennheiser CX 6.00BT / Sennheiser
Sennheiser CX 6.00BT / Sennheiser

Kontras dengan HD 820, Sennheiser juga mengumumkan earphone Bluetooth berharga terjangkau. Dijuluki CX 6.00BT, ia mengusung desain yang amat ringkas dengan bobot hanya 14 gram. Di saat yang sama, ia menjanjikan reproduksi suara yang jernih dan mendetail, lengkap dengan dentuman bass yang mantap.

Meski belum menggunakan Bluetooth 5.0, earphone ini cukup istimewa karena dapat di-pair dengan dua perangkat yang berbeda secara bersamaan, semisal laptop dan smartphone, sehingga pengguna bisa berganti perangkat dengan mudah. Mikrofon berteknologi noise cancelling turut tersedia, demikian pula remote control berisikan tiga tombol.

Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama enam jam nonstop, dan perangkat juga mendukung fitur fast charging sehingga bisa terisi penuh hanya dalam waktu sekitar 1,5 jam saja. Harganya? $100 saja, dan konsumen sudah bisa membelinya mulai bulan ini juga.

Sumber: Sennheiser 1, 2.

Berbodi Ramping, Samsung Soundbar NW700 Bisa Digantung di Tembok Menemani TV

Tahun demi tahun, TV terus bertambah tipis sampai ke titik di mana pabrikan memperlakukannya seperti hiasan tembok. Meski tipis, kualitas gambarnya tidak perlu diragukan. Akan tetapi yang sering dikompromikan justru adalah performa audio, sehingga perangkat seperti soundbar kerap dijadikan pendamping yang ideal.

TV-nya tipis dan digantung di tembok, lalu kenapa soundbar-nya tidak bisa demikian? Samsung sepertinya sudah menanyakan hal ini sejak lama, hingga akhirnya mereka memperkenalkan soundbar baru yang sangat berbeda dari biasanya. Berbeda karena soundbar ini juga dapat digantungkan di tembok menemani TV.

Nama lengkapnya Samsung Soundbar NW700, dan ia merupakan penerus model MS650 yang cukup sukses di pasaran. Desainnya tampak amat simpel sekaligus monolitik, dengan tebal bodi hanya 53,5 mm, atau 41% lebih tipis dibanding model sebelumnya. Yang lebih mencengangkan lagi, Samsung berhasil menyematkan subwoofer ke dalamnya.

Samsung Soundbar NW700

Ini berarti konsumen bisa mendapatkan reproduksi bass yang mantap tanpa harus merusak pemandangan ruangan dengan sebuah subwoofer eksternal. Teknologi kompensasi distorsi otomatis turut hadir demi menghasilkan suara yang jernih, bahkan dalam volume tinggi sekalipun.

NW700 mengadopsi tiga channel suara serta memiliki tiga mode yang berbeda: Standard, Surround dan Smart Mode, yang akan menyesuaikan volume dan efek suara surround dengan sendirinya. Singkat cerita, Samsung tidak ingin mengorbankan performa hanya demi menyajikan desain premium.

Harga dan ketersediaannya belum dirincikan, namun Samsung berencana memamerkannya di panggung CES 2018 bulan depan.

Sumber: Samsung.

Crazybaby Air Nano Ramaikan Pasar Truly Wireless Earphone Tanpa Fitur yang Muluk-Muluk

Menjamurnya truly wireless earphone tidak akan bisa terelakkan, apalagi ketika satu per satu pabrikan smartphone mulai melupakan eksistensi headphone jack. Dari sekian banyak truly wireless earphone, kita setidaknya bisa memformulasikan empat faktor terpenting: desain ringkas dan ergonomis, kualitas suara apik, koneksi stabil dan baterai yang tahan lama.

Tentunya tidak banyak yang bisa memenuhi semuanya, dan memang hampir mustahil bagi kita untuk mendapatkan truly wireless earphone yang benar-benar sempurna. Kendati demikian, perangkat bernama Air Nano dari startup Crazybaby berikut ini bisa menyuguhkan keempat faktor tersebut dengan baik.

Sepintas desainnya terkesan seakan kurang inspirasi, hanya berwujud seperti kapsul yang dipotong menjadi dua, lalu ujungnya dipasangi silikon yang dimiringkan sedikit posisinya agar bisa menancap dengan mantap di telinga. Bahkan charging case-nya pun juga menyerupai kapsul.

Konstruksinya memang hanya mengandalkan material plastik, tapi setidaknya secara keseluruhan perangkat tahan terhadap cipratan air. Total ada empat pasang eartip dalam ukuran yang berbeda untuk mengakomodasi telinga banyak konsumen sekaligus, plus sebuah wingtip buat yang berencana memakainya selagi berolahraga.

Crazybaby Air Nano

Soal kualitas suara, Crazybaby memercayakan diafragma dari bahan carbon nanotube pada unit driver berdiameter 5,5 mm milik Air Nano demi menyajikan reproduksi suara yang jernih dan optimal. Sepasang mikrofon dengan teknologi isolasi suara turut disematkan agar yang jernih bukan hanya suara yang masuk saja, tapi juga yang keluar ketika pengguna melakukan panggilan telepon.

Beralih ke koneksi, Air Nano tergolong spesies yang cukup langka yang sudah menggunakan chip Bluetooth 5.0. Bluetooth 5.0 secara teori tidak hanya mampu meningkatkan kualitas suara berkat kapasitas transmisi datanya yang lebih besar, tapi juga lebih irit perihal konsumsi energi.

Pada kenyataannya, Crazybaby mengklaim daya tahan baterai Air Nano bisa mencapai angka 12 jam nonstop dengan dipadukan charging case-nya. Fitur fast charging turut didukung; letakkan Air Nano di dalam case-nya selama lima menit saja, maka pengguna diyakini bisa memakainya selama 1,5 jam ke depan. Case-nya sendiri bisa di-charge menggunakan kabel USB-C.

Crazybaby Air Nano

Di atas kertas, Crazybaby Air Nano terdengar cukup mengesankan dan mampu memenuhi keempat aspek esensial yang kita tetap di awal. Itulah mengapa tidak mengherankan kalau kampanye penggalangan dananya di Indiegogo berhasil menembus angka $1 juta.

Ke depannya, Crazybaby berniat memasarkan Air Nano paling cepat mulai bulan Januari seharga $129. Sebagai pemanis, konsumen bisa memilih satu dari sepuluh warna yang tersedia.

Gandeng Sonos, Ikea Ingin Ciptakan Produk Rumahan Baru dengan Fokus pada Suara dan Musik

Sebagai salah satu produsen sekaligus pemilik jaringan retail mebel terbesar di dunia, tidak mengejutkan apabila Ikea punya visi besar atas ranah smart home. Sejumlah konsep rumah pintar telah mereka pamerkan, mulai dari dapur futuristis sampai meja yang bisa menyerap energi panas untuk mengisi baterai smartphone.

Selain konsep-konsep tersebut, Ikea pada kenyataannya juga sudah menjalankan inisiatifnya sendiri yang bertajuk Ikea Home Smart sejak tahun 2015 lalu. Langkah yang pertama adalah mengintegrasikan Qi wireless charger ke sejumlah furniture buatannya. Kemudian langkah yang kedua dilancarkan dalam bentuk lini lampu pintar Trådfri.

Untuk langkah yang ketiga, Ikea tampaknya ingin menghasilkan dampak yang cukup besar. Perusahaan asal Swedia itu pun memutuskan untuk menggandeng Sonos, ahli audio asal Amerika Serikat sekaligus yang memelopori tren teknologi multi-room.

Mengapa Sonos dan mengapa fokusnya adalah audio? Karena Ikea percaya bahwa musik adalah salah satu faktor untuk menciptakan suasana yang nyaman di rumah. Kolaborasi ini bertujuan untuk memudahkan konsumen memutar musik di mana saja di kediamannya, tanpa mengganggu jalannya aktivitas sehari-hari.

Pertemuan perdana tim Ikea dan Sonos / Ikea
Pertemuan perdana tim Ikea dan Sonos / Ikea

Detail mengenai kemitraan ini masih sangat minim. Sejauh ini apa yang keduanya bakal lakukan baru sebatas spekulasi. Ikea hanya bilang bahwa mereka dan Sonos ingin menciptakan produk yang benar-benar didesain berdasarkan bagaimana kebiasaan konsumen mendengarkan musik bersama-sama di rumah.

Imajinasi liar saya membayangkan bagaimana keahlian desain mebel Ikea bisa dikawinkan dengan teknologi audio dari Sonos. Mungkin sebuah rak TV yang juga berfungsi sebagai soundbar? Sonos sendiri sudah punya speaker yang berfungsi sebagai dudukan TV, jadi saya kira hal seperti ini bukanlah tidak mungkin.

Dalam video promosinya, frasa-frasa seperti “sound for children“, “sound for living” dan “sound for home” bisa menjadi indikasi bahwa suara secara umum juga bakal menjadi fokus di samping musik. Realisasinya seperti apa masih belum ada yang tahu, tapi Ikea bilang bahwa hasil kolaborasinya dengan Sonos ini bakal meluncur ke publik mulai tahun 2019.

Sumber: Ikea.

Pabrikan Arloji Premium, Shinola, Luncurkan Headphone dan Earphone Perdananya

Pabrikan jam tangan premium asal Amerika Serikat, Shinola, tahun lalu memulai pelebaran sayapnya ke ranah audio lewat sebuah turntable berdesain mewah. Dimotori oleh mantan CEO Audeze, divisi audio Shinola tentunya masih belum mau berhenti. Baru-baru ini, mereka memperkenalkan sepasang headphone dan sepasang earphone sekaligus.

Kedua headphone yang dimaksud adalah Shinola Canfield Over-Ear dan Canfield On-Ear. Tidak mengejutkan dari perusahaan yang mengawali kiprahnya di industri arloji, duo headphone debutannya ini juga dibalut dengan material premium seperti stainless steel dan kulit asli. Plus, keduanya juga dirakit dengan tangan di markas Shinola di kota Detroit.

Shinola Canfield On-Ear / Shinola
Shinola Canfield On-Ear / Shinola

Keduanya mengusung gaya desain yang sama, dengan perbedaan hanya pada ukurannya. Spesifikasinya juga sedikit berbeda: Canfield Over-Ear mengemas dynamic driver 50 mm dengan rentang frekuensi 20 – 24.000 Hz, sedangkan Canfield On-Ear mengemas driver 40 mm dengan frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Sayangnya untuk sekarang belum ada varian wireless untuk keduanya. Ini penting mengingat satu per satu smartphone mulai kehilangan jack headphone. Kendati demikian, Shinola berencana menawarkan aksesori terpisah untuk pengguna perangkat iOS berupa kabel Lightning yang bisa dipasangkan ke kedua headphone-nya, dan versi wireless-nya direncanakan menyusul tahun depan.

Shinola Canfield Pro (kiri) dan Canfield In-Ear Monitors (kanan) / Shinola
Shinola Canfield Pro (kiri) dan Canfield In-Ear Monitors (kanan) / Shinola

Untuk kedua earphone-nya, yakni Shinola Canfield In-Ear Monitors dan Canfield Pro In-Ear Monitors, masih belum ada informasi mendetail terkecuali fakta bahwa Shinola mengembangkannya dengan bantuan dari startup bernama Campfire Audio, yang banyak menerima pujian dari kalangan audiophile.

Shinola saat ini sudah memasarkan Canfield Over-Ear seharga $595, dan Canfield On-Ear seharga $495. Keduanya tersedia dalam dua kombinasi warna – silver-hitam dan silver-coklat – tapi Shinola juga menawarkan varian warna hitam glossy yang lebih mahal $55. Canfield In-Ear dan Canfield Pro In-Ear akan menyusul di bulan Desember, dengan harga masing-masing $195 dan $495.

Sumber: The Verge dan Shinola.

Audeze Luncurkan Versi Lebih Terjangkau dari Headphone Planar Magnetic Andalannya

Kecuali Anda seorang audiophile, atau setidaknya mengikuti perkembangan perangkat audio, spesifiknya headphone, Anda mungkin tidak mengenal nama Audeze. Brand asal Amerika Serikat membangun reputasinya lewat deretan headphone berteknologi planar magnetic yang superior dalam hal reproduksi bass dan suara minim distorsi.

Namun menciptakan suatu headphone yang sempurna adalah hal yang hampir mustahil. Bagi Audeze, kelemahan lini headphone-nya ada dua: dimensi fisiknya sangat besar dan harganya kelewat mahal. Mendekati akhir tahun 2017 ini, Audeze sepertinya ingin membenahi kelemahan kedua tersebut.

Maka diperkenalkanlah Audeze LCD2 CLassic. Mereka yang familier dengan Audeze pasti tahu kalau headphone baru ini merupakan varian alternatif dari Audeze LCD-2 yang legendaris dan masih diyakini sebagai headphone terbaik yang pernah Audeze buat. Lewat LCD2 Classic, Audeze sejatinya ingin menjadikan kehebatan LCD-2 lebih mudah diakses.

Kalau LCD-2 dibanderol sekitar $1.000, maka LCD2 Classic dipatok $800 ‘saja’ – Anda bahkan bisa mendapatkannya seharga $600 kalau melakukan pre-order. Spesifikasi, kualitas dan karakteristik suaranya dipastikan sama persis dengan LCD-2. Yang membedakan LCD2 Classic hanyalah tidak ada lapisan kayu premium pada earcup-nya, dan label “handcrafted in the USA” yang absen.

Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah desain headband-nya yang mengadopsi sistem suspensi, yang diyakini bisa mendistribusikan bobot keseluruhan perangkat secara lebih merata. Selebihnya, konsumen bakal mendapatkan pengalaman yang sama superiornya dengan LCD-2.

Audeze LCD-MX4 Classic / Audeze
Audeze LCD-MX4 Classic / Audeze

Selain LCD2 Classic, Audeze turut memperkenalkan LCD-MX4, lagi-lagi varian alternatif dari salah satu headphone unggulannya, yaitu LCD-4 yang dibanderol $4.000. LCD-MX4 memang masih belum bisa dikatakan murah, tapi setidaknya Audeze bisa memangkas harganya hingga menjadi $3.000 saja.

Sejumlah kompromi tentu saja harus dilakukan. Yang paling utama selain hilangnya lapisan kayu premium adalah absennya teknologi Fazor yang terdapat pada LCD-4, yang dirancang untuk menyalurkan suara yang lebih presisi dan mengeliminasi distorsi-distorsi yang sangat kecil. Kendati demikian, performanya diyakini kurang lebih sama seperti LCD-4.

Yang membuat LCD-MX4 lebih menarik adalah impedansi yang hanya 20 ohm, yang berarti pengguna tak harus memiliki amplifier terpisah, dan menancapkannya langsung pada perangkat seperti laptop tidak akan menjadi masalah. Bobot LCD-MX4 juga diyakini 30 persen lebih ringan ketimbang semua headphone dari lini LCD besutan Audeze.

Baik LCD2 Classic maupun LCD-MX4 memang masih jauh dari kata terjangkau, tapi cukup melegakan melihat perusahaan sekelas Audeze yang berupaya membuat produk andalannya lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang.

Sumber: The Verge 1, 2.

Bang & Olufsen Luncurkan Speaker Multi-Room Terkecil dan Termurahnya, Beoplay M3

Bang & Olufsen kembali merilis speaker wireless yang cukup menarik. Dinamai Beoplay M3, ia merupakan speaker wireless rumahan terkecil dari sang ahli audio asal Denmark. Saya bilang “rumahan” karena speaker ini tidak termasuk kategori portable yang dapat beroperasi dengan baterai – di kategori itu masih ada yang lebih mungil lagi, yakni Beoplay P2.

Seperti biasa, desain merupakan salah satu aspek yang selalu ditonjolkan oleh B&O. Bodi aluminium M3 memiliki dimensi 11 x 15 x 14 cm, dengan bobot sekitar 1,46 kg. Di salah satu sisinya, terpasang grille berbahan wol premium, tapi konsumen juga bisa memilih yang berbahan aluminium kalau mau.

Di balik grille tersebut, tertanam sebuah woofer berdiameter 3,75 inci dan tweeter 3/4 inci, dengan rentang frekuensi 65 – 22.000 Hz. Masing-masing ditenagai oleh amplifier Class D berdaya 40 watt, sehingga mengisi satu ruangan bukanlah problem besar buatnya.

Beoplay M3

Konektivitas wireless-nya mengandalkan Bluetooth 4.2 dan Wi-Fi AC, dan streaming via AirPlay maupun Chromecast pun turut didukung. Yang menarik, M3 rupanya juga dapat dijadikan bagian dari setup multi-room bersama lini Beoplay lain, spesifiknya A6, A9 dan M5.

Tombol kontrol pada M3 tergolong minimalis, tapi pengguna masih memiliki opsi yang lebih lengkap melalui aplikasi pendamping Beoplay di smartphone, termasuk untuk menyesuaikan profil suaranya dengan selera masing-masing.

Namun yang membuat Beoplay M3 terdengar begitu menggiurkan adalah harganya. Dengan banderol $299, harganya cuma separuh harga Beoplay M5, sekaligus menjadikannya sebagai speaker multi-room termurah dari B&O.

Sumber: SlashGear dan Bang & Olufsen.

Sistem Audio Ini Tidak Melibatkan Speaker Sama Sekali Guna Memangkas Bobot Mobil

Penggunaan material seperti serat karbon selama ini menjadi salah satu solusi andalan pabrikan otomotif untuk memangkas bobot mobil yang dikembangkannya. Namun menurut pemasok komponen otomotif asal Jerman, Continental, cara lain bisa dengan merombak sistem audio dalam mobil.

Buah pemikiran mereka adalah sistem audio bernama Ac2ated Sound. Tidak seperti sistem audio pada umumnya, Ac2ated sama sekali tidak melibatkan speaker. Sebagai gantinya, suara justru disalurkan melalui permukaan interior, kurang lebih dengan cara kerja yang sama seperti biola.

Kunci dari sistem rancangan Continental ini adalah beberapa actuator yang disembunyikan di balik panel interior. Komponen berukuran kecil ini pada dasarnya mirip seperti inti dari sebuah speaker, dan tugasnya adalah menghasilkan getaran kecil untuk kemudian disebarkan lewat permukaan interior.

Ac2ated Sound

Continental bilang kalau sistem ini bisa bekerja tanpa perlu mengganti panel interior dengan material khusus. Yang paling krusial justru adalah penempatannya. Sebagai contoh, actuator yang disembunyikan di balik pilar A diyakini ideal untuk menghasilkan frekuensi tinggi, sedangkan panel instrumen dan pintu untuk frekuensi sedang, lalu langit-langit kabin untuk frekuensi rendah.

Continental juga bilang pengalaman yang disuguhkan cukup mirip dengan berada di ruangan besar. Kendati demikian, sistem ini tidak luput dari potensi masalah, seperti misalnya ketika penumpang menyandar ke pintu, yang bisa berakibat pada suara yang teredam.

Namun manfaat utama dari Ac2ated Sound adalah bagaimana sistem ini dapat memangkas sekitar 90% bobot sistem audio tradisional. Hal ini dinilai penting buat pabrikan yang menggarap mobil elektrik, yang umumnya harus mengalokasikan cukup banyak porsi bobot mobil untuk modul baterai.

Continental memang masih memerlukan beberapa tahun lagi untuk mematangkan teknologi ini. Namun mereka berencana untuk mendemonstrasikannya di ajang CES pada awal tahun depan.

Sumber: Wards Auto dan Continental.