V-MODA Luncurkan Speaker Bluetooth Perdananya

V-MODA, brand yang dikenal akan deretan headphone-nya yang stylish sekaligus tahan banting, kini melebarkan sayapnya ke ranah speaker Bluetooth. Produk perdananya untuk segmen ini adalah Remix, yang sekali lagi juga mengedepankan keseimbangan antara desain dan performa.

Di balik bodi berbalut aluminium atau kulitnya, tertanam sepasang driver serta sebuah passive bass reflector. Kombinasi ini diklaim tak hanya sanggup menyajikan kualitas suara yang jernih, mendetail dan akurat, tetapi turut dibarengi oleh dentuman bass yang mantap – berdasarkan pengalaman pribadi, headphone V-MODA tergolong juara dalam hal reproduksi bass.

Fitur lain yang membuatnya unik dibanding speaker Bluetooth lain adalah integrasi headphone amplifier. Jadi untuk pengguna yang memiliki headphone kelas high-end, Remix bisa dimanfaatkan untuk menghantarkan daya yang cukup guna memaksimalkan headphone tersebut – menurut V-MODA sendiri, kinerjanya tak kalah dari headphone amplifier terpisah seharga $200 atau lebih.

Panel kontrol V-MODA Remix terdapat di bagian atas dan mencakup sebuah tombol multifungsi / V-MODA
Panel kontrol V-MODA Remix terdapat di bagian atas dan mencakup sebuah tombol multifungsi / V-MODA

Panel kontrolnya terdapat di bagian atas. Remix juga dibekali mikrofon built-in, dan ia bisa disambungkan dengan speaker Amazon Echo Dot sehingga Anda bisa berinteraksi dengan asisten virtual Amazon Alexa di ruangan yang lain. Tidak kalah menarik adalah kemampuan Remix untuk disambungkan dengan unit Remix lain dalam jumlah tak terbatas.

V-MODA menyematkan baterai berkapasitas 3.400 mAh ke dalam Remix, dengan estimasi daya tahan sekitar 10 jam. Sebagai produk yang dirilis di tahun 2017, sudah sewajarnya apabila charging-nya mengandalkan port USB-C.

V-MODA Remix saat ini telah dipasarkan seharga $300. V-MODA turut menawarkan deretan aksesori opsional yang dibuat menggunakan teknik 3D printing dengan rentang harga $40 – $370.000 – Anda tidak salah baca, karena aksesori dengan harga selangit ini terbuat dari bahan platinum asli.

Sumber: The Verge dan V-MODA.

Sonos Playbase Adalah Speaker Sekaligus Dudukan TV yang Amat Premium

Meskipun mahal, Sonos Playbar merupakan salah satu soundbar terbaik yang bisa Anda beli saat ini. Yang menjadi masalah, tidak semua orang memiliki TV yang di-mount ke tembok. Pada kenyataannya, sekitar 70 persen konsumen yang memiliki TV hanya menempatkannya di atas kabinet begitu saja. Bagi mereka, soundbar tentunya bukan solusi audio yang ideal.

Untuk itu, Sonos telah menyiapkan alternatifnya. Didapuk Sonos Playbase, ini bukanlah suksesor dari Playbar yang dirilis pada tahun 2013 silam. Playbase pada prinsipnya merupakan speaker sekaligus dudukan untuk TV. Jadi seandainya Anda memiliki TV yang di-mount ke tembok, Playbar masih merupakan pilihan yang lebih ideal.

Speaker grille Sonos Playbase terdiri dari 43.000 lubang individual / Sonos
Speaker grille Sonos Playbase terdiri dari 43.000 lubang individual / Sonos

Sebagai dudukan TV, Playbase harus memiliki bodi yang tangguh. Sonos mengklaim bodi polycarbonate-nya sanggup mengusung TV hingga yang berbobot 34 kg selama bertahun-tahun. Jadi kalau dudukan TV Anda berada di tengah, jangan ragu untuk menempatkannya tepat di atas Playbase, kira-kira demikian pesan yang ingin disampaikan Sonos.

Bodi yang pipih dengan tinggi hanya 5,8 cm memungkinkan Playbase untuk diselipkan ke bawah TV seandainya TV itu memiliki sepasang kaki di kiri-kanannya. Playbase mengandalkan kontrol sentuh seperti Play:5, sedangkan konektivitasnya hanya mencakup Ethernet dan optical audio, yang keduanya diposisikan di belakang bersama colokan power.

Sonos mengaku merancang Playbase berdasarkan input dari engineer studio musik sekaligus komposer musik untuk film / Sonos
Sonos mengaku merancang Playbase berdasarkan input dari engineer studio musik sekaligus komposer musik untuk film / Sonos

Walaupun dimaksudkan untuk disandingkan bersama TV, Playbase diyakini tetap ideal untuk mendengarkan musik. Total ada 10 unit driver yang dibenamkan ke tubuhnya: 6 di antaranya adalah driver mid-range, 3 tweeter dan 1 subwoofer. Anda pun juga bisa mengikutkan Playbase dalam setup multi-room yang Anda miliki, atau sekadar membentuk konfigurasi surround dengan bantuan sejumlah speaker Play:1 dan Sonos Sub.

Belum diketahui kapan Sonos akan mulai memasarkan Playbase secara luas, akan tetapi pengguna produk Sonos sudah bisa melakukan pre-order mulai sekarang. Harganya dipatok $699, sama persis seperti Playbar.

Sumber: The Verge dan Sonos.

B&O Ungkap Speaker Bluetooth Baru, Beolit 17

Didirikan pada tahun 1925, Bang & Olufsen merupakan salah satu pabrikan audio tertua yang masih besar namanya hingga sekarang. Di tahun 2012, perusahaan asal Denmark itu memutuskan kalau sudah waktunya bagi mereka untuk lebih berfokus pada generasi modern, dan dari situ lahirlah divisi B&O Play.

Salah satu produk pertama B&O Play adalah Beolit 12, sebuah speaker Bluetooth dengan desain mirip kotak makan siang yang sangat ikonik. Tiga tahun setelahnya, mereka merilis suksesornya, Beolit 15, yang mempertahankan desainnya namun di saat yang sama juga membenahi performanya. Tahun ini, mereka sudah siap dengan penerus barunya lagi, Beolit 17.

Tidak ada lagi kompartemen kabel pada Beolit 17; charging-nya kini mengandalkan USB-C / B&O Play
Tidak ada lagi kompartemen kabel pada Beolit 17; charging-nya kini mengandalkan USB-C / B&O Play

B&O sepertinya tidak mau merusak apa yang sudah bisa dikatakan sempurna. Desain Beolit 17 hampir tidak berubah jika dibandingkan kedua pendahulunya, hanya saja B&O telah merancang ulang speaker grille berbahan aluminium-nya sekaligus meniadakan kompartemen khusus untuk menyimpan kabel charger.

Hasilnya, suara yang direproduksi diyakini jauh lebih baik lagi ketimbang Beolit 15, meskipun secara teknis amplifier yang digunakan masih sama, dengan daya total 240 watt. Terlepas dari dimensi Beolit 17 yang masih tergolong ringkas, B&O cukup yakin speaker ini sanggup mengisi satu ruangan besar dengan alunan musik yang merdu.

Lalu kalau tidak ada lagi kompartemen kabel, charging-nya bagaimana? Tenang, Beolit 17 telah mengadopsi teknologi yang sekiranya sudah menjadi standar di tahun 2017 ini, yaitu USB-C, yang berarti Anda juga bisa memakai charger-nya untuk mengisi ulang smartphone. Baterainya sendiri diperkirakan mampu bertahan sampai 24 jam, dan proses charging-nya tidak memakan waktu lebih dari 2,5 jam.

Tombol yang paling atas dapat diprogram dengan empat fungsi yang berbeda / B&O Play
Tombol yang paling atas dapat diprogram dengan empat fungsi yang berbeda / B&O Play

Pembaruan lain yang diusung Beolit 17 adalah sebuah tombol multifungsi yang dapat diprogram lewat Beoplay App. Tombol ini bisa dimanfaatkan untuk mematikan fitur alarm, memutar lagu terakhir yang dimainkan di Spotify, play/pause dan skip track, serta untuk memilih preset equalizer. Konektivitasnya sendiri mengandalkan Bluetooth 4.2, dan pengguna dapat menyambungkan dua unit Beolit 17 guna mendapatkan konfigurasi stereo.

Beolit 17 saat ini sudah dipasarkan seharga $499. Wajar apabila banderolnya tergolong premium, wong handle-nya saja terbuat dari kulit asli pilihan.

Sumber: Bang & Olufsen.

Berkat Earphone Ini, iPhone 7 Anda Bisa Di-charge Sambil Dipakai Mendengarkan Musik

Apple banyak dicecar karena tidak membekali iPhone 7 dengan jack headphone. Sebagai gantinya, mereka membundel EarPod berkonektor Lightning serta sebuah adapter agar pengguna bisa menggunakan headphone atau earphone lain. Sayang masih ada problem lain: iPhone tidak bisa di-charge selagi pengguna mendengarkan musik dengan headphone, demikian pula sebaliknya.

Sejumlah pabrikan aksesori mencoba menawarkan solusi melalui casing yang dilengkapi jack headphone, tapi tentunya ada konsumen yang keberatan memakai casing hanya supaya bisa mendengarkan musik selagi iPhone di-charge. Kalau Anda termasuk salah satunya, penawaran Pioneer ini bisa menjadi alternatif yang lebih menarik.

Dijuluki Pioneer Rayz Plus, ia merupakan sebuah earphone berkonektor Lightning yang istimewa. Istimewa karena di dekat konektornya terdapat port Lightning yang bisa Anda tancapi kabel charger standar iPhone, yang pada akhirnya berarti Anda bisa mendengarkan musik selagi ponsel di-charge.

Keistimewaan Pioneer Rayz Plus terletak pada port Lightning di dekat konektornya / Pioneer
Keistimewaan Pioneer Rayz Plus terletak pada port Lightning di dekat konektornya / Pioneer

Tidak cuma itu, Rayz juga mengusung sejumlah fitur lain yang tak kalah menarik, seperti misalnya noise cancellation dan play/pause otomatis ketika pengguna memasang atau melepas earphone dari telinganya. Ketika dilepas, Rayz juga akan mengaktifkan mode low-power dengan sendirinya supaya tidak terus menguras baterai iPhone.

Terkait hal itu, Pioneer juga mengklaim konsumsi energinya cukup minimal berkat penggunaan platform LightX besutan Avnera. Sesignifikan apa dampaknya belum ada yang berani memastikan, tapi yang pasti pengguna bisa sedikit lega berkat fitur standby otomatis itu tadi.

Rayz datang bersama sebuah aplikasi pendamping yang tak kalah cerdik. Selain untuk menyesuaikan equalizer, aplikasi ini dapat dipakai untuk mengatur fungsi tombol remote milik Rayz; untuk membuka aplikasi tertentu misalnya, sehingga pengguna tidak perlu repot-repot merogoh ponsel dari dalam saku celananya.

Pioneer belum mengungkapkan tanggal rilis Rayz Plus, tapi harganya dipatok $150, dengan pilihan warna graphite atau bronze. Tersedia pula model Rayz standar (tanpa embel-embel “Plus”) yang dijual lebih murah di angka $100, tapi tanpa menyediakan opsi charging selagi iPhone dipakai mendengarkan musik.

Sumber: Digital Trends dan Pioneer.

[Review] Sennheiser HD 579, Headphone Over the Ear dengan Earpad dan Suara yang Nyaman

Ada banyak alasan untuk membeli headphone, kualitas suara, model, desain, brand dan satu lagi adalah kenyamanan penggunaan. Sennheiser 579 bagi saya kuat di unsur yang terakir, yaitu kenyamanan. Seperti apa pengalaman dalam mencoba headphone over (around) the ear dari Sennheiser ini? Simak artikel berikut.

Sennheiser HD 579

Desain

Tampilan desain earpad dari Sennheiser 579 adalah favorit saya. Ouval dan menutup keseluruhan telinga. Bahan yang disematkan pada earpad juga menjadi satu hal yang mencuri perhatian saya, dan jadi salah satu hal yang paling diingat. Bahan kain seperti yang dipilih Sennheiser di HD 579 menguatkan jenis suara yang dihasilkan, nyaman. Kelembutan bahan yang non kulit (atau imitasi kulit) ini menjadikan sentuhan earpad ke kulit terasa lembut. Untuk penggunaan waktu yang lama, headphone ini bisa jadi andalan.

Sennheiser HD 579

Headband atau gagang headphone hadir dengan kombinasi dua warna yang masih senada, yaitu abu-abu. Bahan yang dihadirkan juga cukup nyaman meski saya sendiri lebih memilih kalau bahannya disamakan dengan bahan earpad, yaitu dari bahan non leather. Meski demikian, kombinasi dua warna turunan, masih abu-abu namun ada perbedaan gradasi, memberikan kesan yang cukup baik untuk desain, apalagi senada dengan keseluruhan warna tampilan dari HD 579.

Untuk bagian luar dari earpad sendiri Sennheiser menghadirkan elemen logam dengan motif seperti tampilan speakser eksternal. Elemen logam utama berwarna hitam dengan aksen abu-abu termasuk ikom logo Sennheiser.

Sennheiser HD 579

Kombinasi tampilan ini menurus saya meski memberikan kesan sederhana namun tetap menonjolkan beberapa detail desain, seperti busa dan bentuk earpad ouval khas beberapa seri Sennheiser.

Suara

Dalam mencoba headphone ini, saya mendengarkan audio langsung serta dengan tambahan amplifier dari FiiO seri Fujiyama dengan lagu dari layanan Spotify (premium) kualitas maksimal.

Sennheiser HD 579

Pengalaman mendengarkan musik dengan HD 579 bagi saya adalah hasil suara yang cukup balance dengan pemisahan suara atau soundstage yang cukup terasa. Dengan suara low atau bass yang cukup terasa, seperti biasa ini menjadi khas dari Sennheiser. High terasa cukup namun bagi saya masih kurang maksimal. Sedangkan mid terasa cukup baik.

Suara audio terasa lembut, suara gitar yang cukup tajam saat musik rock sama sekali tidak menusuk. Saya mencoba beberapa lagu Queen, dan suara vokal terasa jelas, baik artikulasi atau ciri khas vokalis saat mengucapkan kata, bass juga cukup terasa. Pengalaman mendengarkan lagu pop seperti lagu Tak pernah padam – Sandhy Sandhoro jura terasa nyaman.

Sennheiser HD 579

Satu hal yang paling saya ingat saat mencoba headphone ini adalah kenyamanan. Ada dua hal yang memberikan kesan nyaman, yang pertama adalah audio-nya dan yang kedua adalah earpad. Kombinasi kedua hal ini menjadi satu kesatuan yang lengkap dan seperti menegaskan bahwa kenyamanan adalah satu benang merah yang ingin dihadirkan oleh HD 579.

Suara yang dihasilkan dari headphone ini agak terdengar ke luar, karena menurut situs resmi memang termasuk tipe open headphone. Namun suara yang keluar ini menurut pengalaman sama tidak sekeras open headphone lain yang pernah saya coba.

Saya juga mencoba bermain game dengan menggunakan HD 579, lebih tepatnya bermain Dota 2. Pengalaman audio yang dihasilkan menyenangkan dan menambah seru permainan dengan suara bass yang cukup terasa. Meski tentu saja headphone ini memang bukan diperuntukkan bagi game jadi tidak ada input mic.

Satu keluhan saya atas headphone ini hanya urusan jack, meski dalam kotak sudah tersedia converter untuk mencolokkan ke smartphone atau laptop namun jadinya cukup berat dan sering tidak sengaja terjatuh yang menyebabkan ujung jack terbentur benda atau lantai.

Sennheiser HD 579

Untuk siapa Sennheiser HD 579

Dengan harga yang ‘tidak terlalu’ mahal, masih di bawah 4 juta, headphone HD 579 dari Sennheiser ini menurut saya bisa menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang ingin mencari kenyamanan dalam menggunakan headphone untuk mendengarkan musik.

Earpad yang nyaman berbadu dengan suara yang dihasilkan, yang memberi kenyamanan juga, adalah dua kombinasi yang menurut saya menjadi unggulan. Beberapa ciri khas Sennheiser juga tetap melekat di HD 579, baik dari sisi desain atau audio, berupa bass.

Sennheiser HD 579

Sennheiser HD 579 dijual dengan harga 3.4 jutaan dan sedang diskon jika Anda membeli di Bhinneka.com (diskon 17% saat tulisan ini dipublikasikan).

Bang & Olufsen Luncurkan Headphone Bluetooth Baru yang Lebih Ekonomis

$500 adalah harga yang tergolong tinggi buat mayoritas konsumen, apalagi untuk sebuah headphone. Bang & Olufsen tahu betul bahwa tidak semua konsumen sanggup meminang Beoplay H9, wireless headphone unggulannya yang dirilis belum lama ini. Untuk itu, mereka rupanya telah menyiapkan alternatif yang lebih terjangkau.

Bernama Beoplay H4, ia masih mempertahankan gaya desain simpel dan kontemporer milik kakaknya yang lebih mahal tersebut. Perpaduan material yang digunakan juga masih bisa dikatakan premium, mencakup aluminium, stainless steel serta kulit asli pada masing-masing earcup berukuran besarnya.

Performanya ditopang oleh sepasang electro-dynamic driver berukuran masing-masing 40 mm, dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Tidak seperti H9, H4 tidak dilengkapi fitur noise cancelling – sekali lagi demi menekan ongkos produksi dan menjadikannya lebih terjangkau di pasaran.

Beoplay H4 mengandalkan tiga tombol fisik untuk pengoperasiannya, bukan kontrol sentuh / Bang & Olufsen
Beoplay H4 mengandalkan tiga tombol fisik untuk pengoperasiannya, bukan kontrol sentuh / Bang & Olufsen

Pengoperasian H4 mengandalkan tiga buah tombol yang terdapat pada salah satu sisi earcup-nya. H9, sebagai perbandingan, mengandalkan kontrol sentuh. Bagi sebagian orang, penggunaan tombol fisik pada H4 bisa diartikan sebagai kekurangan, namun bagi sebagian lain, mereka justru akan merasa lega karena tidak perlu berhadapan dengan kontrol sentuh yang terkadang membingungkan sekaligus kurang responsif.

Beoplay H4 mengandalkan konektivitas Bluetooth 4.2. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 19 jam penggunaan, dan waktu charging-nya hanya memakan sekitar 2,5 jam. Secara keseluruhan, bobotnya berkisar 235 gram.

Akan tetapi pertanyaan yang terpenting, seberapa terjangkau H4 jika dibandingkan H9? Well, Bang & Olufsen saat ini telah memasarkannya seharga $299, masih lebih mahal dibanding wireless headphone lain di pasaran, tapi semoga saja kualitas suaranya masih mencerminkan superioritas yang selama ini ditunjukkan Bang & Olufsen.

Sumber: The Verge dan Bang & Olufsen.

PO-32 Tonic Adalah Drum Machine Mini dengan Preset Suara Tak Terbatas

Masih ingat dengan Pocket Operator, trio synthesizer seukuran dompet yang sepintas tampak seperti sebuah kalkulator? Pihak pengembangnya, Teenage Engineering, punya model baru untuk tahun 2017 ini. Namanya PO-32 Tonic, dan ia merupakan sebuah drum machine yang cukup istimewa.

Keistimewaannya terletak pada kemampuannya untuk mentransfer dan menerima efek suara tanpa bantuan kabel sama sekali. Sebagai gantinya, data dikirim via mikrofon, mirip seperti cara kerja modem. Jadi ketika Anda dan teman Anda sama-sama punya PO-32, cukup dekatkan kedua perangkat untuk saling berbagi efek suara.

Cukup dekatkan dua PO-32 Tonic untuk saling berbagi efek suara secara mudah / Teenage Engineering
Cukup dekatkan dua PO-32 Tonic untuk saling berbagi efek suara secara mudah / Teenage Engineering

PO-32 mengemas 16 preset suara, tapi pengguna dapat mengkustomisasinya secara mendalam dengan bantuan software bernama MicroTonic, sehingga pada dasarnya jumlah preset yang ditawarkan tidak terbatas. Sekali lagi proses ini tidak memerlukan kabel, cukup dekatkan PO-32 ke speaker komputer, maka efek suara baru yang Anda pilih akan ditransfer secara otomatis.

Secara fisik PO-32 cukup identik dengan trio Pocket Operator yang sudah lebih dulu dirilis dua tahun silam. Terdapat sepasang kenop untuk melakukan tweaking, seperti misalnya mengubah pitch atau modulasi suara. PO-32 ditenagai oleh sepasang baterai AAA di belakang, dengan daya tahan sekitar 1 bulan pemakaian.

Teenage Engineering juga akan menawarkan sebuah case opsional untuk PO-32 Tonic / Teenage Engineering
Teenage Engineering juga akan menawarkan sebuah case opsional untuk PO-32 Tonic / Teenage Engineering

PO-32 Tonic rencananya akan dipasarkan mulai bulan April mendatang seharga $90. Namun Teenage Engineering juga akan membundelnya dengan software MicroTonic seharga $140 mulai bulan Februari ini.

Kalau Anda masih penasaran dengan apa yang bisa dilakukan oleh drum machine mini ini, silakan tonton video demonstrasi dari pencipta MicroTonic, Magnus Lidstrom, di bawah ini. Anda juga bisa melihat bagaimana simpelnya proses transfer data via mikrofon yang ditawarkan perangkat ini.

Sumber: The Verge.

Love Adalah Turntable Modern untuk Pencinta Vinyl Generasi Digital

Layanan streaming boleh mendominasi industri musik, akan tetapi di luar sana masih ada banyak orang yang tidak bisa melepas kecintaannya terhadap piringan hitam alias vinyl. Alhasil, tidak sedikit turntable modern yang bermunculan dalam beberapa tahun belakangan ini.

Salah satunya adalah Love. Didapuk sebagai intelligent turntable, Love memiliki desain yang tidak umum. Ia terbagi menjadi dua komponen saja: satu merupakan pelat dasar untuk menempatkan vinyl, dan satu lagi adalah sebuah tonearm berukuran masif yang lebih mirip dekorasi ruangan ketimbang perangkat audio.

Love tidak memiliki speaker, Anda harus menyambungkannya ke speaker atau headphone via Bluetooth, Wi-Fi atau kabel 3,5 mm maupun RCA. Konektivitas wireless ini juga berperan sebagai jembatan antara Love dan smartphone. Untuk apa? Untuk memberikan fungsionalitas modern macam play/pause, skip track, kontrol volume serta untuk menampilkan album art di layar ponsel.

Sebelum memutar musik, Love akan terlebih dulu memindai vinyl untuk mengekstrak informasi album / ComingSoon Tech
Sebelum memutar musik, Love akan terlebih dulu memindai vinyl untuk mengekstrak informasi album / ComingSoon Tech

Untuk bisa menyuguhkan fungsionalitas modern tersebut, Love akan terlebih dulu memindai vinyl guna mengekstrak informasi album beserta seluruh track di dalamnya. Tidak seperti turntable biasa, di sini yang akan berputar saat musik mengalun bukanlah piringan hitamnya, melainkan Love itu sendiri yang menumpu di atas stylus.

Love dikembangkan dengan bantuan maestro desain yang sudah tidak asing lagi namanya di dunia teknologi, Yves Behar. Perangkat ini rencananya akan dipasarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter 17 hari dari sekarang. Sayangnya sejauh ini belum ada informasi terkait banderol harganya.

Sumber: The Verge dan ComingSoon Tech.

[Review] Mencoba Master & Dynamic MH40, Headphone Kekinian dengan Desain Keren

Meski agak tidak biasa, seingat saya, pekenalan saya pertama dengan nama Master & Dynamic adalah lewat Instagram. Tampilan foto dari headphone dengan logo M agak terpotong bagian pinggirnya ini selalu menggoda dan membuat penasaran untuk mencoba. Kesempatan itu akhirnya tiba, saat saya diberi kesempatan untuk menikmati Master & Dynamic MH40 selama beberapa waktu.

Kelengkapan boks dari Master & Dynamics MH40
Kelengkapan boks dari Master & Dynamic MH40

Seperti halnya saya cukup terpukau dengan foto-foto dari headphone all ear ini, kenyataan yang saya hadapi saat mencoba langsung kurang lebih sama, bahkan melebihi bayangan saya, karena bisa merasakan langsung build headphone, kualitas material termasuk boks yang cukup mewah dan berukuran besar.

Desain

Tampilan desain dari pinggir Master & Dynamics MH40
Tampilan desain dari pinggir Master & Dynamic MH40

Salah satu keunggulan utama dari headphone ini, menurut pandangan saya, adalah desainnya. Keren, materialnya juga baik, dan pad headphone nyaman saat digunakan. Desain industrial yang dipilih juga saya pikir sesuai dengan nuansa brand yang ingin dibangun serta pasar yang ingin disentuh, kalangan metropolitan menengah atas yang membutuhkan headphone dengan desain super keren dan berkualitas serta output suara yang lumayan baik.

Bentuk yang dihadirkan di Master & Dynamic MH40 ini tidak berbentuk bulat namun juga tidak ouval seperti beberapa seri dari Sennheiser. Lebih ke arah lonjong. Material logam yang ada di perangkat ini memang membuat jadi terasa berat tetapi di sisi lain mendukung keseluruhan tampilan desain yang dihadirkan. Berbagai bagian keras di headphone hadir dengan elemen logam dan rumah earpad dari aluminum. Kabel yang hadir juga tampil selaras dengan desain keseluruhan headphone, menjadikan tampilan dari MH 40 ini memang benar-benar keren.

Earpads dan headband Master & Dynamics MH40
Earpads dan headband Master & Dynamic MH40

Material pendukung lain yang menambah cantik desain MH40 adalah dari balutan kulit yang menutup berbagai bagian dari headphone. Termasuk di headband, baik sisi interior atau eksterior atau yang ada pada ear pads. Unit yang saya coba berwarna hitam, secara kasat mata tidak akan terlalu terlihat perpaduan yang menarik untuk desain tampilan, bisa jadi akan lebih bagus untuk yang warna coklat. Namun saat menyentuh headphone dan merabanya, Anda akan mengerti mengapa saya menjadikan unsur desain serta material sebagai yang paling menonjol di MH40.

Pengalaman mendengarkan musik

Tampilan dengan kabel dari Master & Dynamics MH40
Tampilan dengan kabel dari  MH40

Seperti biasa, untuk urusan memberikan review singkat atas pengalaman penggunaan headphone, saya harus memberikan informasi tentang jenis audio dan perangkat yang saya gunakan untuk memutar lagu.

Seperti yang sudah-sudah, saya menggunakan layanan streaming Spotify Premium dengan kualitas musik paling tinggi untuk memutar lagu. Sedangkan player yang saya gunakan mulai dari smartphone, iPod touch (generasi 5) sampai dengan laptop (Windows dan Mac). Dengan penambahan portable amplifier dari FiiO (seri Fujiyama) untuk penguat output audio.

Menurut pengalaman yang saya rasakan saat mendengarkan lagu dengan Master & Dynamic MH40 antara lain adalah bass yang terasa cukup dominan, detail yang juga cukup terasa serta suara vokal yang jernih. Namun untuk soundstage – yang memberikan pengalaman pemisahan suara, bagi saya terasa kurang. Alhasil pengalaman yang saya alami ketika mendengarkan musik, meski merasa nyaman dengan kualitas pad, terasa ada yang kurang.

Kabel dari Master & Dynamics MH40
Kabel dari Master & Dynamic MH40

Penggunaan ampli juga saya pikir menambah kualitas suara yang dihasilkan, ini bisa jadi karena pemutar musik yang saya gunakan tidak memiliki output audio yang terlalu baik. Saat menggunakan ampli, maka kualitas suara yang hadir terasa lebih baik.

Meski ada kekurangan, namun secara keseluruhan, pengalaman mendengarkan lagu dengan MH40 menyenangkan, apalagi dengan ear pad yang sangat lembut jadi nyaman saat menempel di pinggiran kuping. Jika Anda mendengarkan di ruang terbuka semacam kafe, bisa jadi desain yang hadir dari MH40 akan memberikan kepercayaan tersendiri karena hadir dengan desain yang akan mencuri perhatian.

Detail yang menyenangkan

Boks kabel dibungkus kulit - Master & Dynamics MH40
Boks kabel dibungkus kulit – Master & Dynamic MH40

Masih dari sisi penampilan, kali ini saya cukup berbahagia dengan berbagai detail yang memang diperhatikan oleh Master & Dynamic untuk dijasikan pada MH40, mulai dari dari ujung kabel jack, sampai dengan penempatan logo di beberapa permukaan elemen dari headphone. Semua membuat tampilan MH40 sangat menyenangkan untuk dipandang. Saya juga menyukai desain semacam grip yang ada di ujung kabel jack serta yang ada di bagian ujung headband. Satu yang kurang saya sukai adalah cara mengencangkan dan mengendurkan posisi headband dengan cara digeser, serasa kurang pakem karena kita tidak bisa mengunci setelah memilih posisi yang diinginkan.

Beberapa kelengkapan yang hadir dalam boks, seperti tas kecil untuk membawa headphone ini saat mobile juga terasa hadir dengan nuansa premium. Tidak hanya itu, kotak boks yang membungkus MH40 serta kotak kabel yang dibungkus leather adalah beberapa elemen premiun lain yang hadir sebagai pelengkap.

Beberapa detail dari Master & Dynamics MH40
Beberapa detail dari Master & Dynamic MH40

Untuk siapa Master & Dynamic MH40 ditujukan

Menurut pendapat saya, MH40 disediakan bagi mereka, para penikmat audio yang menginginkan kualitas musik baik, berkantong tebal dan ingin mendapatkan kualitas desain yang di atas rata-rata serta tampilan fisik yang sangat baik.

Dari sisi suara, bisa jadi para audiophile akan memilih perangkat lain dengan range harga yang sama, tetapi kekuatan MH40 dari sisi desain cukup menutupi kekurangan kualitas suaranya, yang sebenarnya tidak jelek tetapi masih bisa disaingi dengan headphone seharga sama atau yang lebih murah.

Master & Dynamics MH40
Master & Dynamic MH40

Master & Dynamic MH40 dengan warna hitam seperti yang saya coba dijual di toko online tanah air seharga 5.400.000 rupiah.

Earphone Sennheiser Ambeo Smart Surround Sanggup Merekam 3D Audio

Seberapa penting peran audio dalam virtual reality? Kalau Anda menjawab tidak penting, saya yakin Anda belum pernah merasakan yang namanya 3D audio, dimana Anda pada dasarnya bisa mereka-reka apa saja yang ada di sekitar hanya dengan berbekal indera pendengaran.

Selama ini, menciptakan konten dengan 3D audio membutuhkan perangkat yang cukup kompleks. Namun tidak demikian di mata Sennheiser. Salah satu pabrikan audio paling tersohor tersebut baru-baru ini memperkenalkan sebuah earphone unik bernama Ambeo Smart Surround.

Tidak seperti earphone lain, keistimewaan Ambeo Smart Surround terletak pada kemampuannya merekam 3D audio itu tadi. Cukup sambungkan ia ke port Lightning milik perangkat iOS, maka audio yang immersive sekaligus realistis siap Anda rekam dengan mudahnya.

Sennheiser Ambeo Smart Surround mematahkan anggapan bahwa Anda perlu sederet perangkat yang kompleks untuk bisa menciptakan konten dengan 3D audio / Sennheiser
Sennheiser Ambeo Smart Surround mematahkan anggapan bahwa Anda perlu sederet perangkat yang kompleks untuk bisa menciptakan konten dengan 3D audio / Sennheiser

Ambeo Smart Surround mengadopsi desain in-ear dengan masing-masing earpiece mengitari daun telinga. Pada sisi luarnya, tertanam mikrofon yang amat sensitif dan sanggup menangkap detail-detail kecil di sekitar pengguna.

3D audio memang lebih pantas disandingkan dengan video 360 derajat, akan tetapi Anda tetap akan merasakan bedanya dengan video full-HD atau 4K biasa yang direkam menggunakan ponsel. Anda pun juga tidak memerlukan headphone atau earphone surround untuk bisa menikmati 3D audio yang direkam dengan Ambeo Smart Surround – satu earphone untuk merekam sekaligus menikmati 3D audio.

Sennheiser Ambeo Smart Surround rencananya akan dipasarkan mulai pertengahan tahun 2017. Sayang belum ada informasi mengenai banderol harganya.

Sumber: The Verge dan Sennheiser.