Pentingnya Peran CDN Dalam Membangun User Experience

Content Delivery Network (CDN), kini ramai dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan performa, agar saling terhubung tanpa ada kendala jarak dari masing-masing pengguna, maupun server website utama. CDN banyak digunakan oleh berbagai industri, contohnya industri game dan media. Namun bagaimana inovasi yang dibangun oleh industri game dan media bisa menarik para pengguna?

CDN merupakan kumpulan server global yang terletak di beberapa pusat data dan tersebar di berbagai negara. CDN ini berfungsi meningkatkan kecepatan pengiriman data melalui jaringan server kepada pengguna dari lokasi terdekat yang paling memungkinkan. CDN sering disebut juga sebagai jaringan distribusi (distribution network) yang berfungsi juga sebagai penyedia beberapa points of presence (PoPs) di luar server asal.

Sebagai salah satu penyedia komputasi cloud terbesar di dunia, Amazon Web Services (AWS) baru saja meluncurkan AWS Edge Networking Location di Indonesia. Layanan Edge Location yang diusung tersebut mampu menghubungkan para pelanggan dengan jaringan global AWS dengan ragam benefit yang ditawarkan untuk meningkatkan kinerja, keamanan dan perlindungan jaringan.

Layanan CDN yang dimiliki AWS seperti Amazon CloudFront dan AWS Global Accelerator ini, memanfaatkan backbone jaringan AWS untuk meningkatkan kinerja aplikasi, API dan video. AWS sendiri memiliki kelebihan, yakni proses buffer yang terbilang cepat, latency lebih kecil, automasi lebih cepat dan secara biaya terbilang lebih murah. 

AWS telah melaksanakan pembahasan mendetail mengenai inovasi yang dibangun oleh industri gaming dan media untuk menarik para pengguna, yakni melalui webinar yang telah diselenggarakan pada hari Selasa, 27 April 2021 dengan topik “Build An Amazing User Experience For Media and Gaming Industry Through Innovation”.

Pada acara webinar tersebut, AWS Indonesia mengenalkan bagaimana para pelanggan di Indonesia dapat memanfaatkan teknologi Edge Location untuk membantu bisnis agar lebih efisien dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih memuaskan, terutama inovasi industri gaming atau media dalam membangun pengalaman yang optimal pada para pengguna.

Subangkit Ramadiputra selaku CTO Yamisok mengatakan, “AWS Edge Networking Location ini akan bermanfaat membantu bisnis dan sangat memberikan pengalaman yang sungguh positif serta memuaskan kepada pelanggan, seperti keamanan, stabilitas, dan biaya yang rendah adalah bagian dari paketnya,” ujarnya.

Dengan diadakan webinar ini, diharapkan mampu membantu para pelaku bisnis, khusus yang berkecimpung dalam dunia industri gaming dan media dapat mengimplementasikan CDN dan memberikan manfaat terhadap pengguna untuk saling terhubung dan dapat berinteraksi satu sama lain, baik antar pengguna game atau penerima informasi melalui media dan website server utama.

**Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Muhammad Dika Wahyudi

Mendigitalisasi UMKM Indonesia Lewat Kolaborasi Perusahaan Teknologi Global dan Lokal

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis industri usaha kecil dan menengah (UMKM), adopsi perkembangan teknologi menjadi krusial, terlebih di tengah situasi pandemi saat ini. Di satu sisi, ketidakpastian ekonomi bisa menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha, namun di sisi lain, situasi ini justru bisa dikonversi menjadi peluang yang menguntungkan – tak hanya bagi pelaku usaha, namun juga bagi pemain industri teknologi.

Hal di atas setidaknya bisa dibuktikan lewat semakin banyaknya pelaku bisnis UMKM saat ini, yang mulai menyadari pentingnya upaya digitalisasi bisnis. Contohnya saja, beberapa bulan lalu salah satu perusahaan teknologi tanah air ternama, Gojek merilis temuan menarik soal bagaimana pandemi mengubah perilaku dan peta bisnis industri UMKM, di mana antusiasme para pengusaha untuk melakukan transformasi digital diketahui sangat tinggi, hingga mencapai angka di 3.000 lebih bisnis yang mendaftar sebagai merchant Gojek dalam satu hari.

Temuan itu sebetulnya bisa saja menarik kesimpulan bahwa upaya mendigitalisasi UMKM Indonesia telah berada di jalur yang tepat, hanya saja tentu upaya ini juga ditentukan oleh berbagai aspek yang lebih kompleks dari sekedar terdaftar sebagai mitra-mitra di perusahaan penyedia layanan teknologi. Berbagai aspek itu juga dapat menjadi tantangan bagi para pengusaha, dan tantangan itu pula yang akhirnya kini tengah digarap oleh para perusahaan teknologi untuk melahirkan solusi yang inovatif dan efektif. Salah satu kunci untuk memuluskan upaya tersebut adalah dengan berkolaborasi.

Tak jarang, menjalin kolaborasi – terlebih dengan pemain global – memberikan beberapa dampak positif. Selain mampu mengakselerasi bisnis dengan skala yang lebih luas, para pemain global dinilai memiliki pengalaman yang lebih dahulu, terlebih pada pengalaman meramu strategi mengkonversi bisnis konvensional menuju ke bisnis digital. Hal itu seperti yang dilakukan oleh perusahaan penyedia layanan online payment gateway terkemuka, Midtrans yang menjalin kolaborasi bersama salah satu penyedia solusi teknologi cloud berskala global yakni Amazon Web Services (AWS). Kolaborasi antar keduanya melahirkan “Pojok Usaha”, sebuah platform yang memungkinkan para pelaku bisnis UMKM di Indonesia untuk melakukan transformasi digital secara mudah.

Pojok Usaha menawarkan beragam solusi dalam mendigitalisasi operasional bisnis UMKM. Selain menawarkan kemudahan pemrosesan pembayaran lewat Midtrans, Pojok Usaha memungkinkan UMKM terhubung dengan layanan yang terdapat dalam ekosistem Gojek seperti misalnya dengan Moka yang melayani kebutuhan point-of-sales berbasis cloud, GoBiz, Selly (aplikasi keyboard pintar untuk pebisnis online), hingga layanan pengantaran barang, GoSend. Sejumlah layanan lain yang berfokus pada solusi teknologi cloud bagi pebisnis dari AWS juga disematkan dalam platform Pojok Usaha.

Kolaborasi antara Midtrans dengan AWS jelas menegaskan kesimpulan di awal, bahwa untuk menghasilkan satu solusi terbaik, seringkali dibutuhkan kolaborasi yang apik. Antara Midtrans dan AWS, keduanya sama-sama menjalankan bisnis berbasis solusi yang saling mendukung antar satu sama lain, demi menciptakan iklim bisnis kecil dan menengah di Indonesia yang semakin siap menghadapi tantangan global.

Dalam inisiatif Pojok Usaha, AWS yang bergerak sebagai penyedia layanan teknologi cloud siap mewadahi elemen-elemen esensial dalam menjalankan bisnis digital seperti menyediakan layanan infrastruktur virtual dan lain sejenisnya. Di sisi lain, peran Midtrans mampu menyempurnakan infrastruktur yang sudah berdiri untuk diisi dengan berbagai layanan yang berada di dalam ekosistem Midtrans dan Gojek.

Kemitraan antar keduanya dipicu oleh kesamaan visi dan misi dalam menumbuhkan industri usaha kecil dan menengah lewat solusi teknologi. Baik Midtrans dan AWS, keduanya sepakat memiliki komitmen untuk memberikan dukungannya terhadap berbagai usaha di setiap lini dan skala usaha.

Dengan target sedemikian rupa, semestinya bukan hal yang sulit bagi kolaborasi ini untuk mencapai atau bahkan melebihi target yang diharapkan. Terlebih, respon positif pun diperoleh dari beberapa mitra yang telah tergabung. Seperti yang sempat diutarakan oleh Bernardinus Siena selaku pemilik bisnis Box & Tale, yang merupakan salah satu mitra Midtrans yang berhasil mengakselerasi transformasi digitalnya bersama Midtrans.

Dalam sebuah kesempatan Bernard mengaku, krisis pandemi mendorong bisnisnya agar semakin mengoptimalkan teknologi untuk dapat menjangkau para pelanggan di tengah pembatasan interaksi sosial. Ia pun mengungkapkan, optimasi yang dilakukannya bersama dengan Midtrans membuahkan layanan yang prima di ranah digital.

“Kami bergabung dengan Midtrans bertepatan dengan mulainya pandemi, sehingga ketika pandemi datang website kami sudah bisa menyediakan fitur pembayaran secara digital dan menerima lebih banyak lagi customer,” ungkap Bernard.

Bernard menambahkan, dirinya berharap industri UMKM betul-betul mampu memiliki daya saing yang mumpuni dengan mengadopsi peran teknologi ke dalam esensi bisnisnya, untuk dapat beradaptasi di era saat ini.

“Box & Tale bersyukur karena memang dari awal kami sudah mengarahkan usaha kado ini berbasis online. Tapi kami paham untuk usaha lain yang tidak bersifat online pastinya akan kesulitan untuk beradaptasi di era yang baru ini. Karena itu, kami sangat mendukung usaha-usaha lain untuk mendigitalisasikan usaha mereka melalui banyaknya platform yang tersedia,” tambahnya.

POC Program Buka Kesempatan Pelaku Startup Tingkatkan Akselerasi Bisnis

Amazon Web Services (AWS) telah membuka program pengenalan yang dikhususkan bagi para pebisnis untuk melakukan manfaat cloud migration tanpa resiko, dan tentunya, biaya pengeluaran yang minim. Program yang dinamakan Proof of Concept (POC) ini akan membantu para pelanggan untuk menguji dan memverifikasi fungsionalitas dari penerapan aplikasi para pebisnis ke cloud

Melalui POC program juga, AWS ingin membuka kesempatan untuk para pebisnis yang ingin memulai pengalamannya dalam menggunakan AWS edge networking location, agar pelanggan dapat melakukan inovasi dan mengeksplorasi peluang baru, serta mengembangkan layanannya terhadap pelanggan. Program yang dibuka untuk publik ini disediakan bagi siapa pun yang sedang menjalankan proyek atau bisnis agar dapat menikmati layanan AWS edge networking location. 

Seperti yang sudah diberitakan beberapa hari yang lalu, AWS telah mengumumkan peluncuran AWS edge networking location yang ditempatkan di Jakarta, Indonesia. Hadirnya jaringan atau server mutakhir ini dapat menguntungkan perusahaan di bidang apapun, karena salah satu keuntungan yang bisa didapat dari jaringan ini adalah pengaksesan konten dengan lebih cepat, dan bebas hambatan.  

Tidak hanya itu, hadirnya AWS edge networking location ini juga menghadirkan konektivitas yang aman, dan sekaligus menjadi pendukung layanan para pengguna Content Delivery Network (CDN) di berbagai industri. Dengan adanya CDN yang didukung oleh AWS edge networking location, pengiriman data menjadi lebih cepat sehingga pengguna dapat mengakses konten seperti gambar, teks, video, dan sebagainya tanpa ada kendala. 

Dalam mengatasi masalah jarak dan server, AWS edge networking location dapat menjadi pilihan yang tepat bagi para pebisnis untuk pengiriman data. Hal ini dibuktikan dengan keuntungan dari AWS edge networking location sendiri yang memiliki proses buffer lebih cepat, latency lebih kecil, automasi lebih cepat serta biaya yang tergolong lebih murah. Eksplor peluang-peluang baru dan kembangkan layanan bisnis Anda terhadap pelanggan melalui POC Program dari AWS yang bisa kamu akses langsung di sini

AWS dan Midtrans Berkolaborasi Melahirkan Pojok Usaha, Dorong UKM Mengadopsi Teknologi Cloud

Amazon Web Service, Inc. (AWS) dan Midtrans sepakat melakukan kolaborasi bisnis yang kemudian melahirkan sebuah platform baru, Pojok Usaha. Platform baru ini dirancang untuk menyederhanakan penggunaan teknologi oleh pelaku bisnis kecil dan menengah di Indonesia.

Continue reading AWS dan Midtrans Berkolaborasi Melahirkan Pojok Usaha, Dorong UKM Mengadopsi Teknologi Cloud

Besarnya Minat Pemodal Ventura Lokal hingga Asing Berinvestasi di Startup Indonesia

Dalam paparan riset yang dilakukan oleh Alpha JWC Ventures bersama Kearney terungkap, masih banyak pemodal ventura lokal hingga asing yang berencana untuk berinvestasi kepada startup Indonesia.

Dalam salah satu rangkaian webinar #StartupUntukNegeri yang diinisiasi Amazon Web Services dan DailySocial, Co-Founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe mengatakan, saat ini masih tersedia dana simpanan para VC yang telah dibukukan sejak tahun 2020. Namun yang membedakan kegiatan investasi saat pandemi adalah, proses due diligence dan kurasi yang makin ketat.

“Investasi di sektor teknologi menggiurkan bagi investor, terbukti dengan jumlah yang terus bertambah bahkan hingga 2 kali lipat meskipun saat pandemi. Ke depannya saya melihat akan makin banyak venture capital yang lebih berhati-hati ketika ingin memberikan investasi kepada startup Indonesia.”

Ada beberapa alasan mengapa saat pandemi masih banyak permodal ventura yang kemudian menggelontorkan dana mereka kepada startup Indonesia. Mulai dari perkembangan makro ekonomi positif, meningkatnya kualitas startup dan founder, adopsi digital yang lebih cepat selama pandemi, hingga upaya pemerintah memajukan ekosistem di kota tier 2 dan 3 dan tentunya infrastruktur digital yang makin membaik.

“Kemajuan teknologi juga dibantu dengan penetrasi internet di tanah air serta kemampuan belanja serta pembagunan infrastruktur di Indonesia, menjadi faktor yang kemudian menarik untuk dilirik oleh para investor. Ke depannya saya melihat akan bertambah lagi pertumbuhan digital di ekonomi digital Indonesia,” kata Jefrey.

Ditambahkan olehnya, Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi untuk menjadi raksasa di regional. Saat ini menjadi momen yang tepat bagi Indonesia untuk tumbuh, didukung dengan jumlah populasi yang besar, yang didominasi oleh usia produktif dan berbakat.

Edukasi dorong adopsi digital

Menurut Shirley Santoso selaku Partner & Presiden Direktur Kearney, meskipun saat ini pertumbuhan ekonomi digital masih terkonsentrasi di kota tier 1 seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, namun melihat potensi yang ada kota di tier 2 seperti Semarang, Makassar, dan Denpasar sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang baik. Demikian juga dengan kota-kota di tier 3 seperti Magelang, Prabumulih, dan lainnya. Yang menjadi tantangan tentunya adalah kemauan dan inisiatif dari mereka untuk mulai mengadopsi teknologi.

“Kebanyakan dari mereka masih belum bersedia untuk mengeluarkan biaya lebih untuk membeli paket data atau menggunakan smartphone. Mereka masih cukup nyaman menggunakan cara-cara tradisional.”

Untuk memicu lebih banyak lagi masyarakat di kota tier 2 dan 3 mengadopsi teknologi, kegiatan edukasi kemudian wajib untuk dilancarkan. Bukan hanya dari pemerintah, namun juga startup hingga perusahaan teknologi yang ingin meng-cater kebutuhan mereka.

“Dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh kota-kota di tier 2 dan 3, memiliki potensi besar bagi mereka untuk menjadi kontributor inti bagi digital ekonomi di Indonesia ke depannya,” kata Shirley.

Terkait dengan bisnis UMKM, saat ini sudah mulai banyak yang memanfaatkan teknologi untuk membantu bisnis mereka tumbuh lebih baik lagi. Namun kebanyakan dari mereka masih cukup pasif mengurus bisnis, dan hanya terbatas di penjualan, pembukuan, sourcing dan pengaturan inventori. Hanya sedikit di antara mereka yang kemudan menggunakan teknologi secara menyeluruh.

“Mayoritas masih melakukan kegiatan usaha secara tradisional, namun demikian awareness mereka akan produk digital cukup tinggi. Untuk itu penting diberikan edukasi solusi digital yang bisa membantu mereka,” kata Jefrey.

Jefrey menyimpulkan, teknologi dapat mengubah secara positif bagi bisnis UMKM, namun dibutuhkan kegiatan yang lebih untuk mendorong pertumbuhan tersebut yaitu melalui edukasi. Untuk itu bagi startup dan perusahaan teknologi yang ingin menyasar kepada pelaku UMKM, harus ada penawaran yang jelas dan solusi yang benar-benar dibutuhkan pengguna.

Gambar Header: Depositphotos.com

5 Paparan Adopsi Digital di Industri Logistik Indonesia

Pandemi Covid-19 memaksa banyak pelaku bisnis di Indonesia untuk mengadopsi layanan digital, tak terkecuali industri logistik, baik di first mile, mid mile, maupun last mile. Dengan situasi saat ini, bagaimana upaya ekosistem digital dalam mendukung tren logistik ke depan?

Diskusi menarik di sesi #SelasaStartup bersama Co-Founder dan CEO Shipper Budi Handoko dan Startup Account Manager Amazon Web Services Nicolas Tjioe mencoba memahami upaya mempercepat laju industri logistik menuju digital selama pandemi dan pasca pandemi.

Tantangan pelaku logistik

Pasar logistik Indonesia diestimasi bernilai $221 miliar, di mana e-commerce menjadi salah satu pendorong pertumbuhan. Sementara, nilai industri e-commerce Indonesia di 2020 mencapai $40 miliar dan diprediksi meroket menjadi $88 miliar di 2025. Inipun baru kontribusi dari e-commerce saja yang diprediksi tumbuh 4-6 kali lipat.

Dengan melihat tren jasa logistik di Indonesia, pelaku startup logistik berupaya menjangkau cakupan rantai logistik di Indonesia mengingat kondisi geografis masih menjadi salah satu tantangan besar bagi pelaku bisnis.

Budi Handoko menilai bahwa saat ini pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur dan akses internet di seluruh Indonesia. Para pelaku logistik di Indonesia juga mulai mengadopsi teknologi dan solusi berbasis digital dengan tujuan untuk memberikan kemudahaan akses kepada mitra dan konsumen.

“Salah satunya melalui solusi cloud yang dapat memudahkan mitra dan konsumen untuk mengakses produk kami. Dengan begitu, semua jarak dapat tereleminasi baik dari sisi infrastruktur utama maupun produknya,” ujar Budi.

Momentum pandemi dan hari raya

Ada insight menarik lainnya yang ditangkap Shipper dan AWS, yaitu tren logistik di masa pandemi dan hari raya Lebaran. Menurut Budi, pandemi memberikan blessing in disguise terhadap industri logistik secara keseluruhan, termasuk Shipper. Permintaan terhadap pengiriman makanan, barang, dan alat-alat kesehatan memicu kenaikan jasa logistik selama masa pembatasan sosial.

Selama situasi ini, Budi mengaku tidak mengembangkan inovasi baru karena Shipper sudah lebih dulu membangun infrastruktur dan teknologi sebelum pandemi, termasuk mempersiapkan strategi untuk menekan kemungkinan cost yang lebih besar. Dengan kesiapan tersebut, pihaknya mengaku dapat mengakomodasi lonjakan permintaan yang tinggi.

“Pandemi menjadi turning point bagi kami karena jasa logistik meningkat seiring banyaknya permintaan pengiriman dan penjual yang beralih ke alat-alat kesehatan. Teknologi yang kami bangun sebelumnya menjadi berguna di masa pandemi,” ujar Budi.

Dari sisi adopsi digital, Nicolas Tjioe mengakui bahwa pandemi memunculkan tantangan efisiensi bagi pelaku bisnis. Dari situasi ini, AWS turut berperan untuk mengakomodasi kebutuhan pelaku logistik yang banyak berkutat dengan proses bisnis manual.

“Selama ini banyak bisnis logistik menggunakan invoicing secara manual. Untuk menyelesaikan hal itu, mereka sebetulnya tidak perlu bangun tim IT atau data karena bisa pakai solusi managed services dari AWS. Solusi ini bantu mendigitalkan data menjadi softcopy. Ada banyak managed services yang dapat membantu tim logistik fokus di business growth tanpa perlu urus operasional,” jelas Nicolas.

Demikian juga di momentum Lebaran yang dapat memicu peningkatan pengiriman sebesar 5-10 kali lipat. Solusi yang ditawarkan AWS masih relevan dengan momentum tersebut. Dalam pengalamannya membantu pelaku bisnis, Nicolas menyebutkan bahwa solusi autoscaling dapat memprediksi tren scalability. 

Artinya, setiap ada lonjakan trafik, solusi ini secara otomatis dapat membaca tren kebutuhan yang diperlukan pelaku logistik secara akurat. Dengan solusi ini, time to market menjadi lebih cepat dan customer experience terhadap pelanggan tidak terganggu.

Teknologi untuk logistik

Dari sisi teknologi, Budi juga berbagi tentang inovasi yang dikembangkan Shipper. Pertama, inovasi untuk segmen retail. Menurutnya, teknologi ini dapat membaca tren logistik di area tertentu dan membantu pelaku bisnis untuk menemukan jasa pengiriman logistik yang sesuai dengan kebutuhan, tetapi tetap terjangkau.

Kedua, teknologi untuk fasilitas pergudangan. Pihaknya mengembangkan solusi yang sekiranya dapat membantu pengiriman barang dari jarak jauh, Makassar ke Jakarta misalnya, dengan biaya yang lebih murah. Ketiga, mengembangkan teknologi forecast kepada merchant ketika stok barang di gudang sudah mulai menipis.

Mencari pendanaan dari investor

Di industri manapun, termasuk logistik, investor akan selalu memikirkan return of investment (ROI). Dalam kasus investor yang sudah berinvestasi di perusahaan logistik dan mendapatkan keuntungan, tentu ada kemungkinan besar investor akan tertarik berinvestasi kembali.

Namun, Budi menilai mencari investor jangan hanya terbatas di dalam negeri saja. Menurutnya, penting untuk mencari investor luar karena skala bisnis logistik tidak hanya di Indonesiaa, tetapi juga di global. Artinya, ketika ingin melakukan ekspansi ke luar, pelaku bisnis dapat memanfaatkan jaringan investor global yang dimiliki.

“Masuknya Shipper ke Y Combinator membuat kami menjadi dikenal oleh global. Kendati begitu, saat ini kami masih fokus di Indonesia karena negara kita luas sekali. Bahkan cakupan logistik di Indonesia mungkin masih seperti piramida, masih banyak di atas,” tambahnya.

Apabila mendapat investor yang baru masuk ke logistik, ia menyebut bahwa open communication menjadi kunci penting untuk menjalankan bisnis ke depan.

Memulai transformasi digital

Bagi pelaku logistik yang ingin memulai transformasi digital, saat ini sudah banyak layanan cloud yang mengakomodasi kebutuhan ini. Di AWS, Nicolas memberikan contoh tiga opsi program yang dapat dipertimbangkan oleh pelaku logistik untuk memulai adopsi digital.

Pertama, opsi founder portoflio atau ditujukan bagi pelaku bisnis yang baru membangun minimum viable product (MVP). Kedua, opsi VC portfolio atau ditujukan bagi pelaku bisnis yang sudah menerima pendanaan dari investor. Dan ketiga, program SaaS factory yang menawarkan solusi bagi pelaku bisnis yang sudah masuk ke tahapan diversifikasi produk.

“Efisiensi dan menaikkan daya saing adalah manfaat yang dapat diperoleh dari transformasi digital. Dalam konteks industri logistik, transformasi ini dapat mengurangi biaya dan membangun long-term growth. Yang ingin kami tekankan, tidak semua harus dibangun dari scratch karena AWS support dari sisi inovasi,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Laju Bisnis Industri Logistik Menuju Digital Selama Pandemi Covid-19

Salah satu dampak ekonomi yang paling dirasakan akibat pandemi adalah adanya perlambatan pertumbuhan bisnis bagi startup teknologi di berbagai bidang. Mulai dari menurunnya performa perusahaan, hingga ancaman perampingan jadi momok yang menghantui. Namun kondisi demikian terlihat berbeda ketika kita menengok ke industri logistik. Meski sempat mengalami pasang surut akibat kebijakan pembatasan di awal krisis pandemi lalu, alih-alih terus melambat, industri ini malah mampu pulih dan melaju kencang, baik dari performa bisnisnya, hingga cerahnya prospek pendanaan yang dibuktikan lewat ramainya kabar pendanaan yang diterima oleh pemain e-logistik tanah air dari berbagai investor.

Apa saja faktor yang mempengaruhinya? Beberapa pengamat menilai, jeli melihat ceruk pasar dan terus berinovasi menjadi strategi yang cukup krusial untuk tak hanya mampu bertahan, namun juga bisa meraih pertumbuhan yang signifikan di tengah dinamika ekonomi seperti saat ini. Selain itu, investasi di pengembangan teknologi juga harus terus dijalankan untuk dapat mengelola perubahan yang dramatis bagi para pebisnis.

Shipper merupakan salah satu startup e-logistik yang diketahui punya sepak terjang yang baik saat pandemi Covid-19 hadir di awal tahun lalu. Dalam sebuah kesempatan, Budi Handoko selaku Co-Founder & COO Shipper mengungkapkan, laju bisnis logistik yang sempat terhambat di awal pandemi bukan jadi alasan untuk tidak berinovasi dan tidak memanfaatkan peluang. Menurutnya, pola-pola perubahan yang terjadi di pasar justru bisa diubah menjadi peluang untuk mempercepat laju pertumbuhan industri logistik secara umum. Terlebih inovasi teknologi juga mampu mengakselerasi laju tersebut.

Tentu masih banyak kiat dan strategi lainnya bagi industri logistik mencapai pertumbuhan yang signifikan baik di saat pandemi maupun sesudahnya. Ingin mendalami lebih lanjut perihal ini? DailySocial bersama Amazon Web Services (AWS) Indonesia mengajak Anda untuk mengikuti sesi bincang dan diskusi virtual bersama Shipper, yang akan memberikan wawasan kepada komunitas startup tentang bagaimana Shipper Indonesia mampu bertahan, sekaligus berakselerasi dalam masa penuh tantangan seperti saat ini.

Rencananya, webinar yang disajikan dengan tema “Mempercepat Laju Industri Logistik Menuju Digital Selama Pandemi & Pasca Pandemi” akan diselenggarakan pada tanggal 30 Maret 2021 pada pukul 19:00 WIB. Webinar ini merupakan rangkaian seri #StartupUntukNegeri persembahan AWS Indonesia dan DailySocial yang akan diadakan secara online melalui aplikasi Go To Webinar. Kunjungi tautan ini untuk registrasi dan informasi lainnya.

Dorongan Adopsi Cloud untuk Hadapi Berbagai Kemungkinan di Tahun 2021

Tahun 2020 memberikan banyak kejutan bagi kehidupan masyarakat secara global, termasuk pada berbagai sektor bisnis. Kondisi pandemi Covid-19 yang mulai menyebar ke seluruh dunia sejak awal tahun mendorong sebagian besar masyarakat untuk lebih banyak melakukan berbagai kegiatan dari rumah, termasuk bekerja dan menjalankan bisnisnya. Hal ini tentu membawa perubahan besar bagi operasional bisnis di berbagai industri.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh berbagai organisasi dan perusahaan adalah mempercepat adopsi teknologi dalam menjalankan bisnisnya. Adopsi teknologi, terutama cloud perlu diterapkan dalam berbagai skala bisnis, mulai dari yang besar seperti perbankan, hingga industri berskala kecil dan menengah seperti startup dan UMKM. Percepatan adopsi teknologi dalam organisasi merupakan upaya untuk bertahan dalam berbagai kondisi ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi. Hal ini juga menjadi salah satu pesan utama yang disampaikan oleh Paul Chen, Head of Solutions Architect, ASEAN at Amazon Web Services dalam acara media briefing AWS beberapa waktu lalu.

Adopsi Teknologi untuk Merevolusi Perusahaan dan Organisasi

Ada beberapa hal yang membuat adopsi teknologi terutama pemanfaatan cloud computing menjadi semakin penting bagi perusahaan dan organisasi. Pertama, adalah untuk membuat kondisi bekerja yang tetap nyaman dan kondusif bagi para karyawan. Peraturan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah di berbagai negara memaksa perusahaan untuk menerapkan sistem kerja work from home bagi sebagian besar karyawannya. Kondisi ini tentu menjadi tantangan bagi banyak karyawan, terutama bagi yang terbiasa melakukan koordinasi dan pertemuan secara tatap muka. Adopsi teknologi dan manajemen yang tepat dapat membuat para karyawan tetap dapat bekerja dan berkoordinasi secara nyaman meski bekerja dari rumah.

Kedua, perusahaan juga perlu memikirkan cara untuk menjangkau dan menjaga hubungan dengan pelanggan mereka dengan cara yang baru, yaitu secara virtual. Perusahaan perlu beradaptasi dengan berbagai channel pemasaran digital serta sistem transaksi online, sebagai langkah untuk tetap memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya, meski dalam kondisi pandemi yang membatasi ruang gerak masyarakat.

Ketiga, perusahaan juga perlu menemukan aliran pendapatan baru. Kondisi pandemi yang terjadi menyebabkan banyak jalur pemasukan yang sebelumnya dimiliki menjadi terganggu, misalnya dengan menurunnya permintaan dan kebutuhan akan produk dan layanan tertentu yang ditawarkan. Perusahaan perlu memikirkan berbagai cara alternatif untuk memperoleh pendapatan dari jalur lain, yakni dengan mencari dan mengambil kesempatan dari kondisi yang sedang berlangsung.

Penghematan Anggaran dan Dorongan Adopsi Cloud

Dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti saat ini, berbagai perusahaan di seluruh dunia, termasuk Amazon berusaha untuk berhemat. Mulai dari penghematan dari sisi operasional, hingga menghemat berbagai anggaran dan pengeluaran perusahaan lainnya. Di sisi lain, kondisi pandemi juga mendorong perusahaan untuk mengadopsi teknologi cloud computing untuk bisnisnya. Sebab dengan fleksibilitas dan elastisitas yang dimiliki cloud, perusahaan dapat dengan mudah mengatur dan memilih layanan yang diperlukan dengan skala bisnis tertentu. Nyatanya, kedua hal tersebut saling berkaitan. Selain fleksibilitas, cloud juga terbukti mampu menawarkan biaya layanan yang lebih murah apabila dibandingkan dengan perusahaan yang berinvestasi untuk membangun infrastruktur teknologinya secara mandiri.

Salah satu studi kasus yang disampaikan oleh Paul Chen adalah startup Simak Online yang bergerak di bidang edtech, dengan layanan berupa aplikasi media pembelajaran yang dapat digunakan untuk siswa, guru, sekolah, dan orang tua. Dengan peraturan pemerintah untuk menyelenggarakan sekolah secara online, Simak Online berhasil meningkatkan skala bisnisnya dengan melayani lebih banyak sekolah, bahkan saat ini ada lebih dari 500 sekolah yang telah bergabung. Dengan meningkatnya kegiatan belajar online, aplikasi Simak Online semakin banyak digunakan. Hingga pada puncaknya, layanan tersebut sempat diakses oleh sekitar 45.000 pengguna secara bersamaan. Namun dengan fleksibilitas dan elastisitas yang dimiliki cloud, peningkatan tersebut dapat dikelola dengan baik dan tidak menimbulkan gangguan pada layanan mereka.

Berbagai Layanan Terbaru yang Diperkenalkan dalam AWS re:Invent 2020

Untuk mendukung dorongan adopsi teknologi cloud dalam berbagai industri, Paul Chen juga mengumumkan berbagai update terbaru dari berbagai layanan yang dimiliki AWS. Hal ini juga merupakan highlight dari keynote speech yang disampaikan oleh Andy Jassy, CEO AWS dalam ajang AWS re:Invent 2020. Berikut daftar lengkap kategori beserta layanan terbarunya.

Databases

  • Amazon Aurora Serverless v2
  • Babelfish

Compute

  • Graviton-2 C6gn
  • AMD G4ad GPU
  • Intel M5zn & D3/D3en
  • Memory Opt R5b
  • MacOS instances

Containers

  • Amazon ECS Anywhere
  • Amazon EKS Anywhere
  • AWS Proton
  • Amazon ECR Public

Analytics

  • AQUA for Amazon Redshift
  • AWS Glue Elastic Views
  • Amazon Quicksight Q

Industrial Machine Learning

  • Amazon Monitron
  • Amazon Lookout for Equipment
  • AWS Panorama Appliance
  • AWS Panorama SDK
  • Amazon Lookout for Vision

Customer Care

  • Amazon Connect Wisdom
  • Amazon Connect Customer Profile
  • Real-Time Contact Lens for Amazon Connect
  • Amazon Connect Tasks
  • Amazon Connect Voice ID

Hybrid

  • Aws Outposts 1U and 2U Servers

Di penghujung tahun 2020 ini, dalam situasi di mana kondisi pandemi masih berlangsung, semua pihak sedang bersiap menghadapi berbagai kemungkinan, sambil tetap berusaha untuk menghemat anggaran dan pengeluarannya. Adopsi cloud merupakan solusi yang tepat dan menguntungkan untuk menghadapi situasi tersebut, salah satunya dengan penggunaan berbagai layanan yang dimiliki AWS.

Di akhir sesi, Paul Chen juga menyampaikan bahwa 2021 akan penuh dengan berbagai kemungkinan yang sama sekali tidak kita ketahui. Kita tidak dapat mengendalikan masa depan, tetapi kita dapat mengendalikan kemampuan dan kesanggupan kita untuk dapat melakukan berbagai reaksi serta tindakan dalam menghadapi situasi yang terjadi.

DSLaunchpad 2.0: Membuka Ruang Akselerasi dan Kolaborasi Startup Indonesia

Program akselerasi DSLaunchpad 2.0 kini telah memasuki rangkaian akhir. Selama kurang lebih satu bulan, para peserta memanfaatkan kesempatan untuk mengakselerasi ide dan inovasi yang mereka miliki bersama para experts. Program akselerasi ini juga tidak hanya membuka kesempatan bagi startup yang berada di Jabodetabek, tetapi juga seluruh Indonesia karena diadakan secara online. Melalui program akselerasi ini, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung dengan berbagai mentor di berbagai topik mulai dari idea validation, business model, prototyping, dan juga marketing.

Bantu Startup Akselerasi dari Berbagai Topik Mentoring

Pada minggu pertama, para peserta mendapatkan materi fundamental yaitu idea validation. Melalui topik ini, peserta DSLaunchpad 2.0 belajar untuk mengidentifikasi masalah dan pain points yang ingin diselesaikan oleh startupnya.  Salah satu hal penting yang di-highlight oleh para mentor di topik ini adalah eksekusi. Tanpa eksekusi, ide yang dimiliki oleh para founder akan menjadi sia-sia. “Gak cukup kita cuma punya ide doang, tapi terlepas dari ide itu yang perlu kita lakukan pertama kali dengan segera itu adalah action-nya. Percuma kita punya ide banyak, ide bagus kalau tidak dilakukan.” ujar Michael Andrianus, founder Koalabora, saat mengutip ucapan para mentor.

Menurut founder Panggilin, Fido Tria Brahma, materi ini juga tidak hanya mengajarkan mereka hal baru, namun juga mengingatkan hal-hal penting yang harus dilakukan oleh startup, salah satunya melakukan iterasi terus menerus untuk mengembangkan produknya. “Inti dari startup itu adalah iterasi terus menerus, test terus-menerus, walaupun sudah jadi, kita harus melakukan itu terus menerus.” tambah Fido kepada DailySocial.

dslaunchpad
Empat topik mentoring selama program akselerasi DSLaunchpad 2.0

Berkaitan dengan materi idea validation, peserta juga diberikan pemahaman terkait model bisnis yang tepat di minggu kedua.  Pada topik ini peserta diajak untuk mengerti bagaimana startup dapat mengoperasikan dan menghasilkan value dan revenue pada bisnisnya. Selanjutnya, pada minggu ketiga para peserta belajar terkait pembuatan prototipe yang dapat membantu mereka menguji dan mendemonstrasikan produk dengan efisien di tahap awal pengembangan startupnya.

Di minggu terakhir, peserta diajak untuk memiliki pemahaman perencanaan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan brand dan karakteristik konsumennya. Salah satu peserta, Tommy Hartono (Founder Scrapiro), mengungkapkan topik marketing sangat membantu startupnya yang kekurangan anggota tim dengan latar belakang marketing. Selain itu, topik ini juga membantu mereka untuk mengerti kebutuhan market dalam mengembangkan produk startupnya. “Kita harus tau what markets need, market demand-nya itu apa,  jangan sampai kita bikin produk yang sebenarnya market tidak butuh.” ujar Tommy.

Buka Kesempatan Berjejaring dan Tukar Wawasan Seluas-luasnya

Melalui program akselerasi yang diadakan secara online, DSLaunchpad 2.0 membuka kesempatan luas bagi seluruh startup di Indonesia untuk mengembangkan startupnya. Salah satu startup yang merasakan manfaat ini adalah startup asal Bali, Omni Hotelier. Menurut Wahyu Cahyadi, Co-Founder Omni Hotelier, kesempatan ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan seputar startup serta sharing dengan sesama pelaku startup di Jabodetabek. “Setelah ikut DSLaunchpad, benar-benar berbeda (terkait) yang selama ini aku ekspektasikan mengenai startup itu seperti apa, ternyata investor seperti ini, kalau melakukan market validation seperti ini harusnya.” tambah Wahyu.

Program akselerasi ini juga memberikan kesempatan bagi para peserta untuk melakukan networking dengan sesama peserta dan mentor. Networking ini diharapkan dapat membuka ruang kolaborasi baru serta menjadi momen untuk saling bertukar wawasan bagi tiap peserta. Tidak berhenti sampai situ, 118 peserta terpilih di DSLaunchpad 2.0 juga telah mendapatkan kredit dari AWS yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan layanan yang dibutuhkan untuk mengakselerasi startupnya selama ataupun sesudah program ini berlangsung.

Menurut pengakuan salah satu peserta, Ahmad Alimuddin (Founder Teman Pasar) program akselerasi seperti DSLaunchpad 2.0 ini juga membuka peluang untuk memperbanyak startup baru yang tumbuh dan berkembang, khususnya dari para pemuda untuk semakin memperkaya ekosistem startup di Indonesia. “Kita berharap tentunya semakin banyak anak-anak muda lain yang dirangkul oleh DailySocial.id untuk membangun startup mereka, karena bagaimanapun Indonesia saat ini sedang tumbuh, dan rata-rata banyak founder startup yang butuh mentorship seperti ini.” ujar Ahmad Alimuddin, Founder Teman Pasar kepada DailySocial.

DSLaunchpad 2.0: Kesempatan Emas Belajar dari Para Experts!

Selama kurang lebih satu bulan, para peserta DSLaunchpad 2.0 telah melewati berbagai rangkaian mentoring secara intensif bersama para experts. Topik yang menjadi pembahasan juga beragam, mulai dari idea validation, business model, prototyping, hingga marketing. Bersama para mentor, peserta diajak untuk mengakselerasi pertumbuhan startupnya sekaligus menimba ilmu dari pengetahuan dan pengalaman para mentor.

Didukung Latar Belakang Mentor yang Variatif

Pada rangkaian mentoring di DSLaunchpad 2.0, peserta mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan belajar dari masing-masing mentor melalui webinar. Sebanyak delapan sesi webinar diadakan untuk membekali para peserta dalam mengembangkan startupnya. Selain para peserta, DSLaunchpad 2.0 juga memberikan kesempatan kepada seluruh pendaftar untuk dapat menyaksikan sesi webinar ini melalui kanal youtube DailySocialTV.

Sesi mentoring DSLaunchpad 2.0 tidak hanya menyajikan topik yang beragam, tetapi juga menghadirkan variasi mentor yang siap memberikan insight kepada para peserta. Adapun mentor-mentor yang berpartisipasi dalam program akselerasi ini adalah Pandu Sjahrir (Managing Partner of Indies Capital Partners), Willson Cuaca (Co-Founder of East Ventures), Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Markus Liman Rahardja (VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO OLX Autos Indonesia), Ivan Arie (Co-Founder & CEO, TaniHub), dan Agung Bezharie (Co-Founder & CEO, Warung Pintar).

dslaunchpad
Para mentor yang membantu peserta mengakselerasi startupnya di DSLaunchpad 2.0

Bagi para peserta, variasi ini tentunya mendatangkan banyak keuntungan. Menurut Founder Koalabora, Michael Andrianus, sebagai peserta ia merasa keragaman latar belakang para mentor membuat peserta tidak hanya dapat menggali insight dari perspektif pelaku startup, tetapi juga dapat mengetahui sudut pandang investor dalam melihat suatu startup. Sebagai peserta yang telah mengikuti program DSLaunchpad untuk kedua kalinya, Ia mengungkapkan hal ini membantu peserta untuk mendapatkan kesempatan lebih banyak menggali best practices dari para mentor. “Kalo di DSLaunchpad kedua, kita bisa mendapat kesempatan untuk belajar bersama banyak mentor, jadi anggapannya ilmunya juga lebih luas.” ujar Michael kepada DailySocial.

Bagi startup early-stage, kesempatan mengikut program akselerasi ini menjadi kesempatan mereka untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Hal ini juga diakui oleh Founder Teman Pasar, Ahmad Alimuddin. Menurutnya, meski pendanaan adalah hal yang penting bagi startup, namun kesempatan mengikuti program akselerasi ini lebih Ia lihat sebagai kesempatan untuk belajar dari para mentor yang ada. “Setiap startup pasti butuh pendanaan, tidak bisa dipungkiri, tapi kita belum menaruh pendanaan itu yang paling utama, bagi kita yang paling utama (saat ini) itu kita butuh mentor” tambahnya.

Sesi One-On-One Bantu Peserta Memperdalam Pemahaman

Selain melalui webinar, para peserta terpilih di tiap sesinya juga diberikan kesempatan untuk mengikuti sesi one-on-one dengan para mentor. Sesi ini dianggap dapat memperdalam pemahaman peserta terkait startupnya. Selain itu, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk berjejaring dan berinteraksi secara langsung dengan para mentor pada sesi ini.

“One-on-One luar bisa banget walau cuma 10 menit, bisa networking, pitching, dan sebenarnya kita ada follow-up session setelah itu” ujar Radyum Ikono, CEO Schoters.

Tiap minggunya, peserta juga dibekali tugas dan progress update untuk membantu para mentor dan tim program akselerasi memantau sejauh mana perkembangan dan pemahaman peserta terkait materi yang diberikan melalui platform DSLaunch. Harapannya, peserta dapat terus mengembangkan startupnya dengan lebih baik selama program akselerasi.

Selanjutnya, program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Amazon Web Services (AWS) kini akan memasuki tahapan akhir yaitu Demo Day. Sebanyak 10 peserta terbaik akan mempresentasikan startupnya di hadapan para juri pada tanggal 9 Desember 2020.

Ada lima juri yang akan menilai para peserta pada Demo Day yaitu Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO of OLX Autos Indonesia), On Lee (CTO of GDP Venture), serta Budiman Wikarsa (Head of Startups Ecosystem – Indonesia, AWS). Pada babak ini, tiga startup terbaik akan mendapatkan hadiah uang tunai senilai total 100 juta rupiah. Kegiatan Demo Day ini juga terbuka untuk umum dan dapat disaksikan secara live di kanal YouTube DailySocial TV.