Alpha JWC Ventures Terlibat dalam Pendanaan Startup SaaS Vietnam Base.vn

Alpha JWC Ventures terlibat dalam pendanaan pra-seri A untuk Base.vn (Base), startup asal Vietnam yang mengembangkan platform SaaS untuk korporasi. Nominal pendanaan mencapai $1,3 juta. Selain Alpha JWC, pendanaan ini turut dipimpin Beenext.

Investor sebelumnya yakni 500 Startup dan VIISA turut mendukung juga. Suntikan modal ini sekaligus menjadi yang terbesar di Vietnam untuk sektor SaaS dan B2B.

“Misi Base adalah membangun masa depan (proses) kerja. Kami membayangkan dalam lima tahun ke depan perusahaan akan beroperasi dan mengelola secara efektif pekerjaannya melalui teknologi,” terang Co-founder & CEO Base Hung Pham.

Hung juga menjelaskan bahwa dalam dua tahun terakhir mereka telah membangun model khusus yang mampu mengintegrasikan berbagai aplikasi ke dalam satu kanal terpusat.

Menanggapi investasi ini Co-founder & Managing Partner Alpha JWC Chandra Tjan menyebutkan, bahwa menjual solusi untuk kalangan korporasi memiliki tantangan tersendiri. Base dengan produknya diyakini bisa menjadi pemimpin SaaS di Vietnam.

“Hung adalah serial entrepreneur dengan strong technical founder dan kami percaya Base akan menjadi platform SaaS terkemuka di Asia Tenggara dan sekitarnya,” imbuh Chandra.

Ini adalah pendanaan Alpha JWC Ventures pertama di Vietnam. Chandra dalam keterangan resminya menjelaskan, setelah Indonesia, Singapura, dan Malaysia; pihaknya percaya Vietnam akan menjadi negara yang akan memiliki startup teknologi besar di Asia Tenggara.

Melalui pendanaan ini pihak Base juga merencanakan ekspansi regional. Namun untuk saat ini, prioritasnya merekrut lebih banyak talenta untuk pengembangan produk.

“Prioritas pertama kami memperoleh lebih banyak talenta untuk pengembangan produk dan membangun landasan yang kuat untuk ekspansi di Asia Tenggara pada pertengahan 2019. Dengan produk, tim yang solid, dan investor strategis; kami optimis dapat menjadi platform SaaS terkemuka di wilayah ini,” tutup Hung.

Bhinneka Partners with Loket, Introducing Event Ticketing for Corporate

Bhinneka announces the latest service with Loket (Go-Jek’s subsidiary) for ticketing event, theme park, and MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) targeting corporate consumers. The ticket is wrapped for bulk purchasing, facilitating office events, such as outing or workshops.

It brings Bhinneka to be Loket’s first affiliation partner engaged in the B2B segment for Loket Distribution Program (LDP) product line. It is a ticketing distribution scheme by Loket to build a network using online or offline affiliation.

Ferryzal Zulkarnain, Bhinneka‘s VP Services, said the latest service can encourage its team to be more aggressive in acquiring over 40 thousand corporate consumers. To date, Bhinneka has built a strong penetration for e-catalog projects, in collaboration with Government Goods / Services Procurement Policy Institute (LKPP).

“We’re glad to have this partnership, therefore, we can provide additional services to more than 40 thousand Bhinneka customers,” he said on Thu (11/15).

Currently, Loket has been handling bulk purchasing for corporate consumers. However, all processes are done manually and have no proper system. On the other hand, B2B consumers have specific requirement because it goes through procurement, the process should be facilitated. Partnership with Bhinneka will facilitate Loket service for the B2B segment while previously focused only on B2C.

“The partnership with Bhinneka is quite unique because it’s our only affiliation focused on B2B. It makes a new market segment in need for access to the professional entertainment industry,” Rama Adrian, Loket’s VP Consumer Solutions, said.

Zulkarnain continued, both parties will develop better feature later. One is by providing bulk purchase feature according to the characteristic of corporate customer’s demand, including ticket bundling. It’s also possible to enter Bhinneka’s B2C segment.

Ticket purchasing is available through Bhinneka Bisnis official site. However, consumers should register first by adding the detail of the company’s profile and wait for verification.

Currently, Loket has more than 30 LDP affiliate partners, it’s full focus to the end user. LDP current partners, such as Go-Tix, Blibli, JD.id, Tokopedia, Tiket.com, Traveloka, Goers, and many more. Until August 2018, Loket has sold more than 6.3 million tickets for 3500 events.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kemitraan Bhinneka dan Loket Hadirkan Layanan Penjualan Tiket Acara untuk Korporasi

Bhinneka mengumumkan layanan terbaru bersama dengan Loket (anak usaha Go-Jek) untuk penjualan tiket pertunjukan, theme park, dan MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions) yang menyasar konsumen korporasi. Penjualan tiket dikemas dalam pembelian jumlah banyak, memfasilitasi kebutuhan acara kantor seperti outing atau workshop.

Kerja sama ini sekaligus membawa Bhinneka menjadi mitra afiliasi pertama Loket yang bergerak di segmen B2B untuk lini produk Loket Distribution Program (LDP). LDP adalah skema distribusi penjualan tiket yang disediakan Loket untuk membangun jaringan dengan afiliasi secara online maupun offline.

VP Services Bhinneka Ferryzal Zulkarnain menuturkan, dengan tambahan layanan ini pihaknya dapat lebih agresif menggaet lebih dari 40 ribu konsumen korporat. Selama ini Bhinneka Bisnis sudah memiliki penetrasi yang cukup kuat untuk proyek e-katalog, bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

“Kami menyambut baik kemitraan seperti ini, sehingga kami dapat memberikan layanan tambahan kepada lebih dari 40 ribu pelanggan B2B Bhinneka,” katanya, Kamis (15/11).

Bagi Loket sendiri, selama ini perusahaan juga melayani pembelian dalam jumlah banyak untuk konsumen korporat. Namun semua prosesnya masih secara manual, sehingga belum tersistem dengan baik. Sementara konsumen B2B memiliki kebutuhan khusus, karena harus melalui proses pengadaan, maka harus difasilitasi pemrosesannya. Kemitraan dengan Bhinneka akan permudah pelayanan Loket untuk segmen B2B, sebelumnya Loket lebih terfokus pada B2C saja.

“Kemitraan dengan Bhinneka ini cukup unik karena mereka ini satu-satunya afiliasi kita yang fokusnya ke B2B. Tentunya ini jadi segmen pasar baru yang selama ini butuh akses ke industri hiburan secara profesional,” ucap VP Consumer Solutions Loket, Rama Adrian.

Ferryzal melanjutkan, untuk ke depannya kedua belah pihak akan mengembangkan fitur lebih baik. Salah satunya dengan menyediakan fitur pembelian dalam jumlah banyak (bulk purchase) sesuai karakteristik kebutuhan pelanggan korporasi, termasuk menambahkan pilihan bundling tiket. Tidak menutup kemungkinan juga akan merambah ke segmen B2C Bhinneka.

Pembelian tiket ini bisa dilakukan lewat situs resmi Bhinneka Bisnis. Namun sebelumnya konsumen diharuskan melakukan registrasi dengan memasukkan data perusahaan secara detail, kemudian menunggu proses verifikasi.

Saat ini Loket memiliki lebih dari 30 mitra afiliasi LDP, keseluruhannya fokus pada end user. Mitra LDP yang sudah ada seperti Go-Tix, Blibli, JD.id, Tokopedia, Tiket.com, Traveloka, Goers, dan beberapa lainnya. Hingga Agustus 2018, Loket telah menjual lebih dari 6,3 juta tiket untuk 3500 acara.

China’s B2B E-Commerce Jumore Ready to Help Indonesia’s Cross Border Export

Jumore, a China’s B2B e-commerce company, declared its commitment to help Indonesia’s export to China and other countries. Using Alibaba-like business model, Jumore has connected entrepreneurs from 127 countries and intended to facilitate the export of local entrepreneurs.

Ines, Jumore’ s International Affair Director, said that they’ve seen the Indonesian market as a potential one. However, in terms of export, mostly are still using a middleman. She thought, Indonesia’s top products, such as coal and palm oil, are quite in demand in Jumore Global platform.

“We’ve seen Indonesian market potential, but in terms of export, mostly are still using middlemen,” she said as quoted in Katadata.

She also said some of Indonesia’s products registered in Jumore platform, some of those has shown an increased demand, such as coffee, beans, and tropical fruit.

Jumore platform has started to provide solutions in 2015 and now make it to all of China’s provinces and other 127 countries. She explained Jumore’s difference with other platforms is the access to the supply chain that enables logistics to companies. In global, Jumore has recorded one million users with more than 50 million business database.

As quoted from the its official website, the Chairman, Eric Lu, has claimed Jumore would bring many positive impacts for companies in Indonesia.

“Jumore can’t only play a role in digital transformation enhancement of Indonesian companies, but also conducting comprehensive partnership with various industries,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Layanan E-commerce B2B Tiongkok Jumore Siap Bantu Ekspor Indonesia

Jumore, perusahaan e-commerce B2B asal Tiongkok, menyatakan komitmennya untuk membantu ekspor Indonesia ke Tiongkok dan negara lain. Dengan model bisnis seperti Alibaba, Jumore sudah menghubungkan pengusaha dari 127 negara dan berusaha memuluskan jalan ekspor pengusaha di Indonesia.

Director of International Affairs Jumore Group Ines menyebutkan bahwa mereka melihat pasar Indonesia sebagai pasar yang potensial, namun untuk praktik ekspor kebanyakan masih melalui perantara. Menurutnya produk unggulan dari Indonesia, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit, cukup ramai peminat di platform Jumore Global.

“Kami melihat pasar Indonesia potensial, namun untuk ekspor kebanyakan masih melalui perantara,” ujar Ines seperti dikutip dari Katadata.

Ia juga menjelaskan sudah ada beberapa produk asal Indonesia yang terdaftar di platform Jumore dan beberapa di antaranya menunjukkan peningkatan permintaan, seperti kopi, kacang-kacangan, dan buah tropis.

Platform Jumore sendiri memulai solusinya pada tahun 2015 dan kini berhasil menjangkau seluruh provinsi di Tiongkok dan 127 negara. Dijelaskan Ines, yang membedakan Jumore dengan platform lain adalah akses pada rantai pasok yang memungkinkan fasilitas logistik hingga perusahaan. Secara global Jumore tercatat memiliki satu juta pengguna korperasi dengan basis data lebih dari 50 juta usaha.

Dikutip dari laman resminya, Chariman Jumore Eric Lu mengklaim Jumore akan membawa banyak dampak positif bagi perusahaan di Indonesia.

“Jumore tidak hanya dapat berperan dalam meningkatkan transformasi digital perusahaan Indonesia, tetapi juga melakukan kerja sama yang komprehensif dengan berbagai industri,” terang Eric.

Printera Sajikan Platform B2B Online untuk Produk Cetakan

Selain alat produktivitas seperti laptop atau alat tulis, perkantoran sering memiliki kebutuhan lain, misalnya ID card dan lanyard untuk karyawan. Melihat potensi itu, layanan Printera hadir menawarkan beragam produk cetakan. Platform ini secara khusus didesain untuk kebutuhan bisnis (B2B), sehingga banyak penyesuaian terkait pengalaman pengguna yang dibubuhkan oleh pengembang.

Di katalog Printera sudah ada beberapa varian produk, mulai dari flyer, lanyard, mug decal, banner, kartu nama, hingga brosur. Saat ini layanannya sudah bisa diakses dalam versi beta dan mulai diperkenalkan secara luas pada pertengahan November 2018 mendatang. Printera diinisiasi dua co-founder, yakni Agus Mulyono (CEO Kartunama.net) dan Heriyadi Janwar (Director of Corporate Sales Bhinneka).

Kami mendapatkan akses untuk mencoba dan memesan di Printera. Setelah login, pengguna akan disuguhi sebuah dasbor. Tidak seperti layanan berbasis konsumen pada umumnya, ketika pengguna sudah memilih jenis produk dan jumlah, tim akan memberikan penawaran secara manual. Di dasbor produk sudah ada harga yang ditampilkan, kendati demikian masih bisa ditawar menyesuaikan pemesanan.

“Menurut kami, pengguna lebih suka nego langsung dengan manusia, bukan sistem. Manusia lebih fleksibel dalam memberikan harga. Proses nego juga lebih gampang lewat kanal seperti chat atau email, karena penjelasan spesifikasi barang lebih detail, jadi penawaran yang dibuat bisa lebih pas. Cetakan adalah barang yang rada complicated spesifikasinya,” ujar Agus kepada DailySocial.

Entitas terpisah dari Kartunama.net, namun masih terkait

Agus sendiri adalah pendiri Kartunama.net, sebuah startup yang menyediakan layanan cetak kartu nama secara online. Kartunama.net dan Printera bernaung dalam entitas bisnis (PT) terpisah, namun Agus memastikan masih ada kolaborasi dalam proses bisnis di dalamnya.

“Secara legal terpisah. Secara operasional kami di gedung yang sama dan titik singgung SDM-nya banyak. Kerja sama pemasaran tentu ada, karena nantinya Printera akan menggunakan basis data pelanggan Kartunama.net yang saat ini [berjumlah] kurang lebih 6.000-an bisnis,” jelas Agus.

Agus melanjutkan, pengembangan Printera sebenarnya karena banyak permintaan dari pelanggan Kartunama.net agar pihaknya membuat produk cetakan lain. Di samping itu, Printera hadir juga untuk memaksimalkan penggunaan mesin cetak yang dimiliki perusahaan. Dasbor bisnis menjadi salah satu komponen penting di Printera. Kendati negosiasi bisa terjadi secara manual, namun transaksi akan tercatat rapi untuk keperluan pelaporan.

Untuk memulai debutnya, Printera saat ini telah mengantongi pendanaan awal dari angel investor yang tidak disebutkan. Agus mengutarakan, ada kemungkinan Printera segera melakukan fundraising untuk pendanaan lanjutan tahun depan.

“Yang mau kita kejar itu adalah solusi kita buat corporate printing-nya. Kami menawarkan sistem cetak yang lebih praktis, fleksibel dalam pembayaran, dan transparan. Semua transaksi tercetak rapi,” tutup Agus

Telkomsel Luncurkan MSIGHT, Layanan “Telco Big Data” untuk Bisnis

Bertujuan mendukung transformasi digital bisnis di Indonesia, Telkomsel meluncurkan Mobile Consumer Insight (MSIGHT). Sebagai salah satu operator seluler terbesar berpelanggan 178 juta, Telkomsel mengklaim telah memiliki data komprehensif yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah hingga perusahaan untuk mengembangkan bisnis.

“MSIGHT beroperasi secara business to business (B2B) hadir untuk memberikan nilai tambah bagi lembaga pemerintah dan sektor industri seperti keuangan, transportasi, e-commerce, dan sebagainya,” kata VP Data Insight and Interface Services Development Telkomsel, Mia Melinda.

Nantinya MSIGHT akan menghadirkan sejumlah produk yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi seperti big data, IoT, robotik, artificial intelligence (AI), blockchain, dan lainnya.

“Produk-produk MSIGHT meliputi Risk insight, Mobility Insight, Lifestyle Insight, dan API marketplace; menawarkan berbagai manfaat bagi pelaku usaha mulai untuk marketing communication, business intelligence, maupun risk assessment,” tambah Mia.

Informasi dari platform tersebut bisa juga digunakan untuk melakukan monitoring perubahan jumlah trafik pengunjung, segmentasi konsumen berdasarkan profil tertentu, mengetahui perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk/servis.

Beberapa layanan MSIGHT tahun ini telah dimanfaatkan instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk melakukan studi secara lebih efisien dan mendapatkan sudut pandang yang lebih kaya. Aplikasinya diterapkan pada studi dampak makro-ekonomi dari penyelenggaraan Asian Games 2018.

“Informasi big data yang kami peroleh akan dikelola secara anonim, agregat, dan efisien menjadi insight, serta diperbarui secara berkala. Kekuatan Telkomsel dalam menyelenggarakan big data adalah pada basis 178 juta pengguna atau mewakili sebagian besar pengguna data internet di Indonesia,” kata Mia.

Perkuat Bisnis Servis, Layanan E-commerce B2B Mbiz Bidik Pasar UKM di Tahun 2019

Untuk melanjutkan tren raihan laba bersihnya, startup B2B e-commerce milik Lippo Group, Mbiz, akan memperkuat bisnis pengadaaan jasa (service) pada tahun depan yang menjadi lini bisnis utama Mbiz sebagai marketplace e-procurement untuk business-to-business (B2B) dan business-to-goverment (B2G).

Co-Founder dan COO Mbiz Ryn Hermawan mengungkapkan, pihaknya akan menambah sejumlah layanan baru pengadaan jasa yang saat ini sudah memiliki 11 kategori. Penambahan ini dilakukan karena pasar pengadaan jasa sangat besar, di mana sebanyak 80 persen belanja perusahaan di Indonesia berasal dari pengadaan jasa.

“Kami akan enhancing solusi-solusi kami di kategori service. Kemudian dari segi kontrak, kami akan tingkatkan karena kami lihat, pengadaan klien kami besar, tapi mereka membeli dalam kontrak terbatas atau jangka pendek dua tahun ke depan,” ungkap Ryn ditemui DailySocial beberapa waktu lalu.

Menurut Ryn, bisnis pengadaan jasa berpeluang besar di Indonesia karena selama ini belum pernah ada pengadaan yang dilakukan melalui jalur online. Dengan masuk ke bisnis ini, ekosistem akan lebih tercipta dan membuat keterikatan bisnis antara perusahaan dengan pelanggan dan vendor.

“Secara ekosistem jadi bagus, (pengadaan jasa melalui online) akan membuat keterikatan, terhadap vendor dan customer. Demikian juga keterikatan terhadap kualitas dan harga yang diberikan,” tambah Ryn.

Mbiz dapat dikatakan sebagai layanan e-commerce yang masuk ke pasar niche, karena layanan jasa yang disediakan antara lain customize items, media outdoor placement, event organizer, civil mechanical engineering, gimmick marketing, hingga leasing.

Adapun, pelanggan yang menggunakan jasa Mbiz berasal dari segmen large enterprise dan blue chip company. Ke depan, perusahaan akan menyasar ke segmen small medium enterprise (SME) yang mana kebutuhannya semakin kompleks karena bisnisnya semakin berkembang. Ada lebih dari 500 klien Mbiz, dengan 200 perusahaan dan 300 vendor.

“Pasar bisnis pengadaan untuk B2B sangat menjanjikan di Indonesia, tetapi kami belum rencana masuk ke segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) karena kebutuhan bisnis mereka jauh berbeda dengan SME dan large enterprise.”

Cari pendanaan baru tahun depan

Diakui Ryn, saat ini dana untuk mendukung pengembangan bisnisnya masih cukup. Ia belum melihat kebutuhan mendesak untuk mencari pendanaan baru dalam waktu dekat. Namun, ia menyebutkan pihaknya akan kembali mencari pendanaan baru untuk seri B di tahun depan.

Adapun, sebagian besar pendanaan perusahaan dialokasikan untuk working capital. “Secara kebutuhan dana, kami belum urgent saat ini. Tapi kami ada rencana ke sana mungkin di akhir tahun ini atau di awal 2019,“ ujar Ryn.

Mbiz menerima pendanaan seri A dari Tokyo Century Corporation (TCC) dengan nilai yang tidak bisa disebutkan pada 2017. Suntikan dana mengangkat valuasi perusahaan menjadi Rp1,3 triliun. Saat ini, Lippo Group masih menguasai mayoritas saham di Mbiz.

SaaS Platform for Business Trip “Travelstop” Ready to Expand to Indonesia Post-Funding

SaaS platform developer for business trip Travelstop (8/27) receives seed funding worth of IDR 17 billion. A Singapore-based startup allows business to manage the whole accommodation using AI-based tools. The seed funding investment was led by SeedPlus, supported by several angel investors.

One focus of this funding is to finalize business expansion, including Indonesia. Observed from the research by Travelstop, Asia Pacific will be the largest B2B travel market. It’s projected to grow up to 10.4% CAGR during 2015-2023. The business trip solution is currently for large companies and traditional business travelers, while the trip with no management in Asia, dominated by millennials, requires more flexible and simple solutions.

“These travelers want to experience more than a trip, and the company is building a modern business trip platform for the next generation. Our goal is not only to provide a fun and flexible travel booking experience but also to make the post-trip cost management more efficient,” Prashant Kirtane, Travelstop’s CEO said.

Travelstop aims to solve this problem through a platform that makes a business trip easier to order and automates expense report for employees. They’re using machine learning and personalization supported by artificial intelligence to create flight and hotel recommendations, shorten the process for business travelers for researching and arranging a trip. Employees also have access to an intuitive expense reporting tool which simplifies the reimburse process.

“We aim to use machine learning and artificial intelligence to escalate experience for the current business travelers, we’ll be ready and flexible by investing in modern infrastructure to advance our business platform,” Vijay Aggarwal, Travelstop’s CTO, said.

This platform provides features to facilitate business with accommodation trip arrangements. Through the app, businesses can automate the reporting process. A data-based approach is applied to all decisions made was scaleable. Another thing is the simplification of the efficient travel accommodation research process, operational teams sometimes have to choose and sort out the accommodation based on certain criteria.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pasca Perolehan Pendanaan, Platform SaaS Travel untuk Bisnis “Travelstop” Siap Ekspansi ke Indonesia

Pengembang platform SaaS travel untuk bisnis Travelstop kemarin (27/8) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai 17 miliar Rupiah. Startup berbasis di Singapura tersebut memungkinkan bisnis mengelola akomodasi perjalanan secara menyeluruh dengan alat berbasis kecerdasan buatan. Investasi pendanaan awal dipimpin SeedPlus, didukung beberapa angel investor.

Salah satu fokus pendanaan ialah untuk mematangkan ekspansi bisnis, termasuk di Indonesia. Menurut riset yang ditampung Travelstop, kawasan Asia Pasifik akan menjadi pasar perjalanan B2B terbesar. Diproyeksikan akan tumbuh hingga 10,4% CAGR antara 2015-2023. Solusi perjalanan bisnis saat ini dirancang untuk perusahaan besar dan pelancong bisnis tradisional, sementara perjalanan yang tidak dikelola di Asia, yang semakin didominasi oleh generasi milenial, membutuhkan solusi yang lebih sederhana dan lebih fleksibel.

“Para pelancong ini menginginkan pengalaman perjalanan yang lebih berarti, dan kami sedang membangun platform perjalanan bisnis modern untuk para pelancong di generasi berikutnya. Tujuan kami adalah tidak hanya memberikan pengalaman pemesanan perjalanan yang menyenangkan dan fleksibel, tetapi juga membuat proses manajemen biaya pasca-perjalanan menjadi lebih efisien,” terang CEO Travelstop Prashant Kirtane.

Travelstop mencoba memecahkan permasalahan ini melalui platform yang memudahkan pemesanan perjalanan bisnis dan mengotomasi laporan pengeluaran bagi pegawai. Travelstop menggunakan pembelajaran mesin dan personalisasi yang didukung oleh kecerdasan buatan untuk membuat rekomendasi penerbangan dan hotel, menjadikan berkurangnya jam yang dibutuhkan oleh pelancong bisnis untuk melakukan riset dan memesan perjalanan mereka. Karyawan juga memiliki akses ke alat pelaporan pengeluaran intuitif yang menyederhanakan proses penggantian biaya.

“Tujuan kami adalah untuk memanfaatkan pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan untuk menambahkan pengalaman bagi pelancong bisnis saat ini, sementara kami juga akan sigap dan fleksibel dengan berinvestasi di infrastruktur modern untuk memperkuat platform kami,” ujar CTO Travelstop Vijay Aggarwal.

Platform Travelstop menyediakan fitur yang memudahkan bisnis untuk mengelola pemesanan akomodasi perjalanan. Melalui aplikasi tersebut, bisnis dapat mengotomasi proses pelaporan. Pendekatan berbasis data juga diterapkan agar setiap keputusan yang diambil menjadi lebih terukur. Hal lain yang ingin disajikan ialah penyederhanaan proses riset pencarian akomodasi travel yang efisien, biasanya tim operasional harus memilih dan memilah akomodasi perjalanan didasarkan pada kriteria tertentu.